Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan Pendidikan


1
Literatur-literatur kepemimpinan banyak mengungkapkan bahwa perbedaan antara
pemimpin dan manajer terletak pada kompetensi ataupun perannya masing-masing.

Berikut ini Teori-teori definisi kepemimpinan menurut beberapa para ahli yaitu:

1. Bennis dan Nanus (Yukl, 2010; 6)

Menyatakan bahwa, “managers are people who do things right and leaders are
people who do the right thing”. Pendapat ini menyatakan bahwa pemimpin adalah orang
yang dapat menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan; sedangkan manajer
adalah orang yang dapat mengerjakan secara benar semua tugas dan tanggung jawab yang
ditentukan.

2. Kotter (Yukl, 2010: 6)

Menurut Kotter (Yukl, 2010: 6) membedakan antara manajemen dan kepemimpinan


dengan pernyataan bahwa “Management seeks to produce predictability and allocation
resources”; sedangkan leadership seeks to produce organization change. Pengertian ini
menyatakan bahwa perbedaannya terletak pada fungsi dan aktivitasnya. Kepemimpinan
berkaitan dengan penanggulangan kompleksitas. Ini artinya kepemimpinan tidak hanya
berarti memimpin manusia, tetapi juga memimpin perubahan, menentukan arah dengan
cara mengembangkan suatu visi masa depan, kemudian mereka menyatukan orang-orang
dengan mengomunikasikan visi ini dan menginspirasi mereka untuk mencapai tujuan
organisasi.

3. Ivancevich (2008:413)

“Leadreship as a process of influencing others to facilitate the attainment of


organizationally relevant goal”. Pengertian ini menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan memengaruhi orang lain, untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi yang relevan, ini artinya individu tidak harus menjadi pemimpin formal untuk
memimpin orang. Peran pemimpin informal bisa sama pentingnya dengan pemimpin
formal dalam mencapai keberhasilan organisasi.

1
Dr. Juliansyah, Noor,S.E.,M.M. (2013). Penelitian Ilmu Manajemen. Jakarta:Prenadamedia Group

2
4. Newstrom (2007: 159)

Leadership is the process influencing and supporting others to work enthusiastically


toward achieving objectives. Pengertian ini menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu proses memengaruhi dan mendukung yang lainnnya untuk bekerja keras
agar tujuan tercapai.

Pendapat ini sesuai dengan pendapat Hemphill dan Coons (Yukl, 2010: 21)
mengatakan, leadership is behawior of an individual ... directing the activities of a grup
toward a shared goal. Adapun Stogdill (Robbins, 2009: 356) berpendapat bahwa,
leadership as the ability to influence a group toward the achievement of vision or set of
goals. Kepemimpinan juga merupakan proses memengaruhi kegiatan kelompok, dengan
maksud untuk mencapai tujuan dan prestasi kerja. Senada dengan House et al.,(Yukl,
2010: 21) mendefinisikan bahwa ”Leadership is the ability of an individual to influence,
motivate, and enable others to contribute toward the effectiveness and success of
organization ...”. pengertian ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak hanya
memengaruhi bawahan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan motivasi bawahannya.
Menurut Mullins (2005: 291) mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan sebagai “...
the way in which the manager typically behaves toward members of the group.”
Pengertian ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah perwujudan tingkah laku
dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan
tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
Newstorm (2007: 163), “the total pattern of explicit and implicit leaders’ action as seen
by employees is called leadership style.” Pengertian ini menyatakan bahwa pola tindakan
pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan
tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
University Michigan Studies melihat gaya kepemimpinan dan produktivitas. Beberapa
pakar perilaku organisasi (Kreitner Kinicki, 2008: 464) Stogdill and Mann’s menegaskan
lima karakteristik, yaitu intelligence, dominance, self-confidence, level or energy, and
task-relevant knowledge. Pada tahun 1957, Stogdill mengembangkan teori harapan
(reinforcement) untuk mencapai peran. Dikemukakan, interaksi antara anggota dalam
pelaksanaan tugas akan lebih menguatkan harapan untuk tetap berinteraksi.

B. Macam-macam Kepemimpinan Pendidikan2


1. Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional terjadi ketika pola relasi ada, yaitu antara pemimpin
dengan komstituen atau pemimpin dengan elit polotik dilandasi semangat pertukaran
kepentingan ekonomi atau politik. Pemimpin fokus perhatiannya pada hubungan
pertukaran atau transaksi.
2
Danim, Sudarwan. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Pustaka Alfabeta

3
2. Kepemimpinan Karismatik

Kepemimpinan karismatik ini memiliki kemampuan lebih untuk menarik orang dan
membuat orang lain terpesona dengan cara bicaranya termasuk mampu membangkitkan
semangat dan motivasi. Biasanya pemimpin yang memiliki gaya ini punya kepribadian
idealis dan visionaris dimana menyukai tantangan dan perubahan. Namun kekurangan
dari tipe pemimpin seperti ini kadangkala hanya bisa berbicara namun tidak ada
perbuatan berarti yang pernah ia lakukan. Setelah beberapa waktu orang akan menyadari
bahwa ucapannya ternyata tidak dilakukan oleh dirinya sendiri.

3. Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner merupakan kepemimpinan yang ditujukan untuk memberikan


arti pada usaha yang dilakukan bersama-sama dan memberikan arahan bermakna pada
usaha atau kerja keras berdasarkan visi yang jelas. Pemimpin memiliki kompetensi
tertentu dan memiliki kompetensi kunci seperti berikut:

a. Pemimpin memiliki kemampuan berkomunikasi efektif dengan manajer dan


karyawan dalam organisasi
b. Pemimpin memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara
tepat atas segala ancaman dan peluang
c. Pemimpin memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi
praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa
d. Pemimpin memiliki kemampuan mengembangkan imajinasi untuk masa depan

4. Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain agar


mau diajak bekerja sama dan mencapai tujuan yang ditetapkan bersama-sama oleh
pimpinan dan atasan sebagai satu tujuan bersama. Kepemimpinan tipe ini menjunjung
tinggi kesederajatan, dan pastisipatif.

5. Kepemimpinan Militer

Kepemimpinan ini hampir mirip seperti kepemimpinan otoriter namun beberapa sifat
karakteristik militer antara lain:

a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah kaku, otoriter, dan kurang bijaksana.
b. Menghendaki kepatuhan dari bawahan secara mutlak.
c. Menyebrangi formalitas, upacara, ritual militer.
d. Menuntut disiplin yang kaku.
e. Tidak menghendaki saran atau masukan dan kritikan.
f. Komunikasi berlangsung satu arah dari atasan ke bawahan.

4
6. Kepemimpinan Otokratis

Tipe kepemimpinan ini dikatakan berpusat pada diri pemimpinnya atau juga disebut
gaya direktif. Pemimpin menjadi satu-satunya kunci petunjuk dalam membuat
perencanaan, atau membuat keputusan dalam suatu kegiatan atau projek. Pemimpin
secara sepihak menentukan segalanya tentang rencana dan apa yang akan dilakukan.
Ciri dalam tipe kepemimpinan ini yaitu terpusat pada pemimpin. Keputusan
berdasarkan pemimpin, kebijakan dibuat oleh pemimpin, komunikasi berlangsung satu
arah dari ke bawah, pengawasan terhadap bawahan dilakukan secara ketat, kesempatan
berpendapat tidak ada, lebih banyak kritik kerja dari pada pujian kerja pada bawahan dan
cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.

7. Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu jarangnya pemimpin memberikan


arahan langsung, keputusan diserahkan pada bawahan dan setiap anggota diminta untuk
bisa menyelesaikan masalah sendiri. Kepemimpinan delegatif ini yaitu pimpinan
mendelegasikan kewajibannya pada bawahan yang dinilai memiliki kemampuan untuk
dapat menjalankan kegiatan untuk sementara oleh karena beberapa alasan.
Kepemimpinan ini bisa dilakukan apabila atasan memang sedang sangat sibuk, dan
bawahan yang memiliki kemampuan mampu menanggung tugas itu.

8. Kepemimpinan Birokratif

Kepemimpinan birokratif yaitu kepemimpinan berdasarkan peraturan. Perilaku


pemimpin ditandai dengan ketaatan dalam pelaksanaan kegiatan berdasarkan aturan atau
prosedur yang sudah di tetapkan. Perilaku pemimpin taat pada prosedur dan juga perilaku
anak buahnya.

9. Kepemimpan Laissez Faire

Laissez Faire bersikap acuh tak acuh. Kurangnya kontrol dan interaksi antara
pimpinan dan bawahan dan mendorong anak buah untuk mampu mengambil keputusan
sendiri. Pemimpin jarang sekali mengontrol atau mengatur anak buahnya dan sedikit
menggunakan kekuasaannya. Anak buahnya dibiarkan melakukan apapun sesuka hati.

10. Kepemimpinan Otoriter

Segala keputusan dan kebijakan ada di pemimpin secara penuh. Segala tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh pemimpin yang otoriter sedangkan bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diperintahkan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
berkonsentrasi pada tugas.

5
11. Kepemimpinan Diplomatis

Kelebihan kepemimpinan diplomatis berada di perspektif pribadinya. Banyak orang


melihat dari satu sisi dalam membaca situasi, namun pemimpin diplomatis mampu
memberikan analisa dari banyak sisi misalnya melihat dari sisi lawan dan juga sisi pada
dirinya sendiri. Hanya pemimpin yang mampu bersifat netral inilah yang bisa
menganalisa apa yang menguntungkan bagi dirinya dan apa yang menguntungkan bagi
lawannya. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan dari gaya kepemimpinan ini.
Karena terlalu menganalisa banyak sisi, maka waktu yang dibutuhkan juga lebih banyak
sebelum mengambil langkah keputusan.

12. Kepemimpinan Moralis

Kepemimpinan moralis cenderung menitikberatkan pada kesopanan, empati pada


orang lain lebih tinggi, perhatian pada bawahan juga lebih tinggi, lebih sabar dan murah
hati. Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini.

13. Kepemimpinan Administratif

Gaya kepemimpinan ini terkesan kurang inovatif dan kaku pada aturan. Pemimpin
dengan tipe kepemimpinan administratif cenderung takut dalam mengambil resiko,
karena takut akan muncul masalah baru. Sehingga lebih senang mencari aman, dengan
minimalnya perubahan-perubahan. Model kepemimpinan ini hanya cocok pada situasi
yang berlangsung terus-menerus, rutinitas, dan juga sedikit adanya perubahan.

14. Kepemimpinan Analitis

Gaya kepemimpinan ini, dalam membuat keputusan didasarkan pada proses analisis,
dimana analisi logika pada setiap informasi berasal dari pemimpin. Gaya ini berorientasi
pada hasil dan menekankan pada rencana jangka panjang.

15. Kepemimpinan Asertif

Gaya kepemimpinan asertif, cenderung memfokuskan perhatian pada individu


tertentu dari pada tipe kepemimpinan yang lain. Pemimpin tipe asertif lebih suka terbuka
terhadap adanya kritik dan konflik.

16. Kepemimpinan Enterpreneur

Gaya kepemimpinan ini menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir yang
mengutamakan kebutuhan dan kerjasama. Model ini selalu mencari pesaing dan
menargetkan hal dengan standart yang tinggi dan juga perencanaan capaian yang jelas.

6
17. Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang


bergantung pada tingkat kesiapan para pengikutnya dan bisa berubah-ubah.
Kepemimpinan yang efektif bergantung pada relevansi tugas dan semua pemimpin yang
sukses adalah yang mampu beradaptasi pada gaya kepemimpinan tertentu yang tepat
sesuai situasi yang ada.

C. Model Kepemimpinan Pendidikan3


1. Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis – Demokratis)

Pemimpin memengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstreme yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara
yang menonjolkan sisiek stremlainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku
otokratis pada umumnya bersifat negatif, ketika sumber kuasa atau wewenang berasal
dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi, otoritas berada di tangan pemimpin karena
pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang
tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan
hukuman. Selain berifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat, antara lain
pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta
memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahannya.

2. Model Kepemimpinan Ohio

Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor tentang gaya
kepemimpinan, yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi. Struktur inisiasi mengacu kepada
perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota
kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan
metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada
perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal balik, rasa hormat, dan
kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota staffnya (bawahannya).

3. Model Kepemimpinan Likert

Likert mengembangkan suatu pendekatan penting untuk memahami perilaku


pemimpin. Ia mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi, yaitu orientasi tugas dan
individu. Melalui penelitian ini akhirnya Likert berhasil merancang empat system
kepemimpinan sepeti yang diungkapkan oleh Thoha, yang dikutip oleh E.Mulyasa, yaitu
system otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif.

a. System otoriter
Dalam system ini, pemimpin menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan
pekerjaan dan pemerintah dan semua bawahan untuk menjalankannya.

3
Sutikno, Sobry,M. (2012). Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistica

7
b. System otoriter bijak
Perbedaan dengan system sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas
pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta kepada
bawahannya
c. System konsultatif
Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola komunikasi dua
arah antara pemimpin dan bawahan
d. System pastisipatif
Pada system ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan
pada kerja kelompok di tingkat bawah.

4. Model Kepemimpinan Managerial Great

Jika dalam model Ohio, kepemimpinan ditinjau dari sisi struktur ini siasi dan
konsideransinya. Dalam model managerial grid yang disampaikan oleh Blake dan
Mouton, seperti yang dikutip oleh E.Mulayasa, memperkenalkan model kepemimpinan
yang ditinjau dari perhatiannya terhadap produksi atau tugas dan perhatian pada orang.
Perhatian pada produksi (tugas) adalah sikap pemimpin yang menekankan mutu,
keputusan, staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran. Sedangkan, perhatian kepada
orang adalah sikap pemimpin yang memperhatikan anak buah dalam rangka pencapaian
tujuan.

5. Model Kontingensi Fiedler

Dalam teori kontingensi (kemungkinan) variabel-variabel yang berhubungan dengan


kepemimpinan dalam pencapaian tugas merupakan suatu hal yang sangat menentukan
pada gerak akselerasi pencapaian tujuan organisasi. Dalam memunculkan teori ini
perhatian Fiedler adalah pada perbedaan gaya dan motivasional dari pemimpin.

6. Kepemimpinan Situasional

Artinya , teori ini menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi,
mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini,
dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang
didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan
situasional.

7. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi

Intisari dari model ini terletak pada pemikiran, bahwa kepemimpinan dengan kombinasi
perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama, namun hal tersebut tidak
menjamin memiliki efektivitas yang sama pula. Artinya, untuk setiap empat gaya utama
perilaku kepemimpinan, pada masing-masing gaya tersebut ada gaya yang lebih atau
kurang efektif, hal ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan di

8
hadapi oleh sosok pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan tugas yang sama
tersebut memiliki perbedaan.
4
Adapun model kepemimpinan yang ada di Indonesia yaitu :

Wayang dan kekuasaan

Dalam cerita wayang yang tidak terbatas di dalam rangkaian ceritanya saja
mengajarkan kepada para penonton atau pendengar memahami makna kehidupan. Salah
satunya adalah ajaran tentang Hasta Brata, yaitu teori kepemimpinan; berisi mengenai
hal-hal disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam.

1. Surya (Matahari) memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan.


Pemimpin hendaknya mampu menumbuh kembangkan daya hidup rakyatnya
untuk membangun bangsa dan negara.
2. Candra (Bulan) yang memancarkan sinar di tengah kegelapan malam. Seorang
pemimpin hendaknya mampu memberikan semangat kepada rakyatnya di tengah
suasana suka ataupun duka, menciptakan ketenangan dan ketentraman, keteduhan,
dan kemakmuran bagi rakyatnya.
3. Kartika (Bintang) memancarkan sinar kemilauan, berada di tempat tinggi hingga
dapat dijadikan pedoman arah sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi
teladan bagi rakyat untuk berbuat kebaikan.
4. Angkasa (Langit), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang
datang padanya. Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan
batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampung pendapat rakyatnya
yang bermacam-macam.
5. Maruta (Angin) selalu ada di mana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu
mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat
dengan rakyat tanpa membedakan derajat dan martabatnya sebab seoran
pemimpin lahir dari kehendak rakyat. Oleh sebab itu, sebisa mungkin pemimpin
memberikan perhatian kepada rakyatnya secara tulus tanpa dibedakan oleh
golongan dan kelompok tertentu.
6. Samudra (Laut/Air), betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat
sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap
rakyatnya
7. Dahana (Api) mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan
dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan
kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.sifat panasnya akan memberikan
pengaruh positif bagi siapapun yang dapat memaknakannya secara positif.
Artinya, meskipun membahayakan, api dapat digunakan untuk kepentingan
manusia. Oleh sebab itu, selain harus berwibawa, seorang pemimpin harus dapat
memberi manfaat bagi manusia dengan kemampuannya.
8. Bhumi (Bumi/Tanah) bersifat kuat dan murah hati, selalu memberi hasil kepada
yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya
4
Dr. H. Endin, Nasrudin,M.Si. (2010). Psikologi Manajemen. Bandung: Pustaka Setia

9
dan tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya. Untuk itu, seorang pemimpin
hendaknya dapat memberi manfaat kepada manusia seluas-luasnya.

D. Manfaat atau F ungsi Kepemimpinan pendidikan5


Fungsi utama kepemimpinan pendidikan, antara lain:

1. Pemimpin membantu tercapainya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh


rasa kebebasan.
2. Pemimpmpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta
dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan
dan menjelaskan tujuan.
3. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan
prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
4. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok
menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya
secara jujur dan objektif.
5. Pemimpin bertanggung jawab dalam mempertahankan eksistensi organisasi

E. Konsep Kekuasaan
6
Hellriegel, Jackson, dan Slocum (2005: 238) menyebutkan bahwa kekuasaan
merupakan potensi pengaruh dari seorang pemimpin terhadap bawahan, tim, departemen,
atau tujuan dan keputusan organisasi (power is the ability to influence or control
individual, team, departemental, or organizational decisions and goals). Ini artinya
kekuasaan sebagai inti pengaruh dari kepemimpinan dan merupakan kemampuan
seseorang untuk kepemimpinan dan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah
sikap, perilaku orang atau kelompok dengan cara-cara yang spesifik. Seorang pemimpin
yang efektif tidak hanya cukup memiliki kekuasaan, tetapi perlu mengkaji proses-proses
memengaruhi yang timbal balik yang terjadi antara pemimpin dengan yang di pimpin.
Konsep mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah
dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power”
(kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang
yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh
atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin-pengikut.
Sumber kekuasaan menurut French & Raven ada lima kategori. Termasuk dalam
position power, antara lain: legitimate power (kewenangan formal), reward power
(kekuasaan terhadap imbalan), coercive power (kekuasaan terhadap hukuman),
information power (kekuasaan informasi), ecological power (kekuasaan ecologis), yang
juga diwacanakan oleh Cartwright (Yukl, 2010: 210) pada tahun 1965.
5
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-kepemimpinan

6
Dr. Juliansyah, Noor,S.E.,M.M. (2013). Penelitian Ilmu Manajemen. Jakarta:Prenadamedia Group

10
Adapun personal power berasal dari expert power (keahlian dalam tugas), referent
power (kekuasaan rujukan) dari seorang pemimpin (Yukl, 2010: 202). Saat ini, seorang
pemimpin juga dapat memengaruhi orang lain melalui kekuatan hubungan atau kekuasaan
jejaring kerja yang ia miliki (connection power) dengan orang-orang yang berpengaruh.

a. Legitimate power; merupakan kekuasaan berasal dari kedudukan seseorang dalam


hierarki organisasi.
b. Reward power; merupakan kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang
untuk memberikan imbalan kepada orang lain dalam hal ini bawahan atau pengikut,
dan mereka menganggap imbalan tersebut mempunyai nilai atau mereka
membutuhkan imbalan tersebut.
c. Coercive power; merupakan kekuasaan atau kepatihan seseorang terhadap orang lain
karena mereka takut akan hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Hukuman adalah
segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang
menerimanya.
d. Expert power; merupakan kekuasaan yang dimiliki seseorang karena ia memiliki
kemampuan khusus, keahlian atau pengetahuan tertentu. Seseoarng yang memiliki
keahlian teknis, administratif, atau keahlian yang lain dinilai mempunyai kekuasaan,
walaupun kedudukan mereka rendah.
e. Referent power; merupakan kekuasaan yang bersumber dari sifat seseorang yang
memiliki daya tarik tertentu atau karisma tertentu.
f. Information power; merupakan kekuasaan yang bersumber dari informasi yang
dimiliki pemimpin karena kedudukannya.
g. Ecological power; merupakan kekuasaan yang bersumber pada kemampuan
pemimpin dalam mengantisipasi faktor lingkungan internal maupun eksternal.
Contohnya kendali atau penempatan jabatan. Seorang atasan, manajer atau kepala
bagian personalia, misalkan mempunyai kekuasaan atas bawahannya karena ia boleh
menentukan posisi anggota-anggotanya.
h. Connection power; merupakan kekuasaan yang bersumber dari jejaring atau network,
click serta hubungan dengan orang lain yang dimiliki oleh seorang pemimpin.

Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan
atau hilang dalam organisasi. Teori ini antara lain:

1. Social Exchange Theory, dikembangkan oleh Blau (1978), Homans (1958),


Thibaut and Kelley (1959) mengatakan bahwa, kekuasaan diperoleh dan hilang
sebagai proses memngaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu
antara pemimpin dan pengikut.
2. Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan suatu subunit
organisasi tergantung pada faktor keahlian pemimpin dalam mengangani masalah
penting, sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit
tersebut.

11
Dari kedua teori tersebut, dapat dimaknai bahwa para pemimpin membutuhkan
kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu tidak berarti bahwa lebih banyak
kekuasaan akan lebih baik.

Amintai Etzioni (Camplbell, 2009: 370) meambagi tiga bagian sumber kekuasaan,
yaitu:

a) Coercive power, memengaruhi anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan


dibawah ancaman hukuman atau melalui intimidasi.
b) Utilitarian power, memengaruhi anggota organisasi dengan menggunakan
kekuasaan reward dan benefits.
c) Normative power, memengaruhi anggota organisasi dengan menggunakan
kekuasaan pengetahuan yang dibutuhkan organisasi, agar anggota organisasi dapat
bekerja dengan benar (the right thing to do).

Senada dengan itu, McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat
berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan. N-pow
adalah motivasi terhadap kekuasaan. McClelland membagi empat karakteristik
penggunaan kekuasaan, yaitu:

a) Belief in the authority system, pemimpin percaya bahwa lembaga atau organisasi
begitu penting dan kewenangan yang diberikannya sah. Pimpinan merasa nyaman
memengaruhi dan dipengaruhi. Sumber kuasanya adalah wewenang yang
merupakan bagian dari kepemimpinan.
b) Preference for work and discipline, pemimpin memiliki nilai dan disiplin.
c) Altruism, pemimpin memiliki rasa kebersamaan dan bersedia untuk memberikan
pengorbanan untuk mencapai tujuan unit dan kebahagiaan orang-orang di
sekitarnya.
d) Belief in justice, pemimpin memiliki keyakinan bahwa orang-orang dalam
organisasi harus mengetahui dan menerima apa yang menjadi hak dan
kewajibannya

Studi Crozier dan Hickson telah mengidentifikasi kategori perilaku memengaruhi


kekuasaan antar sub unit sebagai berikut:

a) Substitutability – derajat di mana orang-orang memiliki alternatif dalam


penyediaan sumber daya.
b) Discretion – derajat di mana manajer memiliki kebebasan untuk memutuskan
sendiri tanpa dibatasi terlalu ketat oleh peraturan organisasi.
c) Centrality – merepresentasikan bagaimana pentingnya pekerjaan seseorang dan
berapa banyak orang tergantung padanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
d) Visibility – menyadarkan yang lainnya bahwa pemimpin memiliki kedudukan dan
kekuasaan.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kepemimpinan pendidikan sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi,


membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan
dengan pengmbangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar
kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian
tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.

B. Saran

Syarat bagi pemimpin pendidikan, dalam hal ini adalah kepala sekolah, adalah kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat memimpin sekolah, bertanggung
jawab atas tercapainya tujuan sekolah, juga diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di
sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kualitas
kepemimpinan yang baik agar signifikan bagi keberhasilan sekolah.

Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi
pemimpin pendidikan, memiliki keterampilan memimpin dan keterampilan hubungan
insane serta menerapkan model kepemimpinan yang baik sesuai dengan karakteristik
dirinya, karena sesungguhnya keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada
efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah.

13
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Pustaka Alfabeta

Dr. H. Endin, Nasrudin,M.Si. (2010). Psikologi Manajemen. Bandung: Pustaka Setia

Dr. Juliansyah, Noor,S.E.,M.M. (2013). Penelitian Ilmu Manajemen. Jakarta:Prenadamedia


Group

Sutikno, Sobry,M. (2012). Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistica

https://dosenpsikologi.com/macam-macam-kepemimpinan

14

Anda mungkin juga menyukai