Anda di halaman 1dari 8

A.

Defilnisi Sikap
Sikap merupakan evaluasi dari sebuah objek, isu atau orang yang
berdasarkan pada afektif (segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan),
behavioral (tingkah laku), dan kognitif. Komponen afektif terdiri dari emosi
seseorang, afektif terhadap rangsangan, khususnya penilaian positif atau negatif.
Komponen dari tingkah laku tercipta dari bagaimana kecenderungan orang
berperilaku berhubungan/bersetalian dengan perangsang. Sedangkan komponen
kognitif terbentuk dari bagaimana seseorang berpikir mengenai kekhasan suatu
objek sikap, termasuk fakta, pengetahuan dan kepercayaan. (Taylor.dkk, 2006)
Defenisi tradisional tentang sikap berisikan gambaran yang sedikit bebeda
mengenai sikap atau menekankan aspek yang sedikit bebeda. G W Allport (1935)
mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik dan terarah
terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
dengannya. Karena defenisi ini sangat dipengaruhi oleh tradisi tentang belajar
juga ditekankan bagaimana pengalaman masa lalu membentuk sikap. Sebaliknya
Krech dan Crutchfield (1948) yang sangat mendukung perspektif kognitif
mendefenisikan sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses
motivasional, emosional, perceptual dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia
individu. Perhatikanlah bahwa mereka mengabaikan tentang beberapa petunjuk
asal mula sikap dari lebih menekankan pengalaman subjektif dimasa sekarang.
Ada tiga komponen yang paling umum menggabungkan unsur-unsur dari kedua
pendekatan itu :
1. Kompleksitas kognitif
2. Kesederhanaan evaluative
3. Sikap dan perilaku
Baron dan Byrne (2004) mengemukakan defenisi sikap sebagai penilaian
subjektif seseorang terhadap suatu ubjek sikap. Strickland (2001) menjelaskan

1
bahwa sikap adalah kecendrungan untuk memberikan respon secara kognitif,
emosi dan perilaku yang diarahkan pada suatu objek, pribadi dan situasi khusus
dalam cara-cara tertentu. Sikap adalah sebuah pola yang menetap berupa respon
evaluative tentang orang, benda atau isu (Colman, 2006).
Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam cara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek, sikap merupakan emosi atau afek yang diarahkan oleh
seseorang kepada orang lain, benda atau peristiwa sebagai objek sasaran sikap.
Sikap melibatkan kecendrungan respon yang bersifap preferensial. Dalam
konteks itu seseorang memiliki kecendrungan untuk puas atau tidak, posotif atau
negative, suka atau tidak terhadap suatu objek sikap (Eagly & Chaiken, 1993).
B. Teori Sikap
Teori intensif menyatakan bahwa seseorang mengambil sikap yang
memaksimalkan keuntungan. Terakhir pendekatan kognitif menegaskan bahwa
orang mecari keselarasan dan kesesuaian dalam sikap mereka dan antara sikap
dan perilaku.
1. Teori keseimbangan
Ada tiga pokok yang berbeda dalam gagasan konsistensi kognitif. Yang
pertama adalah teori keseimbangan yang meliputi tekanan konsistensi
diantara akibat-akbiat dalam sistem kogitif yang sederhana (Heider,
1958).sistem seperti ini terdiri dari dua objek, hubungan diantara dua objek
itu dan penilaian individu tentang objek-objek tersebut. Ada tiga penilaian
individu tentang setiap obejk dan tentang hubungan objek satu sama lain.
Pengertian tentang gaya keseimbangan muncul dari teori Gestalt mengenai
organisasi perceptual. Terdapat empat kemungkinan situasi yang seimbang
dimana hubungan antara unsure-unsurnya konsisten satu sama lain. Sistem
yang tidak seimbang memiliki sejumlah hubungan negative yang aneh.
2. Konsistensi kognitif afektif

2
Rosenberg (1960) menyajikan suatu peragaan yang jelas menyenai
perubahan kognitif yang ditimbulkan perubahan afeksi terhadap obejk sikap.
Pokonya adalah Rosenberg mengubah perasaan mereka tanpa memberikan
kognisi-kognisi baru atau mengubah kognisi lama, karena dia melakukannya
secara hipnotik. Kemudian mereka dibangunkan dengan keadaan dihipnotik
dan melihat perubahan sikapnya. Proses ini penting karena banyak sikap
berasal dari afeksi yang kuat tanpa banyak kognisi yang mendukung.
3. Teori ketidak sesuaian
Sikap akan berubah demi mempertahankan konsistensi dengan perilaku
nyatanya.wujud utamanya adalah teori ketidak sesuai kognitif yang
dikemukakan pertama kali oleh Leon festinger (1957) teori ini difouskan
pada dua sumber pokok ketidakkonsistenan sikap perilaku; akibat
pengambilan keputusan dan akibat dari perilaku yang saling bertentangan.
4. Teori atribusi
Bem (1967) menyatakan bahwa orang mengetahui sikap mereka sendiri
bukan melalui peninjauan ke dalam diri mereka tetapidengan mengambil
kesimpulan dari perilaku mereka sendiri dan persepsi mereka tentang situasi.
Implikasinya adalah bahwa perubahan perilaku yang dilakukan seseorang
memungkinkan timbulnya kesimpulan pada orang itu bahwa sikapnya telah
berubah.
C. Persuasi
Persuasi adalah suatu usaha secara cermat dari seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku orang lain atau
kelompok lain pada arah tertentu. Dalam konteks persuasi yang menekankan
pada perubahan sikap, Colman (2006) menjelaskan bahwa persuasi adalah proses
pengubahan sikap yang dilakukan melalui presentasi pesan yang bermuatan
argument-argumen yang melemahkan atau menguatkan seseorang, objek atau isu
tempat seseorang mengarahkan sikapnya.

3
Efektifitas proses persuasi sangat bergantung pada keberhasilan proses
komunikasi. Proses komunikasi yang efektif membutuhkan kesatuan situasi
antara pengirim pesan dan penerima tentang isu pesan tersebut. Terdapat tiga
faktor penting yang perlu diperhatikan agar suatu komunikasi dapat berjalan
secara efektif, tiga faktor tiu adalah komunikator, isi pesan dan sasaran.
Komunikator harus memenuhi syarat keterpercayaan dari penerima pesan,
kepakaran disukai oleh penerima pesan, memiliki kesamaan dengan penerima
pesan dan memiliki beraneka sumber dalam meperjelas isi pesan yang ingin
disampaikaan. Dalam diri sasaran persuasi kita dapat membagi kepribadian
mereka menjadi kelompok yang mudah untuk dipersuasi begitu juga dengan
kelompom yang sulit.
Namun pembagian itu harus mempertimbangkan sumber persuasi,
intensitas persuasi dan muatan isu-isu yang disampaikan. Dalam penelitian
Jaccard (Zanden, 1984) ditemukan bahwa semakin individu terlibat pada suatu
isu dan merasa berkepentingan dengan hasilnya maka ia semakin menolak
adanya usaha-usaha persuasi dari para komunikator.
Berdasarkan pada deskripsi tentang tiga faktor penetu keberhasilan
komunikasi, secara umum dapat disimpilkan bahwa efektifitas komunikasi yang
dirancang untuk merubah keyakinan, sikap dan perilaku sangat bergantung pada
banyak faktor. Oleh karna itu pembuat suatu kesimpulan hanya pada suatu faktor,
seperti pada faktor kerentanan seseorang pada stimulus persuasi berdasarkan
kepribadiannya merupakan suatu kesimpulan yang kurang tepat dan terlalu
menyederhanakan masalah.
Selain itu faktor kecerdasan sasaran persuasi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses persuasi untuk mecapai
perubahan sikap. Pada satu sisi semakin tinggi kecerdasan yang dimiliki seseorng
maka semakin mungkin ia mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda dari
sikap yang diyakininya namun, dalam sisi lain dalam diri orang-orang yang

4
memiliki kecerdasansuperior ada resistensi terhadap sudut pandang yang bebeda.
Orang-orang dengan kecerdasan superior sangat sulit untuk dipersuasi. Dalam
hal ini orang-orang dengan kecerdasan speroir dapat dengan mudah mendeteksi
kelemahan-kelemahan argument yang terdapat pada sudut pandang yang berbeda
dari yang diyakini oleh dirinya (Strickland, 2001).
Dalam berbagai kasus, usaha persuasi melibatkan elemen-elemen berikut:
beberapa sumber yang membawa beberapa tipe pesan untuk beberapa orang atau
kelompok orang. Mempertibangkan hal tersebut Hovland, Janis, & Kelley, 1953
(dalam, Robert & Byrne, 2003) berfokus pada elemen-elemen tersebut dan
menghasilkan beberapa penemuan yang menarik, yaitu sebagai berikut:
1. Komunikator yang tampaknya tahu apa yang mereka bicarakan, lebih
persuasif daripada mereka yang bukan ahlinya. (menurut Hovland & Weiss,
1951 dalam, Robert & Byrne, 2003)
2. komunikator yang menarik dengan cara tertentu, lebih persuasif daripada
komunikator yang kurang menarik secara fisik dan kurang memiliki
keahlian. (menurut Hovland & Weiss, 1951 dalam, Robert & Byrne, 2003)
3. Terkadang orang lebih mudah dipersuasi ketika mereka terganggu oleh hal
lain daripada ketika mereka memperhatikan dengan baik pesan yang
disampaikan. (menurut Allyn & Festinger, 1961 dalam, Robert & Byrne,
2003)
4. Ketika seorang pendengar memiliki sikap berlawanan dengan apa yang ingin
disampaikan oleh pelaku persuasi, sering kali lebih efektif bagi komunikator
untuk mengadopsi pendekatan dua sisi, di mana kedua sisi argumen tersebut
disampaikan, daripada menggunakan pendekatan satu sisi. (Robert & Byrne,
2003)
5. Orang yang berbicara dengan cepat sering kali lebih persuasif daripada
orang yang berbicara lebih lambat. (contoh, Miller dkk., 1976 dalam Robert
& Byrne, 2003)

5
6. Persuasi dapat ditingkatkan dengan pesan yang merangsang emosi yang kuat
(terutama rasa takut) pada pendengar, khususnya ketika komunikasi
memberikan rekomendasi tertentu tentang bagaimana mencegah atau
mengjindari kejadian yang menyebabkan rasa takut yang digambarkan.
(misalnya, Leventhal Singer, & Jones, 1965; Robberson & Rogers, 1988
dalam Robert & Byrne, 2003).
D. Sikap dan Perilaku
Dalam perkembangan psikologi sosial, sikap merupakan salah satu topic
yang mendapat kedudukan cukup penting, salah satu topic utama psikologi
sikapadalah hubungan sikap dan perilaku actual (Gifford, 1995). Bowman dan
Fishbein (Beck, 1992) mengemukakan bahwa sikap memiliki kemampuan
prediksi terhadap unjuk perilaku yang emamdai apabila memenuhi dua syarat,
yaitu :
1. Peneliti memiliki alat ukur sikap yang memadai.
2. Peneliti memahami terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku
seseorang, seperti kemudahan untuk melakukan suatu tindakan dalam
rentang waktu tertentu.
Berkenaan dengan perdebatan yang timbul tentang kemampuan meramal
sikap perilaku seseorang, Fishbein dan Ajzen (1975) mengemukakan teori
tindakan beralasan yang terdapat didalamnya konsep norma subjektif. Eagly dan
Chaiken (1993) berpendapat bahwa norma subjektif sebagai gambaran dari
norma-norma sosial dapat dilihat sebagai salah satu kendala situasional dalam
perilaku seseorang sehingga ia mengalami kesulitan untuk mewujudkan
konsistensi diantara sikap dan perilakunya. Sikap dan perilaku mempengaruhi
perilaku melalui variable perantara yang disebut sebagai niat untuk
melaksanakan perilaku. Aronson, Wilson dan Akert (1997) mengemukakan
bahwa teori tindakan beralasan dapat dipandang sebagai salah satu teori yang

6
paling sesuai untuk menjelaskan keterkaitan yang ada diantara sikap dan
perilaku.
Elliot , Jibber dan Sharp (1995) mengemukakan bahwa teori tindakan
beralasan memiliki validitas prediktif yang memadai dalam berbagai penelitian
individual dan oleh karna itu dapat menjadikan sebagai model teoritis untuk
mengkaji perilaku rasional dalam bidang psikologi. Model teoritis ini sangat
sesuai untuk emamahami perilaku individu dalam lingkungan sosial. Giles dan
Cairns (1995) mengemukakan bahwa teori tindakan beralasan memberikan salah
satu sumbangan paling penting dalam kajian pengukuran sikap dan prediksi
lanjut terhadap perilaku sosial.
Selajutnya, dalam penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Sheppard,
Hartwick dan Warshaw pada tahun 1988 (Giles & Cairns, 1995) disimpulkan
bahwa model ini dapat memberika prediksi niat perilaku secara memadai dan
menyajikan suatu basis yang kuat untuk mengidentifikasi tempat dan cara
memilih berbagai strategi yang sesuai untuk memodifikasi perilaku. Teori
tindakan beralasan sangat sesuai untuk menjelaskan hubungan sikap dan perilaku
seseorang dalam konteks perilaku yang memiliki cirri-ciri sederhana, umum dan
mudah dilakukan dbawah control individu yang bersangkutan(Eagly,1992)

7
Daftar Pustaka

Baron, Robert A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial: Edisi kesepuluh.
Jakarta: Erlangga.

Hanurawan, Fattah. 2012. Psikologi Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sears, David O.dkk. 1985. Social Psychology: Fifth Edition. Jakarta : Erlangga

Taylor, Shelly A.dkk. 2006. Social Psychology. New Jersey: Pearson.

Anda mungkin juga menyukai