Kelompok 1
Aulia Niasya El Haq (18330054)
Saipul Hidayat (18330042)
Kelompok 2
Dita ayu lestari (18330058)
Firda Maudina (19330005)
Jawab :
1) Kemungkinan terjadinya kegagalan sistem lepas lambat sehingga bahan aktif yang relatif
tinggi dilepas sekaligus (dose dumping)
2) Lebih sulit penanganan penderita apabila terjadi kasus keracunan atau alergi obat, karena
kandungan bahan aktif yang relatif lebih tinggi
3) Harga obat biasanya lebih mahal karena biaya pengembangan dan produksi yang relatif
lebih tinggi.
Kelompok 3
Yopietasari (19330006)
Anisa Dhea ifani Putri (19330007)
Pertanyaan : Bentuk sediaan apa saja yang bisa dikembangkan menjadi sediaan mukhoadesif
?
Jawab : bentuk sediaan yang sesuai untuk system mukoadhesif yaitu dimana mekanisme
pelepasan obatnya perlahan tergantung pada pemecahan ikatan kovalen antar polimer maka
dari itu obat yang sesuai adalah tablet, kapsul, dan mikrogranul. Sehingga akan terjadi
pelepasan zat aktif obat secara perlahan dimembrane mukosa lambung.
Kelompok 4
Nursalasia Hutabarat (19330010)
Vriscadhezty Isma Putri (19330014)
Kelompok 5
Sablilah Humairoh (19330015)
Della Ayuning Putri (193300220
Pertanyaan : Bagaimana proses kerja suatu tablet yang berlangsung dari fase biofarmasi
kemudian kefase farmakokinetik setelah itu fase farmakodinamik
JAWAB :
a) Fase biofarmasi : liberasi (pelepasan) → disolusi (pelarutan) → absorpsi (penyerapan)
b) Fase farmakokinetik :Tablet → disintergrasi → tablet hancur menjadi beberapa
bagian kasar ( sebagian obat tidak diabsorbsi) → disaggregasi → menjadi polimer-
polimer yang lebih halus → dissolusi → obat dalam larutan → darah jaringan.
c) Fase farmakodinamik : absorbsi → distribusi → metabolisme → eksresi
2. Dari kelompok 8 (Yemima Grace 19330034)
Pertanyaan : Berapa lama kerja obat oral didalam tubuh ?
JAWAB :
Obat- obat yang diberikan lewat mulut seperti tablet, kapsul dan sirup memberikan efek
relatif lebih lambat dibandingkan injeksi dan inhalasi karena lambat obat oral lebih aman
karena jika terjadi kesalahan masih ada kesempatan untuk memuntahkannya kembali.
Kecepatan aksinya dipengaruhi banyak faktor, terutama bentuk sediaan. Sirup paling cepat
karena tidak butuh waktu untuk disolusi atau memecah partikel, sedangkan yang paling lama
adalah tablet salut selaput (film coated) yang didesain agar tidak pecah di lambung. Waktu
lama kerja obat oral (5-1 jam). (Maharani Ninik Pangestu 19330023).
3. Dari kelompok 9 (Laily Windi Lathifah 19330040)
Pertanyaan : Bisa dijelaskan secara lengkap bagaimana evaluasi biofarmasetik pada sediaan
secara in vivo?
JAWAB:
in vivo dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik, studi farmakodinamik
komparatif, atau uji klinik komparatif. Dokumentasi ekivalensi in vivo diperlukan jika ada
resiko bahwa peredaran bioavailabilitas dapat menyebarkan inekivalensi terapi
produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika memenuhi satu atau lebih kriteria
berikut ini :
a. obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respon terapi yang pasti (critical use
drugs), misal: antituberkulosis, antiretroviral, antibakteri, antihipertensi, antiangina, obat
gagal jantung, antiepilepsi, antiasma. b. Batas keamanan/ indeks terapi yang sempit; kurva
doses-respons yang curam, misal: digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat-obat sitostatik,
litium, feniton, siklosporin, sulfonilurea, teofilin. c. Terbukti ada masalah bioavailabilitas
atau bioinekivalensi dengan obat yang bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia
atau formulasi yang mirip (tidak berhubungan dengan masalah disolusi,) misal:
- absorpsi bervariasi atau tidak lengkap
- eliminasi presistemik yang tinggi
- farmakokinetik nonlinear
- sifat-sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan (misal: kelarutan rendah, permeabilitas
rendah, tidak stabil, dsb.)
d. eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi bioekivalensi
4. Dari kelompok 4 (Nursalasia Hutabarat 19330010)
Pertanyaan :Sebutkan dan Jelaskan pelepasan obat peroral yang dimodifikasi ?
JAWAB :
a. Pelepasan Obat Sediaan Salut Enterik
Delayed Release dosage form atau lepas tunda adalah sediaan yang bertujuan untuk menunda
pelepasan obat hingga sediaan berada ditempat tertentu (mencapai target lokasi). Sediaan ini
menggunakan bahan penyalut yang tidak larut dalam asam lambung.
b. Pelepasan Obat dari Sediaan Oral Lepas Lambat
Sistem penghantaran obat oral lepas lambat merupakan salah satu sistem penghantaran obat
dengan pelepasan obat yang dimodifikasi untuk memperpanjang efek obat. Sediaan obat oral
yang diberikan secara berulang (dosis ganda) bertujuan untuk mendapatkan efek obat yang
berkelanjutan (continue), sehingga konsentrasi obat dalam darah akan selalu berada diantara
konsentrasi efektif minimum dan maksimum
c. Pelepasan dan pelarutan obat dari Sediaan Oral Lepas Berkesinambungan
Proses pelarutan obat sediaan ini mengikuti kinetika orde nol. Pemberian sediaan seperti ini
satu kali dapat memberikan efek farmakologi yang diinginkan secepatnya dan akan
memberikan efek yang diinginkan lebih lama, sehingga dapat menurunkan frekuensi
pemberian obat.
d. Pelepasan obat dari sistem penghantaran yang ditahan dilambung
Sistem yang dapat meningkatkan efektivitas obat dari sediaan sustained release. Sistem ini
melepaskan obat dilambung dalam jangka waktu yang lebih lama secara terkontrol untuk
mendapatkan biovalibilitas yang optimal. (Maharani Ninik Pangestu 19330023)
Kelompok 7
Salsa Dilla Andisa (19330026)
Ika Ristika (19330030)
Kelompok 8
Yemima Grace (19330034)
Kashimah Adawiyah (19330038)
Kelompok 9
Laily Windi Lathifah (19330040)
Anisya Putri Hanipashya (19330043)
Kelompok 11
Hila Azizah (19330062)
Fika Fadilla Murti (19330065)
Dari kelompok 11 Catur Dewi Anjani (19330055)
Pertanyaan :Pada kekurangan tablet implant ada tidak operatif pada temmpat pemasangan
yang cocok, bagaimana cara menghindari hal tersebut ?
JAWAB :
Untuk menghindari terjadinya ketidak operatif-an pemasangan implant di tempat yang cocok,
sebelum pemasangan implant dilakukan konseling terlebih dahulu dengan klien untuk
menunjukkan tempat pemasangan implan, jelaskan efek samping yang mungkin terjadi pada
klien dan untuk lebih meyakinkan, klien dipersilahkan untuk mengisi rekam medik untuk
mengetahui kondisi kesehatan klien, setelah pengisian rekam medik kemudian periksa rekam
medik untuk memastikan apakh klien cocok untuk pemasangan tablet implant dan apakah ada
kemungkinan masalah yang mungkin terjadi salaam pemasangan sehingga klien harus tetap
diawasi.
Selanjutnya dilakukan penyisipan impan dengan anattesi lokal agar penyisipan lebih efktif.
Pemasangan harus hati-hati untuk menghindari pemasangan masuk ke otot atau saraf atau
terjadi cedera pembuluh darah. Penggunaan aplikator seharusnya digunakan dengan
kemiringan 30° pada kulit dan setelah itu segera jarum menembus lapisan dermis diturunkan
ke posisi horizontal. Setelah jarum menembus kulit, penarikan jarum secara hati-hati.
Sesuaikan kedalaman implan. Untuk memastikan apakah pemasangan operatif pada tempat
yang cocok tenaga kesehatan memperivikasi keberadaan implan dengan melakukan
pemeriksaan dengan ujung jari dan merasakan ukuran lokasi implan.
Pertanyaan : Mengapa tablet implant bisa tidak kompatibel dengan penderita dan bagaimana
cara agar tidak terjadi ketidak kompatibel tablet implant dengan penderita?
Jawaban :
Meski memberikan kemudahan, tidak semua wanita bisa menggunakan KB implan. KB
implan sebaiknya dihindari oleh wanita yang memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes,
penyakit jantung, gangguan fungsi hati, migrain, dan kolesterol tinggi.
seperti penderita diabetes, Ada beberapa komplikasi yang dapat menyebabkan kegagalan
pemasangan dental implant pada pasien diabetes mellitus seperti xerostomia, rentan terhadap
infeksi gusi dan tulag alveolar serta penyembuhan pasca pemasangan implant yang berjalan
lebih lambat sehingga menganggu proses Osseointegrasi tulang.
Namun seiringnya berkembangnya material implant dan ilmu kedokteran gigi, pasien
diabetes tidak lagi menjadi kontraindikasi untuk pemasangan dentak implant. namun ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan yaitu pastikan kadar gula terkontrol dalam
level yang normal dan pastikan pasien mengkonsumsi obat diabetes guan mempertahankan
kadar gula darah yang normal.
KELOMPOK 12
Dewi Setia Wati (19330074)
Mayra Nadya (19330089)
KELOMPOK 13
Ilham Jufandi (19330101)
Vattrik Aldiansah (19330107)
KELOMPOK 14
Devi Estriani (19330115)
Cecilia Sirait (19330118)
Rihan Halabiyah Juliani (19330119)
Sistem penghantaran obat dan penargetan obat yang ideal diantaranya : Obat mempunyai
target yang spesifik, Menjaga obat pada jaringan yang bukan target, Meminimalisasir
pengurangan kadar obat ketika mencapai target, Melindungi obat dari metabolisme,
Melindungi obat dari klirens dini, Menahan obat pada tempat kerja selama waktu yang
dikehendaki, Memfasilitasi transport obat kedalam sel, Menghantarkan obat ke target
intraseluler, Harus biokompatibel, biodegradable dan non antigenik.
Kelompok 15
Rohman Wakid (19330122)
Muhammad Ramadhana Putra (19330758)
Mesa Elda (21330750)
Dari kelompok 1 (Auliya Niasya El Haq 18330054)
Pertanyaan : Apa yang terjadi bila terdapat gangguan pada paru-paru saat proses absorpsi obat dan
bagaimana cara menanganinya?
Jawaban : (M Ramadhana Putra A 19330758)
Pengobatan Intrapumonary dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu terapi serangan akut, status
asmathicus, dan terapi pencegahan.
a. Terapi Serangan Akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang bronchi. Obat yang
digunakan adalah Salbutamol/Terbutalin, sebaiknya secara inhalasi (efek 3-5 menit). Kemudian
dibantu dengan Aminophilin dalam bentuk suppositoria. Obat lain yang dapat digunakan adalah
Efedrin dan Isoprenalin, dapat diberikan sebagai tablet, namun efeknya baru kelihatan setelah 1
jam. Inhalasi dapat diulang setelah 15 menit sebelum memberikan efek. Bila belum memberikan
efek juga, maka perlu diberi suntikan IV Aminophilin/Salbutamol, Hidrokortison/Prednison. Sebagai
tindakan pengobatan akhir dengan Adrenalin IV dengan diulang 2 kali dalam 1 jam.
b. Status Asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Hal ini disebabkan oleh blockade
reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan dengan suntikan IV
Aminophilin/ Salbutamol dan Hidrokortison dosis tinggi (200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4
gram sehari).
c. Terapi Pencegahan Dilakukan dengan pemberian bronchodilator, misalnya: Salbutamol,
Ipatropium atauTeofilin. Bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen.
Pertanyaan :
Bagaimana mekanisme efek lokal yang terjadi pada obat intra pulmonary?
Jawaban :
Rohman Wakid (19330122) Cara pemberian ini di gunakan untuk obat-obat berupa gas
(misalnya, beberapa obat anestetik) atau obat yang dapat di dispersi dalam suatu eorosol.
Rute tersebut terutama efektif dan menyenangkan untuk penderita - penderita dengan keluhan
-keluhan pernafasan (misalnya, Asma atau penyakit paru obstruktif kronis) karena obat yang
di berikan langsung ketempat kerjanya efek samping sistemik minimal. Obat ini juga dapat
digunakan untuk zat farmakologik yang cepat menguap misainya amil nitrit dan untuk obat
obatan yang dapat dihamburkan dalam titik air yang sangat halus misalnya ergot tertentu.
Karena sangat luasnya permukaan membran alveolaris dan besarnya aliran darah yang
melewati paru-paru, maka gas-gas dengan sifat daya larut yang cocok akan cepat diabsorsi
dari paru-paru. Jalan sendiri merupakan sasaran penting bagi obat yang digunakan untuk
asma. (sumber: Katzung, B. G. 1989. Famakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC).
Jawaban : Rohman Wakid (19330122) Karena Gerak Brown dapat dijelaskan melalui
tumbukan tak teratur secara terus- menerus dan cenderung acak antara partikel-partikel fase
terdispersi dengan medium pendispersi
Gerak Brown disebabkan oleh perbedaan jumlah tumbukan partikel koloid dengan molekul
medium pendispersi. Ketika bertumbukan, partikel-partikel tersebut bergerak dengan arah
dan kecepatan yang tidak sama yang selanjutnya bertemu dengan molekul-molekul medium
pendispersi lain sehingga menimbulkan gerakan yang bersifat zigzag, yakni terjadinya
gerakan yang tidak selalu menempuh garis lurus namun berubah arah.