Anda di halaman 1dari 15

PENGATURAN KELAS DAN KETERAMPILAN MENCIPTAKAN

SUASANA KELAS

MAKALAH

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Microteaching


pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh
Kelompok 3 :

Bina Aulia Zafana 190141686


Dhea Nisa Nabila 190141700
Faizal Jibran 190141697
Rizky Putri Nabila 190141706
Nur Safti Putri 190141719
Agung Hidayat Noprianto 180141457
Evi Safitri 190141693
Dela Astuti 190141714

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menentukan
kualitas dan jati diri suatu bangsa dan Negara. Dengan adanya pendidikan, akan
menciptakan sumber daya yang berkualitas yang nantinya akan menjadi peran
utama dalam mengembangkan bangsa dan Negara. Namun, hal ini tergantung
bagaimana perencanaan sistem pelaksanaan yang dilakukan di sekolah formal dan
nonformal. Maka dari itu, guru menjadi aspek penting terkait kerberhasilan
pendidikan ini karena guru adalah orang yang merencanakan, mengajarkan,
berinteraksi kepada peserta didik mengenai pembelajaran. Artinya, guru memiliki
andil yang besar dalam keberhasilan pembelajaran sehingga diperlukan guru yang
berkualitas.
Kualitas guru tersebut dapat dilihat bagaimana dia menguasai kelas agar
peserta didik merasa nyaman dan senang belajar. Contohnya dengan melakukan
pengaturan kelas, menciptakan suasana kelas atau sebagainya. Dengan
menciptakan pengaturan kelas atau suasana kelas yang baik akan membuat siswa
nyaman dalam belajar sehingga kurangnya rasa bosan dalam diri siswa sehingga
semakin tertarik untuk mengeksplor lebih pengetahuannya. Dapat dikatakan,
pengaturan dan suasana kelas dapat memberikan pengaruh yang besar kepada
peserta didik. Misalnya, suhu udara yang ada didalam kelas baik panas ataupun
dingin dan sistem ventilasi udara yang kacau dapat mempengaruhi konsentrasi
siswa. Kemudian, suasana ribut didalam kelas dapat juga mempengaruhi
konsentrasi belajar siswa. Maka dari itu, perlunya kita sebagai guru untuk
mengetahui bagaimana pentingnya pengaturan kelas dan menciptakan suasana
kelas serta pengimplementasiannya di kelas yang sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana Prinsip-Prinsip Pengaturan Kelas?
2. Bagaimana Pengertian Pengaturan Kelas ?

1
2

3. Bagaimana Pengertian Keterampilan?


4. Bagaimana Keterampilan Menciptakan Suasana Kelas?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Prinsip-Prinsip Pengaturan Kelas.
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Pengaturan Kelas.
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Keterampilan.
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Keterampilan Menciptakan Suasana
Kelas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Prinsip Pengaturan Kelas


Dalam suatu sekolah, perlu di sadari bahwa siswa di dalam kelas akan
turut mewarnai dinamika kelas tersebut. Semakin banyak siswa yang ada dalam
suatu kelas, maka kemungkinan besar akan semakin sering terjadi konflik
antarsiswa. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa dalam suatu kelas, maka
kecenderungan terjadi konflik juga akan semakin kecil. Oleh karena itu, agar
pengaturan kelas dapat diterapkan dengan baik, penting bagi guru-guru untuk
dapat memahami beberapa prinsip dasar tentang pengaturan kelas. Prinsip-prinsip
dasar ini sangat dibutuhkan guna untuk memperkecil timbulnya masalah atau
gangguan dalam mengelola atau mengatur kelas. Beberapa prinsip pengaturan
kelas tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Guru harus hangat dan antusias
Agar kelas dapat dikelola dengan baik, guru harus bersikap hangat dan
antusias kepada siswa. Untuk dapat memiliki sikap yang hangat kepada siswa
guru dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Bertanyalah tentang kabar siswa-siswi sebelum memulai pelajaran.
Setidaknya cara ini dapat membangun kesan pada diri siswa dan membuat
mereka merasa diperhatikan.
b. Sediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan persoalan-
persoalan yang dihadapi meraka, baik mengenai persoalan pelajaran atau
persoalan lainnya.
c. Berdoalah untuk mereka. Ketika guru secara khusyuk berdoa untuk siswa dan
siswa mengamininya, maka pada saat itu terjalin hubungan emosional yang
kuat antara guru dengan siswa.
Sedangkan untuk memiliki sikap antusiasme kepada siswa, maka ada
beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Memberikan pujian kepada siswa. Memberi pujian atau memberikan apresiasi
sebelum mengakhiri kelas adalah suatu hal yang patut untuk dilakukan.

3
4

b. Selalu berusaha untuk membantu siswa. Memberikan jalan keluar atas


masalah yang dikemukakan siswa, sekalipun tidak menyangkut dengan
pelajaran.
c. Sering melakukan Sharing pendapat dengan siswa. Ajaklah siswa untuk
mengemukakan pendapatnya, jika diantara mereka ada yang sedang
mengemukakan masalah pribadinya.
d. Menghargai setiap pendapat siswa. Hargailah setiap pendapat yang
dikemukakan oleh siswa agar tercipta suasana yang akrab di kelas.
2. Guru harus mampu memberikan tantangan
Biasanya siswa sangat menyukai beberapa tantangan yang mengusik rasa
ingin tahu mereka. Karena itu, guru diharap mampu memberikan tantangan yang
dapat memancing antusiasme siswa dalam mengikuti mata pelajarannya. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam memberikan tantangan, yaitu:
a. Lakukan evaluasi sederhana secara berkala setiap minggu. Apabila hari ini
guru menyampaikan materi suatu pelajaran, maka evaluasi dapat dilakukan
pada minggu yang akan datang.
b. Selingi dengan kuis, misalnya guru membuat teka-teki yang bahanbahannya
diambil dari materi pelajaran. Atau ajaklah siswa untuk belajar di luar kelas
sebagai sarana untuk refreshing.
c. Kaitkan dengan dunia luar. Mengaitkan mata pelajaran dengan masalah lain
yang sifatnya praktis juga bisa menjadi pilihan yang tepat bagi para guru
untuk memunculkan tantangan pada diri siswa.
d. Menggunakan metode yang variatif. Guru perlu menggunakan atau mencoba
banyak gaya dan metode mengajar dalam menyampaikan mata pelajaran, agar
siswa tidak merasa bosan.
3. Guru Harus Mampu Bersikap Luwes
Guru harus mampu bersikap luwes kepada siswanya. Artinya, di dalam
kelas seorang guru tidak harus memosisikan diri sebagai orang yang serba tahu.
Sesekali dalam waktu tertentu, guru juga harus mampu menempatkan dirinya
sebagai “saudara”, “orang tua”, maupun “sahabat’ bagi siswa-siswinya. Pergaulan
yang luwes antara seorang guru dengan siswa dapat menumbuhkan rasa saling
5

menghormati dan menghargai. Untuk mewujudkan hal tersebut, ada beberapa


langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru, yaitu:
a. Memperlakukan siswa layaknya saudara/anak sendiri. Sebagai saudara, tentu
kita tidak canggung apabila ingin meminta bantuan atau diminta bantuan.
b. Sesekali panggil siswa dengan panggilan akrab. Panggilan semacam ini dapat
menimbulkan kesan dalam diri siswa, semacam perasaan kalau siswa adalah
anak-anaknya sendiri.
c. Sering menghabiskan waktu bersama siswa. Bermain bersama di waktu
senggang dengan siswa juga dapat mendekatkan kita dengan mereka. Hindari
bersikap gengsi yang terlampau kaku kepada siswa. Buang anggapan bahwa
guru harus selalu menjaga image terhadap para siswanya, sehingga harus
membatasi pergaulan dengan siswa, selain hanya kepentingan mengajar di
dalam kelas.
4. Beri penekanan pada hal positif
Perlu diketahui dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan
pada hal-hal yang positif dan menghindari terlalu fokus pada hal-hal negatif.
Dalam kelas, pandangan dan sikap guru terhadap suatu hal dapat memberikan
pengaruh besar bagi siswa. Hal-hal yang perlu dilakukan guru untuk dapat
menumbuhkan sikap seperti ini antara lain:
a. Jangan mencela siswa yang berbuat negatif di dalam kelas. Atur waktu di
mana guru bisa berbicara dan menasehati siswa yang bersangkutan tanpa
harus mempermalukannya di depan teman-temannya.
b. Selalu ingatkan mereka terhadap tujuan dan cita-cita belajarnya, serta
kemukakan apa saja hal-hal yang dapat merusak cita-cita itu.
c. Berilah pujian jika ada siswa yang sudah melakukan tindakan-tindakan
positif. Jangan lupa untuk mendorong dan memotivasi siswa-siswi yang lain
untuk melakukan hal serupa.
5. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengaturan kelas adalah bagaimana agar anak didik
dapat mengembangkan sikap disiplin dengan baik. Begitu pula halnya dengan
guru. untuk mewujudkan tujuan itu, tentu saja guru harus memberikan teladan
6

yang sesuai. Seorang guru tidak mungkin dapat mengatur kelas dengan baik jika
mereka juga kurang disiplin. Tunjukkan kepada siswa bahwa guru mereka juga
menjunjung tinggi sikap disiplin dengan mempraktikkannya secara langsung.
Dari hal-hal tersebut kemungkinan akan menjadikan suasana belajar dalam
kelas selalu terjaga dengan baik.
B. Pengertian Pengaturan Kelas
Tata tertib adalah peraturan-peraturan yang telah disepakati oleh suatu
lembaga yang harus ditaati oleh masyarakat, apabila dilanggar akan diberikan
sanksi. Menurut Meichati (1980: 151) tata tertib dimaknai sebagai sebuah
peraturan yang bersifat mengikat seseorang atau kelompok, bertujuan untuk
menciptakan keamanan, ketentraman, orang tersebut atau sekelompok orang
tersebut. Dalam pendapat ini disebutkan pula tujuan dari tata tertib itu sendiri
yaitu untuk menjaga keamanan di dalam masyarakat. Sedangkan Menurut
Mulyono (2000) tata tertib adalah kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara
tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Aturan–aturan ketertiban dalam
keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan
larangan–larangan.
Sedangkan menurut Wikipedia ruang kelas adalah suatu ruangan dalam
bangunan sekolah, yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka
dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tata tertib dalam kelas
adalah kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota
dalam kelas. Aturan–aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib kelas,
meliputi kewajiban, keharusan dan larangan–larangan, tata tertib juga memiliki
sanksi bagi siapa saja yang melanggar dengan tujuan sebagai berikut:
1. Agar tercipta keamanan, ketentraman dalam kelas
2. Agar individu mengetahui tanggung jawab, hak dan kewajibannya dalam
kelas
3. Agar individu mengetahui hal–hal yang diperbolehkan dan tidak boleh
dilakukan dalam kelas
7

Banyak peraturan/tata tertib yang dimungkinkan untuk dibuat dalam kelas.


Namun ketika menyajikan peraturan/tata tertib dalam kelas, diskusikanlah tata
tertib yang telah anda rancang dengan siswa. Keterlibatan siswa dalam
pembuatan peraturan/tata tertib dalam kelas akan sangat berguna bagi para siswa
untuk mendapatkan makna dan contoh konret dari perilaku yang dicakup dalam
peraturan tersebut. Walaupun demikian, para guru harus siap sedia menyediakan
contoh-contoh positif guna memberi pemahaman lebih terhadap siswa tentang
peraturan tersebut.
Peraturan/tata tertib dalam kelas yang ditetapkan akan ditempelkan di
ruang kelas bahkan mungkin mengirim salinan peraturan/tata tertib dalam kelas
tersebut ke rumah para siswa untuk ditanda tangani orang tua siswa. Peraturan/tata
tertib dalam kelas yang telah ditetapkan bisa saja dikemudian hari di ubah atau
peraturan/tata tertib yang baru perlu ditambah guna untuk mencakup semua
tingkah laku siswa dalam kelas. Peraturan/tata tertib dalam kelas harus selalu di
ajarkan dan dipraktikkan untuk menekan perilaku siswa yang tidak di inginkan.
Pelaksanaan tata tertib dalam kelas merupakan implikasi atau penerapan
tata tertib dalam kelas yang telah dirancang dan di sahkan secara bersama antara
guru wali kelas dan siswa dalam kelas yang dibimbingnya. Pelaksanan tata tertib
dalam kelas hendak mencakup semua anggota dalam kelas tersebut. Tata tertib
dalam kelas dijalankan atau dilaksanakan oleh siswa dalam segala aktivitasnya
dalam kelas. Seorang siswa hendaknya bersikap sesuai dengan tata tertib yang
telah disepakati bersama dan apabila diteukan anggota kelas yang melanggar tata
tertib tersebut akan dikenakan sanksi yang sesuai dengan tingkatan tata tertib yang
dilanggar.
Dalam pelaksanaan tata tertib dalam kelas yang bertindak sebagai
pengawas bukan hanya guru, melainkan dibantu oleh perangkat kelasnya.
Perangkat kelas akan bertindak sebagai pegak tata tertib dalam kelas saat guru
atau wali kelasnya tidak berada dalah kelas tersebut. Perangkat kelas yang terdiri
dari ketua, sekretaris dan bendahara behak mengingatkan semua anggota dalam
kelas tersebut akan hak dan kewajibannya. Bahkan wewenang perangkat kelas
8

bisa sampai menegor anggota kelas yang melakukan pelanggaran akan tata tertib
dalam kelas guna pencegahan dini.
Dalam pelaksanaan tata tertib dalam kelas wali kelas hendaknya selalu
mengingatkan semua anggota kelas akan tata tertib dalam kelas tersebut dan selalu
melakukan proses penilaian melalui pengamatan akan tingkah laku setiap anggota
kelas. Penilaian tersebut ditujukan juga sebagai bahan pertimbangan untuk
memperbaiki atau tidaknya sebuah tata tertib dalam kelas itu, selain itu juga
bermanfaat untuk mengukur ke efektifan tata tertib kelas itu dalam menciptakan
suasana kelas yang efektif.
C. Pengertian Keterampilan
Dunia pendidikan pada hakikatnya sangat mengutamakan sebuah
ketrampilan/skill. Keterampilan memang sangat penting untuk menunjang hasil
belajar. Apalgi dalam sebuah kegiatan belajar dan mengajar sebuah ketrampilan
bisa di implementasikan. Menurut Gordon (Sulistyowati, 2019:2) Keterampilan
merupakan kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cepat,
pengertian ini biasanya cenderung pada aktifitas psikomotor. Selain itu pengertian
menurut Nadler “Skill merupakan kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat
diartikan sebagai implikasi dari aktifitas, Dunnette mendefinikan Skill sebagai
kapasitas yang membutuhkan untuk melaksakan beberapa tugas yang merupakan
pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat. Menurut
Merriam-Webster’s Online Dictionary, keterampilan belajar (study skill) adalah
teknik dan strategi yang membantu mahasiswa untuk membaca, mendengar untuk
tujuan tertentu dengan tujuan untuk mengingat (Wahyuni, 2017:34). Aspek-aspek
ketrampilan belajar Untuk lebih jelasnya masing-masing komponen keterampilan
belajar dijelaskan di bawah ini (Wahyuni, 2017:35).:
1. Kecemasan (Anxiety) Aspek kecemasan mengidentifikasi kecemasan
mahasiswa dalam memasuki Perguruan Tinggi dan tentang prestasi akademik
dan keterkaitan antara kecemasan dengan hasil belajar mahasiswa serta
keterampilan untuk mengatasi kecemasan.
9

2. Sikap (Attitude) sikap yang dimaksud adalah sikap dan minat mahasiswa
terhadap perguruan tinggi serta bagaimana pentingnya perguruan tinggi bagi
mahasiswa untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
3. Konsentrasi (Concentration) Konsentrasi adalah kemampuan untuk
mengarahkan dan mempertahankan perhatikan pada tugas-tugas akademik
serta kemampuan untuk mengatasi pengaruh stimulus negative dalam
mencapai tujuan pendidikan di perguruan tinggi.
4. Pemrosesan informasi (Information Processing) Pemrosesan informasi adalah
kemampuan untuk menggunakan strategi pengelolaan dan keterampilan
berpikir untuk mengkaitkan antara pengetahuan yang telah diketahui dan
yang sedang dipelajari.
5. Motivasi (Motivation) Motivasi adalah kerajinan dan disiplin diri mahasiwa
dalam menjalani perkuliahan dan kemauan untuk mengerahkan usaha dalam
mengerjakan tugas-tugas perkuliahan.
6. Pengetesan diri (Self-Testing) pengetesan diri adalah penggunaan berbagai
teknik untuk menentukan tingkat pemahaman diri terhadap materi
perkuliahaan yaitu dengan mempelajar berbagai teknik dan memonitor
tingkat pemahaman atas informasi yang telah diterima dalam perkuliahan.
7. Pemilihan ide utama (Selecting Main Ideas) keterampilan dalam
mengidentifikasi informasi penting yang akan dipelajari/diteliti, kemampuan
untuk membedakan tingkat pentingya ide-ide.
8. Bantuan belajar (Study Aids) keterampilan dalam menggunakan bahan-bahan
pendukung belajar tingkat pemahaman tentang layout teks dan pengetahuan
mencari sumber informasi.
9. Strategi tes (Test Strategies) keterampilan mempersiapkan diri dalam
menghadapi tes dan penggunaan berbagai strategi dalam menjalankan tes.
10. Manajemen waktu (Time Management) keterampilan dalam mengaplikasikan
prinsi-prinsip pengelolaan waktu dalam situasi akademik dan keterampilan
dalam pembuatan prioritas waktu bagi mata kuliah yang memiliki tuntutan
yang lebih tinggi.
10

D. Keterampilan Menciptakan Suasana Kelas


Keterampilan menciptakan suasana kelas adalah kemampuan guru untuk
menciptakan dan menjaga kondisi belajar yang optimal dan mengendalikannya
bila terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Keterampilan
menciptakan suasana kelas penting untuk dikuasai oleh siapapun yang
menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan terutama guru. Dengan adanya
keterampilan menciptakan suasana kelas guru dapat menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan
dalam proses belajar mengajar. Ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar agar tercapai kondisi optimal
sehingga kegiatan proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan afektif dan
efesien. Di dalam belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang mempunyai ciri
khas yang digunakan untuk belajar. Belajar memerlukan konsentrasi, oleh karena
itu perlu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar yang
afektif.
Tujuan dari menciptakan suasana kelas adalah agar setiap anak di dalam
kelas dapat belajar dengan senang, tidak bosan dan selalu tertib sehingga tujuan
pengajaran dicapai secara efektif dan efesien. Guru sangat berperan dalam
pengelolaan kelas, apabila guru terampil menciptakan suasana kelasnya dengan
baik maka akan mudah bagi guru untuk mencapai tujuan yang telah yang
dirumuskan. Kelas yang efektif mewujudkan bahwa guru-guru dapat berdampak
pada tingkah laku dan hasil belajar siswa. Untuk itu guru membuat perencanaan
perencanaan menciptakan suasana kelas dengan cara tertentu agar siswa berhasil
dan mencapai tujuan pengajaran.
Seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan
kelas sebagai pekerja profesional, sebab di dalam penggunaan pendekatan tersebut
harus terlebih dahulu yakin bahwa pendekatan yang dipi;ih oleh guru merupakan
alternatif yang baik untuk menangani kasus menciptakan suasana kelas sesuai
dengan masalahnya. Apabila alternatif yang dipilih oleh guru tidak memberikan
hasil yang memadai, maka guru masih bisa melakukan analisa kembali terhadap
11

pendekatan yang digunakan tersebut. Adapun pendekatan dalam menciptakan


suasana kelas antara lain:
1. Pendekatan modifikasi perilaku
Pendekatan modifikasi perilaku bertolak dari psikologi beharival yang
mengemukakan asumsi bahwa semua tingkah laku yang baik maupun yang tidak
baik merupakan hasil proses belajar agar menciptakan suasana kelas yamh baik .
2. Pendekatan iklim sosial emosional
Pendekatan ini bertolak dari psikologis klinis dan konseling dengan
anggapan bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien
mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik dan menciptakan suasana
kelas yang baik agar siswa siswi dan guru memiliki hubungan yang baik dan
membuat suasana kelas yang nyaman . Untuk menciptakan hubungan yang baik
anatara guru dengan siswa, guru menerapkan sikap-sikap seperti: sikap terbuka,
sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, sikap empati, sikap
demokratis.
3. Pendekatan proses kelompok
Pendekatan ini bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok
dengan asumsi bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien
berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Jadi peran guru
dalam rangka menciptakan suasana kelas adalah dengan adanya kelompok kelas,
setiap siswa siswi mempunyai ikatan kuat serta dapat bekerja secara efektif dan
efesien agar menciptakan suasana kelas yang baik dan nyaman. Dalam suatu
kelas/ruangan, seorang guru sebenarnya mempunyai dua permasalahan pokok
yaitu cara pengajaran dan manajemen. Dimana keduanya mempunyai penanganan
sendiri. Pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran yang baik, sedangkan
manajemen dengan cara mengelola suasana kelas yang baik. Aspek yang paling
penting dalam proses belajar mengajar yaitu pengelolaan suasana kelas. Dimana
pengelolaan tersebut merupakan proses terjadinya tingkah laku yang kompleks
dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi kelas secara efisien dan memungkinkan siswa dapat belajar dengan
memperoleh rasa nyaman.
12

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan


mempertahankan kondisi proses belajar mengajar yang optimal. Namun, dalam
pengelolaan kelas tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu permasalahan.
Menurut ( Wardani, 2005) komponen keterampilan mengelola kelas meliputi:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal.
b. Memperlihatkan sikap yang tanggap dengan melihat secara jeli dan seksama,
mendekatkan diri, memberikan sebuah pernyataan, atau memberi reaksi
terhadap gangguan kelas.
c. Membagi perhatian secara visual dan verbal.
d. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan
menuntut tanggungjawab siswa.
e. Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
f. Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa
peringatan atau ocehan, serta membuat aturan.
g. Memberikan penguatan seperlunya.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar
yang optimal yaitu:
a. Modifikasi tingkah laku
Dalam strategi ini, hal pokok yang harus dikuasai seorang guru adalah
mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan cara memberikan contoh,
bimbingan dan meningkatkan munculnya tingkah laku siswa yang baik dengan
memberikan penguatan.
b. Pengelolaan/ proses kelompok
Dalam strategi ini kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-
masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama melalui diskusi.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkahlaku yang keliru
merupakan gejala dari suatu permasalahan.
13

Keterampilan menciptakan suasana kelas yang baik menurut (Sartika,


2014) kemampuan dan keterampilan menciptakan suasana kelas dalam proses
belajar mengajar yang baik sebagai berikut:
a. Menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar, sehingga
merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
b. Siswa belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi
yang merangsang untuk belajar.
Jadi, dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan
suatu kondisi yang memungkinkan sisiwa dapat melakukan pembelajaran,
menumbuhkan sikap yang ramah, memiliki kesiapan demi berjalannya suatu
pembelajaran dan seorang siswa mampu merasakan kenyamanan dalam keadaan
ataupun suasana yang sewajarnya, tidak ada tekanan dari guru dan mampu
terangsang untuk belajar dengan baik. Setiap guru, baik itu guru kelas maupun
guru bidang studi, secara langsung pasti terlibat dalam kegiatan pengelolaan.
Lebih tepatnya dalam pengelolaan kelas. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
seorang guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran. Tujuannya
adalah agar proses pembelajaran itu sendiri dapat berjalan efektif dan efisien,
sehingga kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa dan dapat
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyowati Endang. 2019.’ Meningkatkan Keterampilan dan Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Tentang Menulis Surat Resmi Melalui Contextual
Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VI SD 6 Getassrabi’,
Jurnal Ilmiah Kependidikan. 2 (1), hlm. 1-8.

Wahyuni Eka. 2017.’ Ketrampilan Belajar 9Study Skills0 Mahasiswa Bimbingan


dan Konseling FIP UNJ’, Jurnal Unrika, 5 (2), hlm. 33-40.

14

Anda mungkin juga menyukai