Anda di halaman 1dari 2

Proses pembentukan perilaku bangun pagi ditinjau dari Skinner

Menurut Skinner perilaku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi suatu
tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi
sesudahnya. Ia memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses
pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan
stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Dengan cara membiasakan diri
untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.
Kegiatan yang berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan
ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stumulus dengan suatu respon
menjadi sangat kuat atau dengan kata lain tidak mudah dilupakan. Dengan demikian
terbentuklah pengetahuan siap atau keterampilan siap yang setiap saat siap untuk
dipergunakan oleh yang bersangkutan. Penguatan dianggap sebagai stimulus positif, jika
penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak dalam melakukan
pengulangan perilakunya itu. Dalam hal ini penguatan yang diberikan pada anak memperkuat
tindakan anak, sehingga anak semakin sering melakukannya. Contoh penguatan positif
diantaranya adalah pujian yang diberikan pada anak ketika ia bisa bangun pagi.
Kedua adalah mengenai penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
Penghargaan (reward) adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang
diberikan, sedangkan Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini,
hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang
yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak
menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.
Oleh Armani, supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus
memenuhi beberapa syarat tertentu antara lain :
1. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai
kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan
2. Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara
teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis, untuk itu
dibutuhkan pengawasan
3. Pembiasaan itu hendaklah konsekwen, bersikap tegas dan tetap teguh pendirian
yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk
melanggar kebiasaan yang telah ditetapkan
4. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanis itu harus makin menjadi pembiasaan
yang disertai hati makin menjadi pembiasaan yang disertai hati anak itu sendiri.

Hajar. (2013). Pembentukan Perilaku Anak Melalui Metode Pembiasaan Bercerita Di Ra


Ulil Albab I Sungguminasa Kabupaten Gowa. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2675/1/Hajar.pdf diakses 10 Oktobe
2021.

Hergenhahn, B. R., Olson, M. H. (2017). Theories Of Learning. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai