Anda di halaman 1dari 13

SBAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran psikologi tingkah laku


1. Pengertian belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. 1 Definisi ini8 memiliki pengertian
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Menurut
UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, belajar dimaknai sebagai bagian dari proses
berkegiatan menciptakan sebuah pembangunan pencerahan.2
2. Pengertian psikologi belajar mengajar
Psikologi belajar atau disebut pula dengan Teori Belajar adalah teori yang
mempelajari perkembangan intelektual(mental siswa). Didalamnya terdiri atas dua
hal, yaitu:
a. Uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual anak,
b. Uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bias dipikirkan
pada usia tertentu.

Psikologi mengajar atau disebut juga dengan teori mengajar berisi tentang
petunjuk bagaimana semestinya mengajar siswa pada usia tertentu, bila ia sudah siap
belajar. Jadi pada teori mengajar terdapat prosedur dan tujuan mengajar.3

Pada pelaksanaannnya kedua teori tersebut tidak bias dipisahkan, seperti halnya
kata belajar dan mengajar. Peristiwa mengajar selalu disertai dengan peristiwa
belajar, ada guru yang mengajar maka haruslah ada pula siswa yang belajar. Tetapi
jika dibalik, ada siswa yang belajar belum tentu ada guru yang mengajar, sebab
belajar bias dilakukan secara sendiri. Oleh karena itu, yang kita pakai adalah
ungkapan kata belajar mengajar, yang didahulukan peristiwa belajar, agar siswa bisa
mandiri sesuai dengan semboyan pendidikan yaitu “Tut Wuri Handayani”. Jadi dalam
peristiwa belajar mengajar, siswa merupakan subjek dan bukan objek. Selanjutnya

1
Prof.Dr.H.Baharuddin.M.Pd.I,teori belajar dan pembelajaran.(Yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA),hal.15
2
Moh.Yamin,teori dan metode pembelajaran.(Malang:Madani),hal.5
3
H.Erman Suherman Ar, strategi pembelajaran matematika kontemporer.(Bandung),hal.27-28
peristiwa belajar mengajar ini, sesuai dengan istilah dalam kurikulum akan disebut
pembelajaran, yang berkonotasi pada proses kinerja yang sinergi antara setiap
komponennya.

Dalam menguasai psikologi pembelajaran, guru bias mengetahui kemampuan


yang telah dimiliki siswa dan bagaimana proses berfikirnya. Disamping itu ia
mengetahui pula tentang bagaimana menciptakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan kondisi siswa dan tujuan pengajaran.

B. Macam-Macam Aliran Psikologi Tingkah Laku


1. Teori Thorndike
a. Biografi Lee Throndike
Edward Lee Throndike adalah tokoh aliran behaviorisme dalam belajar.
Dia mendapatkan gelar sarjana dari Wesleyan University di Connecticut pada
1895, dan master dari Harvard pada 1897. Ketika disana, Throndike mengikuti
kelasnya Williem James dan mereka pun menjadi akrab. Throndike menerima
beasiswa di Colombia, dan dapat menyelesaikan gelar PhD-nya tahun 1898.
Kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pension pada tahun
1940. Throndike berhasil menerbitkan suatu buku yang berjudul Animal
Intelligence: An Experimental Study Of Assosiation Process in Animal. Buku
tersebut merupakan hasil penelitian Throndike terhadap tingkah beberapa jenis
hewan seperti kucing, anjing dan burung yang menmcerminkan prinsip dasar dari
proses belajar yang dianut oleh Throndike, yaitu bahwa dasar dari belajar tidak
lain sebenarnya adalah asosiasi.4
b. Pemikiran Throndike
Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Throndike ini
disebut juga koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat
beberapa dalil atau hukum kesiapan(law of rteadiness), hukum latihan(law of
exercise) dan hokum akibat(law of effect).

4
Prof.Dr.H.Baharuddin,M.pd.I,teori belajar dan pembelajaran,(Yogyakarta:ar-ruzz media), hal.92
Hukum kesiapan menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam
melakukan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk
bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar melakukan
kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya.
Tindakan-tindakan lain yang dia lakukan untuk menimbulkan kepuasan bagi
dirinya.
Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak dan
kemudian bertindak, sedangkan tindakannya itu mengakibatkan ketidakpuasan
bagi dirinya, akan selalu menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan yang
melahirkan ketidakpuasan itu.
Seorang anak yang tidak mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau
melakukan kegiatan tertentu, sedangkan orang tersebut, ternyata melakukan
tindakan, maka apa yang dilakukan nya itu akan menimbulkan rasa tidak puas
bagi dirinya. Dia akan melakukan tindakan lain untuk menghilangkan
ketidakpuasan tersebut.
Dari cirri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa seorang anak akan lebih
berhasil belajarnya, jika ia telah siap untuk kegiatan belajar.
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering
terjadi, akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan semakin jarang
hubungan stimulus respon dipergunakan, maka makin lemah hubungan yang
terjadi.
Hukum latihan pada dasarnya menggunakan dasar bahwa stimulus dan
respon akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat, jika proses
pengulangan sering terjadi, makin banyak kegiatan ini dilakukan maka hubungan
yang terjadi akan bersifat otomatis. Seorang anak yang dihadapkan pada suatu
persoalan yang sering ditemuinya akan segera melakukan tanggapan secara cepat
sesuai dengan pengalaman pada waktu sebelumnya.
Kenyataan menunjukkan bahwa pengulangan yang akan memberikan
dampak positif adalah pengulangan yang frekuensinya teratur, bentuk
pengulangan yang tidak membosankan, dan kegiatan disajikan dengan cara yang
menarik.
Sebagai contoh untuk mengajarkan konsep pemrtaan pada anak, nguru
menjelaskan pengertian pemetaan yang diikuti dengan contoh-contoh relasi. Guru
menguji apakah sudah benar-benar menguasai konsep pemetaan. Untuk itu guru
menanyakan apakah semua relasi yang diperlihatkannya itu termasuk pemetaan
atau tidak. Jika tidak, anak diminta untuk menjelaskan alasan atau sebab-sebab
kriteria pemetaan tidak terpenuhi. Penguatan konsep lewat cara ini dilakukan
dengan pengulangan. Namun tidak berarti bahwa pengulangan dilakukan dengan
bentuk pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi
yang dimodifikasi, sehingga anak tidak merasa bosan.
Dalam hukum akibat dijelaskan bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya
ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung
untuk berusaha melakukan atau meninghkatkan apa yang telah dicapainya itu.
Guru yang memberi senyuman wajar terhadap jawaban anak, akan semakin
menguatkan konsep yang tertanam pada diri anak. Kata-kata “bagus”, “hebat”,
“kau sangat teliti”, dan semacamnya akan merupakan sebuah hadiah bagi anak
yang kelak akan meningkatkan dirinya dalam menguasai pelajaran.
Dari hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa jika terdapat asosiasi
yang kuat antara pertanyaan dan jawaban, maka bahan yang disajikan akan
tertanam lebih lama dalam ingatan anak. Selain itu banyaknya pengulangan akan
sangat menentukan lamanya konsep diingat anak. Makin sering pengulangan
dilakukan akan makin kuat konsep tertanam dalam ingatan anak.5
2. Teori Skinner
a. Riwayat hidup
Skinner dilahirkan pada 20 Mei 1904 di Susquehanna, Pennsylvania,
Amerika Serikat. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan kehidupan yang penuh
kehangatan namun cukup ketat dan disiplin. Meraih sarjana muda di Hamilton
College, New York, dalam bidang sastra inggris. Pada tahun 1928, Skinner mulai
memasuki kuliah psikologi di universitas Harvard dengan mengkhususkan diri
pada bidang tingkah laku hewan dan meraih doctor pada tahun 19316.
b. Teori belajar Skinner
5
H.Erman suherman Ar, strategi pembelajaran matematika,(
6
Prof.Dr.H.Baharuddin.M.Pd.I, teori belajar dan pembelajaran,(
Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan
yang amat penting dalam proses belajar.
Terdapat perbedaan antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan
respon yang sifatnya yang menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang
sifatnya subjektif, sedangkan penguatan merupakan suatu yang mengakibatkan
meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal
yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
Dalam teorinya Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas
panguatan positif dan penguatan negative. Penguatan dapat dianggap sebagai
stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku
anak dalam melakukan pengulangan perilakunya itu. Dalam hal ini penguatan
yang diberikan pada anak memperkuat tindakan anak, sehingga anak semakin
sering melakukannya.
Yang termasuk contoh penguatan positif diantaranya adalah pujian yang
diberikan pada anak. Sikap guru yang bergembira pada saat anak menjawab
pertanyaan, merupakan penguatan positif pula.
Untuk mengubah tingkah laku anak dari negative menjadi positif, guru
perlu mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan
(memprediksi) dan mengendalikan tingkah laku anak. Guru di dalam kelas
mempunyai tugas untuk mengarahkan anak dalam aktivitas belajar, karena pada
saat tersebut, control berada pada guru, yang berwenang memberikan intruksi
ataupun larangan pada anak didiknya.7
c. Prinsip-prinsip belajar menurut skinner
REINFORCEMENT
Reinforce diartikan sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah
laku(frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforce dalam proses belajar
perlu ditunjukan. Karena kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konsekuen
adalah reinforce sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut dalam menguatkan
perilaku. Misalnya permen pada umumnya dapat menjadi reinforce bagi perilaku
anak kecil, tetapi ketika mereka meranjak dewasa permen bukan lagi suatu yang

7
H.erman suherman Ar, strategi pembelajaran matematika kontemporer,(
menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga tidak menyukai permen. Kadang
ada seorang guru yang mengatakan bahwa ia telah mereiforce siswanya dengan
member hadiah untuk perilaku seorang murid agar duduk tenang selama pelajaran
berlangsung, tetapi sang murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan
kepadanya. Dalam hal ini, guru telah melakukan kesalahan dalam menggunakan
istilah reinforce sehingga hadiah yang diberikan kepada siswa tidak dapat
menguatkan perilaku siswa yang diharapkan. Tidak semua hadiah yang diberikan
kepada seseorang dapat menjadi reinforce bagi pelaku yang diinginkan.8

Punishment
Punishment adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi yang tidak
menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah lagu.

Shaping
Istilah Shaping Digunakan dalam teori belajar behavioristiknuntuk menunjukkan

3. Teori Ausubel
8
Prof.dr.H.Baharuddin.M.Pd.I,teori belajar dan pembelajaran(Yogyakarta:ar-ruzz media,2015), hal.106-107
a. Riwayat Hidup
Nama lengkapnya Dr.Ausubel adalah David Paul Ausubel, seorang tokoh
ahli psikologi kognitif yang dilahirkan di New York pada tahun 1981 ia tumbuh
dan besar serta menamatkan pendidikan dasarnya di Brooklyn New York.
Kemudian kuliah di universitas Pennsylvania, mengambil Pre. Medical course
dan psikologi. Pada tahun 1944, setelah lulus dari sekolah medis universitas
Middlesex, ia menyelesaiakn magang di Rumah Sakit Gouveneur. Pada tahun
1957-1958 dia memperoleh dana penelitian Fulbright untuk melakukan studi
banding motivasi kerja orang-orang Maoris dengan orang-orang Eropa. Pada
tahun 1973 dia pensiun dari kehidupan akademis untuk bekerja penuh dalam
praktek spikiater. Dr.Ausubel juga sering menulis buku panduan dalam spikologi
perkembangan dan pendidikan, serta buku-buku khusus tentang topik-topik
ketergantungan abat-abatan,spikopatologi, perkembangan Ego, dan lebih dari 150
artikel dalam jurnal-jurnal psikologi dan psikiater.
b. Teori belajar Ausubel

Ausubel terkenal dengan teori belajar bermaknanya. Menurut Ausubel


(Hudoyo, 1998:62) bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakana”
artinya bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus
relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu,pelajaran
harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga
konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian
faktor intelektual, emosional siswa tersebut terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.

Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar


menerima. Pada belajar menemukan, konsep dicari/ditemukan oleh siswa.
Sedangkan pada belejar menerima siswa hanya menerima konsep atau materi
dari guru, dengan demikian siswa tinggal menghapalkannya. Selain itu Ausubel
juga membedakan antara brelajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada
belajar menghafal, siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya tetapi
pada belajar bermakna, materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan
keadaan lain sehingga belajarnya lebih bisa dimengerti.

Ausubel menentang pendapat yang mengatakan bahwa metode penemuan


dianggap sebagai suatu metode mengajar yang baik karena bermakna, dan
sebaliknya metode ceramah adalah metode yang kurang baik karena merupakan
belajar menerima. Menurutnya baik metode penemuan maupun metode ceramah
bisa menjadi belajar menerima atau belajar bermakna, tergantung dari situasinya.

4. Teori Gagne
a. Riwayat Hidup Gagne
Robert Mills Gagne adalah seorang ahli psikologi yang lahir di Andover
Utara, Massachusetts. Ia mendapatkan gelar A.B dari Universitas Brown pada
tahun 1940. Dia adalah seorang profesor dalam bidang psikologi pendidikan
di Connecticut College khusus wanita (1940-1949), Universitas Negara
bagian Pensylvania, professor di Dapartemen penelitian pendidikan di
Universitas Negara bagian Florida di Thallahasse mulai tahun 1969. Gagne
juga menjabat sebagai direktur riset untuk angkatan udara (1949-1958) di
Lackland, Texas dan Lowry,Colorado. Ia pernah bekerja sebagai konsultan
dari departemen pertahanan (1958-1961) dan untuk dinas pendidikan Amerika
Serikat (1964-1966), selain itu ia juga bekerja sebagai direktur riset pada
institut penelitian Amerika di Pittsburgh (1962-1965).
Hasil kerja Gagne memiliki pengaruh besar pada pendidikan Amerika dan
pada pelatiahn militer dan industri. Gagne dan L.J.Briggs ada diantara
pengembangan awal dari teori desain sistem instruksional yang menunjukkan
bahwa semua komponen dari pelajaran atau periode instruksi dapat dianalisis
dan semua komponen yang dapat dirancang untuk beroperasi bersama-sama
sebagai suatu rancangan untuk pengajaran.
b. Teori belajar Gagne
Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat
diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak
langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah,
belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana
semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan,
konsep, dan aturan.
Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti
lambang bilangan sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. Keterampilan
berupa kemampuan memberikan jawaban dengan tepat dan cepat, misalnya
melakukan pembagian bilangan yang cukup besar dengan bagi kurung,
menjumlahkan pecahan, melukis sumbu sebuah ruas garis. Konsep ide abstrak
yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan
non contoh. Misalkan, konsep bujursangkar, bilangan prima, himpunan, dan
vektor. Aturan ialah objek paling abstrak yang berupa sifat atau teorema.
Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe, yaitu
belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal,
membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan
masalah. Kedelapan tipe belajar itu terurut menurut kesukarannya dari belajar
isyarat sampai ke belajar pemecahan masalah.
Belajar isyarat ialah belajar yang tingkatnya paling rendah, karena tidak
ada niat atau spontanitas. Contohnya menyenangi atau menghindari pelajaran
karena akibat perilaku gurunya. Stimulus-respon merupakan kondisi belajar
yang ada niat diniati dan responnya jasmaniah. Misalnya siswa meniru tulisan
guru di papan tulis. Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah, terurut dari
dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respon. Rangkaian verbal
adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka
stimulus-respon. Contohnya adalah mengemukakan pendapat, menjawab
pertanyaan guru secara lisan. Belajar membedakan adalah belajar memisah-
misah rangkaian yang bervariasi. Pembentukan konsep disebut juga tipe
belajar pengelompokkan, yaitu belajar melihat sifat bersama benda-benda
konkrit atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok. Dalam hal tertentu
tipe belajar yang mengharapkan siswa untuk mampu memeberikan respon
terhadap stimulus dengan segala macam perbuatan. Kemampuan disini
terutama adalah kemampuan menggunakannya. Misalnya pemahaman
terhadap rumus kuadratis dan menggunakannya dalam menyelesaikan
persamaan kuadrat. Belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar yang
paling tinggi karena lebih kompleks dalam pembentukan aturan.
Dalam pemecahan masalah, biasanya ada lima langkah yang harus
dilakukan, yaitu :
1) Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas;
2) Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional;
3) Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang
diperkirakan baik;
4) Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya;
5) Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.

Lebih jauh Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar harus didasarkan


pada pengamatan tingkah laku, melalui stimulus-respon dan belajar bersyarat.
Alasannya adalah bahwa manusia itu organisme pasif yang bisa dikontrol
melalui imbalan dan hukuman. Robert M. Gagne yakin bahwa belajar dapat
ditingkatkan jika subtugas-subtugas yang dibutuhkan untuk menuntaskan
tugas-tugas yang lebih luas sudah secara jelas diidentifikasi dan diurutkan.
Agar lebih jelas, perhatikan diagram berikut Kemampuan
a
cde
b
fg

Dalam hal ini a dan b merupakan subtugas, sedangkan c, d, e, f, dan g


merupakan subtugas yang lebih kecil dari subtugas a dan b. Sebagai contoh,
untuk menjelaskan konsep atau tugas utama tentang perpangkatan, kita
membutuhkan subtugas konsep perkalian. Sedangkan konsep perkalian
membutuhkan konsep penambahan. Misalnya 32
= 3 x 3 = 3 + 3 + 3 = 9.

5. Teori pavlov
a) Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Ivan Petrovich Pavlov, lahir di Rjasan (Rusia)
pada tanggal 18 September 1849.pavlov anak seorang pendeta , orang tua
pavlov berkeinginan supaya anaknya kelak mngikuti jejaknya menjadi
pendeta, karena itu dalam pendidikannya, Pavlov memenang disiapkan untuk
itu. Sehingga ia bersekolah di Senimari Teologi. Setelah membaca Charles
Darwin, ia menyadri bahwa ia lebih banyak peduli untuk pencarian ilmiyah
sehingga ia meninggalkan senimari ke Universitas St. Petersburg. Pavlov
sendiri merasa tidak cocok dengan pekerjaan sebagai pendeta, ia memilih
untuk belajar kedokteran, dan mengambil spesialisasi dalam bidang fisiologi.
Sejal tahun 1890 ia telah menjadi ahli filosofi yan ternama. Sedangkan sejarah
Pavlov mengenai jabatan ia pernah menjabat sebagai guru besar di Akademik
kedokteran Militer Rusia hingga tahun 1925.

b) Teori belajar pavlov


Pavlov adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Rusia. Ia terkenal dengan
teori belajar klasiknya dan seorang penganut aliran tingkah laku
(Behaviorisme) yaitu aliran yang berpendapat, bahwa hasil belajar manusia itu
didasarkan kepada pengamatan tingkah laku manusia yang terlihat melalui
stimulus respons dan belajar bersyarat (Conditioning Learning). Menurut
aliran ini tingkah laku manusia termasuk organisme pasif yang bisa
dikendalikan. Tingkah laku manusia bisa dikendalikan dengan cara memberi
ganjaran dan hukuman.
Pavlov mengadakan penelitian terhadap perilaku anjing yaitu mempelajari
proses pencernaan pada anjing, lalu mengamati anjing bila melihat makanan
maka akan keluar air liurnya. Dalam penelitiannya anjing dikurung dalam
suatu kandang selanjutnya setiap akan memberi makan, Pavlov membunyikan
bel. Ia memperhatikan bahwa setiap dibunyikan bel pada jangka waktu
tertentu anjing itu mengeluarkan air liurnya. Akhirnya dicoba dibunyikan bel
itu tetapi tanpa diberi makanan. Ternyata anjing itu tetap mengeluarkan air
liurnya. Dalam percobaan itu makanan atau bunyi bel jadi perangsang atau
stimulus bagi keluarnya air liur anjing atau yang menimbulkan selera anjing
untuk makan. Makanan disebut stimulus tak bersyarat, karena terjadinya
secara wajar, sedangkan bunyi bel disebut stimulus bersyarat.
Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan (conditioning) dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, misalnya agar siswa
mengerjakan soal PR dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya atau
memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.

6. Teori Baruda
1) Riwayat Hidup
Albert Baruda dilahirkan pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondere
Alberta, Canada. Dia dididik di sekolah dasar dan sekolah tinggi yang menjadi
satu, dengan sumber daya yang minim, namun dengan tingkat prestasi yang
luar biasa. Setelah SMA, dia bekerja pada musin panas untuk mengisi
kekurangan di Alaska Highway di Yukon. Ia memperoleh gelar sarjana
psikologi dari Universitas of British Colombia pada tahun 1949. Dia
memperoleh gelar master di bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun
kemudian ia juga merai gelar doktor (Ph.D). setahun setelah lulus, ia bekerja
di Standford University. Albert Baruda sangat terkenal dengan teori
pembelajaran sosial.

2) Teori belajar Baruda


Albert Baruda merupakan tokoh Aliran Tingkah Laku. Ia terkenal dengan
belajar menirunya. Baruda menyangkal pendapat Skinner yang mengatakan
bahwa respon yang diberikan siswa yang disertai penguatan itu selalu
esensial. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya
dan penelitian teman-temannya.
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru hal-hal
yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru
bicara sopan santun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar,
tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematik maka
siswa akan menirunya. Demikian pula jika contoh-contoh yang dilihatnya
kurang baik ia pun akan menirunya.

Anda mungkin juga menyukai