Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT


DIVISION) TERHADAP PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF DI SMK
NEGERI 1 JAKARTA

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

ADITYA HERMAWAN

NIM. 5315152832

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN VOKASIONAL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal I ayat I Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif membangun
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Pendidikan merupakan peranan yang sangat penting dalam membentuk kualitas


suatu bangsa. Dalam hal tersebut, pemerintah sangat serius untuk menangani
segala hal dalam bidang pendidikan. Sistem pendidikan nasional diharapkan
mampu menjamin peningkatan mutu dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan di dalam kehidupan
masyarakat, bangsa, dan Negara serta dunia internasional. Sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan.

Menurut E. Mulyasa (2002:101) dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru


adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk
mencapai tujuan. Guru sebagai unsur utama sebagai penanggungjawab terhadap
pelaksanaan dan pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat
terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja, untuk mendesain kegiatan
belajar yang dapat merangsang proses dan hasil belajar yang efektif dan efisien
dalam setiap materi pelajaran maka diperlukan strategi atau metode penyampaian
materi yang tepat.
Menurut Slavin (dalam Nur Asma, 2006:51), menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar
yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari
siswa yang kemampuan akademiknya berbeda sehingga dalam setiap kelompok
terdapat siswa yang berprestasi rendah, sedang dan tinggi atau variasi jenis
kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

Salah satu model pembelajaran yang inovatif dan efektif yang dapat
menghadapi tuntutan dalam dunia pendidikan adalah pembelajaran kooperatif,
yang mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim
untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau untuk
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Salah satu contoh
model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student Teams Achievement
Divisions). Inti dari STAD adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian
para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat atau lima orang
yang merupakan campuran dari siswa yang kemampuan secara akademiknya
berbeda untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru dan memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Setelah selesai
siswa menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok kepada
guru. Tim yang mendapat skor tertinggi mendapat penghargaan, kemudian seluruh
siswa diberi kuis tentang materi tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka


dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran Teknologi Dasar Otomotif di SMK Negeri 1


Jakarta kurang aktif dan interaktif.

2. Siswa kelas X SMK Negeri 1 Jakarta pasif, individualis dalam


perolehan nilai dan kurang berinteraksi sosial pada pembelajaran
Teknologi Dasar Otomotif.
3. Prestasi belajar mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif di kelas X
SMK Negeri 1 kurang optimal karena belum adanya pengkajian model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti memberikan pembatasan


masalah yaitu tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Jakarta
pada mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas,


maka dapat dinyatakan rumusan masalah penelitian yaitu apakah melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat pengaruh terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Jakarta pada mata
pelajaran Teknologi Dasar Otomotif?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar


pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Jakarta pada mata
pelajaran Teknologi Dasar Otomotif.

F. Manfaat Penelitian

Peneliti mempunyai harapan bahwa hasil dari penelitiannya akan berguna


bagi orang lain. Dalam penelitian ini juga ada beberapa harapan. Untuk lebih
jelasnya manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia
pendidikan dalam pengajaran Teknologi Dasar Otomotif terutama dalam
hal penggunaan model pembelajaran. Selain itu, akan dapat melengkapi
kajian mengenai teknik pelaksanaan, peran, dan manfaat model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
khususnya yang terkait dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

b. Bagi guru

1) Mendapat pengalaman menggunakan model pembelajaran


kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk
meningkatkan kualifikasi profesionalisme.

2) Mendapat motivasi untuk terus berkreasi dalam hal menginovasi


pembelajaran sebagai wujud profesionalisme yang dimiliki.

c. Bagi siswa

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan


kreatif dalam proses pembelajaran.

2) Memotivasi siswa, membangun kepercayaan diri, dan menggali


potensi belajar yang dimiliki dalam bentuk kerja kelompok yang positif.

3) Mengembangkan potensi siswa mengarah pada pembentukan


kemampuan sikap, kecerdasan, dan keterampilan agar berhasil dalam
belajar

d. Bagi sekolah

penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi bagi


pembenahan sistem pembelajaran Teknologi Dasar Otomotif guna
peningkatan kualitas pembelajaran, guru dan pada akhirnya kualitas
sekolah
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.DESKRIPSI TEORI

1. Tinjauan tentang Hasil Belajar

A . Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003:2) mengungkapkan bahwa “belajar


merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon yang


tercipta melalui interaksi tingkah laku yang dikemukakan oleh Skinner
(Dimyati,dkk,1999:9).

M. Dalyono (1997: 49) menyatakan bahwa belajar adalah suatu


usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri
seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Syaodih Sukmadinata (2003: 155) juga menyatakan bahwa belajar


adalah proses yang akan selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan
pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah hal yang lebih baik
ataupun hal yang kurang baik, direncanakan atau tidak

Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas mengenai pengertian belajar


menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mendatangkan suatu
perubahan baik itu secara tingkah laku, sikap, ilmu pengetahuan dan
sebagainya untuk menuju yang lebih baik.
B. Ciri-ciri Belajar

Syaifull Bahri Djamarah, memukakan ciri-ciri belajar sebagai berikut :


1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional.
3. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Muhibbin Syah (2011: 117-119) menjelaskan setiap perilaku belajar
selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Diantara ciri-ciri
perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang
terpenting adalah:
a. Perubahan intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman
atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan
kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi
bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau
sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya,
seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan
tertentu, keterampilan dan seterusnya.
b. Perubahan positif-aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif.
Positif berarti hal baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan. Hal ini
juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan
penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti
pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang
telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi
dengan 11 sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya,
bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha
siswa itu sendiri.
c. Perubahan efektif-fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni
hasil berguna. Artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna
dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu perubahan dalam proses
belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa relatif menetap dan setiap
saat apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan
dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi
manfaat yang luas misalnya ketika siswa menempuh kehidupan sehari-
hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain itu
perubahan yang efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan
mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya.

C. Hasil belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau
terpisah, melainkan komprehensif (Agus Suprijono, 2009: 13).
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasilhasil belajar siswa dengan kriteria tertentu. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
seperti pada bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Nana
Sudjana, 1992: 3).
Ada dua faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik (M. Dalyono, 2007: 55-60). Faktor-faktor tersebut
antara lain:
a. Faktor internal (berasal dari dalam diri)
1) Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.
2) Intelegensi dan bakat Seseorang yang mempunyai intelegensi
tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses
belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang
yang memiliki bakat saja tetapi intelegensinya rendah. Demikian
pula jika dibandingkan dengan orang yang intelegensinya tinggi
tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut.
3) Minat dan motivasi Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis
yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar.
Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar
artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang
diminatinya itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan
menghasilkan prestasi yang rendah.
4) Cara belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi
pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik
dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan
memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

b. Faktor eksternal (berasal dari luar diri)


1) Keluarga Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar. Disamping itu, faktor keadaan
dan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
2) Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya,
kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan
fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah siswa
perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, semua ini
turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
3) Masyarakat Keadaan masyarakat menentukan prestasi belajar.
Apabila masyarakatnya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya
baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi
sebaliknya, apabila anakanak disekitar tempat tinggalnya nakal,
tidak bersekolah, banyak pengangguran, hal ini akan mengurangi
semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga
motivasi belajar berkurang.
4) Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal sangat
penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Lingkungan belajar
yang tidak nyaman dan berisik akan mempengaruhi minat anak
untuk belajar.
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas
yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang
dapat dilihat dari perilaku, baik dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.
Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang
diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil
belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata diklat
yang ditempuhnya. Tingkat hasil belajar dalam mata diklat di
sekolah 15 dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti
angka 0-100 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B,
C, D pada perguruan tinggi (Syaodih Sukmadinata, 2003: 102-
103).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan
bahwa hasil belajar merupakan bentuk realisasi dari kemampuan
atau potensi yang dimiliki oleh seseorang baik berupa
pengetahuan, keterampilan berfikir atau kemampuan motoric yang
akan menghasilkan perubahan dalam tingkah lakunya.

D. Prinsip-prinsip Belajar yang Aktif


Menurut Suprihatin Saputro (2000: 146-150) dalam
kegiatan belajar agar siswa dapat belajar dengan aktif perlu
ditunjang dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Menyajikan kegiatan yang bervariasi Kegiatan pembelajaran dan
metode yang digunakan bervariasi seperti menggunakan metode
diskusi, percobaan, meringkas buku dan lain-lain.
2) Menciptakan suasana belajar yang bervariasi. Kegiatan belajar
diciptakan secara menarik dan bervariasi dan tidak membosankan
seperti pengaturan tempat duduk siswa, pengaturan ruangan.
3) Mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar Hendaknya
dalam kegiatan selalu beranggapan bahwa setiap siswa memiliki
potensi kemampuan dan pengalaman. Aktivitas siswa dalam
kegitan belajar mencakup aktivitas fisik, mental dan sosial.
Keaktifan siswa dapat terlaksana bila tugas-tugas yang dilakukan
siswa mengacu pada keterampilan proses.
4) Mendorong siswa agar kreatif Dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengaktifkan dirinya seperti memberikan
kesempatan untuk berpendapat, mengajukan pertanyaan atau usul.
5) Meningkatkan terjadinya interaksi yang lebih baik dalam kelas.
Guru lebih berperan sebagai pengarah atau pengendali kegiatan
belajar mengajar, siswa tidak harus meminta informasi atau
jawaban yang diperlukan.
6) Melayani perbedaan individu Siswa ada yang dapat mengikuti
kegiatan belajar dengan baik melalui mendengar, melihat ataupun
melalui cerita, hendaknya hal ini digunakan sebagai kegiatan
belajar yang bervariasi untuk melayani perbedaan-perbedaan yang
ada pada siswa.
7) Memanfaatkan berbagai sumber belajar Penggunaan buku, alat
peraga ataupun media dalam kegiatan pembelajaran akan memacu
siswa untuk belajar dan tidak mengalami kebosanan.

1. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif


a. Pengertian Model Pembelajaran
Peran seorang guru dalam proses pembelajaran yaitu untuk
membantu siswa mendapatkan informasi dengan cara melalui model
pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan
aktifitas belajar mengajar.
Milss (dalam Agus Suprijono, 2009:45) berpendapat bahwa model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu. Model diartikan sebagai kerangka konseptual
yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
(Dimyati dan Mudjiono, 2006).

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Slavin dalam Entin Solihatin (2007:4), model pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen. Heterogen disini berkaitan dengan tingkat prestasi belajar, jenis
kelamin, dan latar belakang keluarga.
“Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial” (Agus Suprijono, 2010:61).
Agus Suprijono (2009:54-55) menjelaskan pengertian pembelajaran
kooperatif sebagai berikut. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-
bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik
menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk
ujian tertentu pada akhir tugas.
Dalam proses pembelajaran dengan Model pembelajaran kooperatif
siswa diharapkan aktif dan inovatif dalam kelompoknya dan mampu bekerja
sama dalam tim dengan baik sehingga mampu menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru dengan baik.
2. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division)
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD(Student Team
Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi
antar siswa untuk saling bekerja sama dan memotivasi serta saling
membantu dalam kelompoknya guna menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal.
Tipe ini dikembangkan oleh Robert Slavin. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana dan merupakan model yang banyak digunakan dalam
pembelajaran kooperatif.
Slavin (dalam Nur Asma, 2006:51), menjelaskan bahwa dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok
belajar yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan
campuran dari siswa yang kemampuan akademiknya berbeda sehingga
dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi rendah, sedang dan
tinggi atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok
sosial lainnya.
Bagian terpenting dari Model pembelajaran STAD ini ialah adanya kerja
sama antar kelompok sekaligus menjadi kompetitior dalam kelompoknya.
Siswa bekerja sama dikelompok untuk memperoleh ilmu pengetahuan dari
teman sebayanya, serta mengajari teman sebayanya atau kelompoknya.

b. Tahap Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.


Menurut Nurasman (2006:5) menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri dari enam tahap:
1. Persiapan pembelajaran
2. Penyajian materi
3. Kegiatan kelompok
4. Tes individu
5. Perhitungan skor pengembangan individu
6. Penghargaan kelompok
Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD. Menurut Agus
Suprijono (2011: 133-134), langkah-langkah pada model pembelajaran
STAD adalah sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya=4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan
pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Kesimpulan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe


STAD
Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan keberhasilan kelompok
tertergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok
juga tidak dapat menggantungkan pada anggota yang lain. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
Davidson (dalam Nurasma, 2006:36), menyatakan kelebihan
yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kecakapan individu.
2) Meningkatkan kecakapan kelompok.
3) Meningkatkan komitmen, percaya diri.
4) Menghilangkan prasangka terhadap teman sebaya dan
memahami perbedaan.
5) Tidak bersifat kompetitif.
6) Tidak memiliki rasa dendam dan mampu membina
hubungan yang hangat.
7) Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling
membantu dan mendukung dalam memecahkan masalah.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD


menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:38), yaitu:
1) Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa
minder berkerja sama dengan teman-teman yang lebih mampu.
2) Terjadi situasi kelas yang gaduh singga siswa tidak dapat
bekerja secara efektif dalam kelompok.
3) Pemborosan waktu.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Sri Suharyanti (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sri Suharyanti menyebutkan dalam
penelitiannya siswa lebih aktif dalam pembelajaran, terjadi saling berinteraksi dan
bekerjasama antaranggota kelompok, tanggung jawab siswa untuk menguasai
materi pelajaran semakin meningkat, serta siswa semakin lancar dalam
menyelesaikan soal-soal.
Pada penelitian Desi Indriasari (2005) menyebutkan bahwa dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada kerja
kelompok dan tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan dan adanya saling
interaksi diantara anggota kelompok belajar. Dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran baik partisipasi kontribusi akan proses maupun hasil belajar.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang tepat dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kelas dan juga meningkatkan prestasi
belajar siswa.

D.Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD memiliki kinerja yang lebih baik terhadap peningkatan hasil belajar
Teknologi Dasar Otomotif siswa kelas X SMK Negeri 1 Jakarta dibanding model
pembelajaran yang digunakan guru selama ini.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau
Classroom Action Research (CAR) secara kolaburatif dan partisipatif, artinya
peneliti tidak melakukan sendiri namun berkolaborasi dengan guru kelas X di
SMKN 1 Jakarta. Penelitian dapat dilakukan secara kolaborasi, pihak yang
melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang melakukan
pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi
Arikunto, 2008: 17). Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan beberapa
siklus sampai target tercapai. Model siklus penelitian yang akan digunakan adalah
sebagai berikut:

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui ketika
melakukan penelitian tindakan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyusun rancangan tindakan (planning) Rencana penelitian merupakan
tindakan yang tersusun dan mengarah pada tindakan, fleksibel dan refleksi.
Rencana tindakan yang tersusun dan mengarah pada tindakan ini dimaksudkan
bahwa rencana yang dibuat harus melihat permasalahan ke depan sehingga semua
tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan. Fleksibel berarti
rencana harus dapat diadaptasikan dengan faktor-faktor tak terduga yang muncul
selama proses diadakan. Refleksi diartikan bahwa rencana harus dibuat
berdasakan hasil pengamatan awal yang reflektif dan sesuai dengan kenyataan dan
permasalahan yang muncul.
2. Pelaksanaan tindakan (acting) Tindakan disini adalah tindakan secara sadar dan
terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Dari
pengertian tersebut disimpulkan bahwa tindakan haruslah mempunyai inovasi
baru meskipun hanya sedikit. Tindakan dilakukan berdasarkan rencana, meskipun
tidak harus mutlak dilaksanakan semua. Yang perlu diperhatikan bahwa tindakan
harus mengarah pada perbaikan dari keadaan sebelumnya.
3. Pengamatan (observing) Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan
pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya. Observasi merupakan landasan dari
refleksi terkait tindakan yang akan datang. Selain itu, observasi harus bersifat
responsif, terbuka pandangan dan pikiran.
4. Refleksi (reflecting) Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan
kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Kegiatan
refleksi merupakan kegiatan memaknai proses, persoalan dan kendala yang
muncul selama proses tindakan

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu Penelitian : Januari-Juni 2019
Tempat Penelitian : SMK Negeri 1 Jakarta

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X, jurusan teknik pemesinan SMK
Negeri 1 Jakarta tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 32 siswa. Dipilihnya
kelas ini dikarenakan kelas X dalam pembelajaran Teknologi Dasar Otomotif
hasil rata-rata belajarnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75
D. Jenis Tindakan
Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, memungkinkan peserta didik untuk
terlibat aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya
sehingga akan tercipta kondisi pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Selain
itu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa menjadi
bagian aktif dalam pembelajaran, bukan lagi bagian pasif seperti dengan
metode ceramah. Siswa yang melakukan diskusi akan dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok diskusi disusun dari 4-5 siswa
yang mempunyai prestasi berbeda. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang
memiliki prestasi golongan tinggi, siswa yang memiliki prestasi golongan
sedang dan siswa yang memiliki prestasi golongan rendah.
Penelitian PTK ini akan dilakukan dalam beberapa siklus hingga target
tercapai. Target penelitian adalah hasil belajar siswa mencapai nilai KKM
sebesar 85% dari 32 siswa dan nilai rata-rata hasil belajar kelas diatas 75.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung proses
pembelajaran berdasarkan pedoman observasi yang telah tersusun.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa untuk mengetahui secara
lebih dalam tentang begaimana pelaksanaan pembelajaran Teknologi
Dasar Otomotif dengan teknik STAD di kelas X SMKN 1 Jakarta
3. Kajian Dokumen
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang
ada, seperti Satuan Rencana Pembelajaran (SRP), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan nilai yang diberikan guru serta analisis
kurikulum.
4. Tes
Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis
bertujuan untuk mengetahui dan mengukur tingkat penguasaan peserta
didik terhadap materi atau sub pokok bahasan yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian tindakan ini dilakukan secara
deskriptif kualitatif. Artinya data yang diperoleh dalam penelitian ini
disajikan apa adanya kemudian dianalisis secara deskriptif untuk
mendapatkan gambaran mengenai fakta yang ada, sedangkan kualitatif
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisaikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih makna yang penting
dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar
menghasilkan data, tetapi juga menghasilkan informasi-informasi yang
bermakna ataupun ilmu baru yang berguna untuk mengatasi permasalahan
yang ada. Penyajian hasil penelitian dilakukan dengan menjabarkan semua
hasil tindakan secara lengkap, lalu 38 ketercapaian hasil tersebut dilakukan
pada setiap siklus tindakan, sehingga peningkatan atau perbaikan kinerja
akan tergambar semakin jelas.
G. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang digunakan peneliti untuk mengambil
data dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi
Lembar observasi berfungsi untuk mencatat tingkah laku siswa,
kegiatan peserta didik selama tindakan terhadap proses pembelajaran
berlangsung. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan lembar observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran
dengan teknik STAD.
2. Pedoman wawancara Pedoman wawancara berisi pertanyaan-
pertanyaan yang akan ditanyakan pada responden. Pedoman
wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang
tidak dapat diketahui atau kurang jelas dari hasil observasi.
3. Dokumentasi Dokumentasi disini berupa data mengenai profil sekolah,
jumlah siswa dan guru, dan nilai-nilai siswa sebelum diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X SMKN 1 Jakarta
tahun pelajaran 2018/2019.
4. Instrumen Pengukur Keaktifan siswa
5. Tes
Tes yang diberikan pada siswa dalam penelitian adalah tes formatif.
Tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
menguasai materi.

I. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif ini dapat diukur berdasarkan target
penelitian. Sebagai pengukuran target tersebut maka digunakan indicator-
indikator dan diharapkan pada siklus terakhir akan menjadi sekurang-
kurangnya:
1. Peserta didik yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
sebanyak 85% dari total 32 siswa.
2. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas X TPM diatas 75.
3. Keaktifan rata-rata siswa dalam pembelajaran PDPL meningkat, minimal
mencapai persentase 70% dari skala 0%-100%.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
E. Mulyasa. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nur Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.
M. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suprihatin Saputro. (2000). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Syaodih Sukmadinata (2003: 155)
Sri Suharyanti. (2006). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika
melaluiPembelajaran Kooperatif STAD di Kelas V SDN Pengkol Lendah Kulon
Progo. Skripsi. FIP UNY.
Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto, Suhardjono, & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai