PEMBAHASAN
Berikut ini Teori-teori definisi kepemimpinan menurut beberapa para ahli yaitu:
Menyatakan bahwa, “managers are people who do things right and leaders are
people who do the right thing”. Pendapat ini menyatakan bahwa pemimpin adalah orang
yang dapat menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan; sedangkan manajer
adalah orang yang dapat mengerjakan secara benar semua tugas dan tanggung jawab yang
ditentukan.
3. Ivancevich (2008:413)
1
Dr. Juliansyah, Noor,S.E.,M.M. (2013). Penelitian Ilmu Manajemen. Jakarta:Prenadamedia Group
2
4. Newstrom (2007: 159)
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Hemphill dan Coons (Yukl, 2010: 21)
mengatakan, leadership is behawior of an individual ... directing the activities of a grup
toward a shared goal. Adapun Stogdill (Robbins, 2009: 356) berpendapat bahwa,
leadership as the ability to influence a group toward the achievement of vision or set of
goals. Kepemimpinan juga merupakan proses memengaruhi kegiatan kelompok, dengan
maksud untuk mencapai tujuan dan prestasi kerja. Senada dengan House et al.,(Yukl,
2010: 21) mendefinisikan bahwa ”Leadership is the ability of an individual to influence,
motivate, and enable others to contribute toward the effectiveness and success of
organization ...”. pengertian ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak hanya
memengaruhi bawahan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan motivasi bawahannya.
Menurut Mullins (2005: 291) mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan sebagai “...
the way in which the manager typically behaves toward members of the group.”
Pengertian ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah perwujudan tingkah laku
dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan
tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
Newstorm (2007: 163), “the total pattern of explicit and implicit leaders’ action as seen
by employees is called leadership style.” Pengertian ini menyatakan bahwa pola tindakan
pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan
tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
University Michigan Studies melihat gaya kepemimpinan dan produktivitas. Beberapa
pakar perilaku organisasi (Kreitner Kinicki, 2008: 464) Stogdill and Mann’s menegaskan
lima karakteristik, yaitu intelligence, dominance, self-confidence, level or energy, and
task-relevant knowledge. Pada tahun 1957, Stogdill mengembangkan teori harapan
(reinforcement) untuk mencapai peran. Dikemukakan, interaksi antara anggota dalam
pelaksanaan tugas akan lebih menguatkan harapan untuk tetap berinteraksi.
Kepemimpinan transaksional terjadi ketika pola relasi ada, yaitu antara pemimpin
dengan komstituen atau pemimpin dengan elit polotik dilandasi semangat pertukaran
kepentingan ekonomi atau politik. Pemimpin fokus perhatiannya pada hubungan
pertukaran atau transaksi.
2
Danim, Sudarwan. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Pustaka Alfabeta
3
2. Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik ini memiliki kemampuan lebih untuk menarik orang dan
membuat orang lain terpesona dengan cara bicaranya termasuk mampu membangkitkan
semangat dan motivasi. Biasanya pemimpin yang memiliki gaya ini punya kepribadian
idealis dan visionaris dimana menyukai tantangan dan perubahan. Namun kekurangan
dari tipe pemimpin seperti ini kadangkala hanya bisa berbicara namun tidak ada
perbuatan berarti yang pernah ia lakukan. Setelah beberapa waktu orang akan menyadari
bahwa ucapannya ternyata tidak dilakukan oleh dirinya sendiri.
3. Kepemimpinan Visioner
4. Kepemimpinan Demokratis
5. Kepemimpinan Militer
Kepemimpinan ini hampir mirip seperti kepemimpinan otoriter namun beberapa sifat
karakteristik militer antara lain:
a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah kaku, otoriter, dan kurang bijaksana.
b. Menghendaki kepatuhan dari bawahan secara mutlak.
c. Menyebrangi formalitas, upacara, ritual militer.
d. Menuntut disiplin yang kaku.
e. Tidak menghendaki saran atau masukan dan kritikan.
f. Komunikasi berlangsung satu arah dari atasan ke bawahan.
4
6. Kepemimpinan Otokratis
Tipe kepemimpinan ini dikatakan berpusat pada diri pemimpinnya atau juga disebut
gaya direktif. Pemimpin menjadi satu-satunya kunci petunjuk dalam membuat
perencanaan, atau membuat keputusan dalam suatu kegiatan atau projek. Pemimpin
secara sepihak menentukan segalanya tentang rencana dan apa yang akan dilakukan.
Ciri dalam tipe kepemimpinan ini yaitu terpusat pada pemimpin. Keputusan
berdasarkan pemimpin, kebijakan dibuat oleh pemimpin, komunikasi berlangsung satu
arah dari ke bawah, pengawasan terhadap bawahan dilakukan secara ketat, kesempatan
berpendapat tidak ada, lebih banyak kritik kerja dari pada pujian kerja pada bawahan dan
cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
7. Kepemimpinan Delegatif
8. Kepemimpinan Birokratif
Laissez Faire bersikap acuh tak acuh. Kurangnya kontrol dan interaksi antara
pimpinan dan bawahan dan mendorong anak buah untuk mampu mengambil keputusan
sendiri. Pemimpin jarang sekali mengontrol atau mengatur anak buahnya dan sedikit
menggunakan kekuasaannya. Anak buahnya dibiarkan melakukan apapun sesuka hati.
Segala keputusan dan kebijakan ada di pemimpin secara penuh. Segala tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh pemimpin yang otoriter sedangkan bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diperintahkan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
berkonsentrasi pada tugas.
5
11. Kepemimpinan Diplomatis
Gaya kepemimpinan ini terkesan kurang inovatif dan kaku pada aturan. Pemimpin
dengan tipe kepemimpinan administratif cenderung takut dalam mengambil resiko,
karena takut akan muncul masalah baru. Sehingga lebih senang mencari aman, dengan
minimalnya perubahan-perubahan. Model kepemimpinan ini hanya cocok pada situasi
yang berlangsung terus-menerus, rutinitas, dan juga sedikit adanya perubahan.
Gaya kepemimpinan ini, dalam membuat keputusan didasarkan pada proses analisis,
dimana analisi logika pada setiap informasi berasal dari pemimpin. Gaya ini berorientasi
pada hasil dan menekankan pada rencana jangka panjang.
Gaya kepemimpinan ini menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir yang
mengutamakan kebutuhan dan kerjasama. Model ini selalu mencari pesaing dan
menargetkan hal dengan standart yang tinggi dan juga perencanaan capaian yang jelas.
6
17. Kepemimpinan Situasional
Pemimpin memengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstreme yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara
yang menonjolkan sisiek stremlainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku
otokratis pada umumnya bersifat negatif, ketika sumber kuasa atau wewenang berasal
dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi, otoritas berada di tangan pemimpin karena
pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang
tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan
hukuman. Selain berifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat, antara lain
pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta
memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahannya.
Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor tentang gaya
kepemimpinan, yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi. Struktur inisiasi mengacu kepada
perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota
kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan
metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada
perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal balik, rasa hormat, dan
kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota staffnya (bawahannya).
a. System otoriter
Dalam system ini, pemimpin menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan
pekerjaan dan pemerintah dan semua bawahan untuk menjalankannya.
3
Sutikno, Sobry,M. (2012). Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistica
7
b. System otoriter bijak
Perbedaan dengan system sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas
pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta kepada
bawahannya
c. System konsultatif
Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola komunikasi dua
arah antara pemimpin dan bawahan
d. System pastisipatif
Pada system ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan
pada kerja kelompok di tingkat bawah.
Jika dalam model Ohio, kepemimpinan ditinjau dari sisi struktur ini siasi dan
konsideransinya. Dalam model managerial grid yang disampaikan oleh Blake dan
Mouton, seperti yang dikutip oleh E.Mulayasa, memperkenalkan model kepemimpinan
yang ditinjau dari perhatiannya terhadap produksi atau tugas dan perhatian pada orang.
Perhatian pada produksi (tugas) adalah sikap pemimpin yang menekankan mutu,
keputusan, staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran. Sedangkan, perhatian kepada
orang adalah sikap pemimpin yang memperhatikan anak buah dalam rangka pencapaian
tujuan.
6. Kepemimpinan Situasional
Artinya , teori ini menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi,
mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini,
dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang
didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan
situasional.
Intisari dari model ini terletak pada pemikiran, bahwa kepemimpinan dengan kombinasi
perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama, namun hal tersebut tidak
menjamin memiliki efektivitas yang sama pula. Artinya, untuk setiap empat gaya utama
perilaku kepemimpinan, pada masing-masing gaya tersebut ada gaya yang lebih atau
kurang efektif, hal ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan di
8
hadapi oleh sosok pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan tugas yang sama
tersebut memiliki perbedaan.
4
Adapun model kepemimpinan yang ada di Indonesia yaitu :
Dalam cerita wayang yang tidak terbatas di dalam rangkaian ceritanya saja
mengajarkan kepada para penonton atau pendengar memahami makna kehidupan. Salah
satunya adalah ajaran tentang Hasta Brata, yaitu teori kepemimpinan; berisi mengenai
hal-hal disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam.
9
dan tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya. Untuk itu, seorang pemimpin
hendaknya dapat memberi manfaat kepada manusia seluas-luasnya.
E. Konsep Kekuasaan
6
Hellriegel, Jackson, dan Slocum (2005: 238) menyebutkan bahwa kekuasaan
merupakan potensi pengaruh dari seorang pemimpin terhadap bawahan, tim, departemen,
atau tujuan dan keputusan organisasi (power is the ability to influence or control
individual, team, departemental, or organizational decisions and goals). Ini artinya
kekuasaan sebagai inti pengaruh dari kepemimpinan dan merupakan kemampuan
seseorang untuk kepemimpinan dan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah
sikap, perilaku orang atau kelompok dengan cara-cara yang spesifik. Seorang pemimpin
yang efektif tidak hanya cukup memiliki kekuasaan, tetapi perlu mengkaji proses-proses
memengaruhi yang timbal balik yang terjadi antara pemimpin dengan yang di pimpin.
Konsep mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah
dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power”
(kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang
yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh
atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin-pengikut.
Sumber kekuasaan menurut French & Raven ada lima kategori. Termasuk dalam
position power, antara lain: legitimate power (kewenangan formal), reward power
(kekuasaan terhadap imbalan), coercive power (kekuasaan terhadap hukuman),
information power (kekuasaan informasi), ecological power (kekuasaan ecologis), yang
juga diwacanakan oleh Cartwright (Yukl, 2010: 210) pada tahun 1965.
5
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-kepemimpinan
6
Dr. Juliansyah, Noor,S.E.,M.M. (2013). Penelitian Ilmu Manajemen. Jakarta:Prenadamedia Group
10
Adapun personal power berasal dari expert power (keahlian dalam tugas), referent
power (kekuasaan rujukan) dari seorang pemimpin (Yukl, 2010: 202). Saat ini, seorang
pemimpin juga dapat memengaruhi orang lain melalui kekuatan hubungan atau kekuasaan
jejaring kerja yang ia miliki (connection power) dengan orang-orang yang berpengaruh.
Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan
atau hilang dalam organisasi. Teori ini antara lain:
11
Dari kedua teori tersebut, dapat dimaknai bahwa para pemimpin membutuhkan
kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu tidak berarti bahwa lebih banyak
kekuasaan akan lebih baik.
Amintai Etzioni (Camplbell, 2009: 370) meambagi tiga bagian sumber kekuasaan,
yaitu:
Senada dengan itu, McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat
berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan. N-pow
adalah motivasi terhadap kekuasaan. McClelland membagi empat karakteristik
penggunaan kekuasaan, yaitu:
a) Belief in the authority system, pemimpin percaya bahwa lembaga atau organisasi
begitu penting dan kewenangan yang diberikannya sah. Pimpinan merasa nyaman
memengaruhi dan dipengaruhi. Sumber kuasanya adalah wewenang yang
merupakan bagian dari kepemimpinan.
b) Preference for work and discipline, pemimpin memiliki nilai dan disiplin.
c) Altruism, pemimpin memiliki rasa kebersamaan dan bersedia untuk memberikan
pengorbanan untuk mencapai tujuan unit dan kebahagiaan orang-orang di
sekitarnya.
d) Belief in justice, pemimpin memiliki keyakinan bahwa orang-orang dalam
organisasi harus mengetahui dan menerima apa yang menjadi hak dan
kewajibannya
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Syarat bagi pemimpin pendidikan, dalam hal ini adalah kepala sekolah, adalah kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat memimpin sekolah, bertanggung
jawab atas tercapainya tujuan sekolah, juga diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di
sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kualitas
kepemimpinan yang baik agar signifikan bagi keberhasilan sekolah.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi
pemimpin pendidikan, memiliki keterampilan memimpin dan keterampilan hubungan
insane serta menerapkan model kepemimpinan yang baik sesuai dengan karakteristik
dirinya, karena sesungguhnya keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada
efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Pustaka Alfabeta
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-kepemimpinan
14