Anda di halaman 1dari 29

Hasil Diskusi Biofarmasi Kelas D Kelompok 1-15

Kelompok 1
 Aulia Niasya El Haq (18330054)
 Saipul Hidayat (18330042)

1. Dari kelompok 2 (firda Maudina 19330005)


Pertanyaan : apa saja pengaruh dalam penyerapan obat secara rektal?
Jawaban : faktor yang mempengaruhi penyerapan obat adalah:
-Aliran darah ke tempat absorpsi
-Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
-Waktu kontak permukaan absorpsi
Faktor fisiologis
a. Kandungan kolon
b. Jalur sirkulasi
c. PH dan tidak ada kemampuan dapar dari cairan rektum
(Auliya Niasya El Haq 18330054)

2. Dari kelompok 3 (Yopietasari 19330006)


Pertanyaan : apakah ada obat yang berinteraksi dengan sediaan rektal , jika ada sebutkan
dan jelaskan bagaimana obat tersebut berinteraksi ?
Jawaban : Ada Diazepam dan Bisacodyl
Interaksi obat diazepam yaitu :
- Menginhibisi metabolisme diazepam
- Menginduksi metabolisme diazepam
- Meningkatkan efek depresi sistem saraf pusat
- Menurunkan efek obat lain
Interaksi obat Bisacodyl yaitu :
- Meningkatkan risiko terjadinya efek samping pada saluran pencernaan jika
digunakan dengan obat pencahar lain
- Meningkatkan risiko timbulnya gangguan elektrolit, jika digunakan bersama diuretik
atau kortikosteroid
- Menurunkan efektivitas dari bisacodyl dan risiko terjadinya sakit maag dan dispepsia jika
digunakan bersama antasida
(Auliya Niasya El Haq 18330054)

3. Dari kelompok 4(Nursalasia Hutabarat 19330010)


Pertanyaan : hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat secara rektal?
Jawaban :
1. Pemberian obat melalui rectal adalah maksudnya pemberian obat melalui dubur (rektal)
2. Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa)
3. Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung
4. Diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat
5. Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dengan peroral, berhubung
pembuluh-pembuluh darah pertama. Misalnya adalah pada pengobatan asma (amecain
suppositoria), pada bayi (stesolid rectal, dalam pengobatan kejang akut)
6. Tetapi bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal misalnya untuk
wasir dan laxativ.
Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya
mempunyai efek lokal.
(Saiful Hidayat 18330042)

4. Dari Kelompok 7 (Ika Ristika 19330030)


Pertanyaan : Bagaimana cara menangani faktor penghambatan dalam pemberian obat secara
rektal
Jawaban : Jadi ada 2 faktor yang menghambat/mempengaruhi absorpsi obat per rektal :
1. Faktor Fisiologis.
Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya rendah. Epitel
rektum keadaannya berlipoid, maka diutamakan permiabel terhadap obat yang tak terionisasi.
Jumlah obat yang diabsorpsi dan masuk keperedaran darah umumnya tergantung dimana obat
itu dilepas direktum.
2. Faktor Fisika Kimia dari Obat atau Basis
Urutan peristiwa yang menuju absorpsi obat melalui daerah anorektal secara diagram
adalah sebagai berikut :
Obat dalam pembawa - obat dalam cairan cairan kolon - Absorpsi melalui rektal
Bila jumlah obat dalam cairan renal ada diatas level yang menentukan laju maka peningkatan
konsentrasi obat yang nyata tidak mempunyai peranan dalam mengubah laju absorpsi obat
yang ditentukan. Tetapi konsentrasi obat berhubungan dangan laju penglepasan obat dari
basis supositoria. Adanya surfaktan dapat atau tidak dapat mempermudah absorpsi
tergantung pada konsentrasi dan interaksi obat yang mungkin terjadi. Ukuran partikel obat
secara langsung berhubungan dengan laju absorpsi.
Beberapa Kelemahan Pemberian Obat Melalui Rektum Obat tercampur dengan feses yang
ada di rektum yang dapat menghambat absorpsi obat. Absorpsi tidak sempurna, karena cairan
dalam rektum untuk disolusi obat terbatas, tidak sebanyak cairan gastrointestinal. Luas
permukaan untuk absorpsi juga terbatas, tidak seluas permukaan gastrointestinal.
Cara menanganinya:
Sebelum pemberian obat secara rektum jangan mengkonsumsi makanan secara berlebihan yg
dapat menyebabkan penumpukan pada feses dan Pemberian secara rektum harus sesuai
prosedur
(Saiful Hidayat 18330042)

5. Dari Kelompok 13 (Ilham Jufandi 19330101)


Pertanyaan : Berapa waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan obat didalam tubuh melalui
rektal sehingga menhasilkan efek terapi?
Jawaban : Waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan obat didalam tubuh melalui rektal
sehingga menghasilkan efek terapi memerlukan waktu berjam jam/berhari hari
(Auliya Niasya El Haq 18330054)

Kelompok 2
 Dita ayu lestari (18330058)
 Firda Maudina (19330005)

1. Dari Kelompok 3 (Anisa Dhea Tifani Putri 19330007)


Pertanyaan : Karakteristik obat yang cocok diformulasikan untuk menjadi produk sustained
release salah satunya adalah obat yang mempunyai indeks teraupetik yang sempit, apa
alasannya? Kenapa hanya obat yang mempunyai indeks terapeutik yang sempit saja ?
Jawab :
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih obat untuk sediaan lepas
lambat yaitu ukuran dosis, kelarutan obat dalam air, koefisien partisi, stabilitas, penyerapan,
distribusi, metabolisme, waktu paruh, indeks terapi, komulatif
Alasan indeks terapi sempit karena membutuhkan pengendalian yang tepat
2. Dari Kelompok 4 : Nursalasia Hutabarat (19330010)
Pertanyaan : Apakah dosis tablet sustained release termasuk dosis tunggal atau bukan?
Jawab :
Pada sistem pelepasan yang diperlambat (sustained release), obat dirancang supaya
pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat segera setelah
pemakaiannya, secara tepat menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-
angsur dan terus- menerus melepaskan sejumlah obat lainnya selama periode waktu yang
diperpanjang biasanya 8-12 jam. Pelepasan ini mengikuti orde nol yang artinya jumlah obat
yang lepas adalah konstan, sehingga fluktuasi kadar plasma dan toksisitas dapat dihindari.

3. Dari kelompok 5 (Dellla Ayuning Putri 1933022)

Apa kelemahan obat dengan pelepasan terkontrol?

Jawab :

Kelemahan sediaan lepas lambat terkontrol diantaranya adalah:

1) Kemungkinan terjadinya kegagalan sistem lepas lambat sehingga bahan aktif yang relatif
tinggi dilepas sekaligus (dose dumping)
2) Lebih sulit penanganan penderita apabila terjadi kasus keracunan atau alergi obat, karena
kandungan bahan aktif yang relatif lebih tinggi
3) Harga obat biasanya lebih mahal karena biaya pengembangan dan produksi yang relatif
lebih tinggi.

4. Dari Kelompok 1 : Auliya Niasya El Haq (18330054)


Pertanyaan : Zat apa yang membuat tablet tersebut bisa mengalami lepas lambat? Dan
jelaskan mengapa demikian?
Jawab :
Karena adanya suatu matriks dalam sediaan lepas lambat. Formulasi sediaan lepas lambat
dibuat dengan cara tertentu sehingga pelepasan zat aktifnya lambat, namun tetap mencapai
efek terapetik. Pembuatan suatu matriks dengan obat berada didalamnya atau tercampur
homogeny dengan bahan matriks merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
membuat sediaan lepas lambat. Contohnya matriks hidroksipropil metilselulosa (HPMC)
yang dapat membentuk lapisan hydrogel yang berviskositas tinggi bila kontak dengan cairan
medium pelarut.
Adapun berbagai macam matriks hidrofilik sintetik turunan selulosa diantaranya natrium
karboksimetilselulosa (NaCMC), polimetilmetakrilat dan bahan-bahan alami seperti xanthan
gum, guargum, chitosan. Matriks hidrofilik akan mengembang (swelling) dan mengalami
erosi, kedua proses ini akan mengontrol kecepatan pelepasan obat.

Kelompok 3
 Yopietasari (19330006)
 Anisa Dhea ifani Putri (19330007)

1. Dari Kelompok 4 (vriscadhezty isma putri 19330014)

Pertanyaan : Bentuk sediaan apa saja yang bisa dikembangkan menjadi sediaan mukhoadesif
?

Jawab : bentuk sediaan yang sesuai untuk system mukoadhesif yaitu dimana mekanisme
pelepasan obatnya perlahan tergantung pada pemecahan ikatan kovalen antar polimer maka
dari itu obat yang sesuai adalah tablet, kapsul, dan mikrogranul. Sehingga akan terjadi
pelepasan zat aktif obat secara perlahan dimembrane mukosa lambung.

2. Dari Kelompok 1 : Auliya Niasya El Haq (18330054)


Pertanyaan : Zat apa yang membuat tablet tersebut bisa mengalami lepas lambat? Dan
jelaskan mengapa demikian?
Jawab :
Karena adanya suatu matriks dalam sediaan lepas lambat. Formulasi sediaan lepas lambat
dibuat dengan cara tertentu sehingga pelepasan zat aktifnya lambat, namun tetap mencapai
efek terapetik. Pembuatan suatu matriks dengan obat berada didalamnya atau tercampur
homogeny dengan bahan matriks merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
membuat sediaan lepas lambat. Contohnya matriks hidroksipropil metilselulosa (HPMC)
yang dapat membentuk lapisan hydrogel yang berviskositas tinggi bila kontak dengan cairan
medium pelarut.
Adapun berbagai macam matriks hidrofilik sintetik turunan selulosa diantaranya natrium
karboksimetilselulosa (NaCMC), polimetilmetakrilat dan bahan-bahan alami seperti xanthan
gum, guargum, chitosan. Matriks hidrofilik akan mengembang (swelling) dan mengalami
erosi, kedua proses ini akan mengontrol kecepatan pelepasan obat.
3. Dari kelompok 6 ( maharani niniknpangestu 19330023)
Pertanyaan : Berikan contoh obat yang sering digunakan pada bentuk sediaan gastroretentive
mukhoadesive?
Jawab : Contoh obat gastroretentive mukhoadeshive yang diberikan secara oral adalah
triamcinolone, miconazole, testosteron, dan fantanyl citrat.
obat yang diberikan secara bukal adalah nitroglycerin dan proclorperazine maleat.

4. Dari Kelompok 1 : Auliya Niasya El Haq (18330054)


Pertanyaan : Zat apa yang membuat tablet tersebut bisa mengalami lepas lambat? Dan
jelaskan mengapa demikian?
Jawab :
Karena adanya suatu matriks dalam sediaan lepas lambat. Formulasi sediaan lepas lambat
dibuat dengan cara tertentu sehingga pelepasan zat aktifnya lambat, namun tetap
mencapai efek terapetik. Pembuatan suatu matriks dengan obat berada didalamnya atau
tercampur homogeny dengan bahan matriks merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk membuat sediaan lepas lambat. Contohnya matriks hidroksipropil metilselulosa (HPMC)
yang dapat membentuk lapisan hydrogel yang berviskositas tinggi bila kontak dengan cairan
medium pelarut.
Adapun berbagai macam matriks hidrofilik sintetik turunan selulosa diantaranya natrium
karboksimetilselulosa (NaCMC), polimetilmetakrilat dan bahan-bahan alami seperti xanthan
gum, guargum, chitosan. Matriks hidrofilik akan mengembang (swelling) dan mengalami erosi,
kedua proses ini akan mengontrol kecepatan pelepasan obat.

5. Dari Kelompok 1 : Auliya Niasya El Haq (18330054)


Pertanyaan : Zat apa yang membuat tablet tersebut bisa mengalami lepas lambat? Dan
jelaskan mengapa demikian?
Jawab :
Karena adanya suatu matriks dalam sediaan lepas lambat. Formulasi sediaan lepas lambat
dibuat dengan cara tertentu sehingga pelepasan zat aktifnya lambat, namun tetap
mencapai efek terapetik. Pembuatan suatu matriks dengan obat berada didalamnya atau
tercampur homogeny dengan bahan matriks merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk membuat sediaan lepas lambat. Contohnya matriks hidroksipropil metilselulosa (HPMC)
yang dapat membentuk lapisan hydrogel yang berviskositas tinggi bila kontak dengan cairan
medium pelarut.
Adapun berbagai macam matriks hidrofilik sintetik turunan selulosa diantaranya natrium
karboksimetilselulosa (NaCMC), polimetilmetakrilat dan bahan-bahan alami seperti xanthan
gum, guargum, chitosan. Matriks hidrofilik akan mengembang (swelling) dan mengalami
erosi, kedua proses ini akan mengontrol kecepatan pelepasan obat.

Kelompok 4
 Nursalasia Hutabarat (19330010)
 Vriscadhezty Isma Putri (19330014)

1. Dari kelompok 5 (Della Ayuning Putri 19330022)


Pertanyaan : Bagaimana mekanisme pelepasan swelling yang baik?
Jawaban: (Nursalasia Hutabarat 19330010)
- Sediaan swelling merupakan sediaan yang mengembang jika berkontak dengan cairan lambung
dan dirancang untuk melepaskan obat secara perlahan-lahan.
- Sediaan mengandung polimer, ketika polimer berkontak dengan air akan terjadi penyerapan air
yang menyebabkan polimer mengembang, sehingga obat terdispersi di dalam lambung.
- Setelah obat masuk ke lambung, hidrokoloid dalam sediaan menjadi mengembang.
- Hidrokoloid yang mengembang menjadi penghalang yang akan membatasi masuknya cairan
lambung ke dalam system dan berkontak dengan bahan aktif obat, serta mengatur pelepasan obat.
- Obat tertahan di lambung akan mengembang dengan cara meningkatkan ukuran sediaan lebih
besar dari pylorus, sehingga sediaan tidak terbawa bersama gerakan lambung melewati pylorus.
- Kemudian terjadi pelepasan obat secara perlahan menjadi ukuran yang lebih kecil.

2. Dari kelompok 6 (Maharani Ninik Pangestu 19330023)


Pertanyaan : Apakah mekanisme dari contoh obat sama atau tidak? Dan bagaimana waktu paruh
di dalam lambung?
Jawaban : (Vriscadhezty Isma Putri 19330014)
- Mekanismenya sama yaitu akan mengembang jika berkontak dengan cairan lambung dan obat
akan mengembang dengan cara meningkatkan ukuran sediaan lebih besar dari pylorus, sehingga
sediaan tidak terbawa bersama gerakan lambung melewati pylorus.
- Waktu paruh dilambungnya yaitu saat berkontak dengan cairan lambung, karbonat pada
komponen pembentuk gas bereaksi dengan asam lambung membentuk karbondioksida. Karena
diformulasikan untuk pelepasan segera, lapis pertama tablet akan segera terdiintegrasi dan garam
bismuth akan segera terlepas dari sediaan tablet itu. Sedangkan lapisan kedua, hidrokoloidnya
akan mengembang. Adanya karbondioksida yang terperangkap dalam hidrokoloid yang
mengembang menyebabkan sistem menjadi mengapung. Dan hidrokoloid yang mengembang itu
akan menjadi
gel penghalang pelepasan bahan aktif ke dalam cairan lambung, sehingga pelepasannya
diperlambat.

3. Dari kelompok 7 (Salsa Dilla Andisa 19330026)


Pertanyaan : Mengapa salah satu faktor yang mempengaruhi sistem gastroretentive adalah
pemberian obat yang bersamaan? Apakah berpengaruh terhadap obat yang diberikan secara
bersamaan?
Jawaban : (Vriscadhezty Isma Putri 19330014)
Berpengaruh, karena di dalam tubuh obat bisa saja berinteraksi dengan zat lain sehingga kerja
obat dengan sistem swelling akan terhambat dan akan mengurangi efektivitasnya. Contoh obat
dengan sistem swelling yang tidak boleh diberikan secara bersamaan itu ada librozym tidak boleh
dikonsumsi bersamaan dengan :
Asam folat, bisa menurunkan penyerapan suplemen asam folat
Acarbose, menurunkan efek hipoglikemik dari acarbose
4. Dari kelompok 12 (Dewi Setia Wati 19330074)
Pertanyaan : Memastikan keamanan dan memperbaiki daya kerja (efeksi) zat aktif serta
meningkatkan kepatuhan pasien, yang dimaksud dengan meningkatkan kepatuhan pasien adalah
kepatuhan yang seperti apa?
Jawaban : (Nursalasia Hutabarat 19330010
Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang
mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau melaksanakan gaya hidup sesuai dengan
rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan.
Beberapa pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien antara lain :
- Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan.
- Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain.
- Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat maka akan ada
efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal yang pertama kali ditulis.
- Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal yang perlu
ditekankan.

Kelompok 5
 Sablilah Humairoh (19330015)
 Della Ayuning Putri (193300220

1. Dari kelompok 6 Reza Pramuji (19330025)


Pertanyaan : Apa perbedaan floating system dengan swelling system
Jawaban : Sablilah Humairoh 19330015
a. Floating drug delivery system
Adalah sistem penghantaran obat yang disimpan dalam perut dan berguna untuk obat yang
disimpan dalam perut dan berguna untuk obat yang sukar larut atau tidak stabil dalam saluran
cerna. Pemberian oral adalah cara yang paling nyaman dan disukai setiap pemberian obat ke
sirkulasi sistemik.
Floating drug delivery system memiliki densitas massa kurang dari cairan lambung sehingga
tetap mengapung dalam cairan lambung tanpa terpengaruh oleh laju pengosongan lambung
dalam waktu yang lama.

b. Swelling drug delivery system


Merupakan suatu sediaan yang apabila berkontak dengan asam lambung maka sediaan akan
segera mengembnag sehingga ukurannya menjadi lebih besar dan tetap bisa bertahan di dalam
lambung.
Pada sistem mengembang obat dipertahankan berada di lambung dengan cara meningkatkan
ukuran sediaan lebih besar dari pilorus, sehingga obat dapat bertahan lebih lama di lambung.
Pada sistem mengembang sediaan akan mengembang setelah berada dalam lambung waktu
cepat dan sediaan tidak terbawa bersama gerakan lambung melewati pylorus. Sediaan ini
membutuhkan polimer yang akan mengembang dalam waktu tertentu ketika kontak dengan
cairan lambung, kemudian selanjutnya akan tererosi menjadi ukuran yang lebih kecil.

2. Dari kelompok 7 Ika Ristika (19330030)


Pertanyaan : Bagaimana penerapan gastroretentive floating system
Jawaban : Della Ayuning Putri 19330022
 Sustained Drug Delivery
Sistem HBS (Hydrodynamically balanced systems) dapat tetap berada diperut dalam waktu
lama sehingga dapat melepaskan obat melalui jangka waktu lama.
 Site-Specific Drug Delivery
Sistem ini sangat menguntungkan bagi obat-obatan yang secara khusus diserap dari perut atau
bagian proksimal dari usus kecil, misalnya riboflavin dan furosemide.
 Absorption Enhancement
Obat yang memiliki biovailabilitas rendah, karena penyerapan pada site specific dari bagian
atas saluran pencernaan merupakan suatu potensi untuk menformulasikan sistem
penghantaran obat floating, sehingga memaksimalkan penyerapan obat ini.

3. Kelompok 8 : Kashimah Adawiyah 19330038


Pertanyaan : Apa kelebihan dan kekurangan sediaan gastroretentive floating?
Jawaban : Della Ayuning Putri 19330022
 Kelebihan
1. Mengurangi frekuensi pemberian
2. Mengurangi efek merugikan karena tidak ada fluktasi kadar obat di dalam darah
3. Obat dihantarkan secara terkontrol
4. Durasi efek terapi yang diinginkan lebih panjang
5. Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman
 Kekurangan
1. Sistem mengambang tidak cocok bagi obat-obat yang memiliki masalah kelarutan atau
stabilitas dalam cairan gastrik atau lambung
2. Sistem ini memerlukan tingkat cairan tinggi dalam perut sehingga obat mengambang dan
bekerja efisien dengan air.
3. Beberapa obat dapat menyebabkan iritasi mukosa lambung
4. Obat-obatan yang diabsorbsi baik sepanjang saluran pencernaan dan yang menjalani firs-
pass metabolisme signifikan, mungkin pengosongan lambung yang lambat dapat
menyebabkan penurunan biovailabilitas sistemik.

4. Kelompok 13 : Ilham Jufandi (19330101)


Pertanyaan : Apa perbedaan evaluasi floating drug delivery system antara untuk sediaan
unit tunggal dengan untuk sediaan multi unit
Jawaban : Della Ayuning Putri 19330022
a. Unit tunggal
Sistem yang seimbang secara hidronamis Hydrodynamically Balance Systems
(HBS) yang dapat berupa tablet/kapsul, dirancang untuk memperpanjang waktu tinggal
sediaan dilambung dan meningkatkan absorpsi. Sistem dibuat dengan menambahkan
20- 75% b/b hidrokoloid tunggal atau campuran kedalam formula tablet/kapsul. Pada
sistem ini akan dicampurkan bahan aktif obat, hidrokoloid (20-75%) dari bobot tab) dan
bahan tambahan lain yang diperlukan, selanjutnya granul dicetak menjadi tab atau
diisikan kedalam kapsul.
b. Multi unit
Multiple-unit dosage forms dapat berupa granul/mikrosfer yang mengandung
komponen polimer yang dapat mengembang saat berkontak dengan cairan lambung
sehingga membentuk kolooid penghalang yang mengendalikan kecepatan penetrasi
cairan kedalam sistem & kecepatan pelepasan obat dari sistem sediaan. Adanya udara
yang terperangkap dalam polimer yang mengembang akan menurunkan bobot jenis
sehingga mikrosfer dapat mengapung.

5. Kelompok 3 : Anisa Dhea Tifani Putri (19330007)


Pertanyaan : Bagaimana klasifikasi pada floating system
Jawaban : Sablilah Humairoh 19330015
a. Non effervescent system
Pada non effervescent systen biasanya menggunakan matriks yang memiliki daya
pengembangan tinggi seperti selulosa, jenis hidrokoloid, polisakarida dan polimer
seperti polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat dan polistiren.
b. Effervescent system
Matriks ketika kontak dengan cairan lambung akan membentuk gel, dengan adanya gas
yang akan terperangkap dalam gelyfiedhydrocolloid, akibatnya tablet akan
mengapung meningkatkan pergerakan sediaan, sehingga akan mempertahankan daya
mengapungnya.
Kelompok 6
 Maharani Ninik Pangestu (19330023)
 Reza Pramuji (19330025)

1. Dari kelompok 7 (Ika Ristika 19330030)

Pertanyaan : Bagaimana proses kerja suatu tablet yang berlangsung dari fase biofarmasi
kemudian kefase farmakokinetik setelah itu fase farmakodinamik
JAWAB :
a) Fase biofarmasi : liberasi (pelepasan) → disolusi (pelarutan) → absorpsi (penyerapan)
b) Fase farmakokinetik :Tablet → disintergrasi → tablet hancur menjadi beberapa
bagian kasar ( sebagian obat tidak diabsorbsi) → disaggregasi → menjadi polimer-
polimer yang lebih halus → dissolusi → obat dalam larutan → darah jaringan.
c) Fase farmakodinamik : absorbsi → distribusi → metabolisme → eksresi
2. Dari kelompok 8 (Yemima Grace 19330034)
Pertanyaan : Berapa lama kerja obat oral didalam tubuh ?
JAWAB :
Obat- obat yang diberikan lewat mulut seperti tablet, kapsul dan sirup memberikan efek
relatif lebih lambat dibandingkan injeksi dan inhalasi karena lambat obat oral lebih aman
karena jika terjadi kesalahan masih ada kesempatan untuk memuntahkannya kembali.
Kecepatan aksinya dipengaruhi banyak faktor, terutama bentuk sediaan. Sirup paling cepat
karena tidak butuh waktu untuk disolusi atau memecah partikel, sedangkan yang paling lama
adalah tablet salut selaput (film coated) yang didesain agar tidak pecah di lambung. Waktu
lama kerja obat oral (5-1 jam). (Maharani Ninik Pangestu 19330023).
3. Dari kelompok 9 (Laily Windi Lathifah 19330040)
Pertanyaan : Bisa dijelaskan secara lengkap bagaimana evaluasi biofarmasetik pada sediaan
secara in vivo?
JAWAB:
in vivo dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik, studi farmakodinamik
komparatif, atau uji klinik komparatif. Dokumentasi ekivalensi in vivo diperlukan jika ada
resiko bahwa peredaran bioavailabilitas dapat menyebarkan inekivalensi terapi
produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika memenuhi satu atau lebih kriteria
berikut ini :
a. obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respon terapi yang pasti (critical use
drugs), misal: antituberkulosis, antiretroviral, antibakteri, antihipertensi, antiangina, obat
gagal jantung, antiepilepsi, antiasma. b. Batas keamanan/ indeks terapi yang sempit; kurva
doses-respons yang curam, misal: digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat-obat sitostatik,
litium, feniton, siklosporin, sulfonilurea, teofilin. c. Terbukti ada masalah bioavailabilitas
atau bioinekivalensi dengan obat yang bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia
atau formulasi yang mirip (tidak berhubungan dengan masalah disolusi,) misal:
- absorpsi bervariasi atau tidak lengkap
- eliminasi presistemik yang tinggi
- farmakokinetik nonlinear
- sifat-sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan (misal: kelarutan rendah, permeabilitas
rendah, tidak stabil, dsb.)
d. eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi bioekivalensi
4. Dari kelompok 4 (Nursalasia Hutabarat 19330010)
Pertanyaan :Sebutkan dan Jelaskan pelepasan obat peroral yang dimodifikasi ?
JAWAB :
a. Pelepasan Obat Sediaan Salut Enterik
Delayed Release dosage form atau lepas tunda adalah sediaan yang bertujuan untuk menunda
pelepasan obat hingga sediaan berada ditempat tertentu (mencapai target lokasi). Sediaan ini
menggunakan bahan penyalut yang tidak larut dalam asam lambung.
b. Pelepasan Obat dari Sediaan Oral Lepas Lambat
Sistem penghantaran obat oral lepas lambat merupakan salah satu sistem penghantaran obat
dengan pelepasan obat yang dimodifikasi untuk memperpanjang efek obat. Sediaan obat oral
yang diberikan secara berulang (dosis ganda) bertujuan untuk mendapatkan efek obat yang
berkelanjutan (continue), sehingga konsentrasi obat dalam darah akan selalu berada diantara
konsentrasi efektif minimum dan maksimum
c. Pelepasan dan pelarutan obat dari Sediaan Oral Lepas Berkesinambungan
Proses pelarutan obat sediaan ini mengikuti kinetika orde nol. Pemberian sediaan seperti ini
satu kali dapat memberikan efek farmakologi yang diinginkan secepatnya dan akan
memberikan efek yang diinginkan lebih lama, sehingga dapat menurunkan frekuensi
pemberian obat.
d. Pelepasan obat dari sistem penghantaran yang ditahan dilambung
Sistem yang dapat meningkatkan efektivitas obat dari sediaan sustained release. Sistem ini
melepaskan obat dilambung dalam jangka waktu yang lebih lama secara terkontrol untuk
mendapatkan biovalibilitas yang optimal. (Maharani Ninik Pangestu 19330023)

5. Dari kelompok 4 (Vriscadhezty Isma Putri 19330014)


Pertanyaan :Bisa dijelaskan kenapa pada saat diet dapat mempengaruhi proses pelepasan
obat yang dimodifikasi secara oral ?
JAWAB : Pada keadaan diet level pH pada saluran cerna akan berbeda dengan orang yang
sehat(tidak diet). Hal ini dapat mempengaruhi pelepasan obat bergantung pH.

Kelompok 7
 Salsa Dilla Andisa (19330026)
 Ika Ristika (19330030)

1. Dari kelompok 8 Yemima Grace (19330034)


Pertanyaan: Yemima grace 19330034
Molekul obat dapat berpindah atau menyebrang dengan utuh yaitu, melalui jaringan shunt
rute. lalu apa yang dimaksud dengan shute rute dan bagaimana mekanismenya ?
Jawaban : Salsa Dilla Andisa 19330026
Rute shunt itu adalah rute dimana obat menuju peredaran darah melalui folikel rambut pada
kulit. Mekanismenya adalah ketika sediaan transdermal ditempelkan, terjadi penetrasi
sehingga obat dapat dilepaskan, ketika obat dilepaskan kemudian obat akan melintasi
membran melalui folikel rambut pada kulit kemudian masuk ke sirkulasi darah yang
kemudian di distribusikan atau dipindahkan ke organ target.

2. Dari kelompok 9 Laily Windy Lathifah (19330040)


Pertanyaan : Laily Windy Lathifah 19330040
Mengapa hidrasi kulit mempengaruhi faktor absorpsi obat ?
Jawaban : Salsa Dilla Andisa 19330026 & Ika Ristika 19330030
Dengan adanya penumpukan cairan akan terjadi peningkatan biotransformasi obat pada
permukaan kulit. Sehingga hidrasi kulit ini dapat mempengaruhi efek permeasinya. Seperti
pada obat tertentu (asam salisilat, kortikosteroid, kafein dan ibu profen) dengan peningkatan
hidrasi kecepatan permeasi obat juga mengalami peningkatan. Yang dimana permeasi
merupakan perpindahan obat dari satu kompartemen ke kompartemen lain.

3. Dari Kelompok 10 Annisa Ruhiyih (19330051)


Pertanyaan : Annisa Ruhiyih 19330051
Seberapa efektifkah sediaan transdermal ini dibanding dengan metode pemberian obat yg lain?
Jawaban : Ika Ristika 19330030
Diantara berbagai bentuk pemberian topikal, pemberian transdermal dikenal paling inovatif
dan historis yang aman. Pemberian transdermal mengaplikasikan obat melalui kulit dengan
patch atau systems pengiriman lainnya. Transdermal patch memiliki banyak keunggulan
dibandingkan bentuk oral. pemberian transdermal menghindari efek lintas metabolisme obat
pertama (first-pass metabolism) yang terkait dengan oral. Oleh karena itu, pemberian
transdermal memungkinkan untuk meningkatkan bioavailabilitas. Kedua, pemberian
transdermal memungkinkan rilis berkepanjangan dari obat tertentu, yang dapat meningkatkan
kepatuhan pasien. Ketiga, pemberian transdermal meminimalkan efek samping karena lebih
rendah puncak konsentrasi obatnya. Sediaan transdermal dengan rute pemberian intravena
lebih efektif pemberian secara intravena karena pemberian melalui intravena langsung
kepembuluh darah.

4. Dari kelompok 15 Mesa Elda (21330750)


Pertanyaan : Mesa Elda 21330750
Pada evaluasi biofarmasi sediaan obat perkutan, kenapa disebabkan sensitivitas metoda
penentuan kadar fisikokimianya sering tidak memadai?
Jawaban : Salsa Dilla Andisa 19330026
Jumlah senyawa yang diserap melalui jalur perkutan sangat sedikit dan umumnya sulit
dilacak, bahkan kadang tidak mungkin. hal tersebut disebabkan sensitivitas metoda penentuan
kadar fisikokimianya sering tidak memadai. studi yang umumnya digunakan untuk penelitian
ketersediaan hayati obat yang diberikan melalui kulit ada dua, yaitu studi difusi in vitro dan
studi penyerapan.

5. Dari kelompok 5 Sablilah Humairoh


(19330015) Pertanyaan : Sablillah Humairoh
19330015
Bagaimana cara mengatasi faktor2 penghambat dalam pemberian obat secara transdermal ?
Jawaban : Ika Ristika 19330030
Kulit merupakan selimut tubuh dan merupakan permukaan terluas untuk terjadinya suatu
absorbsi obat. Kulit ini merupakan barrier atau penghalang masuk nya suatu senyawa atau
obat. Cara untuk mengatasi barrier yaitu 1. memodifikasi formula obat yang dimana transpor
suatu obat dikatakan baik jika fluks obatnya besar, 2. penambahan enhancer kimia merupakan
senyawa yang dapat meningkatkan penetrasi perkutan obat dengan berpartisi pada startum
korneum. Contoh senyawa yang berfungsi sebagai enhancer kimia yaitu glikol, terpen, alkohol
dan sebagainnya.

Kelompok 8
 Yemima Grace (19330034)
 Kashimah Adawiyah (19330038)

1. Dari kelompok 9 Anisya Putri Hanipashya


(19330043) Pertanyaan :
Sebutkan dan jelaskan mengenai jalur sirkulasi aliran darah pada ocular?
Jawaban:
Aliran pembuluh darah bertanggung jawab dalam mengeluarkan obat dan metabolitnya dari
jaringan mata. Ada dua jalur sirkulasi di mata yaitu pembuluh. darah retina dan pembuluh
darah uvea, yang perbedaannya cukup besar. Kapiler retina bisa membuang banyak obat,
metabolit, dan komponen lain seperti prostaglandin dari cairan vitreus dan retina melalui
transpor aktif. Pembuluh darah traktus uvea mengekskresi obat melalui jalur yang lebih
besar. Pengeluaran secara langsung mengikuti aliran drainase cairan akuos ke jaring-jaring
trabekula dan kanalis Schlemm menuju vena episklera adalah jalur utama ekskresi obat dari
dalam mata. Bagi obat-obat yang berada di cairan vitreus seperti pada penyuntikkan obat
intravitreal, obat akan berdifusi ke segmen anterior melewati zonula Zinn. Untuk obat yang
bersifat lipofilik, ekskresi terjadi secara difusi pasif melewati membran endotel kapiler
retina, koroid, dan sklera. Setelah berada di sirkulasi darah, ekskresi obat kemudian
dilanjutkan seperti halnya obat sistemik lainnya. Kecepatan ekskresi obat dari sirkulasi
tubuh sangat bergantung pada fungsi ginjal dan hepar.

2. Dari kelompok 10 Catur Dewi Anjani (19330055)


Pertanyaan :
Bagaimana menentukan kinetika penembusan pada evaluasi biofarmasetika sediaan obat
ocular?
Jawaban :
Pada permukaan konjungtiva berfungsi sebagai salah satu area utama absorbs obat pada
permukaan mata. Kemudian konjungtiva dan sklera bertanggung jawab terhadap sekitar
20%
dari seluruh absorbsi obat ke dalam iris dan badan siliaris. Maka sklera lebih permeable
terhadap substansi dengan berat molekul yang rendah dan larut air. Stroma konjungtiva
yang merupakan lapisan kaya akan pembuluh darah akan menyerap sebagian besar obat
yang diteteskan ke dalam sirkulasi sistemik. Sehingga hal yang paling utama untuk
menentukan penembusan obat pada mata adalah target jaringan yang akan dituju.
Pemberian obat secara topikal dan subkonjungtiva yang digunakan untuk segmen anterior
bola mata, pemberian obat secara sistemik dan intravitreal digunakan untuk mencapai
segmen posterior.

3. Dari kelompok 11 Hilma Azizah


(19330062) Pertanyaan :
Jelaskan mekanisme absorpsi secara corneal dan konjungtiva serta bagaimana skema
farmakokinetik pada sediaan obat mata?
Jawaban :
Mekanisme absorpsi melalui konjungtiva dan kornea adalah jalur absorbsi yang utama
dalam pemberian obat dengan efek yang terlokalisir. Penetrasi obat melalui kornea
merupakan suatu proses absorpsi yang melalui 3 lapisan dengan solubilitas yang berbeda,
yaitu dengan komposisi hidrofobik pada epitel, hidrofilik pada stroma dan hidrofobik pada
endotel. Konjungtiva dapat mengabsorpsi obat-obat yang lipofilik pada tingkat yang lebih
rendah daripada kornea dan relatif lebih permeabel terhadap obat obatan hidrofilik. Sklera
memiliki pori-pori akibat adanya jalur saraf dan pembuluh darah yang melewatinya
sehingga hanya memberi tahanan yang ringan terhadap penetrasi obat. Obat-obatan yang
diabsorbsi melalui konjungtiva dan sklera akan melalui bilik mata depan dan akan
didistribusikan menuju traktus uvea dan vitreus, rute ini penting untuk obat yang tingkat
permeabilitas terhadap kornea rendah.
Skema farmakokinetik obat pada mata :
1. Obat diabsorbsi ke dalam mata melalui absorbsi kornea; dan
2. Sebagian juga melalui konjungtiva dan sklera;
3. Obat-obatan pun dapat memasuki mata melalui sawar darah-humor akuos dan menuju
bilik mata depan;
4. Obat dieliminasi dari bilik mata depan oleh penggantian humor akuos melalui
anyaman trabekula dan kanal schlem;
5. Eliminasi obat dari bilik mata depan akan menuju sirkulasi sistemik melalui sawar
humor akuos-darah;
6. Obat dari aliran darah dapat menuju bagian posterior mata melalui sawar retina -darah;
7. Pemberian obat dapat juga dengan rute intravitreal;
8. Eliminasi obat dari vitreus melalui rute posterior dapat melalui sawar retina darah; atau
9. Melalui rute anterior menuju bilik mata posterior.

4. Dari kelompok 1 Saipul Hidayat (18330042)


Pertanyaan :
Pada farmakokinetik poin 5 disebutkan eliminasi obat dari humor aquoues. Apa yang
dimaksud dengan Humor aquoues?
Jawaban :
Akuous humor adalah cairan jernih yang dihasilkan oleh korpus siliaris yang mengisi kamera
okuli posterior dan kamera okuli anterior. Akuous humor memegang peranan penting dalam
fisiologi mata antara lain sebagai pengganti sistem vascular pada bagian mata yang avaskular
seperti kornea dan lensa.

5. Dari kelompok 11 Mayra Nadya (19330089)


Pertanyaan :
Penyakit apa saja yang disebabkan oleh kornea? Dan apa saja faktor penyebabnya?
Jawaban :
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kornea adalah ulkus kornea, Ulkus kornea merupakan
peradangan kornea yang diikuti kerusakan lapisankornea, kerusakan dimulai dari lapisan epitel.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase oleh sel
epitel baru dan sel radang. Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme)
ataupun terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon imun yang
menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea. Faktor yang dapat menyebabkan
ulkus kornea secara umum antara lain :
 Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran
lakrimal).
 Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa
kontak, luka bakar pada daerah muka.
 Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : edema kornea kronik, exposure-keratitis (pada
lagophtalmus, bius umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik,
keratitis superfisialis virus.
 Kelainan-kelainan sistemik, malnutrisi, alkoholisme, sindrom StevensJhonson, sindrom
defisiensi imun.

Kelompok 9
 Laily Windi Lathifah (19330040)
 Anisya Putri Hanipashya (19330043)

1. Dari kelompok 10 Catur Dewi Anjani (19330055)


Pertanyaan : Apa saja komponen dan karakteristik cairan pada saluran pernafasan?
Jawab :
Dalam saluran pernafasan terdapat pleura yang merupakan membran serosa yang melingkupi
parenkim paru, mediastinum, diafragma serta tulang iga, dimana terdiri dari pleura viseral
dan pleura parietal. Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua
pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama
proses respirasi. Pleura berperan dalam sistem pernapasan melalui tekanan pleura yang
ditimbulkan oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas akan
menimbulkan tekanan transpulmoner yang selanjutnya akan memengaruhi pengembangan
paru dalam proses respirasi. Komponen cairan pleura mengandung 1.500 - 4.500 sel/mL,
terdiri dari makrofag (75%), limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel bebas. Cairan
pleura normal mengandung protein 1 – 2 g/100 mL. Elektroforesis protein cairan pleura
menunjukkan bahwa kadar protein cairan pleura setara dengan kadar protein serum, namun
kadar protein berat molekul rendah seperti albumin, lebih tinggi dalam cairan pleura. Kadar
molekul bikarbonat cairan pleura 20 – 25% lebih tinggi dibandingkan kadar bikarbonat
plasma, sedangkan kadar ion natrium lebih rendah 3 – 5% dan kadar ion klorida lebih rendah
6 – 9% sehingga pH cairan pleura lebih tinggi dibandingkan pH plasma. Keseimbangan ionik
ini diatur melalui transpor aktif mesotel. Kadar glukosa dan ion kalium cairan pleura setara
dengan plasma. Jumlah cairan pleura tergantung mekanisme gaya Starling (laju filtrasi
kapiler di pleura parietal) dan sistem penyaliran limfatik melalui stoma di pleura parietal.
Karakteristik pleura seperti ketebalan pleura, komponen seluler serta faktor-faktor fisika dan
kimiawi serta cairan pleura berhubungan dengan proses respirasi. Proses respirasi melibatkan
tekanan pleura dan tekanan jalan napas. Udara mengalir melalui jalan napas dipengaruhi
tekanan pengembangan jalan napas yang mempertahankan saluran napas tetap terbuka serta
tekanan luar jaringan paru (tekanan pleura) yang melingkupi dan menekan saluran napas.

2. Dari kelompok 11 Hilma Azizah (19330063)


Pertanyaan : Kerugian inhalasi ada infeksi orofaringeal menyebabkan absorbsi sistemik,
yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana cara menghindari infeksi orofaringeal
Jawab :
Ada beberapa hal yang dapat mencegah infeksi orofaringeal atau kandidiasis orofaringeal.
Diantaranya :
 Bilas mulut secara rutin. Pastikan untuk berkumur dengan air atau menyikat gigi
setelah minum obat.
 Sikat gigi setidaknya dua kali sehari. Sikat gigi setidaknya dua kali sehari atau
sesering yang direkomendasikan oleh dokter gigi.
 Periksa gigi palsu. Lepaskan gigi palsu di malam hari dan pastikan gigi palsu
berukuran pas, sehingga tidak menyebabkan iritasi. Bersihkan gigi palsu setiap hari
 Periksa gigi secara teratur, terutama jika memiliki diabetes atau memakai gigi palsu.
 Memperhatikan makanan. Cobalah batasi jumlah makanan yang mengandung gula.
Sebab, hal ini dapat mendorong pertumbuhan candida.
 Kontrol gula darah. Pertahankan kontrol gula darah dengan baik jika kamu mengidap
diabetes. Gula darah yang terkontrol dengan baik dapat mengurangi jumlah gula
dalam air liur, sehingga menghambat pertumbuhan candida.
 Rawat mulut kering. Diskusikan ke dokter untuk menghindari atau mengobati mulut
kering.
3. Dari kelompok 12 Dewi Setiawati (19330074)
Pertanyaan :Apa yg dimaksud dengan pMDI dan bagaimana mekanisme nya sehingga dapat
menurunkan keefektifannya?
Jawab :
Pressurized metered dose inhaler (pMDI) adalah tipe inhaler yang paling dikenal untuk terapi
penyakit respirasi lokal seperti asma dan PPOK. Komponen struktural dari pMDI
konvensional adalah tabung, metering valve, penggerak (actuator), dan corong mulut (mouth
piece). Formulasi obat pMDI dapat berupa larutan atau suspensi dalam propelan tunggal atau
propelan campuran dan mungkin termasuk pelarutnya seperti etanol atau surfaktan untuk
melarutkan obat atau stabilisasi suspensi obat. Penggunaan pMDI adalah untuk administrasi
obat bronkodilator dan kortikosteroid. Efektivitas dari pengantaran obat ke pulmonal juga
bergantung pada mekanisme pola pernafasan pasien. Oleh karena itu, inspirasi yang cepat
tidak disarankan ketika menggunakan pressurized metered dose inhaler (pMDI) karena dapat
menyebabkan turbulensi aliran udara dan kecepatan yang tinggi akan menurunkan deposisi
obat pada saluran nafas distal sehingga menyebabkan berkurangnya efektivitas dari sediaan.

4. Dari kelompok 2 Dita Ayu Lestari (18330058)


Pertanyaan :Jelaskan pengaruh formulasi terhadap Bioavailabilitas aerosol inhalasi?
Jawab :
Aerosol merupakan suatu sistem koloid hidrofil, dimana fase eksternalnya berupa gas atau
campuran gas dan fase internalnya berupa partikel zat cair yang terbagi sangat halus atau
partikel-partikel tidak padat. Formulasi sediaan aeeosol dimana partikel aerosol yang
mengandung obat sebaiknya <5 mikron untuk mencegah kontak dengan saluran pernapasan
atas dan mampu mencapai ke paru-paru. Formula yang umum digunakan antara lain bahan
aktif, propelan, pelarut dan penstabil (pensuspensi, pengemulsi). Propelan sering digunakan
dalam formulasi sediaan aerosol karena berfungsi memberikan tekanan pada wadah dan
menjadi driving force (pendorong) bahan aktif agar dapat keluar dari wadah/kontainer dengan
dispersi yang merata. Surfaktan berfungsi untuk meningkatkan kelarutan dari bahan-bahan
pembuat aerosol. Pada formulasi nanopartikel akan memberikan sifat mukoadhesif sehingga
memungkinkan untuk melekat pada mukosa sel epitel paru-paru dan berkontribusi pada
pelepasan obat. Sifat mukoadesif dari formulasi nanopartikel ini mempercepat transport obat
hingga menuju alveolus, dimana akan terdegradasi melalui reaksi depolimerisasi enzimatis
oleh lisozim pada sel saluran pernapasan bawah meliputi bronkus dan alveolus.

5. Dari kelompok 10 Annisa Ruhiyih (19330051)


Pertanyaan :Bagaimana mekanisme respon inhalasi ketika sudah berada di dalam paru2 (
Jawab :
Untuk mendapatkan terapi yang efektif maka partikel obat harus mengalami deposisi dalam
jumlah yang cukup di paru-paru. Ada 3 mekanisme yang terjadi ketika partikel sediaan
inhalasi masuk ke paru-paru yaitu dengan cara inersia, sedimentasi dan difusi.
 Inersia umumnya terjadi ketika ukuran partikel aerosol yang >10 μm (mikron) yang
kemungkinan besar terdeposit pada orofaring akibat dari partikel gas yang memiliki
momentum (hasil kali massa dan kecepatan) sehingga partikel aerosol berubah arah
dan saling bertubrukan.
 Sedimentasi terjadi karena adanya pengendapan gravitasi partikel aerosol dimana
kecepatan partikel aerosol saat masuk sebanding dengan ukuran partikel yang masuk
pada saluran pernapasan bawah yaitu kisaran 5-10 μm, sedangkan partikel berukuran
1-5 μm akan terdeposit di alveoli.
 Difusi ini terjadi ketika ukuran partikel ukuran partikel aerosol <1 μm dimana partikel
obat bertabrakan dengan molekul gas dan air yang mengelilinginya, menyebabkan
gerak brown. Partikel yang bertabrakan dengan permukaan paru-paru secara konstan
diserap sehingga membentuk gradient difusi ke arah dinding saluran napas.
Kelompok 10
 Annisa Ruhiyih (19330051)
 Catur Dewi Anjani (19330055)

1. Dari kelompok 12 Dewi Setia Wati (19330074)


Pertanyaan :Apa yang dimaksud dengan rheologi produk, dan mengapa rheologi produk
dapat mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot?
Jawaban:
Rheologi produk adalah aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah
tekanan. Karena pemberian intramuscular ke dalam otot dapat membentuk efek depot (lepas
lambat) di otot dan akan terjadi absorpsi secara perlahan-lahan dan puncak konsentrasi dalam
darah dicapai setelah 1-2 jam jadi perubahan zat pada produk injeksi sangat berpengaruh
pada pelepasan obat didalam tubuh melalui intramuskular.

2. Dari kelompok 7 Salsa Dilla Andisa (19330026)


Pertanyaan :Bagaimana sistem sirkulasi darah yang dilewati dengan pemberian obat secara
intramuskular, jelaskan ?
Jawaban:
Obat masuk kedalam tubuh beberapa saat setelah di injeksikan, obat akan masuk ke dalam
tubuh melalui pembuluh darah, mengikuti aliran darah, disana obat akan di absorbsi oleh
tubuh. Setelah di absorbsi partikel obat yang telah terabsorbsi akan diedarkan oleh darah ke
seluruh tubuh lainnya, namun disini belum memberikan efek karena belum tepat pada organ
target sesuai dengan fungsi obat tersebut. Selanjutnya, setelah obat didistribusikan ke seluruh
tubuh, karena obat belum memberikan efek maka obat akan di metabolisme oleh hati, di hati
ini obat akan dipisahkan berbagai komponennya, partikel obat yang dibutuhkan oleh organ
target akan diedarkan ke organ target tersebut untuk memberikan efek sesuai dengan masalah
(penyakit) yang akan diatasi. Sedangkan, bagian partikel yang tidak dibutuhkan tubuh akan di
ekskresikan oleh tubuh baik melalui keringat, urine, dan lain sebagainya.
3. Dari kelompok 5 (Sablilah Humairoh 19330015)
Pertanyaan :Bagaimana indikasi dalam pemberian obat yang diberikan secara intramuscular?
Jawaban:
Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral
bebas dari infeksi reaksi kulit jaringan parut benjolan tulang otot atau saraf besar di
bawahnya pemberian obat secara intramuskular harus dilakukan atas perintah dokter.
4. Dari kelompok 11 (Fika Fadilla Murti 19330065)
Pertanyaan :Mengapa penyuntikan secara intramuskular diberikan langsung pada otot?
Jawaban:
Karena dengan pemberian secara intramuskular maka obat bekerja di bagian tubuh yang
cukup jaringan untuk menyerap dosis obat. Obat yang mengandung adjuvan harus diberikan
secara intramuskular untuk mengurangi reaksi lokal. Dengan pemberian injeksi melalui otot
akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyerap obat.

5. Dari kelompok 13 (Vattrik Aldiansah 19330107)


Pertanyaan :Dalam proses efek terapi sediaan obat, berapakah waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai efek terapi dengan hasil yang bagus pada sediaan obat yang diberikan secara intra
muskular? Jelaskan secara singkat contoh dari efek terapi tersebut!
Jawaban:
Obat suntik atau injeksi termasuk jenis obat yang memberikan efek paling cepat, sehingga
banyak dipilih dalam kondisi gawat darurat. Dibandingkan obat yang ditelan, obat suntik
lebih cepat mencapai pembuluh darah sehingga cepat didistribusikan keseluruh tubuh.
Kecepatan obat suntik dalam memberikan efek berbeda-beda tergantung jenis injeksi atau
penyuntikan. Injeksi intravena memberikan efek paling cepat karena langsung disuntikkan ke
pembuluh darah, sementara injeksi subkutan (di bawah kulit) dan intramuskular (di jaringan
otot) efeknya lebih lambat.
Contoh efek terapi sediaan intramuskular adalah ranitidin injeki intramuskular yaitu untuk
pengobatan tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik
kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison,
kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat. Injeksi intramuskuler: 50
mg setiap 6-8 jam.

Kelompok 11
 Hila Azizah (19330062)
 Fika Fadilla Murti (19330065)
Dari kelompok 11 Catur Dewi Anjani (19330055)
Pertanyaan :Pada kekurangan tablet implant ada tidak operatif pada temmpat pemasangan
yang cocok, bagaimana cara menghindari hal tersebut ?
JAWAB :
Untuk menghindari terjadinya ketidak operatif-an pemasangan implant di tempat yang cocok,
sebelum pemasangan implant dilakukan konseling terlebih dahulu dengan klien untuk
menunjukkan tempat pemasangan implan, jelaskan efek samping yang mungkin terjadi pada
klien dan untuk lebih meyakinkan, klien dipersilahkan untuk mengisi rekam medik untuk
mengetahui kondisi kesehatan klien, setelah pengisian rekam medik kemudian periksa rekam
medik untuk memastikan apakh klien cocok untuk pemasangan tablet implant dan apakah ada
kemungkinan masalah yang mungkin terjadi salaam pemasangan sehingga klien harus tetap
diawasi.
Selanjutnya dilakukan penyisipan impan dengan anattesi lokal agar penyisipan lebih efktif.
Pemasangan harus hati-hati untuk menghindari pemasangan masuk ke otot atau saraf atau
terjadi cedera pembuluh darah. Penggunaan aplikator seharusnya digunakan dengan
kemiringan 30° pada kulit dan setelah itu segera jarum menembus lapisan dermis diturunkan
ke posisi horizontal. Setelah jarum menembus kulit, penarikan jarum secara hati-hati.
Sesuaikan kedalaman implan. Untuk memastikan apakah pemasangan operatif pada tempat
yang cocok tenaga kesehatan memperivikasi keberadaan implan dengan melakukan
pemeriksaan dengan ujung jari dan merasakan ukuran lokasi implan.

2. Dari kelompok 3 Yopietasari (19330006)


Pertanyaan :Bagaimana jika pasien jika implan sudah melebihi batas waktu/expired apakah
efek smaping yang didapat diterima oleh pasien itu ? Dan bagaimana peran kita sebagai
tenaga farmasis terhadap pemberian obat implan terhadap pemberian obat implan kepada
pasien?
JAWAB :
Apabila implan yang sudah kadaluarsa dan belum dilepaskan di dalam kulit akan terjadi
reaksi peradangan sehingga kulit kita akan terasa gatal, nyeri, bengkak, dan bisa muncul
keluhan lainnya, selain itu efektifitas untuk melindungi kehamilan akan menurun atau bahkan
sudah tidak efektif lagi.
Peran kita sebagai tenaga farmasis harus memberikan edukasi yang baik dan jelas pada klien
yang membeli sediaan implan terkait sediaan implan, cara kerja, lama pemasangan dan efek
samping yang mungkin akan terjadi bila implant sudah melebihi batas waktu namun belum
dilepasakn di dalam kulit.

3.Dari kelompok 12 mayra nadya (19330089)

Pertanyaan : Mengapa tablet implant bisa tidak kompatibel dengan penderita dan bagaimana
cara agar tidak terjadi ketidak kompatibel tablet implant dengan penderita?
Jawaban :
Meski memberikan kemudahan, tidak semua wanita bisa menggunakan KB implan. KB
implan sebaiknya dihindari oleh wanita yang memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes,
penyakit jantung, gangguan fungsi hati, migrain, dan kolesterol tinggi.
seperti penderita diabetes, Ada beberapa komplikasi yang dapat menyebabkan kegagalan
pemasangan dental implant pada pasien diabetes mellitus seperti xerostomia, rentan terhadap
infeksi gusi dan tulag alveolar serta penyembuhan pasca pemasangan implant yang berjalan
lebih lambat sehingga menganggu proses Osseointegrasi tulang.
Namun seiringnya berkembangnya material implant dan ilmu kedokteran gigi, pasien
diabetes tidak lagi menjadi kontraindikasi untuk pemasangan dentak implant. namun ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan yaitu pastikan kadar gula terkontrol dalam
level yang normal dan pastikan pasien mengkonsumsi obat diabetes guan mempertahankan
kadar gula darah yang normal.

4. Dari kelompok 13 Ilham Jufandi (19330101)


Pertanyaan :Tolong jelaskan jenis tablet implant norplant,implanont, jadena dan indoplant.
Serta implant apa saja yang sering digunakan di masyarakat ?
Jawaban :
- Norplant : Sistem kb yang tediri dari enam batang silastik lembut beronnga dengan panjang
3,4cm dan diameter 2,4mm dan merupakan implant KB generasi pertama. Norplant ini diisis
dengan 36mg levorgestrol dan efektif digunakan lima tahun. Untuk tipe ini sudah tidak
diproduksi lagi sebab jumlah batangnya yang terlalu banyak.
- Jadena atau indoplant : kb satu ini terdir dari 2 batang yang berisi 75mg levonogestrel
dengan lama kerja 3 tahun.
- Implanont : terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira2 40mm dan diameter
2mm, yang diisi dengan 68mg 3-ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun
- Yang sering digunakan dilingkungan masyarakat adalah : jadena atau indoplant

5. Dari kelompok 14 Devi Estriani (19330115)


Pertanyaan : Jelaskan stratum basal,stratum korneum,stratum granulosum, stratum
spinosum, dan stratum germinativum ?
Jawaban :
- Stratum basal : lapisan terdalam di epidermis yang aktif membentuk sel kulit, yang
berfungsi melindungi kuliat dari sinar UV
- Stratum korneum : lapisan yang terdiri dari sel tanduk keras yang terbentuk fari keratin,
yang berfungsi untuk menyerap air dan melindungi lapisan kulit yang lebih dalam.
- Stratum granulosum : lapisan ketiga dari epidermis yang berfungsi membentuk sel-sel
pelindung kulit.
- Stratum spinosum : bagian epidermis yang berperan dalam menciptakan keratin.
- Stratum germinativum : lapisan terbawah dari epidermis, yang berfungsi
sebagai reproduktif/meregenerasi sel kulit baru.

KELOMPOK 12
 Dewi Setia Wati (19330074)
 Mayra Nadya (19330089)

1. Pertanyaan dari kelompok 13 atas nama Vattrik Aldiansah


(19330107) Pertanyaan : Bagian komponen dan cairan intra vagina :
Molekul obat terdisfusi secara tepat melalui jaringan yang terisi cairan interstisial yang
melintasi membrane sel ke dalam sitoplasma. Apakah yang dimaksud dengan cairan
interstisial? Serta jelaskan pengaruh dan cairan interstisial terhadap molekul obat
tersebut! Jawab :
● Cairan interstisial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung
diantara rongga tubuh seperti serebrospinal, pericardial, pleura, sendi sinovial, intraocular,
dan sekresi saluran pencernaan.
● Cairan interstisial berpengaruh terhadap molekul obat karena molekul obat dapat
terdifusi secara tepat. Molekul obat ini dengan cepat akan terdifusi melalui lintasan kapiler
halus sampai permukaan jaringan yang berisi cairan interstisial. Selanjutnya, molekul obat
ini terdifusi melalui membrane sel ke dalam sel sitoplasma.

2. Pertanyaan dari kelompok 14 atas nama Rihan Halabiyah


(19330089) Pertanyaan : Apa yang akan terjadi ketika sebuah hormone
mengalami kerusakan?
Jawab : Kerusakan pada hormone dapat terjadi ketika kelenjar penghasil
hormone di dalam tubuh terganggu dan dapat menimbulkan sejumlah pernyakit. Contoh
penyakitnya adalah sindrom ovarium polikistik,miom, dan menyebabkan perubahan pada
tubuh seperti gatal pada vagina, mengeluarkan keputihan, vagina kering, dll.

3. Pertanyaan dari kelompok 15 atas nama Rohman Wakid


(19330122) Pertanyaan : Komponen dan cairan intra vagina:
Kenapa permeabilitas vagina steroid lipofilik lebih besar jika dibandingkan dengan steroid
hidrofilik? Jelaskan dan penyebabnya apa?
Jawab : Permeabilitas sendiri yaitu kemampuan suatu membran dengan meloloskan partikel
dengan menembusnya. Kenapa permeabilitas vagina pada steroid lipofilik lebih besar
daripada steroid hidrofilik karena pada steroid lipofilik sendiri memproduksi atau
menghasilkan hormon progesteron dan estrogen yang dimana kedua nya merupakan hormon
utama pada wanita untuk proses kehamilan. Sedangkan steroid hidrofilik memproduksi
hormon testosteron yg diidentikan dgn pria untuk memengaruhi libido, pembentukan massa
otot, ketahanan tingkat energi, serta perubahan karakteristik seks sekunder pada pria saat
puber.

4. Pertanyaan bebas dari kelompok 8 atas nama Kashimah Adawiyah (19330038)


Pertanyaan : Evaluasi biofarmasetika:
Mengapa dapat terjadi reflex defikasi pada mekanisme kerja supositoria?
Jawab :
Karena,suppositoria mulai berefek bila terjadi kontak yang menimbulkan refleks defekasi.
Basis yang akan dipakai akan terjadi fenomena osmose terhadap air yang akan
mengakibatkan eksudasi usus sehingga timbul peristaltik. Refleks yang menyebabkan
defekasi :
• Refleks Defekasi Intrinsik
Feses didalam rectum distensi (penumpukan) rangsangan gerakan peristaltik feses sampai di
anus sprincter internal melemas, sprincter eksternal relaksasi scr volunter defekasi

• Refleks Defekasi Parasimpatis


Feses masuk ke rectum menimbulkan rangsangan sprincter anus mengalami relaksasi (otot
kolon, otot perut, dan diafragma berkontraksi, dasar pinggul naik) defekasi
• Upaya Volunter
a). pergerakan feses pada upaya volunter terjadi melalui kontraksi otot abdomen dan
diafragma
b). ketika kedua otot berkontraksi, tekanan abdomen meningkat dan otot levator anus
berkontraksi
c). kontraksi otot levator anus defekasi

5. Pertanyaan bebas atas nama Yopietasari (19330006)


Pertanyaan : Bagaimana reaksi obat yang diberikan secara intra vagina
jika terjadi peningkatan volume cairan vagina? Apakah keefektifitasannya masih bekerja atau
tidak sama sekali?
Jawab : Kecepatan disolusi obat berbanding lurus dengan luas permukaan
kontak dengan cairan. Semakin kecil partikel, maka akan semakin luas permukaan obat dan
akan semakin mudah larut. Penambahan volume pada dapat memperbaiki penyerapan obat
yang kurang larut dalam air. Peningkatan volume cairan akan menghapus obat dari rongga
vagina selanjutnya dapat mengurangi penyerapan obat tersebut, sehingga keefektifannya
sudah tidak bekerja sama sekali.

KELOMPOK 13
 Ilham Jufandi (19330101)
 Vattrik Aldiansah (19330107)

1. Dari kelompok 14 Cecilia Sirait (119330118)


Pertanyaan : Jelaskan secara singkat pelepasan obat intra uterus?
Jawaban:
Alur perjalanan obat dalam sediaan intra uterus Sediaan obat dalam IUD berlapis tembaga
mencegah kehamilan dengan menghalangi sperma untuk membuahi sel telur. Alat ini juga
membuat telur lebih sulit untuk dibuahi di dalam rahim dengan melepaskan tembaga yang
akan menempel pada sperma sehingga dapat menghambat pergerakan sperma , sedangkan
IUD HORMONAL cara kerjanya sama, tetapi juga membuat cairan serviks lebih kental,
menipiskan lapisan rahim, dan dalam beberapa kasus menghentikan ovulasi. Hal ini
mencegah sperma sukar masuk ke dalam rahim untuk membuahi telur. Sedangkan
suppositoria dan ovula tergantung dari jenis zat aktif yang digunakan, terutama pada pH zat
aktif apakah basa/asam lemah,kelarutan, dan hal-hal yang akan mempengaruhi proses
absorbsi obatSetelah obat diserap adalam uterus dengan berbagai cara (difusi aktif/pasif dll)
akan tersebar melalui sirkulasi darah, sebagian obat akan terikat pada protein plasma dan
sebagian dalam bentuk bebas. Sebagian obat yang terikat oleh protein plasma dan dalam
bentuk bebas akan dibawa ke reseptor dan akan memberikan efek. Sebagian lagi akan di
bawa ke hati untuk di metabolisme dengan bantuan enzim sitokrom P450 menjadi senyawa
yang tidak aktif. Dalam bentuk tidak aktifnya (metabolit) dari hati diekskresi dalam usus
melalui empedu yang kemudian akan di ekskresikan melalui feses, walau lebih sering diserap
kembali dalam saluran cerna dan akhirnya di ekskresi dalam ginjal hingga akhirnya
dikeluarkan bersama urin.

2.Dari kelompok 15 Mesa Elda (21330750)


Pertanyaan :Apa dampak dari penggunaan multi loop yang terbuat dari plastik?
Jawaban
Untuk dampaknya sebenarnya dalam penggunaan IUD Multi Load bahanya emang terbuat
dari bahan plastik, tapi bukan bahan plastik yang berbahaya dalam tubuh, namun bahan
tersebut adalah bahan plastik yang aman bagi tubuh karena terbuat dari bahan polietilen yang
aman dalam tubuh. Dan batangnya pun dililitkan gulungan bahan tembaga, karena agar dapat
menambah efektivitas untuk menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi dan
agar tidak terjadi proses pembuahan ataupun kehamilan.

3. Dari kelompok 15 Rohman Wakid (19330122)


Pertanyaan : ada dua jenis IUD, yang pertama IUD mengandung Cu dan IUD melepaskan
hormon. Jelaskan perbedaan dua jenis IUD tersebut
Jawaban:
Perbedaan nya terdapat pada waktunya, pada IUD hormonal mampu mencegah kehamilan
hingga lima tahun, Dalam mencegah pembuahan sel telur, KB spiral hormonal bekerja
dengan cara mencegah penebalan dinding rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tidak
bisa tumbuh. KB ini juga bisa membuat leher rahim dipenuhi lendir yang lengket, sehingga
sperma lebih sulit untuk masuk ke rahim, KB spiral utamanya diperuntukkan bagi wanita
yang sudah pernah hamil. Wanita yang belum pernah hamil biasanya akan lebih merasakan
sakit dan kram setelah pemasangan KB spiral. Kemungkinan KB spiral lepas juga lebih
rentan terjadi pada wanita yang belum pernah hamil. Meski begitu KB spiral tetap bisa
dijadikan pilihan.
sementara IUD tembaga mampu mencegah kehamilan 10 tahun. Sehingga IUD tembaga lebih
baik dan bagus digunakan, KB spiral ini bekerja dengan cara melepaskan unsur tembaga
secara perlahan-lahan dan menghalangi sel-sel sperma untuk naik dan mencapai sel telur.
Dengan demikian, sperma akan lebih sulit membuahi sel telur dan menciptakan kehamilan,
Selain itu, meski sampai terjadi proses pembuahan, KB spiral ini juga dapat membuat bakal
janin tidak dapat bertahan hidup di dalam rahim dan saluran telur.

KELOMPOK 14
 Devi Estriani (19330115)
 Cecilia Sirait (19330118)
 Rihan Halabiyah Juliani (19330119)

1. Dari kelompok 1 auliya niasya el haq 18330054


Pertanyaan : Apa yang terjadi jika pemberian obat pada sediaan intranasal memiliki
stabilitas yang tinggi?
Jawab:
Pemberian secara nasal dapat diikuti dengan absorpsi sistemik terutama jika diberikan dosis
tinggi dan dalam jangka panjang. Risiko efek sistemik dari obat tetes hidung lebih besar
dibanding obat semprot, karena cara penggunaan obat tetes yang salah. Direkomendasikan
untuk memonitor tinggi badan anak-anak yang mendapat terapi kortikosteroid nasal dalam
jangka panjang. Jika pertumbuhan terhambat, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter spesialis.
2.Dari kelompok 2 firda maudina 19330005
Pertanyaan : Apa saja jenis sediaan obat
intranasal? Jawab:
- Avamys nasal spray
- Nasonex nasal spray
- Afrin nasal spray
- diapid nasal spray

3. Dari kelompok 7 Salsa Dilla Andisa 19330026


Pertanyaan :Bagaimana cara pelepasan obat secara
intranasal? JAWAB :
Bentuk sediaan obat yang ideal diantaranya harus meliputi hal-hal berikut ini : kenyamanan
pasien, reproducibility, mudah di absorpsi, biokompabilitas dan tidak ada reaksitambahan,
luas efektif area kontak, dan waktu kontak yang di perpanjang. Klasifikasi rute sistem
penghantaran obat diantaranya : sistem saluran cerna, parenteral, trans mukosa, trans nasal,
pelepasan obat lewat paru-paru, pelepasan obat melalui kulit, pelepasanobat trans dan
transvagina. Hal-hal yang mempengaruhi masuknya obat kedalam sirkulasi sistemik :
• Besarnya luas permukaan; contoh villi dan microcilli pada usus kecil
memperluas permukaan sehingga memudahkan absorpsi obat.
• Aktivitas metabolik yang rendah, enzim dapat mendealtifas obat yang akan diabsorpsi,
bioavaibilitas rendah dapat disebabkan oleh aktivitas enzim yang tinggi.
• Waktu kontak; waktu kontak dengan jaringan pengabsorpsi akan mempengaruhi jumlah
obat yang melalui mukosa.
• Suplai darah, darah yang cukup akan memindahkan obat dari tempat kerja ke
tempat absorpsinya.
• Aksebilitas, variasi rute penghantaran obat menunjukan berbagai daerah tertentu yang
membutuhkan bahan tambahan atau kondisi tertentu untuk membantu obat mencapaitempat
kerja.
• Variabilitas yang rendah
• Permeabilitas, semakin permiabel suatu epitel maka daya absorpsinyapun semakin tinggi.

Sistem penghantaran obat dan penargetan obat yang ideal diantaranya : Obat mempunyai
target yang spesifik, Menjaga obat pada jaringan yang bukan target, Meminimalisasir
pengurangan kadar obat ketika mencapai target, Melindungi obat dari metabolisme,
Melindungi obat dari klirens dini, Menahan obat pada tempat kerja selama waktu yang
dikehendaki, Memfasilitasi transport obat kedalam sel, Menghantarkan obat ke target
intraseluler, Harus biokompatibel, biodegradable dan non antigenik.

4. Dari kelompok 6 Maharani Ninik Pangestu


19330023 Pertanyaan : Bagaimana tipe sel pada epitelia
hidung Jawab :
- Sel epitel berlapis pipih dengan rambut-rambut kasar. Rambut2 ini berfungsi
sebagai penyaring debu2 kasar.
- Sel epitel berlapis semu yg memiliki sel goblet. Sel goblet sel penghasil lendir yg berfungsi
penyaring debu.

Kelompok 15
 Rohman Wakid (19330122)
 Muhammad Ramadhana Putra (19330758)
 Mesa Elda (21330750)
Dari kelompok 1 (Auliya Niasya El Haq 18330054)
Pertanyaan : Apa yang terjadi bila terdapat gangguan pada paru-paru saat proses absorpsi obat dan
bagaimana cara menanganinya?
Jawaban : (M Ramadhana Putra A 19330758)
Pengobatan Intrapumonary dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu terapi serangan akut, status
asmathicus, dan terapi pencegahan.
a. Terapi Serangan Akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang bronchi. Obat yang
digunakan adalah Salbutamol/Terbutalin, sebaiknya secara inhalasi (efek 3-5 menit). Kemudian
dibantu dengan Aminophilin dalam bentuk suppositoria. Obat lain yang dapat digunakan adalah
Efedrin dan Isoprenalin, dapat diberikan sebagai tablet, namun efeknya baru kelihatan setelah  1
jam. Inhalasi dapat diulang setelah 15 menit sebelum memberikan efek. Bila belum memberikan
efek juga, maka perlu diberi suntikan IV Aminophilin/Salbutamol, Hidrokortison/Prednison. Sebagai
tindakan pengobatan akhir dengan Adrenalin IV dengan diulang 2 kali dalam 1 jam.
b. Status Asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Hal ini disebabkan oleh blockade
reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan dengan suntikan IV
Aminophilin/ Salbutamol dan Hidrokortison dosis tinggi (200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4
gram sehari).
c. Terapi Pencegahan Dilakukan dengan pemberian bronchodilator, misalnya: Salbutamol,
Ipatropium atauTeofilin. Bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen.

2. Dari kelompok 2 Dita Ayu Lestari 18330058

Pertanyaan :
Bagaimana mekanisme efek lokal yang terjadi pada obat intra pulmonary?

Jawaban :
Rohman Wakid (19330122) Cara pemberian ini di gunakan untuk obat-obat berupa gas
(misalnya, beberapa obat anestetik) atau obat yang dapat di dispersi dalam suatu eorosol.
Rute tersebut terutama efektif dan menyenangkan untuk penderita - penderita dengan keluhan
-keluhan pernafasan (misalnya, Asma atau penyakit paru obstruktif kronis) karena obat yang
di berikan langsung ketempat kerjanya efek samping sistemik minimal. Obat ini juga dapat
digunakan untuk zat farmakologik yang cepat menguap misainya amil nitrit dan untuk obat
obatan yang dapat dihamburkan dalam titik air yang sangat halus misalnya ergot tertentu.
Karena sangat luasnya permukaan membran alveolaris dan besarnya aliran darah yang
melewati paru-paru, maka gas-gas dengan sifat daya larut yang cocok akan cepat diabsorsi
dari paru-paru. Jalan sendiri merupakan sasaran penting bagi obat yang digunakan untuk
asma. (sumber: Katzung, B. G. 1989. Famakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC).

Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum,


menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi.Terapi inhalasi ini baik
digunakan pada terapi jangka panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang
ditimbulkan obat, terutama penggunaan kortikosteroid.

3. Dari kelompok 3 (Yopietasari


19330006) Pertanyaan :
Jika paru-paru mengalami kehilangan sebagian fungsinya karena suatu penyakit apakah obat
intra pulmonary dapat bekerja maksimal terhadap absorpsi diparu-paru ?

Jawaban : (M Ramadhana Putra A 19330758) paru-paru yang tidak kehilangan sebagian


fungsinya ini akan menyebabkan seseorang mengalami sesak napas, bahkan ketika hanya
melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan atau mengenakan pakaiannya. jenis obat-obatan
dapat merusak jaringan paru-paru, seperti obat kemoterapi (methotrexate dan
cyclophosphamide), obat penyakit jantung (amiodarone), antibiotik (nitrofurantoin dan
ethambutol), serta obat antiperadangan (rituximab dan sulfasalazine).

4. Dari kelompok 8 ( Yemima Grace 19330034)


Pertanyaan :
Pada mekamisme obat di paru pada poin 3 disebutkan bahwa disebabkan oleh gerak brown.
Boleh dijelaskan mengapa dapat terjadi gerak brown?

Jawaban : Rohman Wakid (19330122) Karena Gerak Brown dapat dijelaskan melalui
tumbukan tak teratur secara terus- menerus dan cenderung acak antara partikel-partikel fase
terdispersi dengan medium pendispersi

Gerak Brown disebabkan oleh perbedaan jumlah tumbukan partikel koloid dengan molekul
medium pendispersi. Ketika bertumbukan, partikel-partikel tersebut bergerak dengan arah
dan kecepatan yang tidak sama yang selanjutnya bertemu dengan molekul-molekul medium
pendispersi lain sehingga menimbulkan gerakan yang bersifat zigzag, yakni terjadinya
gerakan yang tidak selalu menempuh garis lurus namun berubah arah.

5. Dari kelompok 13 Pertanyaan (Vattrik Aldiansah 19330107)


Pertanyaan :
Anatomi dan fisiologi paru" : paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum. Jelaskan apa itu yang dimaksud dengan mediastinum serta apa saja bagian yang
terdapat di mediastinum?
Jawaban : (Mesa Elda 21330750)
Mediastinum adalah rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan
arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar
getah bening dan salurannya.
Mediastinum terbagi atas 4 rongga penting:
1) Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan
bagian bawah sternum
2) Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di
depan jantung
3) Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superiro ke diafragma di belakang
jantung
4) Mediastinum medial (tengah) dari garis batas Mediastinum superior ke diafragma di
antara mediastinum anterior dan posterior.

Anda mungkin juga menyukai