Nim : 4012011116
LEGAL OPINION
Duduk Perkara
Masyarakat adat Tano Batak menuntut Presiden dan Menteri LHK untuk
mencabut izin PT Toba Pulp Lestari (TPL) atas kasus kekerasan,
diskriminasi, kriminalisasi masyarakat Adat Tano dan perampasan hutan
adat Tano Batak yang sedang berlangsung sejak tahun 1987 sampai
sekarang. Sebagai tambahan informasi, kronologis perkara bermula, pada
31 Oktober 1984, Gubernur Sumut yang kala itu dijabat oleh Kaharuddin
Nasution mengabulkan permohonan lokasi pabrik PT Indorayon sekarang
PT TPL seluas kurang lebih 200 hektar di daerah Sosor Ladang,
Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba. Pada tahun yang sama pula, di 19
November 1984, PT Indorayon memperoleh Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) seluas kurang lebih 150 ribu hektare, meliputi hutan pinus merkusi
yang ada di sejumlah wilayah kabupaten di Sumut.
Pada Maret 2003 PT Indorayon yang telah berganti nama jadi PT TPL.
Tahun 2004, Mangitua Ambarita dan Parulian Ambarita anggota
masyarakat adat Sihaporas dicokok polisi beserta pihak keamanan PT
TPL karena melakukan protes kepada PT TPL, dan akhirnya harus
menjalani persidangan hingga divonis bersalah.
Berlanjut di 2006, penggarapan tanah adat oleh PT Indorayon kembali
terjadi di 11 desa Kecamatan Pollung, Humbang Hasundutan. Tanah adat
dan hutan kemenyan seluas 3.500 hektare, milik keturunan Bius Marbun
dirusak dan ditebangi oleh PT TPL dengan alasan tanah adat tersebut
masuk dalam areal HPHHTI PT TPL. pada 2009, tanah adat dan hutan
kemenyan yang sudah dimiliki masyarakat adat secara turun temurun
sejak 300 tahun lalu yang merupakan sumber mata pencaharian utama
700 KK, di Desa Pandumaan dan Desa Sipituhuta, Kecamatan Polung,
Humbang Hasundutan, juga ditebang dan dirusak oleh PT TPL, karena
diklaim konsesi HPHHTI PT TPL.
Lalu pada 10 Juni 2019, PT TPL melaporkan Komunitas rakyat adat Tor
Nauli Parmonangan ke Polres Tapanuli Utara dengan tuduhan
penyerobotan tanah. Tetapi masyarakat adat Tor Nauli menolak
menghadiri pemanggilan yang dilakukan oleh Polres Tapanuli Utara,
karena menganggap tanah tersebut merupakan tanah yang telah dikuasai
secara turun temurun.
Namun hingga menjelang akhir unjuk rasa Menteri LHK tidak juga
menemui masyarakat adat dari Tano Batak. Masyarakat adat dari Tano
Batak menuntut Presiden jokowi dan Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar
untuk segera mengembalikan wilayah adat, mencabut izin dan menutup
PT. Toba Pulp Lestari (TPL). Investasi yang dilakukan PT Toba Pulp
Lestari (TPL) pada 12 Kabupaten di Sumatera Utara, menurut mereka
sudah melahirkan banyak sekali praktek perusakan lingkungan. Termasuk
perampasan tanah serta ruang hidup masyarakat adat Tano Batak,
bahkan tindak kekerasan terhadap masyarakat.
Pendapat Hukum
1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT. RajaGrafindo Persada,
Depok,2018, Hlm.140.
Dalam kasus PT TPL negara tidak memiliki kewenangan untuk
memberikan izin kepada pihak manapun termasuk PT TPL untuk
mengelola hutan adat masyarakat Tano Batak yang wilayahnya meliputi
Balige, Porsea, Parsoburan, Laguboti, Ajibata, Uluan, Borbor, Lumban
Julu, dan sekitarnya seluas 20.753 hektar.
2
Philipus Hadjon,dkk, Pengantar Hukum Adminsitrasi Indonesia, Jogyakarta,
1994: Gadjahmada Press, hal. 26.
Pertama, pelanggaran yang dilakukan oleh PT TPL melanggar Permen
LHK 21/2019 pasal 16 telah menegaskan hak dan kewajiban dari
pemangku hutan adat yaitu:
Pasal 16
(1) Hak pemangku Hutan Adat dan Hutan Hak meliputi:
a. mendapat perlindungan dari gangguan perusakan dan
pencemaran lingkungan;
b. mengelola dan memanfaatkan hutan adat sesuai dengan
kearifan lokal;
c. memanfaatkan dan menggunakan pengetahuan tradisional
dalam pemanfaatan sumber daya genetik yang ada di dalam
hutan adat;
d. mendapat perlindungan dan pemberdayaan terhadap
kearifan lokal dalam perlindungan dan pengelolaan hutan
adat;
e. memanfaatkan hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu dan
jasa lingkungan sesuai dengan fungsi hutan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
f. memperoleh dokumen legalitas kayu.
(2) Kewajiban pemangku Hutan Adat dan Hutan Hak:
a) meliputi:mempertahankan fungsi hutan adat;
b) menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari;
c) memulihkan dan meningkatkan fungsi hutan; dan
d) pengamanan dan perlindungan terhadap hutan adat, antara
lain perlindungan dari kebakaran hutan dan lahan.
Pasal 16 diatas menjamin hak atas perlindungan dari gangguan
kerusakan hutan adat yang disebabkan oleh pihak selain masyarakat
adat. PT TPL melanggar pasal tersebut maka sanksi pidana yang
mengacu pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan., perbuatan
perusahaan yang membabat hutan adat tanpa izin, dapat dipidana penjara
paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun serta pidana denda paling
sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp15 miliar, karena:
a) melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak
sesuai dengan izin pemanfaatan hutan;
b) melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa
memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
dan/atau
c) melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak
sah.
Kedua, sejak 1987 sampai 2021 PT TPL melakukan kekerasan terhadap
warga sekitar dan warga adat Tano Batak. Kekerasan bahkan sampai
menimbulkan luka ringan, luka berat bahkan kematian,dan penjara yang
seharusnya secara hukum dapat dikenakan Pasal 351 KUHP (Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana);
1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp. 4.500,–.
2. Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun. (K.U.H.P 90).
3. Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia dihukum
penjara selama-lamanya tujuh tahun. (K.U.H.P. 338).
4. Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang
dengan sengaja.
5. Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum
(K.U.H.P. 37, 53, 184 s, 353 s, 356, 487).
3
Sadjijono, Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi, (2008)
Yogyakarta: Laksbang Pressindo, hal.141-142.
4
Robert C. Salomon dan Ando Karo-Karo, Etika Suatu Pengantar,(1987) Jakarta:
Erlangga, hal.2
Sumber Referensi
https://business-law.binus.ac.id/2020/05/04/latihan-penulisan-legal-
opinion/ diakses pada 26 November 2021
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5f48f57a576b0/jerat-
pidana-perusahaan-pembabat-hutan-adat/ diakses pada 26
November 2021
https://betahita.id/news/detail/6261/kehadiran-pt-tpl-di-tano-batak-
menyeret-banyak-permasalahan.html.html diakses pada 26
November 2021
https://yuridis.id/pasal-351-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/
diakses pada 26 November 2021