Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AURA PUTRI

NIM : 1102619002

KELAS : A PKH 2019

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Apa itu ABA?

Metode ABA adalah metode tata laksana prilaku menggunakan metode mengajar
tanpa kekerasan. Applied Behavior Analysis (ABA) merupakan metode yang mengajarkan
kedisiplinan dimana pada kurikulumnya telah dimodifikasi dan aktivitas sehari hari dan
dilaksanakan secara konsisten untuk meningkatkan perilaku yang signifikan.

Cooper, dkk (2007) mendefinisikan applied behavior analysis sebagai: “the science in
which tactics derived from the principles of behavior are applied systematically to improve
socially signiÞ cant behavior and experimentation is used to identify the variables
responsible for behavior change”.

ABA didefinisikan sebagai ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip perilaku secara


sistematis untuk meningkatkan perilaku yang signifikan secara sosial dan menggunakan
eksperimentasi untuk mengidenti^ kasi variabel-variabel yang bertanggung jawab terhadap
perubahan perilaku. Menurut Slavin (1996) applied behavior analysis merupakan proses
dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip perilaku tentatif yang bertujuan untuk meningkatkan
perilaku spesifik dan penilaiannya dilakukan secara simultan. Alberto & Troutman (2008)
mendefenisikan ABA sebagai penerapan yang sistematis dari prinsip-prinsip perilaku untuk
mengubah perilaku menjadi bermakna secara sosial, serta memverifikasi kaitan antara
perilaku dan intervensi yang diberikan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa applied behavior analysis


merupakan penerapan prinsip-prinsip dari teori perilaku yang bertujuan untuk mengubah,
memperbaiki, dan meningkatkan perilaku spesi^ k menjadi perilaku perilaku yang diterima
secara sosial.

2. Untuk siapa itu ABA diberlakukan?

Metode Lovaas/ metode ABA dapat bermanfaat untuk menangani anak-anak dengan
kelainan perilaku lainnya seperti autis,asperger, ADHD, dan bahkan anak normal sekalipun

3. Tujuannya?

Dalam pembentukan perilaku dengan menggunakan metode Lovas ini memiliki tujuan
utama, yaitu mengurangi perilaku yang berlebih atau tidak wajar, mengajarkan anak
terhadap perilaku yang lebih bisa diterima lingkungan. Perilaku yang kurang baik tadi
digantikan oleh perilaku yang lebih baik. Semakin anak memahami berbagai hal di
sekitarnya, anak semakin bisa melakukan berbagai hal, dan mengejar ketinggalan-
ketinggalannya. semakin anak patuh akan aturan yang berlaku bagi anak seusianya, anak
semakin bisa diharapkan dapat lebih membaur dengan sessama.

Yosfan Azwandi (2005:173) mengatakan tujuan metode lovaas/ABA adalah untuk


meminimalkan kegagalan anak dan memaksimalkan keberhasilan anak.

Sedangkan Pramuji (2007: 39) mengemukakan bahwa tujuan metode Lovaas adalah
sebagai berikut;

a. komunikasi dua arah yang aktif,


b. anak mau menjawab saat ditanya,
c. anak mampu bersosialisasi,
d. menghilangkan atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar,
e. mengejar materi akademik,
f. anak mampu melakukan bina diri dan ketrampilan lain secara mandiri.”

4. Prinsip dan ciri-ciri metode ABA?

Perilaku dapat terjadi biasanya didahului oleh suatu sebab atau antecedent, sehingga
perilaku nantinya akan menimbulkan suatu akibat atau biasa disebut dengan consequence.
Dalam prinsip ini, Prasetyo (2008: 146) menyatakan bahwa prinsip dasar metode Lovaas
dijabarkan sebagai ABC yang dikenal dengan operant conditioning. Pengertian akan
rumusan ini sangat penting, terutama jika ingin menghilangkan perilaku “aneh” seorang
anak. A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C (cossequence).
Antecedent adalah hal yang mendahului terjadinya perilaku berupa intruksi yang diberikan
oleh seseorang kepada anak autis. Dengan pembelajaran yang terstruktur anak autis
kemudian memahami behavior (perilaku) berupa intruksi yang diberikan. Perilaku tersebut
diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak memperoleh konsekuensi perilaku atau imbalan
yang menyenangkan.

Handojo (2003: 53) menjelaskan bahwa kaidah yang mendasari pada pelaksanaan
penerapan metode Lovaas dalam tatalaksana perilaku yaitu “suatu perilaku bila diberi
reinforcement (imbalan yang tepat) akan semakin sering dilakukan, dan sebaliknya bila
suatu perilaku tidak diberi imbalan maka perilaku tersebut akan terhenti.” Handojo (2009:
3) menjelaskan juga bahwa: “Prinsip metode ABA merupakan pendekatan dan cara
penyampaian materi kepada anak harus dilakukan dengan kehangatan yang didasarkan
pada kasih sayang yang tulus untuk menjaga kontak mata yang lama dan konsisten, tegas,
tanpa kekerasan maupun tanpa marah/ jengkel, prompt (bantuan/arahan) yang diberikan
secara tegas tetapi lembut, dan apresiasi yaitu anak dengan imbalan yang efektif, sebagai
motivasi agar anak selalu bergairah.”

Metode ABA diberikan secara tegas tetapi lembut tanpa kekerasan. Untuk
mempertahankan perilaku yang diharapkan secara konsisten maka perlu adanya pemberian
imbalan yang efektif. Sri Utami Soedarmono (2001: 1) mengatakan prinsip-prinsip metode
Lovaas adalah sebagai berikut:

a. Memecah setiap keterampilan menjadi bagian-bagian atau langkahlangkah yang


lebih kecil.
b. Diajarkan secara sistematik, terstruktur, dan terukur.
c. Metode pengajaran :
1. Sistem one on one atau satu guru satu murid, satu ruangan.
2. Instruksi spesifik yang jelas, singkat dan konsisten
3. Berulang-ulang sampai respon tanpa prompting.
4. Dilakukan maintainance dan generalisasi. Dalam penerapan metode Lovaas,
diberikan secara one on one yang artinya satu guru satu murid.

Metode ini diajarakan secara sistematis terukur, dan terstruktur, serta adanya instruksi
yang jelas dan konsisten dalam memberikan arahan. Metode Lovaas dalam penerapan tidak
terlepas dengan adanya prompt dan reward sebagai penguat perilaku yang dimunculkan.
Bonny Danuatmaja (2003: 29) mengatakan bahwa “prinsip awal metode Lovaas adalah
meningkatkan kemampuan reseptif atau kognitif (pemahaman) anak autis.” Metode ini
dimulai dengan jumlah latihan yang sedikit untuk beberapa minggu pertama, kemudian
meningkat sesuai dengan kondisi anak. Hal ini akan membantu anak menjadi lebih terbiasa
dalam kegiatan terstruktur.

Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat ditegaskan bahwa prinsip metode Lovaas
adalah dilakukan berdasarkan operant conditioning, dengan menggunakan rumus A  B  C,
yaitu A yang merupakan antecedent, merupakan hal yang mendahului terjadinya perilaku
berupa instruksi yang diberikan kepada anak autis. B adalah Behavior atau perilaku yaitu
berupa instruksi. Sedangkan C adalah Consequence merupakan konsekuensi yang
ditimbulkan akibat adanya Antecedent dan Behavior. Metode Lovaas memiliki konsep
memecah suatu ketrampilan menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Diajarkan secara
sistematik, terstruktur, dan terukur, sistem one on one atau satu guru satu murid, satu
ruangan, dengan intruksi spesifik yang jelas, singkat, konsisten, berulang-ulang sampai
respon tanpa prompting, sehingga perlu adanya pemberian imbalan untuk memperkuat
perilaku positif yang dimunculkan.

5. Metode/strategi ABA?

metode ABA (Applied Behavior Analysis) mempelajari cara seseorang individu bereaksi
terhadap suatu rangsangan, konsekuensi yang terjadi sebagai reaksi spesifik, dan bagaimana
konsekuensi tersebut mempengaruhi kejadian yang akan datang.

Metode ini dapat melatih setiap keterampilan yang tidak dimiliki anak, mulai dari respon
sederhana, misalnya memandang orang lain atau kontak mata, sampai keterampilan
kompleks misalnya komunikasi spontan atau interaksi sosial. Metode ini diajarkan secara
sistematik, terstruktur dan terukur. Terapi perilaku ini mengajarkan anak bagaimana
berespon terhadap lingkungan dan mengajarkan perilaku yang sesuai agar anak dapat
membedakan berbagai hal tertentu dari berbagai macam rangsangan. Adapun istilah-istilah
yang dipakai :

1. Instruksi Instruksi yaitu kata-kata perintah yang dilakukan kepada anak pada suatu
proses terapi. Instruksi pada anak harus S-J-T-T-S : Singkat – Jelas –Tegas – Tuntas –
Sama.
2. Prompt Prompt yaitu bantuan atau arahan yang diberikan kepada anak apabila anak
tidak memberikan respon terhadap instruksi.
3. Reinforcement atau imbalan Reinforcement atau imbalan adalah “hadiah” atau
“penguat” suatu perilaku agar anak mau melakukan terus dan menjadi mengerti
pada konsepnya.
4. Aktivitas terkecil dari perilaku Setiap perilaku tertentu (misalnya: mengambil bola
merah diatas meja) harus dipecah menjadi aktivitas-aktivitas terkecil. Maksudnya
disini adalah diajarkan secara bertahap dari setiap konsep yang diberikan
5. Achieved atau disingkat A Achieved adalah bila anak merespon suatu instruksi
terapis dengan benar
6. Mastered Mastered diberikan apabila anak berhasil merespon dengan benar 3
instruksi secara berturut-turut.
7. Maintenance atau pemeliharaan Tahapan program setelah anak mampu menguasai
suatu instruksi. i. Generalisasi Memperluas kemampuan anak untuk merespon
instruksi oleh subyek yang berlainan.
8. R+ITEMS Semua benda, situasi atau aktivitas yang disukai anak dan dapat dijadikan
imbalan. j. ITEMS Semua benda, situasi atau aktivitas yang tidak disukai anak.
9. Mild Reseptif Behavior Perilaku “aneh” yang cukup mengganggu proses terapi
sehingga perlu dihilangkan
10. Tantrum atau mengamuk Perilaku anak yang hebat dan mengamuk
11. Echolalia atau membeo Kemampuan anak untuk menirukan kata atau kalimat
bahkan nyanyian, tapi tanpa mengerti artinya
6. Kekurangan dan kelebihan dari metode ini apa?

Kelebihan dari metode ABA sendiri diantaranya

a. terstruktur (teknik mengajar yang jelas),


b. terarah (panduan program yang dapat dijadikan acuan),
c. terukur (keberhasilan / kegagalan dapat diketahui dengan pasti).

Kekurangan dari metode ABA

- Membutuhkan waktu yang lama


- Terdapat beragam tingkatan kelas
- Siswa cepat bosan apabila tidak dapat menjawab
Referensi

An, K., Imania, N., & Bariah, S. H. (n.d.). PEMANFAATAN PROGRAM PEMBELAJARAN LOVAAS
( ABA ) DENGAN PENDEKATAN ICARE KEMAMPUAN GENERAL LIFE SKILL. 4(1), 57–70.

Ramadhani Khija, ludovick Uttoh, M. K. T. (2015). No TitleÉ?. Ekp, 13(3), 1576–1580.

Sekoah, D. I., Muhammadiyah, D., & Malang, K. (2017). Implementasi Metode Applied
Behaviour Analysis ( Aba ) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis
Permulaan Siswa Autis Implementasi Metode Applied Behaviour Analysis ( Aba ) Untuk
Meningkatkan Kemampuan.

Si, M. (2011). ANALYSIS UNTUK ( Attention De Þ cit Hyperactivity Disorders ). 16(1), 39–52.

Widodo, J. (2004). Judarwanto Widodo, Penata laksanaan Attention Deficit Hyperactive,


(Malang: UMM Press,2004), hlm. 34 1 9. 20–24.

Anda mungkin juga menyukai