Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Selama proses belajar, peserta didik diberi kesempatan untuk mewujudkan


potensi penuh diri mereka sehingga potensi yang mereka miliki dapat ditingkatkan. Oleh
sebab itu, pendidikan bukan lagi berperan sebagai pendorong melainkan upaya untuk
mengembangkan potensi diri. Pengetahuan tidak diberikan, itu dibangun oleh siswa.
Pembelajaran di sekolah saat ini sudah tidak berpusat lagi pada pendidik tetapi pada
peserta didik dan pendidik tidak lain hanyalah penyedia fasilitas kepada peserta didik
untuk belajar dan pendidik juga menjadi pembimbing. Oleh sebab itu, Siswa memiliki
kesempatan untuk dapat mengembangkan dan melatih kemampuannya, misalnya
memberikan gagasan, pertimbangan metodis, memberikan pemikiran atau pemikiran,
dan lain-lain. Untuk mencapai pembelajaran interaktif, model pembelajaran kooperatif
dapat digunakan. Menurut Agus Suprijono, paradigma pembelajaran kooperatif ialah
bentuk yang lebih luas yang menaungi semua jenis kerja kelompok, termasuk model
yang dipimpin oleh seorang guru atau teacher-directed (Suprijono, 2010). Diantara
model pembelajaran kooperatif tersebut terdapat model pembelajaran Teams
GamesTtournament.
Model pembelajaran Team Games Tournament digunakan dengan cara
menerapkan strategi kelompok. Jenis Team Games Tournament merupakan model
pendidikan kolaboratif yang bisa digunakan dengan cara mengikut sertakan semua siswa
tanpa adanya perbedaan apapun, menjadikan siswa sebagai peer teacher dan terdapat
unsur belajar melalui permainan. Model pembelajaran TGT merupakan model
pembelajaran bertipe 5-6 siswa dengan meletakkan peserta didik yang mempunyai
kemampuan kognitif, emosional, motorik, karakteristik dan latar belakang yang
berbeda-beda.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara langsung kepada guru agama dan
peserta didik di kelas X SMA NEGERI 58 Jakarta khususnya pada materi Sejarah Islam
terdapat beberapa problematika. Problematika tersebut diantaranya ialah Pertama,
meluasnya persepsi negatif atau stereotip bahwa materi ini hanya memuat cerita-cerita
masa lalu, materi yang saling melengkapi, dan tidak berkontribusi pada era
kontemporer. Akibatnya, berbagai pihak khususnya peserta didik kurang antusias
terhadap materi ini. Kedua, para pendidik biasanya mengajarkan sejarah kebudayaan
Islam dengan menggunakan model ceramah dan pembelajaran berbasis masalah, yang
dapat menghambat kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini disebabkan kurangnya
kreativitas pendidik dalam menggunakan model dan strategi. Ketiga, kendala terbesar
dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah kurangnya media pembelajaran
yang sederhana karena kurangnya media dapat menyurutkan minat siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran, mencegah pembelajaran dua arah atau membuat siswa
pasif.
Karena adanya problematika tersebut maka terlihat banyak siswa yang tidak
paham terhadap materi yang telah disampaikan dan tidak memiliki kepercayaan diri. Hal
tersebut menyebabkan mereka tidak mau bertanya atau menjawab pertanyaan terkait
materi. mereka takut untuk mengajukan pertanyaan sehingga mereka memilih utuk diam
saja walaupun tidak paham. Hal tersebut membuat banyak siswa yang mendapatkan
nilai yang rendah ketika guru memberikan soal evaluasi di akhir pembelajaran ataupun
penilaian akhir semester.
Oleh sebab itu model team games tournament dirasa tepat untuik diterapkan
pada materi tersebut. Hal tersebut dikarenakan model Team Games Tournament ialah
model pembelajaran kooperatif yang membuat seluruh siswa terlibat aktiv didalam
aktivitas pembelajaran tanpa adanya perbedaan status sosial, adanya keterlibatan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan terdapat unsur belajar dengan bermain. Model TGT ialah
model pembelajaran yang berdasarkan tim dengan cara menerapkan unsur permainan
didalam pembelajaran dengan tujuan untuk memeproleh nilai didalam tim. Ada sedikit
perbedaan dalampembagian tim dalam TGT, pembagian tim dalam TGT berlandaskan
pada tingkat kemampuan siswa. Model Team Games Tournament (TGT) memberikan
latihan kepada siswa tentang bagaimana cara memberikan gagasan didepan peserta didik
lain dan siswa diharapkan dapat menghargai pendapat peserta didik lain dengan
berpatokan pada materi pembelajaran. Selain itu penerapan model pembelajaran team
games tournament ini sudah banyak diterapkan di sekolah lain dimata pelajaran selain
PAI. Sehingga peneliti ingin mencoba membuktikan apakah model pembelajaran team
games tournament ini cocok untuk digunakan pada materi wali songo.
Penelitian ini diterapkan di SMA Negeri 58 Jakarta karena didalam salah satu
misi SMA Negeri 58 Jakarta adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena
itu peneliti bertujuan untuk membantu mewujudkan hal tersebut dengan melakukan
penerapan model pembelajaran TGT dengan harapan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran dilihat dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penelitian ini juga
penting dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
wali songo. Hal tersebut penting karena materi sejarah islam merupakan materi yang
esensial untuk dipahami oleh siswa. Hal tersebut bertujuan untuk memahami bagaimana
sejarah yang benar sehingga siswa tidak dapat dipengaruhi oleh sejarah yang salah dan
dalam rangka mengambil khasanah keilmuan maupun pengalaman yang terjadi di masa
lalu untuk kebaikan yang dimasa yang akan datang. Selain itu penelitian ini juga penting
untuk dilakukan karena sebagai referensi bagi para guru untuk dapat menerapkan
metode pembelajaran kooperatif Team Games Tounament dalam rangka meningkatkan
hasil belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat teridentifikasi beberapa masalah:


1. Antusias siswa ketika mengikuti pelajaran PAI & Budi Pekerti materi sejarah islam
rendah ditunjukan dengan minimnya interaksi diantara siswa dengan guru ataupun
antara siswa dengan siswa.
2. Nilai siswa pada pelajaran PAI & Budi Pekerti materi sejarah islam rendah
ditunjukan dengan rendahnya nilai siswa dilihat dari hasil evaluasi belajar tentang
materi tersebut.
3. Hasil Nilai yang rendah karena materi yang sulit untuk dipahami apabila hanya
menggunakan metode pembelajaran ceramah atau problem based learning
ditunjukan dengan rendahnya ketertarikan siswa untuk bertanya atau berdiskusi
tentang materi tersebut.
C. Pembatasan Masalah

Pengaruh model team games tournament terhadap hasil belalajar siswa dari segi
kognitif pada materi Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa.
D. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh yang cukup signifikan terhadap hasil belajar materi wali songo
ketika diterapkannya model pembelajaran team games tournament?
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus permasalahan tersebut, dapat disimpulkan tujuan dari


penelitian ini ialah untuk memperoleh data hasil belajar siswa yang sudah diterapkan
model team games tournament pada materi wali songo untuk meihat apakah ada
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yang bermanfaat karena perumusan masalah dan
tujuan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi ilmiah pada kajian tentang model
team games tournament pada pembelajaran PAI untuk digunakan dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran siswa. Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini
adalah:
1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi solusi yang dapat digunakan selama proses
kegiatan pembelajaran
2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan acuan bagi sekolah-sekolah dalam


mempraktikan model team games tournament pada pembelajaran PAI yang dapat
dipakai dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.
model pembelajaran TGT memiliki selisih rata-rata nilai yang lebih unggul
dibandingkan kelompok kontrol yang proses pembelajarannya digunakan model
pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis selisih tersebut, bisa terlihat adanya
pengaruh model TGT terhadap hasil belajar materi wali songo lebih baik.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, dilakukan uji syarat, yaitu pengujian
normalitas dan pengujian homogenitas. Pengjian normalitas memiliki fungsi untuk
megetahui data yang ada berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas memiliki
fungsi untuk mencari tau beberapa varian populasi memiliki kesamaan atau tidak.
Berdasarkan hasil perhitungan Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang
diteliti dalam penelitian ini berada pada distribusi normal, baik hasil uji pre-test dan
post-test, hal tersebut dapat dilihat pada hasil pengujianuji persyaratan analisis yang
menyatakan bahwa L0 < Ltabel dimana Ltabel pada taraf kepercayaan 95% dengan n
(jumlah sampel)= 25 sebesar 0,173. Selain itu kedua kelompok ini juga bersifat
homogen, terbukti berdasarkan hasil uji pre-test dan post-test nya yang menyatakan
bahwa nilai signifikansinya melebihi dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka data
hasil belajar yang telah diperoleh dapat diuji hipotesis untuk melihat apakah ada
perubahan yang signifikan antara penggunaan model konvensional dengan model TGT.
uji Independent Sample T Test digunaka untuk Pengujian Hipotesis. Hasil uji
persamaan dua rata-rata nilai pre-test dilakukan untuk mencari tau apakah ada
perbedaan yang cukup signifikan antara hasil skor pre-test kelompok kontrol dan skor
pre-test kelompok eksperimen. Diperoleh hasil signifikansi (2-tailed) >0,05, yaitu 0,208
> 0,05. Maka dapat dismpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut menandakan
bahwa Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata post-test dilakukan
untuk mengetahui apakah skor post-test kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran TGT lebih besar dibandingkan dengan skor post-test yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Diperoleh hasil signifikansi (2-tailed) < 0,05,
yaitu 0,004 < 0,05. Maka dapat dismpulkan Ha diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut
menandakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa
yang menerapkan model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitif siswa yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Setelah melakukan uji hipotesis dan terlihat bahwa ada perbedaan yang
signifikan maka peneliti melakukan uji N-Gain. Uji N-Gain ini berfungsi untuk melihat
perbedaan yang signifikan tersebut berada pada taraf rendah, sedang, atau tinggi.
Berdasarkan hasil uji normal gain diketahui bahwa nilai rata-rata normal gain dari hasil
belajar sejarah islam siswa kelompok eksperimen 0,38 yang memiliki arti kriteria N-
gain sedang dan kelompok kontrol sebesar -0,06 yang memiliki arti kriteria N-gain
rendah.
Hasil dari penelitian model pembelajaran TGT pada kelompok eksperimen ini
menunjukan bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang
menerapkan model pembelajaran konvensional dengan kelas yang menggunakan model
pembelajaran TGT. Akan tetapi perbedaan yang signifikan tersebut ternyata hanya
berada pada taraf yang sedang atau dapat diartikan kurang berpengaruh terhadap hasil
belajar. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu yang pertama pada awal
penerapan model TGT ternyata sama dengan model pembelajaran konvensional, yaitu
penyampaian materi oleh pengajar sehingga membuat siswa merasa tidak ada bedanya
antara model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran TGT. Yang kedua
ada beberapa siswa yang tidak ikut berdiskusi dalam kelompok karena kurangnya
pengawasan dalam peneliti.

E. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama satu bulan, peneliti


menyadari ada beberapa hambatan yang terjadi selama proses penelitian ini berlangsung.
Hambatan – hambatan yang terjadi adalah hasil nilai pre-test yang sudah tinggi
membuat pengaruh model TGT terhadap hasil belajar kognitif siswa hanya berada pada
taraf sedang.
Selain hambatan tersebut penelitian ini juga hanya terbatas untuk kelas X materi
Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa.

Anda mungkin juga menyukai