Anda di halaman 1dari 13

JENIS-JENIS TEORI BELAJAR

Teori belajar behavioristik adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan pengaruh
lingkungan eksternal dalam membentuk perilaku individu. Teori ini berfokus pada observasi
perilaku yang dapat diamati dan diukur, serta menekankan pentingnya stimulus eksternal dan
respons yang dihasilkan.

1. Pendahuluan Behaviorisme:
- Behaviorisme adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan perilaku yang
dapat diamati dan diukur sebagai objek studi utama.
- Behaviorisme menolak mempelajari pikiran, perasaan, atau proses mental internal
yang tidak dapat diamati secara langsung.
- John B. Watson dianggap sebagai bapak pendiri behaviorisme, sementara B.F.
Skinner adalah salah satu tokoh penting dalam pengembangan teori ini.

2. Prinsip Utama Behaviorisme:


- Belajar terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya.
- Lingkungan eksternal memiliki peran penting dalam membentuk perilaku.
- Perilaku dipengaruhi oleh stimulus eksternal yang menghasilkan respons.

3. Stimulus dan Respons:


- Stimulus adalah faktor-faktor dari lingkungan yang mempengaruhi individu, seperti
suara, gambar, atau peristiwa tertentu.
- Respons adalah perilaku atau tindakan yang dihasilkan oleh individu sebagai
tanggapan terhadap stimulus.
- Perilaku dapat diperkuat (reinforced) atau dihukum (punished) oleh konsekuensi
yang mengikuti respons tersebut.

4. Proses Belajar dalam Behaviorisme:


- Asosiasi: Individu belajar mengaitkan stimulus dengan respons yang dihasilkan. Jika
stimulus tertentu secara konsisten diikuti oleh respons yang sama, asosiasi antara
keduanya akan terbentuk.
- Kondisioning Klasik (Pavlovian): Ivan Pavlov melakukan eksperimen dengan anjing
untuk menunjukkan pembentukan respons refleks melalui asosiasi stimulus.
Contohnya adalah ketika bel bunyi (stimulus netral) diikuti oleh pemberian makanan
(stimulus tak netral), anjing akan mengeluarkan air liur sebagai respons refleks.
- Kondisioning Operant: B.F. Skinner mengemukakan bahwa perilaku dapat
dipengaruhi oleh konsekuensi yang mengikuti respons. Jika suatu perilaku diikuti
oleh penguatan positif (reward) atau penghapusan stimuli negatif (punishment),
kemungkinan perilaku tersebut akan terulang di masa depan.

5. Penguatan dan Penghukuman:


- Penguatan positif: Pemberian stimulus yang diinginkan setelah perilaku tertentu
meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut terulang di masa depan.
- Penguatan negatif: Penghapusan stimulus yang tidak diinginkan setelah perilaku
tertentu meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut terulang di masa depan.
- Penghukuman positif: Pemberian stimulus yang tidak diinginkan setelah perilaku
tertentu mengurangi kemungkinan perilaku tersebut terulang di masa depan.
- Penghukuman negatif: Penghapusan stimulus yang diinginkan setelah perilaku
tertentu mengurangi kemungkinan perilaku tersebut terulang di masa depan.

6. Generalisasi dan Diskriminasi:


- Generalisasi: Respons terhadap stimulus yang mirip dengan stimulus asli yang
menghasilkan respons yang sama.
- Diskriminasi: Respons yang terjadi hanya terhadap stimulus tertentu dan tidak
terjadi terhadap stimulus yang mirip.

7. Pembentukan dan Pemupukan Perilaku:


- Pembentukan perilaku baru: Belajar baru melalui pemberian stimulus baru dan
pembentukan respons yang diinginkan melalui penguatan.
- Pemupukan perilaku: Memperkuat dan mempertahankan perilaku yang sudah ada
melalui pemberian penguatan yang konsisten.

8. Aplikasi Behaviorisme:
- Terapi perilaku: Pendekatan dalam bidang psikoterapi yang berfokus pada mengubah
perilaku maladaptif melalui penguatan positif, penghukuman, atau teknik lainnya.
- Pendidikan: Menggunakan penguatan positif dan penghapusan stimuli negatif untuk
meningkatkan pembelajaran dan mengelola perilaku di lingkungan pendidikan.
- Manajemen Organisasi: Menggunakan prinsip-prinsip behaviorisme untuk
mengarahkan, mengelola, dan memotivasi perilaku karyawan di tempat kerja.

Teori Belajar Kognitif


Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
1. Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
2. Disebut model perseptual
3. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya
4. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang nampak
5. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-
komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan
makna.
6. Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
7. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
8. Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J.
Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki belajar
(Gagne), Webteaching (Norman)
9. Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
10. Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks
11. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi keberhasilan
siswa belajar.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :


1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.

Beberapa prinsip teori Bruner adalah:


1. Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang
2. Peningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi
secara realistis
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri
sendiri atau pada orang lain
4. Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk
perkembangan kognitifnya
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif
6. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan bebrapa
alternatisf secara simultan, memilih tindakan yang tepat.
7. Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
8. Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
memahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9. Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan
perbandingan
10. Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika)
11. Model pemahaman dan penemuan konsep
12. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning)
13. Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery)
Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah
1. Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
tlah dimilikinya dengan pengetahuan baru
2. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi
makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
3. Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif (konsep advance organizer)

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK


Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban
pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman suatu konsep
secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai berikut:


1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan
lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan.
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

TEORI BELAJAR HUMANISTIK


Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih
abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari
pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.

Teori Belajar Sibernatik


Teori sibernatik terdiri dari penyatuan antara teori dan praktik seperti pada laboratorium dan
komputasi. Teori belajar sibernatik merupakan teori belajar yang menganggap bahwa
komputasi tidak hanya bisa digunakan untuk mengolah data, presentasi, membuat database,
dan alat komunikasi.
Tetapi juga, dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk memancing dan meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik untuk menciptakan dan membangun
pengetahuan baru. Hal tersebut selaras dengan prinsip teori sibernatik, yang mana belajar
merupakan pengolahan informasi.

Motivasi Belajar
Berbagai perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda
1. Perspektif perilaku
Motivasi dikaitkan dengan imbalan dan hukuman eksternal, seperti memberikan nilai,
pengakuan, atau hak istimewa kepada siswa.
2. Perspektif humanistik
Motivasi ditekankan pada pertumbuhan pribadi siswa, kebebasan memilih, dan sifat-sifat
positif. Terkait dengan hierarki kebutuhan Maslow yang menyoroti kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan.
3. Perspektif kognitif
Motivasi muncul melalui pemikiran individu. Lebih berfokus pada kesempatan,
tanggung jawab, dan kontrol diri terhadap hasil prestasi.
4. Perspektif sosial
Motivasi dikaitkan dengan kemampuan membangun dan memelihara hubungan yang
dekat dan hangat dengan orang lain.

Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
 Motivasi ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang bertujuan untuk
mendapatkan sesuatu yang lain.
 motivasi intrinsik berkaitan dengan motivasi internal yang ada pada diri seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan berdasarkan minat dan kemauannya sendiri.

Paradigma personal Peserta didik (Fixed mindset and Growth mindset)


1. Pola Pikir (Mindset)
Menurut Dweck (2006), pola pikir (mindset) adalah sekumpulan dari pikiran dan
keyakinan yang membentuk pikiran atau kebiasaan pada individu yang nantinya akan
mempengaruhi cara individu memahami dunia, dan memahami diri sendiri
2. Jenis-jenis Mindset
Terdapat dua jenis mindset utama yang diidentifikasi oleh Carol Dweck: fixed mindset
dan growth mindset.
 Fixed mindset, individu tidak percaya bahwa mereka dapat mengembangkan dan
meningkatkan kecerdasan serta bakat mereka. Mereka cenderung percaya bahwa
keberhasilan hanya tergantung pada bakat dan tidak memerlukan upaya.
 Siswa dengan fixed mindset cenderung takut untuk mencoba hal baru dan tidak
berusaha mencari bantuan karena mereka merasa bahwa segala sesuatu hanya
untuk mengukur kecerdasan mereka.
 Growth mindset, individu meyakini bahwa pembelajaran dan kecerdasan dapat
berkembang melalui upaya, waktu, dan pengalaman. Mereka percaya bahwa
keberhasilan akademik tergantung pada upaya keras dan kesungguhan dalam
belajar.
 Siswa dengan growth mindset cenderung lebih termotivasi untuk menghadapi
tantangan, mencoba hal baru, dan mencari bantuan ketika dibutuhkan.
 Mempromosikan growth mindset pada siswa dapat mendorong mereka untuk
berani mencoba, belajar dari kegagalan, dan mengembangkan potensi mereka
secara maksimal.

Isu Perkembangan Anak


1. Isu Nature dan Nurture: Isu ini mengacu pada peran warisan biologis (nature) dan
pengaruh lingkungan (nurture) dalam perkembangan anak. Keduanya saling
mempengaruhi dan tidak bisa dipisahkan. Genetik dan lingkungan berinteraksi untuk
membentuk aspek-aspek seperti intelegensi, sifat, kesehatan, dan kemampuan anak.
2. Isu Continuity dan Discontinuity: Isu ini berkaitan dengan pertanyaan apakah
perkembangan anak berlangsung secara berkelanjutan (continuity) atau melalui tahapan-
tahapan yang jelas (discontinuity). Pendekatan nurture cenderung menggambarkan
perkembangan secara bertahap, sementara pendekatan nature melihat perkembangan
sebagai rangkaian tahap yang terpisah.
3. Isu early and later experience, isu perkembangan ini adalah faktor utama dari
perkembangan anak terutama dalam masa pertumbuhan. Misalnya, jika bayi mengalami
keadaan berbahaya dapatkah pengalaman itu diatasi nanti? Atau apakah pengalaman
awal begitu penting mungkin karena itu adalah pengalaman masa bayi? Pengalaman
pada masa awal kehidupan, termasuk masa bayi, memiliki dampak signifikan pada
perkembangan anak.

Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik masa sebelum lahir adalah tahap awal pembentukan organ-organ tubuh
dan jaringan saraf manusia, yang sangat kompleks dan berpengaruh pada perkembangan
individu secara keseluruhan.
1. Perkembangan Fisik Masa Bayi
Perkembangan fisik pada masa bayi ditandai oleh perkembangan kepala terlebih dahulu,
diikuti oleh perkembangan bagian tubuh lainnya. Bayi baru lahir memiliki gerakan
spontan atau refleks sebagai respons terhadap stimulus dari lingkungan.
2. Perkembangan Fisik Masa Kanak-Kanak
Perkembangan fisik masa kanak-kanak adalah kelanjutan dari perkembangan awal. Pada
masa ini, individu menunjukkan perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lambat dan relatif sama sampai mendekati
masa pubertas.
3. Perkembangan Fisik Masa Remaja
Perkembangan fisik masa remaja ditandai oleh perubahan fisik yang pesat. Terjadi
perubahan postur tubuh, percepatan pertumbuhan tinggi badan, serta kematangan seksual
dengan perubahan seks primer dan seks sekunder.
4. Perkembangan Fisik Masa Dewasa
Perkembangan fisik masa dewasa menandai kematangan fisik yang lebih matang dan
siap untuk mengemban tugas-tugas sebagai orang dewasa, seperti bekerja, menikah, dan
memiliki anak.

Perkembangan Kognitif
Piaget (1954) mengusulkan bahwa terdapat empat tahapan perkembangan kognitif: sensori
motorik, pra operasional, operasional konkret, dan formal operasional.
1. Tahap Sensori Motorik (lahir - 2 tahun): Bayi membangun pemahaman tentang dunia
melalui pengalaman sensorik dan tindakan motorik. Mereka mulai mengkoordinasikan
sensorik dan motorik mereka.
2. Tahap Pra Operasional (2 - 7 tahun):
 Subtahap Fungsi Simbolis: Anak memperoleh kemampuan merepresentasikan objek
secara mental.
 Subtahap Pemikiran Intuitif: Anak menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu
jawaban atas berbagai pertanyaan.
3. Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)
 Anak dapat melakukan operasi mental pada objek konkret dan mengkoordinasikan
beberapa karakteristik objek.
 Mampu melakukan penalaran yang dapat dibalik (reversibilitas) dan klasifikasi.
4. Tahap Operasional Formal (11 -15 tahun)
 Individu dapat berpikir secara abstrak, logis, dan idealis.
 Mampu menggeneralisasi dan membuat hipotesis.

Perkembangan bahasa
Bahasa melibatkan lima sistem aturan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan
pragmatik.
1. Fonologi
Merupakan sistem suara dalam bahasa, termasuk suara yang digunakan dan cara
penggabungannya. Fonem adalah unit dasar suara yang mempengaruhi makna.
2. Morfologi
Mengacu pada unit makna dalam pembentukan kata. Morfem adalah satuan minimal
makna, seperti kata atau bagian kata.
3. Sintaks
Merupakan pengaturan kata-kata dalam frasa dan kalimat yang dapat diterima. Sintaks
mempengaruhi struktur dan makna kalimat.
4. Semantik
Berhubungan dengan makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki fitur semantik yang
berkaitan dengan maknanya.
5. Pragmatik
Merupakan penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks yang berbeda, termasuk norma
sosial, tujuan komunikasi, dan inferensi.

Perkembangan Sosio-emosional
Ketika membahas perkembangan sosio emosional, kita akan fokus pada dua teori utama: teori
ekologi Bronfenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup Erik Erikson.
1. Teori Ekologi Bronfenbrenner:
 Urie Bronfenbrenner mengembangkan teori ekologi yang menekankan pentingnya
konteks sosial dalam mempengaruhi perkembangan individu.
 Terdapat lima sistem lingkungan yang mempengaruhi individu, yaitu mikrosistem
(interaksi langsung), mesosistem (hubungan antara mikrosistem), eksosistem
(pengaruh sistem pengaturan lain), makrosistem (budaya), dan kronosistem (kondisi
sosio-historis).
 Setiap sistem lingkungan saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap
perkembangan individu.

2. Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson


Erik Erikson mengemukakan teori perkembangan yang menekankan tahapan
perkembangan yang terjadi sepanjang kehidupan individu.
Terdapat delapan tahap perkembangan yang melibatkan konflik psikososial yang harus
dipecahkan individu untuk mencapai perkembangan yang sehat.
Setiap tahap memiliki tugas perkembangan yang berbeda dan hasil dari tahapan tersebut
akan membentuk identitas dan perkembangan individu di tahap berikutnya.

Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust):


 Terjadi pada tahun pertama kehidupan.
 Perkembangan kepercayaan membutuhkan pemeliharaan yang penuh kehangatan.
 Hasil positif adalah perasaan nyaman dan minim rasa takut, sementara
ketidakpercayaan terjadi jika bayi diperlakukan negatif atau diabaikan.

Tahap Otonomi vs Malu dan Ragu (Autonomy vs Shame & Doubt):


 Terjadi pada akhir masa bayi dan balita.
 Bayi mulai menemukan identitas dan kebebasan perilaku mereka sendiri.
 Jika terlalu banyak dibatasi atau dihukum terlalu keras, anak mengembangkan
rasa malu dan ragu.
Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (Initiative vs Guilt):
 Terjadi pada usia 3-5 tahun.
 Anak-anak terlibat secara aktif dalam perilaku yang memiliki tujuan dan inisiatif.
 Mereka dapat mengalami perasaan bersalah jika merasa tidak bertanggung jawab
atau cemas berlebihan.

Tahap Industri vs Inferioritas (Industry vs Inferiority):


 Terjadi pada usia 6 tahun hingga pubertas.
 Anak mengarahkan energi pada pengetahuan dan pengembangan keterampilan
intelektual.
 Bahaya di tahap ini adalah berkembangnya rasa rendah diri, ketidakproduktifan,
dan ketidakmampuan.

Tahap Identitas vs Kebingungan Identitas (Identity vs Role Confusion):


 Terjadi pada masa remaja.
 Individu mencari tahu identitas mereka, aspirasi, dan peran dalam kehidupan.
 Jika gagal mengeksplorasi peran dan gagal mencapai identitas yang sehat, mereka
akan mengalami kebingungan identitas.

Sosial-Konteks Perkembangan
Pada pembahasan ini kita akan mengeksplorasi tiga konteks anak-anak menghabiskan banyak
waktu mereka: keluarga, teman sebaya, dan sekolah.
1. Keluarga
 Orang tua memainkan peran penting dalam mendukung prestasi akademik anak dan
sikapnya terhadap sekolah.
 Gaya pengasuhan, seperti pengasuhan otoriter, otoritatif, pengabaian, dan
memanjakan, memiliki pengaruh pada perilaku dan prestasi anak.
 Pengasuhan bersama yang efektif dan perubahan keluarga seperti perceraian atau
orang tua yang bekerja dapat memengaruhi perkembangan anak.

2. Teman Sebaya
 Rekan sebaya juga memiliki peran yang kuat dalam perkembangan anak.
 Anak dapat memiliki status populer, rata-rata, terlantar, ditolak, atau kontroversial
dalam lingkungan teman sebaya.
 Hubungan dengan rekan sebaya dapat mempengaruhi sosialisasi, kepercayaan diri,
dan dukungan sosial anak.

3. Sekolah
 Sekolah adalah konteks penting dalam perkembangan anak.
 Interaksi dengan guru dan teman sekelas dapat memengaruhi prestasi akademik,
keterampilan sosial, dan penyesuaian emosional anak.
 Lingkungan sekolah yang mendukung, program pembelajaran yang efektif, dan
dukungan yang konsisten dapat berkontribusi pada perkembangan anak.

Perkembangan Moral
Perkembangan moral menyangkut aturan dan konvensi dalam interaksi antar individu.
Terdapat tiga domain dalam perkembangan moral, yaitu kognitif, perilaku, dan emosional.

Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg terdiri dari tiga level yang masing-masing
memiliki dua tahap:
1. Level 1: Penalaran Pra-Konvensional
- Tahap 1: Hukuman dan orientasi kepatuhan
- Tahap 2: Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran

2. Level 2: Penalaran Konvensional


- Tahap 3: Harapan interpersonal bersama, hubungan, dan kesesuaian interpersonal
- Tahap 4: Moralitas sistem sosial

3. Level 3: Penalaran Pasca-konvensional


- Tahap 5: Kontrak sosial atau utilitas dan hak individu
- Tahap 6: Prinsip etika universal

Pada Level 1, penalaran moral didasarkan pada hukuman dan pertukaran kepentingan pribadi.
Pada Level 2, penalaran moral berkaitan dengan mematuhi standar sosial dan nilai-nilai
interpersonal. Pada Level 3, penalaran moral mencakup perspektif yang lebih luas, termasuk
hak asasi manusia dan prinsip-prinsip etika universal.

Etnik dan Kultural


1. Etnik
Aspek etnik dalam pendidikan mengacu pada keberagaman etnis/suku bangsa yang ada
di kelas. Penting bagi pendidik untuk memperhatikan keberagaman ini dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran. Informasi tentang keberagaman etnis di kelas
menjadi penting agar pendidik dapat menyesuaikan pendekatan dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dari berbagai etnis.

2. Kultural
Aspek kultural dalam pendidikan berkaitan dengan keberagaman budaya yang dimiliki
peserta didik sebagai anggota masyarakat. Budaya mencakup berbagai aspek seperti
kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik dalam kelas
bisa berasal dari berbagai daerah yang memiliki budaya yang berbeda-beda, sehingga
kelas menjadi multikultural.
Status Sosial dan Minat
3. Status Sosial
Aspek status sosial dalam pendidikan mencakup perbedaan dalam status ekonomi dan
sosial peserta didik. Peserta didik dengan berbagai latar belakang status sosialnya
berkumpul dalam satu kelas atau sekolah dan berinteraksi dalam proses pembelajaran.
Penting bagi pendidik untuk tidak membiarkan perbedaan status sosial menjadi hambatan
dalam proses pembelajaran. Pendidik dituntut untuk bertindak adil dan tidak
diskriminatif terhadap peserta didik dari berbagai latar belakang status sosial.

4. Minat
Aspek minat dalam pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembelajaran.
Setiap peserta didik memiliki minat belajar yang berbeda-beda, ada yang memiliki minat
tinggi, sedang, atau rendah. Penting bagi pendidik untuk terus mengembangkan minat
belajar peserta didik sesuai dengan minat yang mereka miliki. Indikator minat belajar
dapat dilihat dari perasaan senang, ketertarikan, perhatian, keterlibatan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran, serta manfaat dan fungsi mata pelajaran.

Perkembangan Kognitif dan kemampuan awal


5. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif peserta didik mempengaruhi pendekatan, metode, media, dan
jenis evaluasi yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Setiap tahapan
perkembangan memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda, sehingga pendidik
perlu memilih strategi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
Misalnya, pendekatan dan media yang digunakan dalam mengajar anak usia taman
kanak-kanak akan berbeda dengan pendekatan yang digunakan dalam mengajar siswa
sekolah menengah.

6. Kemampuan Awal
Kemampuan awal peserta didik mengacu pada pengetahuan dan keterampilan yang harus
dimiliki sebelum mempelajari materi yang lebih tinggi. Pendidik dapat mengidentifikasi
kemampuan awal peserta didik melalui tes awal atau wawancara. Informasi tentang
kemampuan awal ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan materi pembelajaran
yang sesuai. Analisis pembelajaran juga dapat dilakukan untuk menentukan hirarki
kemampuan yang ingin dicapai oleh peserta didik.

Perkembangan emosi dan sosial


7. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi peserta didik memiliki dampak signifikan terhadap proses
pembelajaran. Emosi yang positif dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran,
sementara emosi yang negatif dapat memperlambat atau menghambat proses
pembelajaran. Pendidik perlu menciptakan suasana emosi yang positif, menyenangkan,
dan bebas dari rasa takut dalam kelas agar peserta didik dapat belajar dengan baik.
Model pembelajaran yang menyenangkan dan menggunakan media seperti permainan
dapat membantu menciptakan suasana emosi yang positif.

8. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan kemampuannya
dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di lingkungannya.

Perkembangan Moral
9. Perkembangan moral
moralitas ini dijadikan sumber/acuan untuk menilai suatu tindakan atau perilaku karena
moralitas memiliki kriteria nilai (value) yang berimplikasi pada takaran kualitatif,
seperti: baik-buruk, benar-salah, pantas tidak pantas, wajar-tidak wajar, layak-tidak
layak, dan sejenisnya. Moralitas dalam diri peserta didik dapat tingkat yang paling
rendah menuju ke tingkatan yang lebih tinggi seiring dengan kedewasaannya.

Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara
bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan
sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan motorik
yang kompleks dan terorganisir dengan baik. Perkembangan motorik menurut Santrock
(2011) dikelompokan menjadi motorik kasar dan motorik halus :
 Motorik kasar: gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
 Motorik halus: gerakan yang menggunakan otot halus, atau sebagian anggota tubuh
tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Anda mungkin juga menyukai