Anda di halaman 1dari 39

TEORI PEMBELAJARAN

DAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

DISUSUN OLEH
TRISNIAWATI,S.Si, M.Pd.
 Berdasarkan hakikat dari matematika dan matematika
sekolah itu sendiri, maka kiranya pembelajaran matematika
yang diharapkan adalah yang mampu mengakomodir
karakteristik dari matematika itu sendiri.

 Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran


yang penyajiannya didasarkan teori pembelajaran yang ada
pada saat ini.

 Karena proses pembelajaran adalah pembentukan diri siswa


untuk menuju pada pembangunan manusia seutuhnya, jadi
tidak melalui ‘trial and error’.
Pengertian Teori Belajar
Teori belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan
intelektual (mental) siswa, yaitu tentang apa yang terjadi dan
diharapkan terjadi pada intelektual anak, dan tentang
kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa
dipikirkan pada usia tertentu
Pentingnya Teori Belajar
Memahami tentang teori belajar sangatlah penting untuk
proses pembelajaran matematika di kelas.

Dengan memahami teori belajar yang ada, guru diharapkan


dapat merancang proses belajar-mengajar yang lebih baik
di kelas dengan lebih baik karena sudah berlandaskan pada
teori-teori belajar (learning theory) sebagai acuannya.
Behavioristik VS Kognitif
 Teori belajar behavioristik menekankan pada
pengertian belajar merupakan perubahan
tingkah laku, sehingga hasil belajar adalah
sesuatu yang dapat diamati dengan indra
manusia langsung tertuangkan dalam tingkah
laku
 Teori belajar kognitif lebih menekankan pada
belajar merupakan suatu proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia.
TEORI BELAJAR

 Aliran Tingkah Laku  Aliran Kognitif


 Thorndike  Piaget
 Skinner  Bruner
 Ausubel  Dienes
 Gagne  Van Hiele
 Pavlov
 Baruda

6
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
(TINGKAH LAKU)
 Belajar adalah perubahan tingkah laku
 Proses belajar mengajar :
Penguatan (+)

Stimulus Proses Respons

Penguatan (-)

 Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat


timbulnya respons. Reinforcement bisa positive bisa negative
 Yang terpenting adalah masukan berupa stimulus dan keluaran
berupa respons (karena dapat diamati)
 Kritik :
1. tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks
2. tidak semua hasil belajar dapat diamati dan diukur

7
Teori Belajar Thorndike

Teori behavior merupakan proses interaksi antara


stimulus dan respon.

apa saja yang dapat merangsang


Stimulus proses belajar seperti pikiran,
perasaan atau hal lain yang dapat
ditangkap oleh alat indra

reaksi yang dimunculkan peserta didik


Respon saat belajar yang dapat perupa
pikiran, perasaan, atau gerakan
Hukum2 Thorndike

Hukum Kesiapan Semakin siap individu untuk belajar

Timbul kepuasan

Akan dipertahankan / diperkuat

Hukum Latihan Prinsip utama dalam belajar adalah


pengulangan

Makin sering diulangi, materi


pelajaran akan semakin dikuasai.
Hukum akibat Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung
dipertahankan dan lain kali akan diulangi

Perbuatan yang diikuti akibat tidak


menyenangkan cenderung dihentikan
dan tidak akan diulangi
Teori Belajar Skinner
stimulus dan respon

Berinteraksi dengan lingkungannya

Perubahan tingkah laku

Stimulus saling Mempengaruhi Muncul Tingkah


berinteraksi respon konsekuensi laku
Teori Belajar Ausubel

teori ini, teori belajar dimaknai sebagai


belajar bermakna. Pembelajaran
bermakna yaitu suatu proses mengkaitkan
informasi baru pada konsep – konsep
relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang.
Teori Belajar Gagne
belajar matematika

objek tak langsung


objek langsung
- Kemampuan menyelidiki
- Fakta dan memecahkan masalah
- Keterampilan - Belajar mandiri
- Konsep - Bersikap positif terhadap
- aturan matematika
(prosedur) - Tahu bagaimana
mestinya belajar,
 Fakta: objek matematika yang tinggal menerimanya,
seperti lambang bilangan, sudut, dan notasi-notasi
matematika lainnya.
 Keterampilan: kemampuan memberikan jawaban
dengan tepat dan cepat, misalnya melakukan
pembagian bilangan cukup dengan bagi kurung,
menjumlahkan pecahan, melukis sumbu sebuah ruas
garis.
 Konsep: ide abstrak yang memungkinkan kita dapat
mengelompokkan objek dalam contoh. Misalnya, konsep
persegi, bilangan prima, himpunan dan vektor.
 Prosedur: aturan-aturan yang digunakan untuk
memperoleh hasil tertentu.
Teori Belajar Ivan Pavlov (Pembiasaan)
Individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya

Anjing, yang air liurnya akan keluar


Percobaan apabila diberikan stimulus yang
sesuai ( tulang )
Teori Belajar Baruda
 Belajar meniru
 Belajar terjadi karena orang lain belajar.
 Guru harus menjadi guru model yang baik
agar menjadi panutan.
Aplikasi Teori Behavioristik Terhadap
Pembelajaran Siswa
 Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap , materi disampaikan secara utuh oleh guru
 Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat
yang diikuti contoh-contoh
 Bahan pelajaran disusun dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks
 Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati
 Kesalahan harus segera diperbaiki
 Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan
 Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Pembelajaran yang lebih menekankan pada
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
peserta didik.
Teori belajar Piaget
Menurut Piaget individu berkembang menuju kedewasaan maka ia
akan mengalami adaptasi dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan kualitatif dalam struktur
kognitifnya. Proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
 Asimilasi (penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif
yang sudah ada)
Akomodasi (penyesuaian struktur kognitif siswa dengan
pengetahuan baru)
Equilibrasi (penyeimbangan mental setelah terjadi proses asimilasi
/akomodasi )
Tahapan – tahapan perkembangan kognitif
menurut Piaget :

1. Tahapan Sensori Motor (0-2th)

2. Tahapan Pra – Operasional (2-7th)

3. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)

4. Tahapan Operasi Formal (11-15th)


1. Tahapan Sensori Motor (0-2th)

Usia 2th pertama anak dapat sedikit memahami


lingkungannya dengan cara melihat, meraba
atau memegang, mengecap, mencium dan
menggerakan. Anak tersebut mengetahui
bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan
akibat tertentu pula bagi dirinya.
Pada tahap ini telah mampu
menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsepnya, walaupn
masih sangat sederhana.
3. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)

Dalam tahap ini anak sudah


mengembangkan pikiran logis.
Dalam upaya memahami lingkungan
sekitarnya anak tidak terlalu
menggantungkan diri pada informasi yang
datangnya dari pancaindra.
4. Tahapan Operasional Formal (11-15th)

Pada tahap ini anak sudah mampu


berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai
gagasan. Anak dengan opersai formal
ini sudah dapat memikirkan beberapa
alternatif pemecahan suatu masalah.
Teori Belajar Kognitif Bruner

Teori Bruner di kenal free discovery learning,


yang menyatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik jika pendidik memberikan
kesempatan kepada peserta didiknya untuk
menemukan suatu konsep, teori , aturan atau
penambahan melalui contoh – contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
Tiga tahapan cara melihat lingkungan:
1.Tahapan Enaktif : dalam memahami dunia
disekitarnya anak mengunakan pengetahuan
motorik.
2.Tahapan Ikonik: dalam memahami dunia
disekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpaan
& perbandingan.
3.Tahapan Simbolik: kemampuan dalam
berbahasa, logika, matematika sangat
mempengaruhi ide-ide abstrak.
Teori Belajar Dienes
 Matematika dianggap sebagai studi tentang struktur,
memisah-misahkan dan mengkategorikan hubungan-
hubungan diantara struktur-struktur.
 Tiap konsep yang disajikan dalam bentuk yang konkret
akan dapat dipahami dengan baik.
 Tahapan pembelajaran siswa yaitu permainan bebas,
penggunaan alat peraga, penelaahan sifat bersama,
representasi, penyimbolan, dan pemformalan
Teori Belajar Van Hiele
 Teori belajar Van Hiele menguraikan tahap-tahap
perkembangan mental anak dalam geometri.
 Menurut Van Hiele, tiga unsur utama dalam
pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran
dan metode pengajaran yang diterapkan
 Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar
anak dalam geometri, yaitu tahap pengenalan, tahap
analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi dan tahap
akurasi.
Tahap pengenalan (visualisasi)
Dalam tahap ini anak mulai belajar mengenai suatu bentuk
geometri secara keseluruhan, dan belum mampu
mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang
dilihatnya itu.
Sebagai contoh, jika pada seorang anak diperlihatkan
sebuah kubus, ia belum mengetahui sifat-sifat atau
keteraturan yang dimiliki oleh kubus tersebut. Ia belum
menyadari bahwa kubus mempunyai sisi-sisi yang
merupakan persegi, bahwa sisinya ada 6 buah, rusuknya
ada 12 buah dan lain-lain.
Tahap Analisis
Dalam tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang
dimiliki benda geometri yang diamatinya. Ia sudah mampu
menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda
geometri itu.

Misalnya, di saat ia mengamati persegi panjang, ia telah


mengetahui bahwa terdapat 2 pasang sisi saling
berhadapan, dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar.
Tahap pengurutan (deduksi informal)

Pada tahap ini anak sudah mampu melaksanakan penarikan


kesimpulan yang dikenal dengan pemikiran deduktif. Namun
kemampuan ini belum berkembang secara penuh.

Pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengurutkan.


Misalnya ia sudah mengenali bahwa persegi adalah
jajargenjang, bahwa belah ketupat adalah layang-layang.

Pola pikir anak pada tahap ini masih belum mampu


menerangkan mengapa diagonal suatu persegi panjang itu
sama panjang.
Tahap deduksi
Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan
secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal
yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus.

Demikian pula ia telah mengerti betapa pentingnya peranan


unsur-unsur yang tidak didefinisikan, disamping unsur-
unsur yang didefinisikan.
Misalnya anak sudah mulai memahami dalil. Selain itu,
pada tahap ini anak sudah mulai mampu menggunakan
aksioma atau postulat yang digunakan untuk pembuktian.
Tahap akurasi
Dalam tahap ini anak sudah mulai menyadari betapa
pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang
melandasi suatu pembuktian.
Misalnya, ia mengetahui pentingnya aksioma-aksioma
atau postulat-postulat dari geometri Euclid
Johnson (2002: 3) menyatakan bahwa CTL merupakan suatu
proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam aktivitas
penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis
dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.

Crawford (2001: 2-5) mengemukakan bahwa strategi-strategi


dalam pembelajaran kontekstual adalah Relating, Experiencing,
Applying, Cooperating dan Transferring atau yang disingkat
dengan REACT.
Pendekatan Matematika Realistik Indonesia
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) mempuinyai tiga prinsip kunci yaitu:
Guided Reinvention (menemukan kembali)/progressive Mathematizing
(matematesasi progresif), yakni peserta didik diberikan kesempatan untuk
mengalami proses yang sama sebagaimana konsep-konsep matematika
ditemukan. Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau
realistik yang selanjutnya melalui aktifitas siswa dikharapkan menemukan
“kembali” sifat, defenisi, teorema atau prosedur-prosedur.
Didaktical Phenomenology (fenomena didaktik). Situasi-situasi yang diberikan
dalam suatu topik matematika atas dua pertimbangan, yaitu melihat
kemungkinan aplikasi dalam pengajaran dan sebagai titik tolak dalam proses
matematika.
Self-developed Models (pengembangan model sendiri); kegiatan ini berperan
sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Model
dibuat siswa sendiri dalam memecahkan masalah. Model pada awalnya adalah
suatu model dari situasi yang dikenal (akrab) dengan siswa. Dengan suatu
proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhinrya menjadi suatu
model sesuai penalaran matematika
Pendekatan Open-Ended
Pembelajaran dengan pendekatan open-ended
biasanya dimulai dengan memberikan problem
terbuka kepada siswa.
Kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam
menjawab permasalahan dengan banyak cara dan
mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga
mengundang potensi intelektual dan pengalaman
siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah
Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
pengetahuan.
Ada enam fase dalam PBL yaitu Fase 1: Pengajuan
permasalahan; Fase2: Apa yang diketahui diketahui dari
permasalahan?; Fase 3: Apa yang tidak diketahui dari
permasalahan?; Fase 4: Alternatif Pemecahan Fase 5:
Laporan dan Presentasi Hasil; Fase 6: Pengembangan
Materi

Anda mungkin juga menyukai