Anda di halaman 1dari 43

2023

Panduan Pelatihan
Positive Behavior Support (PBS)

Ignatius Dharta Ranu Wijaya


Home PBS – 2023
homepbs.com
PANDUAN PELATIHAN PBS

Pendahuluan

Model Positive Behavior Support (PBS) berpedoman pada Teori Perkembangan dan Teori
Belajar serta dilandasi dengan Analisis Perlaku Terapan atau Applied Behavior Analysis
(ABA). Positive Behavior Support (PBS) menggabungkan berbagai treatment dan intervensi
serta mengevaluasi setiap prosesnya bagi kepentingan terbaik anak.

Kerangka kerja PBS dapat membantu keluarga dan orang tua yang memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dengan cara
menemukan akar persoalan yang dihadapi dan kemudian mengembangkan rencana untuk
mengatasi persoalan tersebut.

Positive Behavior Support (PBS) bukanlah sebuah teori baru tetapi aplikasi dari pendekatan
sistem berbasis perilaku untuk meningkatkan kapasitas keluarga, sekolah dan masyarakat
dalam merancang lingkungan yang efektif dimana pengajaran dan pembelajaran terjadi (Carr
et al., 1999; Horner, Albin, Sprague, & Todd, 1999). Positive Behavior Support (PBS) menjadi
istilah umum yang mengacu pada penerapan sistem dan intervensi perilaku yang positif untuk
mencapai perubahan perilaku yang penting secara sosial.

Positive Behavior Support (PBS) adalah integrasi dari (a) ilmu perilaku, (b) intervensi praktis,
(c) nilai-nilai sosial, dan (d) perspektif sistem. Haring dan De Vault (1996: hal. 116) kemudian
mengindikasikan bahwa PBS adalah (a) intervensi yang mempertimbangkan konteks di mana
perilaku terjadi, (b) intervensi yang membahas fungsi dari persoalan perilaku yang terjadi, (c)
intervensi yang dijustifikasi dengan hasil intervensi, (d) hasil yang dapat diterima oleh
individu, keluarga, dan komunitas yang mendukung kebutuhan perkembangan dan belajar
anak.

Teknik yang diturunkan dari prinsip perilaku dapat digunakan:


1) untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan,
2) untuk mengurangi perilaku yang tidak diharapkan,
3) untuk mengajarkan keterampilan baru,
4) untuk mempertahankan perilaku yang baru diperoleh,
5) untuk menggeneralisasi atau mentransfer perilaku dalam setting belajar yang lebih luas,
6) untuk membatasi kondisi di mana perilaku tertentu terjadi.

Panduan ini secara khusus membahas asesmen fungsi perilaku dan teknik serta prosedur yang
digunakan dalam membangun keterampilan atau perilaku baru yang diinginkan oleh orang
tua/guru/terapis melalui impelementasi Applied Behavior Analysis (ABA) dalam proses terapi.

Mengatasi Persoalan Perilaku Anak

Cara efektif menangani persoalan perilaku pada anak adalah dengan mencegah terjadinya
perilaku tersebut. Prosedur ini dapat dilakukan dengan mengubah kondisi fisik lingkungan,
instruksional, dan lingkungan sosial.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


1. Mengubah kondisi fisik lingkungan
• menata kembali perabotan atau benda-benda di sekitar
• bekerja/belajar di tempat/lokasi yang berbeda
• memindahkan benda-benda yang membuat anak sulit berpartisipasi atau yang
membuat transisi menjadi sulit
• tempatkan anak diposisi yang aman dan memudahkannya berpatisipasi

2. Adaptasi instruksi ke dalam lingkungan


• mengubah kompleksitas, jumlah, atau urutan kegiatan
• menggunakan strategi visual untuk membantu melakukan setiap tahapan tugas
• menyertakan berbagai manipulasi dan gerakan dalam setiap pelajaran

3. Mengubah kondisi lingkungan sosial


• melibatkan orang-orang yang berbeda dalam rutinitas
• mengajarkan teman sebaya dan orang-orang yang ada di sekitar anak bagaimana
berinteraksi dengan anak
• menyediakan berbagai pilihan-pilihan selama waktu-waktu aktif anak
• meningkatkan berbagai peluang dalam mendapatkan perhatian secara positif
baik dari anak sebaya dan orang dewasa lainnya yang ada di sekitar anak
• menghargai peran-peran yang dapat dilakukan anak dan berusaha selalu
memberikan tanggung jawab

Perubahan-perubahan di atas dapat mencegah munculnya persoalan perilaku sehingga anak


dapat mengalami interaksi yang positif dan berbagai bentuk partipasi yang dapat dihargai.
Melalui upaya pencegahan, perhatian kita selalu difokuskan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang positif, bukan menunggu persoalan perilaku terjadi dan kemudian
mengintervensinya.

Mengajarkan Keterampilan Baru

Mengajarkan keterampilan baru pada anak sangat berkaitan dengan apa yang dibutuhkan anak
tersebut untuk belajar menggantikan persoalan perilakunya. Mengetahui dan memahami tujuan
atau fungsi dari persoalan perilaku yang ditunjukkan anak, sangat penting dalam menentukan
perilaku/keterampilan pengganti yang akan diajarkan.

1. Anak mencengkram tangan/baju/rambut orang lain


Kemungkinan tujuan/fungsi perilaku: mendapatkan perhatian dari orang lain Ajarkan
anak menepuk bahu atau menyentuh tangan/lengan orang lain ketika menginginkan
sesuatu.
2. Anak melempar/membuang materi belajar ketika belajar
Kemungkinan tujuan/fungsi perilaku: melarikan diri atau menghindari diri dari
kegiatan belajar yang sulit. Ajarkan anak mengangkat tangan/menunjuk jari untuk
meminta bantuan atau mengganti tugasnya.
3. Anak berjalan-jalan di dalam ruangan ketika belajar

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Kemungkinan tujuan/fungsi perilaku: mendapatkan sesuatu – yang berbentuk
(makanan, minimuman, mainan). Ajarkan anak memberikan gambar/simbol dari
sesuatu yang diinginkannya kepada terapis.
4. Anak tiba-tiba mengambil suatu benda yang kita pegang atau benda yang ada di
meja/lemari dan tempat lainnya. Kemungkinan tujuan/fungsi perilaku: untuk bermain-
main dengan benda yang diambilnya. Ajarkan anak memilih benda-benda pribadinya
yang dapat digunakan untuk bermain selama waktu-waktu bebasnya.
5. Anak tiba-tiba berdiri/bergumam/berteriak/bertepuk tangan/melompat/dsb. sewaktu
belajar. Kemungkinan tujuan/fungsi perilaku: mendapatkan ketenangan atau melepas
ketegangan. Ajarkan anak untuk kembali melakukan aktivitas yang dirancang untuk
melepaskan ketegangan dan mengurangi tekanan stress yang dialaminya

Merespon Perilaku Negatif

Suatu rencana Applied Behavior Analysis (ABA) selain menekankan pada upaya mencegah
munculnya persoalan perilaku dan mengajarkan perilaku pengganti yang dapat diterima, juga
akan mempertimbangkan bagaimana merespon ketika persoalan perilaku terjadi. Diperlukan
adanya persiapan sehingga setiap orang mampu merespon persoalan perilaku yang terjadi
secara efektif. Beberapa strategi berikut ini disarankan agar situasi-situasi yang sulit dapat
diatasi.

• Perhatikan tanda-tanda munculnya perilaku tambahan lainnya yang dapat menjadi


persoalan.
• Sediakan pilihan-piihan materi dan kegiatan yang aman, menyenangkan dan tidak
membahayakan anak dan orang lain.
• Tetap tenang.
• Ambil materi pelajaran/benda dari anak dan arahkan anak untuk menyelesaikan dengan
segera.
• Istirahat sejenak.
• Jangan berkata apapun mengenai perilaku negatif anak ketika sedang mengajar, fokus
hanya pada bagaimana membangun partisipasi anak.
• Arahkan anak kembali pada tugasnya melalui bantuan nonverbal maupun bantuan fisik
lainnya.
• Hindari agar anak tidak membuat kesalahan dengan memberikan bantuan secara
efektif.
• Sediakan selalu respon positif (pujian, mainan, waktu bebas, dsb.) ketika anak berusaha
menunjukkan partisipasinya.
• Selalu bersikap antusias terhadap keberhasilan anak
• Gunakan materi-materi pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang dapat diprediksi
• Bersikap kompromi/sesuaikan kembali rencana mengajar dan tidak perlu memaksakan
diri maupun anak.
• Lindungi diri anda dan orang di sekitar anak dengan cara-cara yang tidak kasar.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Fase dalam suatu perilaku

Ada 7 fase dalam siklus berperannya suatu perilaku, yaitu:


1) Fase Tenang, anak/murid menunjukkan sikap yang tepat, perilaku kooperatif dan
responsif terhadap arahan orang dewasa (orang tua, guru, terapis, dsb.)

2) Fase Pemicu adalah peristiwa, aktivitas atau perilaku yang memprovokasi kecemasan
dan memicu siklus perilaku bermasalah.
3) Fase Agitasi ditandai dengan tanggapan emosional, seperti cemas, kuatir, marah,
depresi, dan frustrasi.
4) Fase Akselerasi adalah peningkatan perilaku untuk mencapai ambang batas, seorang
anak yang perilakunya negatifnya secara terus-menerus sangat mungkin bertujuan
untuk mendapatkan tanggapan dari orang lain - biasanya orang tua atau guru.
5) Fase Puncak, seorang anak yang ada dalam fase ini dapat menunjukkan perilaku yang
membahayakan dirinya maupun mengancam orang lain.
6) Fase De-eskalasi adalah fase yang ditandai dengan pelepasan emosional dan
berkurangnya suatu perilaku negatif.
7) Fase Pemulihan adalah periode untuk mendapatkan kembali keseimbangan menuju fase
tenang.

Rencana Keselamatan harus diajarkan dan dipraktikkan bersama anak dan guru yang
berinteraksi secara teratur. Perencanaan keselamatan sangat penting dilakukan dalam
mengidentifikasi strategi mengatasi fase awal dari siklus perilaku negatif yang dapat
membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Strategi utama akan melibatkan kemampuan
mengidentifikasikan anak di awal siklus dengan harapan dapat meredakan situasi dan
memastikan semua orang dewasa tahu bagaimana berinteraksi dengan anak selama siklus
perilaku yang terjadi.

Hukuman (punishment) dan cara-cara kasar lainnya bukan solusi tepat untuk mengatasi
persoalan perilaku yang ditunjukkan anak. Sadari selalu bahwa perilaku memiliki fungsi atau
tujuan tertentu dan itu berarti indikasi adanya kebutuhan belajar yang spesifik. Gunakan selalu
strategi-strategi pengajaran yang positif dalam membantu anak berkomunikasi, bersosialisasi,
dan mengarahkan perilakunya.
Halaman berikut akan menampilkan form ABC yang menjadi landasan melakukan Functional
Behavior Assessment (FBA) dalam merumuskan rencana dan target perilaku yang diharapkan
pada Anak. Lembar klasifikasi dari reinforcers yang merupakan ‘perekat’ dalam setiap proses
pembelajaran bersama anak, juga diberikan pada bagian selanjutnya.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


LEMBAR PENGEMBANGAN UNTUK ________________

Target Perilaku (dapat diamati dan terukur): Fungsi Perilaku:

Komunikasi Sensori
Getting attention Self-regulation

Escape / avoidance Play


Play or entertainment
/ entertainment

Getting something tangible

Mencegah – bagaimana kita Mengajarkan – perilaku Merespon – bagaimana Dukungan jangka


mengubah antecedent (siapa, apa, atau keterampilan lain yang cara menanggapi persoalan panjang Apa yang akan
kapan, dimana, setting events) yang perlu diajarkan untuk perilaku dengan tidak dilakukan untuk mencegah
diasosiasikan dengan adanya menggantikan persoalan mengikuti ‘tujuan’ anak? munculnya persoalan perilaku
persoalan perilaku? perilaku? di kemudian hari, di setiap
setting kehidupan anak, dan
demi meningkatkan kualitas
hidup?
Menurunkan Target Perilaku
Meningkatkan/mendukung perilaku-perilaku alternatif

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


CLASSES OF REINFORCERS

Klasifikasi Contoh

Edibles: pilihan anak terhadap makanan biskuit, jely, permen, roti, keripik, wafer,
dan minuman tertentu juice, susu, air putih, pudding, dsb.

Activity: pilihan anak terhadap aktivitas computer games, membaca buku, bermain
atau kegiatan yang disukainya puzzle, main bola, mendengar musik,
menyanyi, mewarnai gambar, memasak,
main sepeda, membantu terapis/guru, waktu
bebas, berenang, membersihkan kelas, tidak
ada PR, dsb.

Tangibles: benda-benda yang disukai anak, buku, tas, agenda, pensil, logo gambar, topi,
seperti mainan, benda-benda pribadinya, jaket, saputangan, majalah, miniatur alat
dan sesuatu yang dipakai anak transportasi, miniatur binatang, action
figures, dsb.

Social: pujian dari orang lain, pelukan, Senyum dari terapis/guru atau orang tua
senyuman, ngobrol, perhatian dan kontak kepada anak, mengangguk sebagai
mata konfirmasi tanda setuju, kata-kata yang
menunjukkan perghargaan terhadap setiap
usaha anak: ‘bagus’, ‘hebat’, ‘keren’, ‘pintar
sekali’, ‘nah begitu caranya’, ‘usaha yang
bagus’, dsb.

Token: sesuatu yang dapat ditukar dengan karcis untuk nonton-jalan-jalan-akses


reinforcer tertentu yang sangat dihargai bermain komputer-nilai bonus-bebas dari
anak kewajiban melakukan tugas rumah, kupon
makanan gratis, hadiah, uang, dsb.

Diadaptpsi dari Behavior Management Principles of Positive Behavior Suppor (2008) by Wheeler, J.J. & Richey, D.D.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


STRATEGI INTERVENSI PERILAKU

Bagian ini akan membahas hal-hal teknis dalam pembelajaran bersama anak menggunakan
pendekatan teori belajar perilaku. Empat prosedur yang paling umum dalam membangun dan
mengembangkan perilaku belajar seorang anak, adalah:

1. Imitasi

Definisi: Relasi dari penggunaan 4 sifat perilaku dan lingkungan (model – perilaku
tiruan – kesamaan antara model dan perilaku – perilaku diarahkan oleh model).

Langkah: asesmen dan mengajarkan prasyarat keterampilan meniru – menentukan


model dalam latihan – mencobakan pada item yang telah diketahui anak – membuat
urutan model latihan – pelaksanaan latihan.

Keuntungan: relatif cepat proses akuisisi keterampilan baru atau perilaku kompleks.

2. Shaping

Definisi: Penggunaan dua komponen prosedur-prosedur dari differential reinforcement


dan successive approximation dalam membangun perilaku baru untuk mencapai produk
akhir shaping, yaitu – a terminal behavior.

Langkah:
a. Mendefinisikan target perilaku.
b. Menentukan apakah shaping merupakan prosedur yang paling tepat.
c. Mengidentifikasikan perilaku awal.
d. Menentukan langkah-langkah shaping.
e. Memilih reinforcer yang akan digunakan dalam prosedur shaping.
f. Membedakan pemberian reinforcer pada setiap perilaku yang semakin mendekati
target yang diharapkan.
g. Memindahkan tahapan-tahapan shaping ke dalam pace yang masuk akal sesuai
dengan invidualitas anak sendiri.

Keuntungan: menggunakan pendekatan yang positif sehingga punishment dan prosedur


yang aversive tidak digunakan.

3. Chaining

Definisi: Aplikasi sistematis dari strategi prompting dan fading dalam setiap komponen
Stimulus – Response dari suatu perilaku yang kompleks. Setiap respon akan
mendapatkan reinforcer dan juga bertindak sebagai discriminative stimulus (SD) untuk
setiap respon lanjutan dalam rantaian. Tiga prosedur: forward chaining – backward
chaining – total task presentation.

Langkah:
Dalam Forward & Backward perilaku dipecah dalam komponen-komponen respon
yang individual, tiap komponen diajarkan satu-satu sampai dikuasai hingga kemudian

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


dirangkai bersama. Proses awal dimana kita memecah keterampilan yang kompleks
menjadi menjadi unit-unit kecil perilaku yang mudah diajarkan disebut sebagai Task
Analysis.
Dalam Total Task Presentation keterampilan yang kompleks diajarkan sebagai satu unit
perilaku sehingga dalam setiap latihan anak harus melakukan keseluruhan komponen
yang diajarkan. Sangat sulit diimplementasikan bagi semua anak sehingga dalam
prosesnya selalu digunakan prompt fisik yang secara bertahap dihapuskan (fading).

4. Prosedur-Prosedur Latihan Perilaku (Behavioral Training Procedures)


Prosedur ini terdiri dari empat komponen utama: modeling, instructions, rehearsal dan
feedback yang digunakan bersama dalam sesi latihan untuk membantu anak mencapai
keterampilan yang diharapkan.

Modeling: mendemonstrasikan suatu bentuk perilaku pada anak yang dilihat/diamati


anak kemudian ditirukannya. Syarat anak memiliki kemampuan untuk melihat dan
memperhatikan (attend) lalu mengeksekusi perilaku yang telah dicontohkan. Dua jenis
modeling (1) live atau secara langsung oleh orang tua/guru/terapis dan (2) symbolic
dengan menggunakan berbagai struktur visual (foto, gambar, simbol).

Instructions: pemberian informasi terhadap perilaku yang diharapkan sehingga


instruksi yang diberikan harus sederhana dan jelas atau menjelaskan apa yang harus
dilakukan dan situasi tertentu dimana anak harus menunjukkan perilakunya.

Rehearsal: kesempatan buat anak untuk berlatih sesuai dengan apa yang dimodelkan
dan diinstruksikan oleh orang tua/guru/terapis. Arti rehearsal kemudian adalah (1)
memberikan kepastian bagi orang tua/guru/terapis apakah anak telah mempelajari
keterampilan yang diajarkan (2) memberikan peluang bagi anak untuk mendapatkan
reinforcers ketika respons nya benar (3) memungkinkan orang tua/guru/terapis
memberikan koreksi bila respons anak salah.

Feedback: menyangkut kewajiban orang tua/guru/terapis untuk segera memberikan


pujian, mainan, makanan, waktu bermain, dsb. bila respons anak benar, koreksi bila
respons anak salah, dan kelanjutan instruksi yang diberikan orang tua/guru/terapis jika
respons anak salah.

Strategi-strategi untuk mendukung berbagai prosedur Latihan perilaku di atas, adalah:


1. Situasi dan kondisi latihan harus mendekati realitas hidup sehari-hari anak.
2. Anak berpeluang menggunakan keterampilan barunya dalam situasi yang nyata
atau bersama dengan teman sebayanya.
3. Membangun kesempatan bagi anak untuk melatih kemampuannya di luar sesi
latihan yang terrtuktur.
4. Menata agar lingkungan turut berperan dalam memperkuat keterampilan yang telah
dipelajari anak dalam setiap sesi latihan yang dilakukan.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Secara singkat, strategi dasar yang dipakai dalam prosedur membangun dan mengembangkan
perilaku belajar pada anak, yaitu:

1) Task Analysis
2) Shaping (successive approximations)
3) Imitation
4) Chains of Behavior
5) Discrimination Training Sequence

Secara khusus, strategi ke-5, yaitu sikuen dalam Discrimination Training berlandaskan pada
‘the three term of behavior’ atau kontingensi perilaku yang dioperasionalkan dalam rumusan
Antecedent – Behavior – Consequences (A-B_C). Operasionalisasi dari perilaku dapat
digambarkan sebagai berikut:

Antecedent Consequences
• Setting Event ) Positive Reinforcers
• Discriminative Stimuli/Sd) ) Behavior Neutral
• Prompts ) Informative
• Neutral Stimuli ) Corrective

Sementara simbolisasi sikuen dari proses belajar diskrit dapat digambarkan sebagai berikut:

D R+-/r+-

S → R → S → ITI
\
Prompt

S
Sikuen belajar diskrit di atas, disebut juga sebagai Discrete Trial Teaching atau DTT yang
sangat dperlukan oleh orang tua/guru/terapis dalam mengajarkan anak berbagai konsep bahasa
(reseptif dan ekspresif) dan kemampuan berkomunikasi baik melalui identifikasi, memahami
kata, menamakan, membuat klasifikasi, mengelompokkan dan mendeskripsikan sesuatu.
Strategi ini akan selalu didasarkan pada pengalaman belajar anak sebelumnya.

Prompting
Tidak semua anak dalam proses belajarnya di awal, mampu menunjukkan respons yang
diharapkan secara mandiri, sehingga dalam proses awal, orang tua/guru/terapis perlu
merencanakan pemberian bantuan (prompting) yang efektif dan individual. Makna prompt
dalam proses belajar diskrit sendiri, adalah:

• Di awal proses belajar, anak tentu membutuhkan bantuan untuk memahami hubugan
antara SD (Antecedent) dan SR+ (Consequences). Inilah yang disebut sebagai SPrompt.
• Diberikan berbarengan dengan SD atau segera setelah SD diberikan.
• Menghindari anak melakukan ‘trial and error’ sehingga anak selalu diarahkan untuk
belajar dari setiap keberhasilannya.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


• Menghindari adanya ketergantungan anak pada prompt (prompt bond) dengan
menghapus prompt secara sistematis (fading prompt).

Kemampuan anak dalam melakukan diskriminasi yang didasarkan pada pengalaman belajar
sebelumnya dapat diurutkan secara sistematis dalam setiap tahapan belajar. Penjabaran dari
setiap urutan atau tahapan diskriminasi, sebagai berikut:

1. Mass Trial
Mass Trial Prompt (MTP)
Mass Trial (MT)
Mass Trial w/ Distractor Item (MT w/ DI)

2. EXPANDED TRIALS (ET)


ET 1, ET 2, ET 3

3. BLOCK ROTATION
SD A (full positional prompt)
SD A (1/2 positional prompt)
SD A (no prompt)
SD A (no prompt)

SD B (SWITCH TRIAL- full positional prompt)


SD B (1/2 positional prompt)
SD B (no prompt)
SD B (no prompt)
Dst.

4. RANDOM ROTATION
“Target items out of a pattern”

5. Generalization

Itulah tahapan belajar diskriminasi yang harus dilewati anak, namun demikian, kapasitas
kognitif anak sangat individual dan berbeda pada setiap anak sehingga dalam pelaksanaannya
dapat dilakukan secara fleksibel. Pada kasus-kasus gangguan perkembangan seperti disabilitas
intelektual dan autism, setiap tahapan diskriminasi di atas sangat membantu jika dilakukan
secara berurutan dan konsisten.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Pelaksanaan Proses Terapi

Proses belajar ketika diterapkan pada anak yang mengalami gangguan perkembangan dan
belajar serta dilakukan dalam setting klinis baik di rumah sakit maupun pusat terapi dan tumbuh
kembang lainnya, akan disebut sebagai Behavior Therapy atau Terapi Perilaku. Secara klinis,
memulai terapi perilaku bukanlah suatu hal yang mudah sehingga dalam pelaksanaanya harus:

1. Mempersiapkan segala sesuatunya sebelum memulai terapi.


2. Memberikan instruksi yang jelas / sudah dikenali anak sesuai dengan format program
terapi yang telah dirancang.
3. Menarik perhatian anak dan mempertahankan perhatian anak (joint attention).
4. Menjaga setiap latihan secara diskrit (satu persatu, singkat dan jelas sikuennya).
5. Menggunakan reinforcement secara efektif atau sesuai dengan format program yang
dibuat.
6. Menyesuaikan jadwal reinforcement yang sejalan dengan perkembangan respons
belajar anak.
7. Menggunakan prompt yang efektif dan tidak memberikan prompt tanpa perencanaan
yang jelas.
8. Selalu mengarahkan situasi belajar secara positif dengan menjaga ritme dan kecepatan
dalam terapi.
9. Mencatat setiap aktivitas dan respons yang ditunjukkan anak sebagai bahan evaluasi
pelaksanaan terapi.
10. Memastikan 70% – 80% keberhasilan anak dalam setiap sesi terapi untuk memotivasi
dan menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan selama terapi.
11. Menunjukkan dan menjaga selalu antusiasme selama pelaksanaan terapi bersama anak.
12. Berbagi ide dan pengalaman bersama terapis lain atau tim.
13. Meminta bantuan teman/terapis/guru/orang tua bila diperlukan.
14. Jauh lebih ideal bila pelaksanaan terapi direkam secara berkala untuk meningkatkan
performance dan sebagai bahan pelajaran bersama dalam meningkatkan kualitas terapi.
15. Melakukan evaluasi bersama dengan orang tua dan tim (dokter, terapis, guru, dsb.)
bagaimana proses terapi yang telah dilakukan; cara yang diberikan, perkembangan
respons anak, efektifitas reinforcement, prompting, pencatatan, dsb.

Mendefinisikan Proses Awal Terapi (Acquisition)

Proses awal terapi jika didefinisikan maka tidak akan terlepas dari berbagai aktivitas berikut
ini:

a) Melakukan sistem pencatatan data selama proses terapi.


b) Menata struktur fisik dan menyiapkan area bagi anak untuk belajar, bermain atau
beristirahat.
c) Menjelaskan respons yang diharapkan pada anak dan menuliskan dalam format
program.
d) Mempersiapkan materi-materi yang akan digunakan dan menuliskannya dalam format
program.
e) Menentukan SD yang akan diberikan pada anak dan menuliskannya dalam format
program.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


f) Menentukan strategi prompting yang sesuai dengan individualitas anak dan
menuliskannya dalam format program.
g) Memilih, menyiapkan dan menggunakan sejumlah reinforcers yang mungkin dapat
diberikan kepada anak dan menuliskannya dalam format program.

Memelihara dan Menggeneralisasi Keterampilan

Perkembangan respons anak dalam proses terapi akan berbeda, sehingga tidak mungkin orang
tua/guru/terapis membandingkan progress seorang anak yang ditanganinya dengan anak
lainnya. Perkembangan hasil terapi akanselalu diukur dan dilihat dari kondisi awal seorang
anak sebelum menjalani terapi – sewaktu menjalani terapi – dan sesudah menjalani proses
terapinya. Proses ini juga tidak akan berhenti dalam satu setting saja, misalnya di klinik, tetapi
harus berlanjutkan dalam berbagai kesempatan belajar dan latihan yang menuntut berbagai
variasi dari:

a) waktu-waktu yang berbeda,


b) benda-benda atau materi belajar yang berbeda,
c) orang-orang yang berbeda, dan
d) tempat atau lokasi yang berbeda.

Adaptasi berbagai kemampuan yang telah dipelajari seorang anak dalam kehidupan sehari-
harinya, baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan yang lebih luas menuntut adanya
suatu proses generalisasi. Generalisasi berarti:

• menggabungkan (chaining) berbagai latihan/program/aktivitas lainnya secara


fungsional,
• menjarangkan reinforcement dari yang bersifat continuous menjadi intermittent atau
sesuai dengan strategi penjadwalan reinforcement yang diterapkan,
• memperluas setting belajar dalam berbagai kesempatan dan situasi yang semakin
natural atau sesuai dengan kondisi alamiah anak sendiri,
• menggunakan konsekuensi yang semakin bersifat alami dan sosial.
• tidak lagi menggunakan prompt yang bersifat fisik, apalagi aversive, tetapi
menggunakan prompt yang semakin natural, bila perlu anak dapat diberikan prompt
yang bersifat verbal atau gestural (visual) saja.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Ilustrasi Pelaksanaan Terapi
(diadaptasi dari J. Tyler Fovel, ABA Consultant’s Companion, 2003)

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Pelaksanan Studi Kasus dan Role Play

Tentukan:
1. Buatlah Rencana Intervensi Perilaku (Behavioral Intervention Plan/BIP) dari salah satu
anak yang mencakup:

a) Hasil asesmen perilaku anak


b) Target perilaku yang diharapkan atau keterampilan yang akan dibangun
c) Setting (lokasi/tempat, waktu, dan alat/materi)
d) Frekuensi dan durasi latihan
e) Penanggung jawab
f) Strategi yang digunakan
g) Sistem pencatatan data
h) Kriteria keberhasilan

2. Task Analysis
3. Chaining Procedur
4. SD, Respon, Konsekuensi dan Stimulus Prompt
5. Rencana generalisasi

Jika diperlukan dapat direncakan Discrimination Training pada anak:


1. Mass Trial
2. Expanded Trial (ET 1 s/d ET 3)
3. Block Rotation
4. Random Rotation
5. Gunakan lembaran pencatatan data

Pencatatan Data dan Target Items:

Tanggal Target Item #C/#T Prompt Non target #C/#T Keterangan


dikenalkan item

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Role Play
Program Dasar

1. Instruksi sederhana
SD : Atur jarak dengan anak lalu sebut nama Anak dan katakan …
(Kesini, Duduk, Berdiri, Ambil, dsb.)
Respons : Anak mengikuti sesuai instruksi yang diberikan
P
S : Fisik (Hand over hand, partial, gesture)
R
S : pujian, mainan, makanan, dsb.

2. Kepatuhan dasar
SD : Setelah anal siap katakana, “… (Lihat, Tangan , dsb.)”
Respons : Anak mengikuti sesuai instruksi yang diberikan
SP : Fisik (Hand over hand, partial, gesture)
SR : pujian, mainan, makanan, dsb.

3. Imitasi motorik Kasar


SD : Tunjukkan gerakan … (dada, tepuk tangan, tangan kesamping,
dsb.) sambil katakan “Tirukan!”
Respons : Anak menirukan sesuai gerakan yang dicontohkan
P
S : Fisik (Hand over hand, partial, gesture) oleh prompter
R
S : pujian, mainan, makanan, dsb.

4. Aksi dengan benda


SD : Siapkan benda-benda yang diperlukan lalu tunjukkan pada anak
(memukul palu, memasukkan balok ke ember, menggulung
playdough, dsb.) dan katakan “Tirukan!”
Respons : Anak menirukan sesuai aksi yang dicontohkan
P
S : Fisik (Hand over hand, partial, gesture)
R
S : pujian, mainan, makanan, dsb.

5. Scanning (Lotto 1 x 3)
SD : Setelah anak siap, susun 3 kartu di atas meja lalu berikan pada anak
pasangannya satu-persatu sambll mengatakan, “Samakan!”
Respons : Anak meyamakan pasangan kartu lotto yang diberikan.
SP : Fisik (Hand over hand, partial, gesture)
R
S : pujian, mainan, makanan, dsb.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Contoh Scanning/Lotto

6. Klasifikasi Gambar (2D)


SD : Setelah anak siap, susun 3 kartu klasifikasi (sepatu, kursi, mobil,
dsb.) sebagai pedoman di atas meja untuk disamakan lalu berikan
lalu berikan pada anak satu persatu mengatakan, “Samakan!”
Respons : Anak meyamakan kartu gambar sesuai klasifikasi yang diberikan
P
S : Fisik (Hand over hand, partial, gesture)
R
S : pujian, mainan, makanan, dsb.

Contoh gambar klasifiksi

kursi

mobil

bola

7. Imitasi Pola Balok 3D (2 pc)


SD : Setelah anak siap, berikan 2 konfigurasi balok (rumah, T, dsb.)
sambil disusun di atas meja lalu berikan berikan 2 balok yang sama
bentuknya untuk dibuat sesuai dengan konfigurasi yang
dicontohkan dan katakan, “Buat Sama”.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Respons : Anak Menyusun balok sesuai konfigurasi yang diberikan.
SP : Fisik (Hand over hand, partial, gesture)
SR : pujian, mainan, makanan, dsb.

Contoh Imitasi Pola Balok

8. Part & Whole (2 pc)


SD : Setelah anak siap, berikan 2 potong Part & Whole, sambil
mengatakan, “Gabungkan!”
Respons : Anak menggabungkan 2 potong part & whole menjadi satu sesuai
konten gambarnya.
P
S : Fisik (Hand over hand, partial, gesture)
R
S : pujian, mainan, makanan, dsb.

Contoh Part & Whole

9. Imitasi Pola Pegs 3D (2 pc)


SD : Setelah anak siap, taruh peg board di atas meja lalu susun 2 sikuen
warna yang berbeda (merah-biru, kuning-merah, dsb.) lalu berikan
2 warna peg yang sama pada anak sambil katakan, “Tirukan”.
Respons : Anak menirukan 2 sikuen warna dalam pegboard
P
S : Fisik (Hand over hand, partial, gesture)
R
S : pujian, mainan, makanan, dsb.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


Contoh Imitasi Pola Peg

10. Pertukaran fisik dengan foto/gambar


Setelah melakukan reinforcement Assessment Sampling dan diketahui apa yang
sungguh-sungguh menjadi kesukaan Anak, maka item yang menjadi kesukaanya
dapat di foto atau digambar. Aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan meja.
SD : Setelah anak siap, taruh kartu foto/gambar/simbol yang mewakili
item yang disukai anak. Pegang item yang sesungguhnya dan
tunjukkan pada anak tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun.
Respons : Anak mengambil kartu foto/gambar/simbol dan memberikannya
pada terapis/guru untuk ditukar dengan item yang diinginkannya
P
S : Fisik (Hand over hand, partial, gesture) oleh prompter
R
S : Terapis/guru menerima kartu foto/gambar/simbol yang diberika
anak, menyebutkan nama item nya sambil memberikannya pada
anak
Contoh pertukaran fisik menggunakan simbol

11. Bermain bebas

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


DAFTAR PUSTAKA

Cooper, J. O., Heron, T. E., & Heward, W. L. (2007). Applied behavior analysis (2nd ed.).
Upper Saddle River, NJ: Pearson.
Demchak, M. (1990). Response prompting and fading methods: A review. American Journal
on Mental Retardation, 94, 603-615.
Holt, P. (2003). Generalized imitation and generalized matching to sample. The Behavior
Analyst, 26, 155-158.
Howard, J.S., Sparkman, C.R., Cohen, H.G., Green G., & Stanislaw H. (2005). A comparison
of intensive behavior analytic and eclectic treatments for young children with autism.
Research in Developmental Disabilities, 26, 359-383.
J. Tyler Fovel, ABA Consultant’s Companion, 2003
Miltenberger, G. R. (2008). Behavior Modification: Principles and Procedures. (4th ed.).
Belmont, CA: Thomson Wadsworth.
Reynolds, G. S. (1975). A primer of operant conditioning (Rev. ed.) Glenview. IL: Scott,
Foresman.
Satcher, D. (1999). Mental health: A report of the surgeon general. U.S. Public Health
Service. Bethesda, MD.
Striefel, S. (1974). Behavior modification: Teaching a child to imitate. Austin, TX: Pro-Ed.
Sulzer-Azaroff, B., & Mayer, G.R. (1991). Behavior analysis for lasting change. Fort Worth,
TX: Holt, Rinehart, & Winston.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


LAMPIRAN 1
PENGELOMPOKAN DAN PEMBAGIAN
PROGRAM SERTA AKTIVITASNYA

Performance
PROGRAM Keterangan
% Prompt ?
I. Kepatuhan Dasar Sebelum Belajar/ Basic
compliance :
1. Kesini
2. Duduk
3. Tangan dilipat
4. Lihat
5. Dst...
II. Imitasi dan menyamakan /Imitation & Matching
1. Imitasi :
a. Gross Motor
1. 1 gerakan dengan model
2. 1 gerakan dengan foto/gambar
3. 1 gerakan dengan simbol
(PECS/COMPIC)
b. Fine Motor
1. Satu gerakan dengan model
2. Mengembangkan handgrip Emir dalam
kegiatan pra menulis (mencoret,
mewarnai, menggaris horizontal &
vertikal.

c. Oral & Facial


1. Satu gerakan dengan model
2. Dua gerakan dengan model
3. Menggunakan foto (2D)

d. Imitasi aksi dengan suara


- mengdorong mobil mainan; “ngenggggg......”
- pura-pura minum dengan gelas, “ngglek-
ngglek....”
- pura-pura makan, “aam - aam ....”
Dst...

e. Imitasi vokal
-a
-e
-i
-o
-u
- suara
- kata
- kalimat)

f. Block Design
1. Dua konfigurasi balok
3. Tiga konfigurasi balok

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


4. Empat konfigurasi balok (sampai dengan
10 balok)
5. Lanjutkan dengan Gambar/foto 2 D dari
konfigurasi-konfigurasi balok yang ada

2. Matching:
a. Benda sehari-hari yang identik
b. Benda sehari-hari yang nonidentik
c. Huruf vokal kecil (a, e, i , o, u)
d. Konsep jumlah 1 - 5 (Basich Math):
1. Mengurutkan angka 1 - 5
2. Menyamakan jumlah yang sama
bentuk - sama konfigurasi
3. Menyamakan jumlah yang beda
bentuk - sama konfigurasi
4. Menyamakan jumlah yang beda
bentuk (campur) - sama konfigurasi
5. Menyamakan jumlah yang sama
bentuk - beda konfigurasi
6. Menyamakan jumlah yang beda
bentuk - beda konfigurasi
7. Menyamakan jumlah yang nrtnda
bentuk beda konfigurasi, angka
8. Visual counting (dengan gambar-
gambar spt pohon, buah, dll)
9. Counting 1 digit, dst.
e. Part & Whole
1. 2 potong
2. 3 potong
3. Hingga 10 pot
III. Basic Self-help skill
1. Makan
2. Toilet training
3. Memakai baju kaos
4. Memakai celana
5. Menyisir
6. Sikat gigi
7. Melepas .sepatu
8. Melepas kaos kaki
9. Memakai sepatu
10. Memakai kaos kaki
11. Dst....
IV. Basic Languange
1. Instruksi sederhana (Receptive simple
command)
- ambil, minta, taruh, dsb...
2. Sight reading (foto) untuk meningkatkan
kesadaran fonologi Anak
- Kata benda
- Kata kerja
- Kata Sifat
3. Sight reading (foto + tulisan komputer)
- Kata benda
- Kata kerja
- Kata sifat
4. Sight reading (simbol + tulisan komputer)
- Kata benda

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


- Kata Kerja
- Kata sifat
5. Menyamakan huruf (a - z) identik
6. Menyamakan huruf (a - z) nonidentik
7. Menyamakan huruf (A - Z) identik
8. Menyamakan huruf (A - Z) nonidentik
9. Menyamakan huruf kecil ke huruf besar dan
sebaliknya (aA - zZ)
10. Menyamakan suku kata (P - B - M) identik
- pa pa, pe pe, pi pi, po po, pu pu
- ba ba, be be, bi bi, bo bo, bu bu
- dst.....
11. Sight reading (tulisan) → 1 suku kata
V. Intermediate Languange
1. Receptive object labeling + simbol SD:
“Ambil/Pegang ...?”
a. 2 Dimensi (benda sehari-hari, perabot,
binatang, orang terdekat)
b. 3 Dimensi (benda sehari-hari)
c. Body Parts (kepala - perut - tangan - kaki)
2. Expressive object labeling + simbol SD:
“Apa/SIapa ini?”
a. 2 Dimensi (benda sehari-hari, perabot,
binatang, orang terdekat)
b. 3 Dimensi (benda sehari-hari)
c. Body Parts (kepala - perut - tangan - kaki)
3. Receptive action labeling : Action receptive +
gambar/simbol
SD: “Tirukan”
4. Expressive labeling : Action expressive +
gambar/simbol
SD: “Sedang apa?” (makan, minum,
menggosok gigi, menyisr, duduk, berdiri)
5. Body Parts
1. Anak sendiri
2. Orang lain
3. Binatang

Lanjutkan dengan fungsi anggota tubuh


- pegang yang untuk (mata) melihat
- pegang yang untuk (telinga) mendengar, dsb.

Lanjutkan dengan kemampuan ekspresif:


- melihat dengan ... (mata)
- mendengar dengan ... (telinga)
- dst....

VI. Advance Language


1. Color
a. Matching (Warna Primer.)
b. Receptive + gambar/simbol (Ambil)
1. 2 D (primer)
2. 3 D (atribut: mobil merah, sepatu
merah, dsb.)
c. Expressive + gambar/simbol
1. 2 D

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


2. 3D

2. Shapes
a. Matching (bentuk dasar)
b. Receptive + gambar/simbol
c. Expressive + gambar/simbol
3. Preposition (di dalam, di atas, di bawah)
a. Dengan Benda
Dalam 1 sesi terapi diajarkan preposisi
dengan :
1. 1 benda dan 1 media yang tetap
2. 1 benda dan 1 media yang diganti-
ganti
3. 1 benda yang diganti-ganti dan 1
media
4. dengan beberapa benda dan beberapa
media
5. 1 benda dengan 2 media
6. 2 benda dan 1 media
b. Preposisi in vivo
Anak yang melakukan

4. Milik/ kepunyaan
5. Silent game (pura-pura jadi patung)
6. Ya/Tidak
7. Choices (pilihan): Mengambil salah satu benda
yang disukai
8. Menyebutkan 2 benda: … dan … (gelas dan
piring)
9. Fungsi-fungsi benda :
1. “Minta yang untuk ….”
2. “Kelompokkan “ (beberapa barang
dengan 2 fungsi yang berbeda)
3. “Pegang yang untuk …” (ada
bermacam alat mis untuk makan,
pakai, main dalam 1 box)
4. Label : sd : ”Baju untuk ….”
10. Lokasi (ruangan-ruangan): ruang terapi, kamar
mandi, tempat bermain, dsb
11. Mengikuti perintah verbal / Complex
Receptive Command
12. Opposite (Lawan Kata; besar x kecil, panjang
x pendek, dsb.)
13. Occupation (Pekerjaan; dokter, guru, dsb.) 2D
& 3D
1. Matching pekerjaan (Konsep)
2. SD: “Pegang … (dokter)!” +
gambar/simbol
3. SD: “Siapa? (dokter)
4. SD:“Pegang yang tugasnya
mengobati orang sakit di rumah
sakit” (dokter)
5. SD:“Siapa yang tugasnya mengobati
orang sakit di rumah sakit?” (dokter)
6. SD:“Jelaskan mengenai dokter”
14. Kategori 2D & 3D

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


1. Mengelompokkan (Konsep): binatang
- buah-buahan - perabot
2. SD: “Pegang …” (buah-buahan,
binatang, dsb.)
3. SD:“… (pisang) kelompok/termasuk?
(buah-buahan)
4. SD:“Sebutkan buah-buahan” (pisang,
jeruk, apel, dsb.)
5. Feature, SD: “Termasuk buah-
buahan, warna kuning, bentuknya
panjang, rasanya manis” (pisang)
6. Deskripsi, SD:“Jelaskan mengenai
pisang?”
15. What is Missing? (Apa yang hilang?)
1. 2D
2. 3D
16. Paralel statement + gambar/simbol
1. Ini / itu …
2. Anak (Saya)/Pak Dharta (Kamu)
punya …
3. Anak (Saya)/Pak Dharta (Kamu)
melihat …
4. Anak (Saya)/Pak Dharta (Kamu)
mendengar ...
17. What is Next? (Selanjutnya apa... / Sikuen)
1. 2D (gambar-gambar sikuens)
2. 3D
18. Konsep Waktu (Reseptif & Ekspresif)
1. Hari
2. Tanggal
3. Bulan
4. Tahun
5. Jam (digital/angka & jarum)
19. Mata Uang
- puluhan
- ratusan
- ribuan
- dst.
20. Pra Conversation
1. Social Statement (Nama saya …,
Umur saya …, dst.)
2. Bergiliran
VII. Expanding child’s world
1. Sosial Skill
a. Frustation tolerance (menunda
reinforcers, menunggu antrian/giliran)
b. Independent work (3 aktivitas sederhana)
c. Natural setting (bertamu, bermain
bersama teman sebaya)
2. Keselamatan (menyeberang jalan)
3. Pangkas rambut
4. Memesan makanan\
5. Berbelanja, dsb.

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


LAMPIRAN 2

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


LAMPIRAN 3

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


LAMPIRAN IV

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


LAMPIRAN IV
LEMBAR DATA PRAKTIK DAN MAGANG

Nama : ______________________

Hari / Tanggal Nama Anak Jumlah Kegiatan Paraf


Jam Penanggung Jawab

Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023


LAMPIRAN IV MATERI DAN AKTIVITAS DALAM TERAPI
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023
Peningkatan Kapasitas Terapis/IDRW/HomePBS/Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai