Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Modifikasi Perilaku

Tentang

Self-Control

Oleh:

FITRI RAMAYANA

1315040036

Dosen Pengampu :

Masnida Khairat, M.A.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UIN IMAM BONJOL PADANG

1440 H / 2019 M

1
Kata Pengantar

Puji syukur kam paanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas anugrahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Self-Control”. Adapun
maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Dosen pengampu mata kuliah Modifikasi Tingkah Laku, juga untuk lebih memperluas
pengetahuan mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis menyadari bahwa kami memiliki keterbatasan sebagai manusia biasa. Oleh karena itu
jikadidapati suatu kesalahan bagi dari segi teknik penulisan maupun dari isi maka kami
mohon maaf beserta kritik dan saran.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan
maupun dari segi isinya. Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun agar penulis bisa memperbaikinya untuk masa yang akan datang.

Padang, 10 Maret 2019

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan .............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Self-Control .................................................................................... 5


B. Penyebab-penyebab Masalah Self-Control ....................................................... 6
C. Model Behavioral dalam Self-Control .............................................................. 7
D. Teknik-teknik dalam Self-Control .................................................................... 8
E. Langkah-langkah dalam program Self-Control ................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................ 14

DAFTAR KEPUSTAKAAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendekatan modifikasi tingkah laku lumrah diberikan untuk memuculkan atau


memperkuat suatu perilaku lemah, mengurangi perilaku yang diberikan, dan bahkan
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

Self-control atau pengendalian diri merupakan kemampuan untuk mengenali emosi


dirinya dan orang lain. Baik itu perasaan bahagia, sedih, takut, dan lain sebagainya.

self-control berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan


dari dalam dirinya sehingga mampu membuat keputusan dan mengambil tindakan yang
efektif sesuai dengan standar ideal, nilai-nilai moral dan harapan sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Self-Control ?
2. Apakah penyebab-penyebab masalah dari Self-Control (pengendalian diri) ?
3. Apa saja model behavioral dalam program Self-Control ?
4. Apa saja teknik-teknik dalam program Self-Control ?
5. Apa saja langkah-langkah dalam program Self-Control?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui apa itu Self-Control
2. Dapat mengetahui penyebab-penyebab dalam program self-control
3. Dapat mengetahui apa saja model behavioral dalam program Self-control
4. Dapat mengetahui apa saja teknik-teknik dalam program Self-Control
5. Serta mengetahui apa saja langkah-langkah dalam program self-Control.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Self-control

Larry (dalam R.S Satmoko, 1986:130) mengungkapkan bahwa kontrol diri adalah
kemampuan mengenali emosi dirinya dan orang lain. Baik itu perasaan bahagia, sedih, takut,
marah dan sebagainya, mengelola emosi, baik itu menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan pas, kemampuan untuk mrnghibur diri sendiri, melepas kecemasan
kemurungan,atau ketersinggungan dan lain-lain.

Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Self-control terjadi
ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara bagaimana seharusnya
individu tersebut berpikir, merasa, atau berperilaku. Self-control merupakan kenderungan
individu untuk mempertimbangkan berbagai konsekuensi untuk perilaku tertentu.

Self-control merupakan fungsi utama dari diri dan kunci penting untuk kesuksesan dalam
hidup. Dalam penelitian ditunjukan bahwa self-control yang tinggi juga memiliki keterkaitan
dengan penyesuaian diri yang lebih baik (diantaranya berkurangnya psikopatologi, dan
meningkatnya self-esteem), berkontribusi terhadap keberhasilan dibidang akademis,
mengurangi makan yang berlebihan dan mengurangi penyalahgunaan alkohol, memiliki
hubungan yang lebih baik dan memiliki keterampilan interpersonal yang baik.

Menurut Chaplin (dalam Adeonalia, 2002: 36) kontrol diri adalah kemampuan untuk
membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-
impuls atau tingkah laku impulsif. Sedangkan menurut Wallstons (dalam Adeonalia, 2002:
36) adalah keyakinan individu bahwa tindakannya akan mempengaruhi perilakunya dan
individu sendiri yang dapat mengontrol perilaku tersebut. Individu dengan kontrol diri yang
tinggi akan melihat dirinya mampu mengontrol segala hal yang menyangkut perilakunya,
begitu juga sebaliknya apabila kontrol dirinya rendah, maka individu tersebut tidak mampu
untuk mengontrol segala hal yang menyangkut dengan perilakunya.

Ketika berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan berusaha menampilkan perilaku
yang dianggap paling tepat bagi dirinya, yaitu perilaku yang dapat menyelamatkan interaksi-
interaksi dari akibat negatif yang disebabkan karena respon yang dilakukannya. Kontrol diri
diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya yang terbatas dan
mengatasi berbagai hal merugikan yang mungkin terjadi yang berasal dari luar.

5
Dalam pandangan Zakiyah Drajat, bahwa orang yang sehat mentalnya akan dapat
menunda sementara akan pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat mengendalikan diri dari
keinginan-keinginan yang dapat menyebabkan kerugian bagi dirinya. Dalam pengertian yang
lebih umum Pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan
memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas, tidak melakukan perbuatan yang akan
merugikan dirinya dimasa kini maupun masa yang akan datang dengan cara
menunda kepuasan sesaat. (Mas Agung dalam Zakiyah Drajat, 1988)

Jadi, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa self-control berkaitan dengan
bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan dari dalam dirinya sehingga
mampu membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif sesuai dengan standar
ideal, nilai-nilai moral dan harapan sosial.

B. Penyebab-penyebab masalah Self-Control


Penyebab masalah self-control di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Kepribadian. Kepribadian mempengaruhi control diri dalam konteks bagaimana
seseorang dengan dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang
dihadapinya dan berpengaruh pada hasil yang akan diperolehnya. Setiap orang
mempunyai kepribadian yang berbeda (unik) dan hal inilah yang akan
membedakan pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Ada seseorang yang
cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi, khususnya yang menekan secara
psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan reaksi.
b. Situasi. Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses kontrol
diri. Setiap orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana
strategi tersebut memiliki karakteristik yang unik. Situasi yang dihadapi akan
dipersepsi berbeda oleh setiap orang, bahkan terkadang situasi yang sama dapat
dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan mempengaruhi cara memberikan
reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi mempunyai karakteristik tertentu
yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan oleh seseorang.
c. Etnis. Etnis atau budaya mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau
pemikiran, dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang
membentuk cara seseorang berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan.
Budaya telah mengajarkan nilai-nilai yang akan menjadi salah satu penentu
terbentuknya perilaku seseorang, sehingga seseorang yang hidup dalam budaya

6
yang berbeda akan menampilkan reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi
yang menekan, begitu pula strategi yang digunakan.
d. Pengalaman. Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri
seseorang. Pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan
keluarga juga memegang peran penting dalan kontrol diri seseorang, khususnya
pada masa anak-anak. Pada masa selanjutnya seseorang bereaksi dengan
menggunakan pola fikir yang lebih kompleks dan pengalaman terhadap situasi
sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga pengalaman yang positif akan
mendorong seseorang untuk bertindak yang sama, sedangkan pengalaman negatif
akan dapat merubah pola reaksi terhadap situasi tersebut.
e. Usia. Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya
kematangan dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup
yang telah dilalui lebih banyak dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu
dalam memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua
cenderung memiliki control diri yang lebih baik dibanding orang yang lebih muda.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor
internal (dari diri individu) dan faktor eksternal (lingkungan individu) :

1.Faktor Internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah
usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu.
2.Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga
terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang.

C. Model Behavioral dalam program Self-Control

Teknik Behavior

Gerald Corey (1988 : 196)Behavior merupakan salah satu teknik guna merubah
tingkah laku yang lebih adaptif. Pendekatan ini dirasa lebih efektif untuk menangani
kasus-kasus dalam dunia pendidikan, khususnya maladaptive. Berfokus pada modifikasi
tingkah laku menjadi ciri yang sangat menonjol dalam teknik behavior. Teknik ini
berkembang mulai tahun 1950-an hingga sekarang, teknik behavior masih relevan untuk
diterapkan. Penting untuk diketahui bahwa behavior ini merupakan aspek gerakan

7
memodifikasi tingkah laku pada taraf yang masih bias didefinisikan secara operasionanl,
diamati dan diukur.

Manusia mempunyai potensi positif dan negativ yang bias jadi terbentuk
karena factor lingkungan social budaya.Adapun ciri behavior dapat dilihat dari :
a. Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tamapak
b. Kecermatan dan penguraian tujuantujuan treatment.
c. Perumusan prosedur treatment yang spesifik sesuai dengan masalah.
d. Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi.

D. Teknik-teknik dalam Self-Control

Skinner mengemukakan beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melepaskan kontrol
diri yaitu :

a. Pengendalian dan Pertolongan Fisik

Proses dimana individu mengontrol tingkah laku dengan cara pengendalian fisik
seseorang bersosialisasi dengan orang lain dengan melatih diri untuk menerima apa adanya,
berusaha menghadapi permasalahan dengan cara pengendalian fisik terhadap suatu respon
yang dikontrol. Eksistensi dan kekuatan tingkah laku dapat dijelaskan dengan menunjuk pada
pengaruh lingkungan yang menghalangi respon.

b. Perubahan Stimulus

Selain membuat respon yang mungkin dan tidak mungkin, kita dapat membuat atau
menghapus peluang. Dalam mengerjakannya kita memanipulasi baik satu hal yang
mendatangkan ataupun yang membedakan stimulus.
c. Penggunaan Stimulus Aversif
Seseorang dapat mengontrol diri sendiri dengan menciptakan stimulus verbal yang
mempunyai pengaruh pada diri. Kita mengkondisikan reaksi aversif dalam diri kita dengan
memadukan stimulus pada cara-cara yang tepat.
Selain teknik kontrol diri yang telah dibahas di atas, terdapat tiga teknik kontrol diri
yang dikemukakan oleh Cormier &Cormier :

8
1.Self Monitoring
Merupakan suatu proses dimana individu mengamati dan peka terhadap segala
sesuatu tentang dirinya dan interaksinya dengan lingkungan. Self monitoring bersifat reaktif,
yaitu tindakan yang selalu mencatat perilaku dapat menyebabkan perubahan, meskipun tidak
ada keinginan untuk berusaha sendiri untuk mengadakan perubahan. Dalam self monitoring,
individu dapat memberi dirinya sendiri penguat internal yang otomatis.

2.Self Reward
Merupakan suatu teknik diman individu mengatur dan memperkuat perilakunya dengan
segala akibat yang dihasilkan. Self reward adalah cara mengubah perilaku yang dapat
dilakukan dengan memberi hadiah atau hal-hal yang menyenangkan apabila perilaku yang
diinginkan berhasil.

3.Stimulus Control

Suatu teknik yang digunakan untuk mengurangi atau meningkatkan perilaku tertentu.
Stimulus kontrol menekankan pada pengaturan kembali atau modifikasi lingkungan yang
ditetapkan untuk menjadikan suatu hal yang tidak mungkin atau tidak menguntungkan
tingkah laku yang biasa terjadi.

E. Langkah-langkah dalam program Self-Control


Ada 2 langkah yang dapat dilakukan dalam pengendian diri atau Self-Control yaitu :
1. Membangun kontrol diri jangka panjang.
a. Buat daftar kebiasaan.
Buat daftar kebiasaan atau perilaku yang ingin anda kontrol, ambil saran-saran
yang baik dari teman, saudara maupun orang lain yang bisa diterapkan atau
dijadikan sebagai pertmbangan.
b. Terapkan skala prioritas
Pilih satu atau dua perilaku dari daftar yang sudah dibuat yang ingin di kontrol
atau di uba. Setiap orang memiliki bidang kehidupannya msng-masing, maka
pilih yang paling mudah terlebih dahuluuntuk dilakukan dan dengan
kedisiplinan dan pengendalian diri yang berkembang akan membuat lebih
mudahuntuk melakukan hal yang berat perlahan-lahan.
c. Adopsi

9
Lakukan penelitian kecil tentang bagaimana orang-orang berhasil membangun
kontrol diri dari waktu ke waktu. Diskusi dengan orang-orang dekat yang juga
telah berhasil membuat perubahan dalam dirinya kemudan adopsi perlahan
sesuai dengan karakter diri sendiri. Mendidik diri sendiri tidak bisa tanpa
mencontoh perilaku orang lain.
d. Jujur pada diri sendiri
Buat urutan apa saja yaang dilakukan dengan jujur. Jujur pada diri sendiri
akan mengembangkan kesadaran diri dalam mengontrol diri sendiri untuk
mengenali perilaku. Memupuk kesadaran tentang perilaku impulsif akan
membantu pengendalian diri sendiri serta membantu membuat keputusan
yang baik pada saat terjadi sesuatu.
e. Tetapkan tujuan
Menerapkan tujuan merupakan langkah sistematis agar bisa mengantisipasi
kegagalan serta memperbaiki kegagalan yang muncul dalam mengembangkan
kontrol diri.
f. Tandai kemajuan yang ada
Ingatlah selalu, hal paling penting adalah kemajuan, bukan hasil yang
sempurna. Tandai kemajuan yang sudah berhasil dicapai, berhenti mencari
kesempurnaan karena kesmepurnaan hanya milik tuhan. Ketika muncul
ketidak mampuan mengontrol diri segera tandai.
g. Memotivasi diri sendiri.
Terus memotivasi diri sendiri agar mudah mengontol perilaku serta
mengingatkan diri kita sendiri terus menerus. Temukan kunci motivasi diri
dalam batin terdalam dan tuliskan dalam secarik kertas atau tempat yang
mudah ditemukan sebagai pengingat.
h. Perilaku positif
Menyalurkan energi ke dalam perilaku positif. Cobalah menaikkan terus
energi positif setiap kali ingin melakukan sesuatu, sehingga bisa menggantikan
(meredam) perilaku negatif yang bisa muncul sewaktu-waktu. Jadikan
perilaku ini sebagai sebuah perjalanan untuk mencari tahu apa saja yang bisa
mengubah diri kita, jangan berkecil hati jika ada yang tidak sesuai.
i. Mengembangkan hobi baru
Menemukan hobi baru atau bahkan mungkin tanpa sengaja menemukannya
bisa menjadi gangguan yang indah dalam kontrol diri. Dengan hobi baru,

10
kesenangan akan muncul dan membuat gairah dalam diri sendiri memusat
pada keinginan untuk memainkannya. Namun harus pula di ingat untuk tidak
menjadikan hobi baru sebagai perilaku buruk selanjutnya. Terapkan sebagai
bagian untuk mengembangkan kontrol diri dari perilaku impulsif dan
kompulsif.
j. Membangun diri
Selalu proaktif mendorong diri sendiri untuk membuat perubahan yang
diinginkan. Dengan sikap positif yang benar-benar diterapkan akan
memperngaruhi kemampuan dalam mengembangkan kontrol diri. Jangan
terlalu keras pada diri sendiri dan juga jangan terlalu lunak pada diri sendiri
dalam mencapai tujuan. Terus fokus dalam membangun usaha perubahan serta
melepaskan segala sesuatu yang dirasakan gagal.
k. Manfaatkan dukungan
Beritahukan pada teman-teman maupun orang-orang sekitar dalam kehidupan
kita bahwa kita sedang berusaha untuk mengembangkan diri dan mengubah
perilaku buruk. Meminta dukungan dari mereka untuk menjadi tempat
menumpahkan cerita akan membantu menciptakan perubahan, bantuan dari
orang lain bisa membuat diri kita menjadi lebih baik lagi. Menerima motivasi
dari mereka, mendiskusikan sesuatu dalam pembicaraan yang penuh semangat
dengan mereka akan membantu memperkuat pondasi dalam membangun
perubahan.
l. Penghargaan diri sendiri
Hadiahi diri kita sendiri dengan penghargaan yang tepat dalam rangka
membangun kontrol diri. Menghargai diri sendiri saat sedang terus berlatih
pengendalian diri akan membantu memperkuat perilaku positif dalam
menggantikan perilaku impulsif.
Misalnya, jika kita berhenti makan-makanan mewah cobalah dengan
menggantikannya melalui hadiah kecil seperti baju baru atau sesuatu lainnya
yang lebih hemat dan sehat.
Terus memotivasi siri sendiri agar mudah mengontrol perilaku serta
mengingatkan diri kita

m. Meminta bantuan

11
Belajar memahami kapan waktunya untuk mencari bantuan atau pertolongan
merupakan salah satu cara untuk membangun kontrol diri. Karena orang yang
kuat justru orang yang tidak segan-segan meminta bantuan orang lain.

Berikut ini adalah beberapa saran kapan waktu terbaik untuk meminta bantuan
dari keluarga maupun profesional dalam bidangnya;

1. Saat sedang berjuang dengan alkohol , narkoba atau zat lainnya.


2. Saat sedang terlibat dalam perilaku seksual yang berbahaya atau adiktif.
3. Saat menemukan diri sendiri berulang kali terlibat dalam hubungan yang kasar atau
berbahaya dan tidak sehat.

2. Membangun kontrol diri saat itu juga


a. Mengenali pikiran impulsif
Tentukan momen dimana kita menjadi tergoda untuk melakukan perilaku impulsif,
hal ini akan membantu kontrol diri sendiri saat datang hal yang sama yang bisa
memancing diri kita. Buat daftar hal-hal yang dapat memicu perilaku buruk dan
tempatkan ke dalam skala prioritas untuk mengontrolnya. Dengan mengenali saat-saat
dorongan negatif muncul maka akan bisa membuat penundaan dalam bertindak,
terutama tindakan bodoh.
b. Batas waktu
Ciptakan ruangan dalam pikiran untuk membuat batasan waktu pada pikiran impulsif.
Lakukan evaluasi agar tindakan kita menjadi lebih rasional, lebih ramah dan tidak sia-
sia. Sehingga kita bisa bertindak lebih bijak meskipun dorongan besar untuk
melakukan hal-hal buruk muncul.
c. Tarik nafas dalam-dalam
Saat muncul dorongan untuk melakukan tindakan bodoh, lakukan pengontrolan diri
dengan menarik nafas dalam-dalam. Bila keadaan makin memuncak mungkin bisa
mencobanya dengan berbaring untuk meredakan keinginan tersebut. Luangkan waktu
untuk menarik nafas serta mengeluarkan nafas sembari mengusir perlahan keinginan
tersebut seiring keluarnya nafas.
d. Mengalihkan perhatian
Sulit bagi kita untuk menghindari dorongan perilaku negatif apabila hanya duduk
menerima atau bahkan terpaku pada hal tersebut. Segera alihkan perhatian ke hal-hal
lain yang positif. Kita bisa mencari film atau hiburan lainnya sehingga memberikan
12
ruang fikiran positif untuk kembali menempati ruang pikiran, sehingga bisa berpikir
secara sehat apakah perlu diambil tindakan atau tidak.
e. Bangun aktivitas alternatif
Saat sedang dalam gangguan pikiran yang merusak kontrol diri, carilah pengganti
agar bisa membuat perilaku yang lebih positif dan memperlambat pikiran kita
terhadap keputusan yang buruk. Sehingga muncul keputusan yang lebih bisa
diberdayakan.
Orang yang mampu mengendalikan dirinya, akan mampu mengendalikan orang lain.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Larry (dalam R.S Satmoko, 1986:130) mengungkapkan bahwa kontrol diri adalah
kemampuan mengenali emosi dirinya dan orang lain. Baik itu perasaan bahagia, sedih, takut,
marah dan sebagainya, mengelola emosi, baik itu menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan pas, kemampuan untuk mrnghibur diri sendiri, melepas kecemasan
kemurungan,atau ketersinggungan dan lain-lain.

Menurut Chaplin (dalam Adeonalia, 2002: 36) kontrol diri adalah kemampuan untuk
membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-
impuls atau tingkah laku impulsif. Sedangkan menurut Wallstons (dalam Adeonalia, 2002:
36) adalah keyakinan individu bahwa tindakannya akan mempengaruhi perilakunya dan
individu sendiri yang dapat mengontrol perilaku tersebut. Individu dengan kontrol diri yang
tinggi akan melihat dirinya mampu mengontrol segala hal yang menyangkut perilakunya,
begitu juga sebaliknya apabila kontrol dirinya rendah, maka individu tersebut tidak mampu
untuk mengontrol segala hal yang menyangkut dengan perilakunya.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita tentang modifikasi dalam Self-Control dalam kehidupan sehari-hari.

14
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Gerald Corey, 1988, Teori dan PraktekKonseling dan Psikoterapi, Bandung:


Eresco

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)

http://etheses.uin-malang.ac.id/761/6/10410013%20Bab%202.pdf

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00708-PS%20Bab2001.pdf
.

15

Anda mungkin juga menyukai