Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY

LEARNING BERVISI I-SETS TERHADAP HASIL BELAJAR


SISWA DI MA DARUL ULUM PALANGKARAYA

Fitria Wulandari1, Mukhlis Rohmadi2, Nurul Septiana3


1
Program Studi Tadris Fisika IAIN Palangka Raya, Palangka Raya, Indonesia
2
Program Studi Tadris Fisika IAIN Palangka Raya, Palangka Raya, Indonesia
3
Program Studi Tadris Fisika IAIN Palangka Raya, Palangka Raya, Indonesia

Abstrak. Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Discoveri Learning


Bervisi I-SETS Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Di MA Darul Ulum Palangka
Raya, Penelitian bertujuan untuk : Melihat Pengaruh Model Pembelajaran Discoveri
Learning Bervisi I-SETS Terhadap Hasil Belajar Siswa. Dari hasil penelitian yang telah
diperoleh rata-rata pretest yaitu sebesar 23,3333 sedangkan rata-rata nilai posttest
yaitu sebesar 40,0000, artinya rata-rata nilai pembelajaran discovery learning bervisi
I-SETS lebih tinggi dibandingkan rata-rata pembelajaran tanpa I-SETS. Berdasarkan
data hasil belajar dari peserta didik mumbuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery learning bervisi i-sets dapat meningkatkan hasil belajar.

kata kunci : model pembelajaran, discovery learning, I-SETS, hasil belajar

Abstrack. This study entitled The Application of the I-SETS Vision Discovery Learning
Learning Model on Student Learning Outcomes in the Materials at MA Darul Ulum
Palangka Raya, aims to: See the Effect of the I-SETS Vision Discovery Learning
Learning Model on Student Learning Outcomes. The results of the research obtained
that the average pretest is 23.3333 while the average posttest value is 40,0000,
meaning that the average value of discovery learning with I-SETS vision is higher than
the average learning without I-SETS. . Based on the data on student learning
outcomes, it shows that the application of the i-sets vision discovery learning model
can improve learning outcomes

keywords: learning model, discovery learning, I-SETS, learning outcomes


Pendahuluan

Pembelajaran adalah sebuah proses dari belajar mengajar yang


dilaksanakan pada bidang pendidikan berfungsi untuk menyampaikan/
memperoleh kembali informasi, pengetahuan dan wawasan. Tercapainya
sebuah pembelajaran tergantung bagaimana pembewaan seorang guru
dalam mengajar. Dalam sebuah proses pembelajaran, pendidik dan
peserta didik adalah sebuah komponen yang tidak dipisahkan dipisahkan,
antara pendidik dan peserta didik harus menjalin sebauh interaksi yang
baik guna bisa mencapai hasil belajar secara optimal hal tersebut
dikarenakan kurangnya variasi pada model pembelajaran yang digunakan
pendidik. (Bafadal, 2005).
Penerapan model pembelajaran merupakan sebuah kebutuhan
bagi siswa pada proses pembelajaran, untuk itu model yang
diterapkanpun harus sesuai dengan kebutuhan siswa agar pembelajaran
menjadi efektif. Dikarenakan tuntutan K-13 yang cenderung berpusat
pada siswa (student’s centered learning) sebaikannya model
pembelajaran berupa ceramah sudah tidak diterapkan lagi pada proses
pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang terdapat dalam K-
13 dapat digunakan oleh guru pada proses pembelajaran, salah satunya
adalah model Discovery learning. Model pembelajaran Discovery learning
merupakan model pembelajaran yang didefinisikan sebagai model
pembelajaran yang berbasis penemuan.
Berdasarkan hasil observasi di dalam kelas pada saat
pembelajaran, guru belum memvariasikan model dalam pembelajaran
guru hanya menyampaikan materi dan rumus dan sesekali mengajukan
pertanyaan kepada siswa. proses pembelajaran yang berpacu pada guru
nya saja atau yang sering disebut teacher centered berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa, di karenakan pembelajaran yang bersifat
teacher centered cenderung membuat siswa kurang aktif dalam
pembelajaran. Sebagaimana hasil wawancara yang diungkapkan guru
mata pelajaran fisika di MA Darul Ulum Palangkaraya bahwa rata-rata
hasil belajar dari siswa masih hanya sebatas nilai KKM yaitu 70, hanya
51% siswa yang mencapai KKM dan 49% siswa tidak mencapai KKM.
Yang artinya siswa belum masih memiliki hasil belajar yang rendah,
secara klasikal dikatakan hasil belajar dikatakan tercapai atau tuntas
apabila ketuntasan dari siswa ≥68% . Hasil belajar dipengaruhi oleh dua
faktor utama salah satunya yaitu minat belajar, untuk itu minat belajar
sangat penting dimiliki setiap siswa.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah.Dalam
kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan
pendidikan. (Sukmadinata, 2004). Seseuai dengan kurikulum tersebut
maka pembelajaran fisika perlu dikembangkan salah satunya dapt
pembelajaran I-SETS (Islamic, Sciene Environment, Technology,
Society ) agar pembelajaran fisika lebih bermakna secara luas
(Kuniasih.et all,2014 ). Terdapatnya proses integrasi nilai keislaman
dalam pembelajaran membuat peserta didik muslim yang memiliki
sebuah keterampilan dasar dalam ilmu sains, dan juga teknologi modern
dalam ajaran islam, selain itu siswa tidak mudah merasa bosan
dikarenakan pembelajaran yang disampaikan diintegrasikan yang dapat
membantu siswa berwawasan luas (Peliang,et all,2017).
Pendekatan I-SETS merupakan suatu pendekatan yang
menggabungkan pendekatan SETS dengan pendekatan berbasis islamic.
I-SETS (islamic,science,environment,technology, and society) adalah
model yang menghubungkan materi dengan nilai islam, dengan
menambahkan ayat al-qur’an dan hadist sebagai salah satu pengisi
materi di dalamnya (Binadja, 2005). Tidak hanya pelengkap dalam
pembelajaran namu al-qur’an dan hadist akan menjadi panutan dalam
proses pembelajaran. Tujuan dalam pembelajaran I-SETS yaitu dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan
tentang alam yang nantinya dikaitkan dengan kebenaran ayat al-qur’an.
Bukan hanya segi agama, namun siswa juga diminta untuk menghasilkan
produk dengan bentuk tekhnologi sederhana yang bermanfaat untuk
masyarakat sekitar dan mampu menilai hal yang positif dan negatif dalam
proses pembelajaran dalam lingkungan.
Pembelajaran dengan menggunakan metode I-SETS merupakan
metode yang konstektual, dalam artian menggabungkan beberapa aspek
kehidupan yang tercangkup didalamnya serta akan mencantumkan bukti-
bukti fenomena alam yang tercantum dalam ayat al-qur’an. adapun
beberapa langkah pelaksaan I-SETS diantaranya :
1. Invitasi yaitu IPA berasal dari pertanyaan tentang alam, pendidik
memulai pembelajaran dengan menggali isu-isu dari siswa dengan
cara mengajukan pernyataan-pernyataan yang dapat menibulkan
permasalahan.
2. Eksplorasi digabungkan metode pembelajaran
3. Ekplanasi tentang fenomena di alam ( Empiris dan teoristis)
4. Tindak lanjut yaitu tidakan aplikasi personal dan social.

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah


pendekatan kuantitatif Desain penelitian yang digunakan peneliti yaitu
menggunakan Pre-Experimental Desaigns tipe One-Group Pretest-
Posttest Design. Desain penelitian adalah suatu sketsa atau prosedur
suatu langkah-langkah yang digunakan dalam proses penelitian sebagai
panduan. Di mana penelitian ini diberikan pretest sebelum diberikan
perlakuan. Tujuan penelitian One-Group Pretest-Posttest Design adalah
untuk mengetahui penggunaan model discovery learning bervisi I-SETS.
Data yang dikumpulkan diolah secara statistik, data yang diolah diperoleh
dari hasil pretset dan postest untuk mengetahui pengaruh dari
penarapan model pembelajaran discovery learning bervisi I-SETS
terhadap hasil belajar pada mata pelajaran fisika di MA Darul Ulum
Palangakaraya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan kemampuan hasil belajar siswa dapat dilihat dari


pretest dan posttest dengan soal yang pilihan ganda sebanyak 10 soal.
Data yang diperoleh pada saat pretest dan posttest terlihat terdapat
peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran discovery learning bervisi i-sets. Hasil nilai rata-rata
pretest siswa adalah 50 menjadi rata-rata posttest siswa sebesar
77,86 dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta
mengalami peningkatan. Sebagaimana hasil wawancara yang
diungkapkan guru mata pelajaran fisika di MA Darul Ulum
Palangkaraya sebelum penelitian dilakukan bahwa rata-rata hasil
belajar dari siswa masih hanya sebatas nilai KKM yaitu 70, hanya 51%
siswa yang mencapai KKM dan 49% siswa tidak mencapai KKM. Yang
artinya siswa belum masih memiliki hasil belajar yang rendah, secara
klasikal dikatakan hasil belajar dikatakan tercapai atau tuntas apabila
ketuntasan dari siswa ≥68% .

Tabel 1.1 Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics
Maximu Std.
N Minimum m Mean Deviation
PRETEST 3 20,00 30,00 23,3333 5,77350
POSTTEST 3 ,00 40,00 15,5556 12,36033
Valid N 3
(listwise)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas pada variabel Pretest dan Posttest


diperoleh bahwa nilai terendah masing-masing variabel yaitu 20,00 ;
0,00. Nilai tertinggi masing-masing variabel yaitu 30,00 ; 40,00.
Kemudian rata-rata setiap variabel adalah adalah 23,3333 ; 15,5556
dan dengan standar deviasi 5,77350 ; 12,36033.

Tabel 1.2 Hasil Uji Piered Samples Statistics


Paired Samples Statistics
Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 PRETEST 23,3333 3 5,77350 3,33333
POSTTEST 40,0000 3 17,32051 10,00000

Berdasarkan tabel 1.2 Piered Samples Statistics diatas diperoleh


bahwa rata-rata pretest yaitu sebesar 23,3333 sedangkan rata-rata
nilai posttest yaitu sebesar 40,0000, artinya rata-rata nilai
pembelajaran discovery learning bervisi I-SETS lebih tinggi
dibandingkan rata-rata pembelajaran tanpa I-SETS. Berdasarkan data
hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery learning bervisi i-sets dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik.sama hal nya dengan hasil penelitian Rita
Rahmaniati dan Supramono (2015) yang berjudul “pembelajaran I-
SETS (ISLAMIC,SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY DAN
SOCIETY) terhadap hasil belajar” menyimpulkan bahwa nilai rata-rata
hasil belajar siswa dikelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran
I-SETS (ISLAMIC,SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY DAN
SOCIETY) lebih tinggi di banding kelas kontrol yang tidak diterapkan
pembelajaran tersebut.
Dari hasil penelitian meningkatnya hasil belajar peserta didik
dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yaitu
model pembelajaran discovery learning bervisi i-sets yang mana
discovery learning sendiri merupakan model pembelajaran berbasis
penemuan dimana peserta didik di tuntun untuk lebih aktif dan dapat
menyelesaikan permasalahan yang di sajikan dalam pembelajaran
secara mandiri. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Lut
Putu Eni Subari (2011) yang berkaitan dengan model pembelajaran
discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar dan persentase
ketuntasan bejar IPA siswa. Discovery learning membantu siswa untuk
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif, pengetahuan yang diperoleh melalui model ini
sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan
dan transfer, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah, membantu siswa memperkuat konsep
dirinya,karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan orang
lain, mendorong keterlibatan keaktifan siswa, mendorong siswa untuk
berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri melatih siswa belajar
mandiri. (Hosnan,2014).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat


disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran discovery learning
bervisi i-sets terhadap hasil belajar siswa di Ma Darul Ulum
palangkaraya diperoleh bahwa rata-rata pretest yaitu sebesar 23,3333
sedangkan rata-rata nilai posttest yaitu sebesar 40,0000, artinya rata-
rata nilai pembelajaran discovery learning bervisi I-SETS lebih tinggi
dibandingkan rata-rata pembelajaran tanpa I-SETS. Berdasarkan data
hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery learning bervisi i-sets dapat meningkatkan
hasil belajar.

Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar guru dapat


lebih memvariasikan lagi model pembelajaran dan I-SETS serta model
discoveri learning dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran agar
pembelajaran lebih menyenangkan.

Daftar Pustaka

[1] Anwar, Miftakhul. 2012 “Penerapan Pendekatan SETS


(Science,Environment Technology and Social) Pada Pembelajaran Fisika
Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA” .

[2] Atiks Indri W, dkk 2017. Bahan Ajar I–SETS (Islamic, Science,
Environment, Technology and Society) Terintegrasi Karakter. UPEJ 6 (3)

[3] Bangun, Sartono. 2018. Penerapan Model Pembelajran Discovery


learning Berbantuan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Fisika Materi Fluida Pada Siswa Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali Semester Ganjil Tahun Ajaran 2018/2019. Prosiding
SNFA. E-ISSN : 2548-8325

[4] Binadja, A. 2002. Pemikiran Dalam SETS (Science,Environment,


Technology, and Society). Semarang : Program Pasca Sarjana UNNES

[5] Eni, Arinawati. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery learning


Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada
Siswa Kelas V. Universitas Negeri Surabaya.

[6] Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam


Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia

[7] Maharani, Indah. 2010. Penerapan Model Discovery learning Untuk


meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN
Gebang 03 Kabupaten Jember. Universitas Negeri Yogyakarta.

[8] Rita, Rahmaniani & Supramono. 2015. Pembelajaran I–SETS (Islamic,


Science, Environment, Technology and Society) Terhadap Hasil Belajar
Siswa. Anterior Jurnal, Volume 14 Nomor 2, Juni 2015, 194 – 200

[9] Sugiyono, 2007. Model Penelitian Pendidikan, Alfabeta: Bandung

Anda mungkin juga menyukai