Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori belajar menjadi suatu hal yang patut diketahui oleh para guru
hingga orangtua. Sebab, macam-macam teori belajar dikatakan akan berpengaruh
secara tidak langsung dengan ilmu yang akan diserap murid. Hal itu pun secara
langsung juga dapat berkaitan dengan prestasi akademik yang mampu diraihnya.
Dengan menggunakan teori belajar yang tepat, tidak mustahil bagi sang murid untuk
memperoleh prestasi hingga kemampuan yang gemilang.
Namun yang harus dipahami sebelumnya, teori belajar dan istilah
belajar itu berbeda. Teori adalah kumpulan konstruk (konsep yang diamati dan dapat
diukur) yang mampu menggambarkan fenomena secara sistematis. Fenomena
tersebut bisa fenomena alam atau fenomena sosial. Sedangkan definisi belajar
menurut KBBI adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu teori Pendidikan ?
2. Apa saja termasuk teori Pendidikan ?
3. Bagaimana itu pilar-pilar Pendidikan?
4. Apa saja yang termasuk pilar-pilar Pendidikan ?

BAB II

1
https://mediaindonesia.com/humaniora/447472/kenali-4-macam-teori-belajar-yang-bisa-diterapkan.
Diakses pada 24 oktober 2023

1
PEMBAHASAN

A. TEORI PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.2
Menurut Theodore Meyer Greene, pendidikan adalah usaha manusia
untuk menyiapkan dirinya untuk suatu keh idupan yang bermakna.3
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.4
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.5
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori
pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana selayaknya
pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan
pendidikan secara kronkritnya. Teori dan praktek itu sepatutnya tidak dipisahkan,
siapa yang berkecimpung di bidang pendidikan sebaiknya menguasai kedua hal
tersebut.
Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan praktik-
praktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar,
dan manajemen sekolah. Kurikulum dan pembelajaran memiliki keterkaitan yang

2
Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), Cet ke-11, Hlm.
3
Dr. Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1990), Hlm 6.
4
Prof. Dr. Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung : ALFABETA, cv, 2011),
Cet Ke-9, Hlm. 2.
5
Ibid, Hlm 3

2
sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum dan rencana pembelajaran
disusun dengan mengacu pada teori pendidikan6
Berikut tentang beberapa teori pendidikan
1. Teori Koneksionisme
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut
stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari
lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah
tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Adapun Prinsip-Prinsip Belajar yang Dikemukakan oleh
Edward Lee Thorndik, yaitu :
 Pada saat seseorang berhadapan dengan situasi yang baru,
berbagai respon yang ia lakukan. Adapun respon-respon
tiap-tiap individu berbeda-beda tidak sama walaupun
menghadapi situasi yang sama hingga akhirnya tiap
individu mendapatkan respon atau tindakan yang cocok
dan memuaskan. Seperti contoh seseorang yang sedang
dihadapkan dengan problema keluarga maka seseorang
pasti akan menghadapi dengan respon yang berbeda-beda
walaupun jenis situasinya sama, misalnya orang tua
dihadapkan dengan prilaku anak yang kurang wajar.
 Dalam diri setiap peserta didik sebenarnya sudah
tertanam potensi untuk mengadakan seleksi terhadap
unsur-unsur yang penting dan kurang penting, hingga
akhirnya menemukan respon yang tepat. Sehingga ia
menegetahui unsur yang penting yang harus dilakukan

6
Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2012), Hlm, 141.

3
demi mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum


belajar sebagai berikut :
 Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap
suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah
laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasanindividu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori
koneksionisme adalah belajar suatu kegiatanmembentuk
asosiasi(connection) antara kesan panca indera
dengankecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak
merasa senang atautertarik pada kegiatan jahit-menjahit,
maka ia akan cenderungmengerjakannya. Apabila hal ini
dilaksanakan, ia merasa puas danbelajar menjahit akan
menghasilkan prestasi memuaskan.
 Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering
tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise
adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan
perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat
karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi
antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar
adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran
akan semakin dikuasai.
 Hukum Akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus
respon cenderung diperkuat bila akibatnya

4
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat
atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan.
Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan
cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi.
Sebaliknya,suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak
menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan
diulangi. Koneksi antara kesan panca indera dengan
kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah,
tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah
dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia
mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika
sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan
mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.7

2. Teori Classical Conditionins


Dikembangkan dari eksperimen ivan pavlov, yang
menggunakan anjing sebagai objek eksprimennya. Si anjing d ukur air
liurnya ketika dikombinasi antara pemberian makan dengan bunyi bel.
Pada tahap berikutnya ia berusaha untuk mengembangkan dan
mengeksplorasi penemuannya dengan mengembangkan sebuah studi
perilaku yang dikondisikan dan kemudian dikenal dengan nama
classical conditioning.
Classical conditioning adalah proses pengasosiasian netral
stimulus (stimulus yang tidak memunculkan respon apapun) dengan
unconditional stimulus (stimulus yang menghasilkan respon). Sebagai
contoh bunyi Guntur yang akan memunculkan respon menutup telinga
secara otomatis. Respon menutup telinga Ketika mendengar bunyi
7
http://azizplb.blogspot.com/2016/03/teori-koneksionisme.html. Diakses pada 23 oktober 2023.

5
Guntur merupakan unconditional respon atau respon yang otomatis
muncul ketika stimulus tertentu hadir.
Tujuan dari pengasosian ini adalah untuk menghadirkan suatu
respon yang diinginkan, sehingga nantinya ketika diberikan suatu
stimulus netral yang telah diasosiasikan sebelumnya, individu itu akan
memunculkan respon yang diinginkan, dengan kata lain stimulus yang
tadinya netral akan menjadi conditional stimulus atau stimulus yang
dapat memunculkan suatu respon. Dan unconditional respon akan
menjadi conditional respon, yakni respon yang diinginkan
Prinsip-prinsip teori belajar Classical Conditioning
 Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara individu
dengan lingkungan.
 Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada
individu.8

3. Operant Conditioning
Pengkodisian operan adalah suatu pembelajaran Ketika
perilaku -perilaku tertentu dimodifikasi melalui pengasisaan atau suatu
rangsangan Yakni penguatan positif atau reward dan penguatan negatif
atau punishment.
Jadi, konsekuensi yang menyenangkan akan bertambah
frekuensinya, sementara konsekuensi yang tidak menyenangkan akan
berkurang frekuensinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Skinner memandang reward (hadiah) atau reinforcement (penguatan)
sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar.
Peserta didik cenderung untuk belajar suatu respons jika diikuti
oleh reinforcement (penguat positif). Artinyabahwa ketika anak didik

8
https://media.neliti.com/media/publications/497622-none-884b1fd1.pdf. Diakses pada 23 oktober
2023

6
diberi penghargaan ketika berperilaku sesuai yang diinginkan, maka
anak tersebut akan memiliki semangat untuk melakukan hal yang sama
di waktu yang akan datang sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
Sebaliknya jika hukuman yang diberikan tepat maka bisa
menghasilkan peserta didik akan menghindari perbuatan tersebut.
Prinsip-Prinsip Teori Operant Conditioning
 Perilaku yang diikuti oleh stimulus-stimulus penggugah
(penguat) cenderung akan dilakukan kembali pada masa-
masa selanjutnya.
 Perilaku yang tidak lagi diikuti oleh stimulus-stimulus
penguat cenderung memperkecil kemungkinan untuk
dilakukan lagi pada masa-masa mendatang.
Dengan demikian kedua prinsip inilah yang menjadi dasar
yang kuat dalam teori Skinner.9
4. Teori Gestalt
Marin gestalt adalah ‘whole configuration’ atau ‘bentuk dan
konfigurasi’. Gestalt sendiri berasal dari bahasa Jerman. Riyanto, H. Y.
(2014) berpendapat bahwa pokok pandangan gestalt adalah objek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang
terorganisasikan.
Teori ini dicetuskan oleh Max Wertheimer (1880-1943)
dengan memulai eksperimen tentang pengamatan atau persepsi dan
penyelesaian masalah atau problem solving sebagai psikologi gestalt.
Bahwa teori.gestalt adalah suatu pandangan yang menganggap bahwa
pembelajaran tidak hanya tentang rangsangan dan respon, namun juga
tentang pemahaman untuk dapat menarik kesimpulan baru dalam suatu
masalah secara utuh.

9
https://jurnal.sttarrabona.ac.id/JurnalSTTA/index.php/JUAR/article/download/65/70. Diakses pada
23 okt 2023

7
Diharapkan dengan adanya teori gestalt ini, pembelajar mampu
untuk menangkap makna hubungan antar satu dan lainnya yang
melingkupi memahami, mengerti, dan insight. Dan insight didapatkan
tergantung pada tingkat intelegensi peserta didik, pengalaman, latihan,
dan trial serta error.
Kelebihan dari teori ini adalah pembelajar mampu membangun
dan menemukan masalah menjadi suatu pengetahuan dan pemahaman
baru. Sedangkan kekurangannya adalah terbatas penerapannya hanya
pada materi-materi yang memiliki prinsip yang sama dengan teori ini.
Prinsip utama teori gestalt yang perlu diketahui dalam
penerapannya adalah;
 Pembelajaran merupakan bentuk kontinuitas dari materi-
materi yang telah disampaikan sebelumnya
 Pembelajar berperan sebagai organisme yang utuh
 Pengalihan aktivitas
 Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh
kemauan, harapan, dan keinginan peserta didik
 Prinsip persepsi yang menunjukkan kontinuitas dan
hubungan figure-ground tentunya10
5. Teori Medan
Teori ini menggagas bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
oleh lingkungan sekitarnya (termasuk interaksi dengan orang lain) dan
apa yang terjadi di dalam dirinya, seperti imajinasi dan pengetahuan.
Menurut teori ini, hidup seseorang terdiri dari ruang-ruang
pengalaman yang berbeda-beda.11
6. Teori Belajar Humanistik

10
https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/mengenal-teori-gestalt-dan-penerapannya-dalam-
pembelajaran/. Diakses pada 23 oktober 2023
11
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurt_Lewin. Diakses pada 23 okt 2023

8
Pendidikan humanistik sebagai sebuah nama pemikiran/teori
pendidikan dimaksudkan sebagai pendidikan yang menjadikan
humanism sebagai pendekatan. Dalam istilah/nama pendidikan
humanistik, kata “humanistik” pada hakikatnya adalah kata sifat yang
merupakan sebuah pendekatan dalam pendidikan.
Dengan teori pendidikan ini mengantarkan pandangan bahwa
peserta didik adalah individu yang memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi sehingga muncul keinginan belajar.
Prinsip-prinsip pendidik humanistic
 Siswa harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari.
Guru humanistik percaya bahwa siswa akan termotivasi
untuk mengkaji materi bahan ajar jika terkait dengan
kebutuhan dan keinginannya.
 Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk
belajar dan mengajar mereka tentang cara belajar. Siswa
harus termotivasi dan merangsang diri pribadi untuk belajar
sendiri.
 Pendidik humanistik percaya bahwa nilai tidak relevan dan
hanya evaluasi belajar diri yang bermakna.
 Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun
pengetahuan, sangat penting dalam sebuah proses belajar
dan tidak memisahkan domain kognitif dan afektif.
 Pendidik humanistik menekankan pentingnya siswa
terhindar dari tekanan lingkungan, sehingga mereka akan
merasa aman untuk belajar. Dengan merasa aman, akan
lebih mudah dan bermakna proses belajar yang dilalui.12

12
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/download/17/17. Diakses pada 23 oktober
2023

9
B. PILAR-PILAR PENDIDIKAN

Pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh,
perlindungan, dan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik yang bertujuan
untuk pendewasaan anak13

Ada enam pilar pendidikan yang direkomendasikan UNESCO yang dapat


digunakan sebagai prinsip pembelajaran yang bisa diterapkan di dunia
pendidikan.

1. Learning to Know

Learning to know bukan sebatas mengetahui dan memiliki materi


informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat selama-lamanya
dengan setepat-tepatnya, sesuai dengan petunjuk’petunjuk yang telah
diberikan, namun juga kemampuan dalam memahami makna di balik materi
ajar yang telah diterimanya. Dengan learning to know, kemampuan
menangkap peluang untuk melakukan pendekatan ilmiah diharapkan bisa
berkembang yang tidak hanya melalui logika empirisme semata, tetapi juga
secara transendental, yaitu kemampuan mengaitkannya dengan nilai-nilai
spiritual.

2. Learning to Do

Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know.


Kelemahan model pendidikan dan pengajaran yang selama ini berjalan adalah
mengajarkan “omong” (baca: teori), dan kurang menuntun orang untuk
“berbuat” (praktek). Semangat retorika lebih besar dari action. Yang
dimaksud learn¬ing to do bukanlah kemampuan berbuat mekanis dan
pertukangan tanpa pemikiran. Dengan demikian, peserta didik akan terus
13
https://ejournal.stai-tbh.ac.id/asatiza/article/download/258/197/1165. Diakses pada 24 oktober 2023

10
belajar bagaimana memperbaiki dan menumbuhkembangkan kerja, juga
bagai¬mana mengembangkan teori atau konsep intelektualitasnya.

3. Learning to Be

Melengkapi learning to know dan learning to do, Robinson


Crussoe berpendapat bahwa manusia itu hidup sendiri tanpa kerja sama atau
saling tergantung dengan manusia lain. Manusia di era sekarang ini bisa
hanyut ditelan masa jika tidak berpegang teguh pada jati dirinya. Learning to
be akan menuntun peserta didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali
dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat
sebagai hasil belajarnya.

4. Learning to Live Together

Learning to live together ini merupakan kelanjutan yang tidak


dapat dielakkan dari ketiga poin di atas. Oleh karena itu, premis ini menuntut
seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi educated person yang
bermanfaat baik bagi diri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat
manusia.

5. Learning How to Learn

Sekolah boleh saja selesai, tetapi belajar tidak boleh berhenti.


Pepatah, “Satu masalah terjawab, seribu masalah menunggu untuk dijawab”,
seakan sudah menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan yang
serba modern ini. Oleh karena itu, Learning How to Leam akan membawa
peserta didik pada kemampuan untuk dapat mengembangkan strategi dan kiat
belajar yang lebih independen, kreatif, inovatif, efektif, efisien, dan penuh
percaya diri, karena masyarakat baru adalah learning society atau knowledge

11
society. Orang-orang yang mampu menduduki posisi sosial yang tinggi dan
penting ada¬lah mereka yang mampu belajar lebih lanjut.

Learning How to Learn memerlukan model pembelajaran baru,


yaitu pergeseran dari model belajar “memilih” (menghafal) menjadi model
belajar “menjadi” (mencari/meneliti).

Perubahan dan perkembangan kehidupan berjalan terus menerus


yang semakin keras dan rumit. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali
harus belajar terus menerus sepanjang hayat. Learning Throughout Life ini
menuntun dan memberi pencerahan pada peserta didik bahwa ilmu bukanlah
hasil buatan manusia, tetapi merupakan hasil temuan atau hasil pencarian
manusia. Karena ilmu adalah ilmu Tuhan yang tidak terbatas dan harus dicari,
maka upaya mencarinya juga tidak mengenal kata berhenti.

BAB III

PENUTUP

12
A. KESIMPULAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Tidak dipungkiri teori menjadi hal penting dalam Pendidikan yang


tidak boleh terpisahkan, Teori belajar menjadi suatu hal yang patut diketahui
oleh para guru hingga orangtua. Sebab, macam-macam teori belajar dikatakan
akan berpengaruh secara tidak langsung dengan ilmu yang akan diserap
murid. Hal itu pun secara langsung juga dapat berkaitan dengan prestasi
akademik yang mampu diraihnya. Dengan menggunakan teori belajar yang
tepat, tidak mustahil bagi sang murid untuk memperoleh prestasi hingga
kemampuan yang gemilang.

B. SARAN

Dengan kesadaran yang penuh bagi guru atau calon guru hendaknya
sebelum terjun dalam pembelajaran,sepatutnya mempelajari teori – teori
Pendidikan ini dikarenakan sangat penting dan membantu dalam memahami
situasi dan kondisi peserta didik dalam kegiatan pembelajaranya sehingga
menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan gemilang.

Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan tapi insyaallah
akan ada ilmu yang bermanfaat yang bisa kita dapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2012), Hlm, 141.

13
Dr. Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 1990), Hlm 6.

Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011),
Cet ke-11, Hlm.

http://azizplb.blogspot.com/2016/03/teori-koneksionisme.html. Diakses pada 23


oktober 2023.

https://ejournal.stai-tbh.ac.id/asatiza/article/download/258/197/1165. Diakses pada 24


oktober 2023

https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/download/17/17.Diakses
pada 23 oktober 2023

https://id.wikipedia.org/wiki/Kurt_Lewin. Diakses pada 23 okt 2023

https://jurnal.sttarrabona.ac.id/JurnalSTTA/index.php/JUAR/article/download/65/70.
Diakses pada 23 okt 2023

https://mediaindonesia.com/humaniora/447472/kenali-4-macam-teori-belajar-yang-
bisa-diterapkan. Diakses pada 24 oktober 2023

https://media.neliti.com/media/publications/497622-none-884b1fd1.pdf. Diakses
pada 23 oktober 2023

https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/mengenal-teori-gestalt-dan-penerapannya-
dalam-pembelajaran/. Diakses pada 23 oktober 2023

Ibid, Hlm 3

Prof. Dr. Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung :


ALFABETA, cv, 2011), Cet Ke-9, Hlm. 2.

14

Anda mungkin juga menyukai