Anda di halaman 1dari 10

lOMoARcPSD|21680228

TOPIK 4
T4-7 Aksi Nyata
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Sosial Emosional

Disusun Oleh :
Rizwan Firmansyah 2216782
Bibsya A. Wildan 2216791
M Muflih Darmawan 2216799

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
lOMoARcPSD|21680228

Teori Experiential Learning


Ada 4 siklus experiential learning dari Kolb, yaitu mengalami (experiencing),
refleksi (reflecting), berpikir (thinking), dan melakukan/berperilaku (acting). Dalam
tahapan ini, proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang dialami seseorang.
Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi
seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialaminya. Refleksi
ini menjadi dasar konseptualisasi atau proses pemahaman prinsip prinsip yang mendasari
pengalaman yang dialami serta prakiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi atau
konteks yang lain (baru).
Proses implementasi merupakan situasi atau konteks yang memungkinkan
penerapan konsep yang sudah dikuasai. Kemungkinan belajar melalui pengalaman-
pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah
dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali
sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep abstrak yang akan
menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses
pengalaman dan refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan (finding out), sedangkan
proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan (taking
action). Menurut experiential learning theory, agar proses belajar mengajar efektif, seorang
siswa harus memiliki 4 kemampuan (Nasution, 2005)
Menurut Hamalik (2001: 213) mengungkapkan beberapa langkah-langkah
pembelajaran Experiential Learning, yaitu:
1. Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan)
a. Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar
yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu.
b. Guru memberikan rangsangan dan motivasi kepada siswa.
2. Tahap Inti
a. Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok, dalam kelompok-
kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan
pengalaman.
b. Para siswa di tempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa
mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situasi pengganti. Siswa
lOMoARcPSD|21680228

aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan


sendiri, menerima konsekuen berdasarkan keputusan tersebut.
3. Tahap Akhir (Kegiatan penutup)
Pada kegiatan penutup, keseluruhan siswa menceritakan kembali tentang
apa yang dialami sehubung dengan mata pelajaran tersebut untuk
memperluas pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam
melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam
pengalaman tersebut.

Teori Gaya Belajar


Berdasarkan siklus experiential learning, Kolb kemudian mengidentifikasi beberapa gaya
belajar:
1. Diverging (Divergen), gaya ini merupakan kombinasi elemen Pengalaman Konkrit
dan Observasi Reflektif. Individu dengan gaya belajar ini mencoba melihat
situasi/pengalaman dari beragam perspektif. Individu ini cenderung mengumpulkan
informasi yang ada. Mereka memiliki minat sosial yang tinggi, cukup peka terhadap
lingkungannya. Dalam situasi belajar formal, individu cenderung menikmati
bekerja dalam kelompok, mendapatkan umpan balik. Individu ini cenderung terbuka
terhadap saran dan umpan balik.
2. Assimilating (Asimilasi), gaya yang merupakan kombinasi konseptualisasi abstrak
dan observasi reflektif. Individu dengan gaya ini cukup terampil mengolah
informasi dan dapat menjelaskan dengan logis. Secara umum, individu dengan gaya
belajar ini cenderung mementingkan nilai logis ketimbang praktis. Dalam situasi
belajar formal, individu ini cenderung suka membaca, melakukan analisa dan
melakukan mengeksplorasi ide.
3. Converging (Konvergen), merupakan kombinasi Konseptualisasi Abstrak dan
Eksperimen Aktif. Individu dengan gaya ini akan berusaha menemukan kegunaan
praktis dari teori. Individu ini cenderung mampu memecahkan masalah dengan
baik. Dalam situasi belajar formal, individu dengan gaya ini cenderung melakukan
simulasi dan mencoba penerapan praktis.
lOMoARcPSD|21680228

4. Accommodating (Akomodasi), merupakan kombinasi pengalaman konkrit dan


eksperimentasi aktif. Individu ini senang belajar dari pengalaman langsung. Dalam
menyelesaikan masalah, ia akan mencari informasi terlebih dahulu dan
menggunakan cara yang sudah tersedia. Dalam situasi belajar formal, individu
cenderung menikmati bekerja dengan orang lain, menikmati kerja atau belajar di
lapangan.

Selain itu ada juga teori yang mengidentifikasi gaya belajar. Model yang paling populer
adalah model VARK (Visual, Auditory, Reading/Writing, dan Kinesthetic). Model VARK
mengidentifikasi empat tipe gaya belajar utama yang meliputi:

1. Visual (mempelajari informasi melalui gambar, diagram, dan grafik)


2. Auditory (mempelajari informasi melalui suara, seperti ceramah atau diskusi)
3. Reading/Writing (mempelajari informasi melalui teks tertulis)
4. Kinesthetic (mempelajari informasi melalui pengalaman praktis, seperti
tangan-dalam atau simulasi).

Teori Ekologi Bonfenbrenner


Seorang ahli psikologi, Urie Bronfenbrenner (1917-2005) merumuskan teori
ekologi yang menjelaskan bagaimana interaksi anak dan lingkungan tempatnya
berinteraksi dapat mempengaruhi perkembangan anak. Bronfenbrenner membagi
lingkungan menjadi beberapa lapisan yaitu:
1. Mikrosistem
Mikrosistem adalah lingkungan yang paling kecil tempat anak berinteraksi
langsung. Mikrosistem yang paling dekat dengan anak adalah lingkungan
rumah/keluarga. Lingkungan ini juga mencakup tempat penitipan anak, teman
sepermainan, sekolah bahkan lingkungan sekitar rumah. Interaksi yang terjadi
biasanya adalah interaksi antar pribadi dengan keluarga (dengan anggota
keluarga), dengan guru, care taIker (pengasuh) yang dapat memberikan pengaruh
langsung pada anak.
Gaya pengasuhan orangtua juga dapat mempengaruhi perkembangan anak,
termasuk kepribadian, sikap, motivasi dan banyak aspek lain.
lOMoARcPSD|21680228

Terdapat beberapa pola asuh yang seringkali diterapkan orang tua:


● Pola asuh otoriter – Gaya pengasuhan ini banyak menggunakan hukuman untuk
anak, supaya menuruti perintah. Orang tua memberikan batasan yang tegas dan
anak cenderung tidak dapat memberikan pendapatnya. Pola asuh ini cenderung
dihubungkan dengan banyaknya perilaku bermasalah pada anak, termasuk dalam
pergaulan sosial. Tetapi pada budaya tertentu, pola asuh ini juga diterapkan,
(khususnya pada budaya Asia) dan bisa menghasilkan anak yang berhasil.
● Pola asuh otoritatif – Pada pola asuh ini, orang tua memang menetapkan batas
yang tegas untuk mengendalikan anak, tetapi orang tua juga masih mau
mendengarkan pendapat anak. Pola asuh ini mendorong anak untuk mandiri dan
juga memiliki tanggung jawab. Pada pola asuh ini orangtua mau terlibat
berdiskusi dengan anak dan tidak canggung menunjukkan emosi atau perasaan
mereka. Anak dengan pola asuh ini kerap dianggap memiliki fungsi sosial yang
baik.
● Pola asuh permisif – Pola asuh ini dapat dikategorikan lagi menjadi permissive
indifferent dimana orang tua memperbolehkan anak melakukan apa saja, namun
orangtua tidak terlibat dalam kehidupan anaknya. Secara sosial anak-anak dengan
pola asuh ini akan tidak kompeten, dan cenderung tidak dapat mengendalikan
diri/tidak memahami batasan yang ada. Kategori lain adalah permissive indulgent
dimana orang tua sangat memanjakan anaknya dan memberikan sedikit batasan
pada anak. Dalam hal ini, anak akan menjadi kurang bertanggung jawab dan tidak
kompeten secara sosial.
2. Mesosistem
Pada dasarnya, mesosistem adalah hubungan antar rumah/keluarga, sekolah, teman
sebaya atau antar mikrosistem yang berbeda. Suasana yang kondusif di rumah,
memungkinkan anak berinteraksi sehat dengan teman sebaya. Mereka juga dapat
mengembangkan hubungan yang baik dengan guru dan memiliki motivasi berprestasi
yang cukup baik.
3. Ekosistem
Ekosistem berkaitan dengan lingkungan yang lebih besar. Interaksi yang terjadi belum
tentu terjadi secara langsung, namun dapat mempengaruhi perkembangan anak,
lOMoARcPSD|21680228

seperti kondisi ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan atau seringkali merupakan
faktor situasional.
Keluarga dengan ekonomi yang baik dan stabil, bisa menyediakan kebutuhan anak.
Mereka bisa saja memberikan waktu dan fasilitas untuk anak. Pada keluarga dengan
kondisi ekonomi yang buruk; fokus mereka tidak hanya membesarkan anak, tetapi
mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini, bisa saja anak
merasa diabaikan, atau tidak diperhatikan dengan baik. Perlu diingat bahwa kasus ini
merupakan contoh, banyak hal lain yang bisa dikorelasikan dan banyak faktor lain
yang mempengaruhi.
4. Makrosistem
Lingkungan yang lebih besar meliputi sistem nilai dan budaya yang ada dan
memberikan pengaruh cukup besar pada perkembangan anak. paling besar dan jauh
dari orang–orang dan tempat yang masih dapat memberikan pengaruh signifikan
pada anak. Budaya atau nilai yang berlaku di masayarakat dapat mempengaruhi
kehidupan suatu keluarga, termasuk perkembangan anak pada keluarga tersebut.
5. Chronosystem
Chronosystem adalah lingkungan yang sangat bergantung dengan dimensi waktu,
namun memberikan dampak pada perkembangan anak. memberikan kegunaan dari
dimensi waktu yang mempertunjukkan pengaruh akan perubahan dan kontinuitas
dalam lingkungan seorang anak, seperti perubahan kondisi lingkungan, transisi pada
keadaan yang berbeda, transisi dalam kehidupan, dan perubahan lain yang terjadi.

Lingkungan Belajar Yang Menyenangkan

Teori Perilaku
Perilaku dapat diartikan sebagai semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Menurut John R. Anderson, seorang ahli psikologi
kognitif, perilaku adalah hasil dari interaksi antara stimulus dan respons, yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal seperti kemampuan kognitif, motivasi, dan emosi. Sedangkan menurut B.F.
Skinner, seorang psikolog dan ahli teori perilaku, perilaku adalah segala bentuk tanggapan atau
respons yang muncul sebagai akibat dari rangsangan dari lingkungan eksternal, baik itu
lOMoARcPSD|21680228

pengalaman positif maupun negatif. Skinner juga mengemukakan bahwa perilaku dapat
dipelajari melalui penguatan atau hukuman, dan bahwa lingkungan dapat membentuk perilaku
manusia.

Perilaku dalam pendidikan merujuk pada tindakan atau respons yang dilakukan oleh
peserta didik dalam konteks belajar-mengajar. Hal ini meliputi partisipasi aktif dalam
pembelajaran, keterlibatan dalam diskusi kelas, kemauan untuk belajar, penggunaan strategi
pembelajaran yang efektif, serta keterampilan sosial dan kerjasama dengan rekan satu tim.
Perilaku positif dalam pembelajaran dapat membantu peserta didik mencapai tujuan belajar,
meningkatkan kemampuan kognitif, serta membangun hubungan yang baik antara peserta didik
dan guru. Sementara perilaku negatif, seperti ketidakpatuhan, mengganggu kelas, atau
keengganan untuk belajar, dapat menghambat pembelajaran dan merusak kesejahteraan kelas
secara keseluruhan.

Perilaku peserta didik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti gaya belajar,
lingkungan belajar, dan motivasi. Menurut buku "Classroom Management Strategies: Gaining
and Maintaining Students' Cooperation" karya James S. Cangelosi, perilaku peserta didik dalam
pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga kategori: perilaku yang mendukung pembelajaran
(misalnya, partisipasi aktif dalam diskusi kelas), perilaku yang menghalangi pembelajaran
(misalnya, ketidakhadiran atau gangguan kelas), dan perilaku yang netral (misalnya, tidak
terlibat dalam kegiatan kelas).

Pendidik harus mampu mengelola perilaku peserta didik agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi manajemen kelas
yang efektif, seperti memberikan umpan balik yang jelas, memberikan aturan yang konsisten dan
adil, serta memfasilitasi interaksi positif antara peserta didik.
lOMoARcPSD|21680228

Setelah Anda mengetahui bagaimana pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning)


dan bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagaimana Anda sebagai
guru membuat rancangan yang diminta pada bagian sebelumnya menjadi projek nyata?

Tuliskan rancangan/rencana aksi nyata terkait dengan program perubahan perilaku yang akan
Anda lakukan di sekolah:

Tabel 1 Lembar Kerja Rancangan Aksi Nyata Topik 4

Rencana sesuai dengan


Hambatan/tantangan
apa yang telah Anda Bagaimana aplikasinya
yang akan dihadapi
demonstrasikan.

1. Menentukan target - memotong perkataan guru menentukan target perilaku


perilaku berdasarkan - melamun/tidak yang paling penting untuk
apa yang Anda memperhatikan diselesaikan terlebih
alami sebagai guru dahulu.

2. Menentukan siapa - guru kelas Guru yang mendapatkan


yang melakukan - guru PJOK tugas di luar sekolah
observasi - guru agama

3. Menentukan durasi 2 minggu dilakukan secara durasi pengamatan untuk


dan kapan dilakukan
luring guru mapel kurang lama
(bisa daring atau karena hanya bertemu
luring) 2x35 menit setiap minggu

4. Menentukan alat - Tabel pengamatan target Keakuratan atau


bantu pencatatan memotong perkataan guru penjelasan yang kurang
lOMoARcPSD|21680228

di jam guru kelas, mapel detail dari guru sehingga


PJOK, dan mapel Agama kurang menggambarkan
- Tabel pengamatan apa yang terjadi dengan
melamun/tidak jelas.
memperhatikan di jam guru
kelas, mapel PJOK, dan
mapel Agama

Buatlah program, lakukan pencatatan, dan bagaimana hasilnya?

(tabel pengamatan dan pencatatan terlampir)

Apakah ada perubahan?

Lakukan evaluasi dari hasil tersebut.


lOMoARcPSD|21680228

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J. R. (2010). Cognitive psychology and its implications. Macmillan International
Higher Education.

Cangelosi, J. S. (2012). Classroom Management Strategies: Gaining and Maintaining Students'


Cooperation. John Wiley & Sons.
Emmer, E. T., & Sabornie, E. J. (2015). Classroom management for elementary teachers.
Pearson.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : Bumi
Aksara

Skinner, B. F. (1953). Science and human behavior. Simon and Schuster.

Anda mungkin juga menyukai