Disusun Oleh :
Dara Sukma Ratmelya 197014024
Annisa Ghassani Amalyuri 197014025
Ida Mukhlisa 207014012
Sofia Eliasari Br Bangun 207014022
Yoan Dasawanti 207014026
0
BAB I
PENDAHULUAN
Peran penting dari sistem penghantaran obat baru untuk meningkatkan efektivitas terapeutik
obat yang digabungkan dengan menyediakan pengiriman yang berkelanjutan, terkontrol, dan atau
menargetkan obat ke tempat yang diinginkan. Tujuan dari setiap sistem penghantaran obat adalah
untuk menyediakan jumlah obat yang terapeutik ke tempat tertentu di dalam tubuh untuk dicapai
variabel saling terkait, yang sangat penting seperti jenis sistem pengiriman, penyakit yang akan
diobati, pasien, lamanya terapi dan sifat obat. Sistem pelepasan berkelanjutan mencakup semua
sistem pengiriman obat yang mencapai pelepasan obat secara lambat dalam jangka waktu yang
lama.
Tablet matriks dianggap sebagai bentuk sediaan pelepasan berkelanjutan yang layak secara
konvensional dan mengakomodasi obat dalam dosis besar. Teknologi pelepasan berkelanjutan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tablet sustained release merupakan salah satu bentuk pengobatan yang efektif, dimana efek
terapeutik yang diberikan oleh obat tersebut memiliki waktu kerja yang lebih lama dibanding tablet
biasa. Waktu pelepasan obat dapat disesuaikan dengan tujuan maupun efek terapinya. Kelebihan
dari tablet sustained release adalah karena pelepasan obatnya terkendali maka kadar obat dalam
plasma lebih stabil dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dimana pemberian obat sekali
sehari, sehingga menghasilkan terapi yang optimum. Terkendalinya waktu pelepasan obat dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem matriks. Matriks yang biasa digunakan adalah polimer
hidrofilik dan polimer hidrofobik. Penggunaan jenis matriks yang berbeda menghasilkan waktu
• Kepatuhan pasien
Kurangnya kepatuhan terutama diamati pada penyakit kronis yang memerlukan pengobatan
jangka panjang, karena keberhasilan terapi obat tergantung pada kemampuan pasien untuk
mematuhi pengobatan tersebut. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
pengetahuan tentang proses penyakit, kepercayaan pasien terhadap pengobatan, dan pemahaman
pasien terkait dengan jadwal perawatan yang ketat. Juga komplikasi rejimen terapeutik, biaya
terapi dan efek samping lokal atau sistemik dari bentuk sediaan. Masalah ini dapat diatasi sampai
2
• Mengurangi naik turunnya fluktuasi
Konsentrasi obat dalam sirkulasi sistemik dan kompartemen jaringan menunjukkan pola 'see
saw' yang sering muncul ketika pemberian obat dalam bentuk sediaan konvensional. Besarnya
fluktuasi ini terutama bergantung pada kinetika obat seperti laju absorpsi, distribusi, eliminasi dan
interval dosis. Pola 'jungkat-jungkit' lebih menonjol hanya jika obat dengan waktu paruh biologis
kurang dari empat jam, karena interval dosis yang direkomendasikan adalah kurang dari empat
jam. Sistem penghantaran obat dengan pelepasan berkelanjutan yang dirancang dengan baik dapat
secara luas mengurangi frekuensi pemberian dosis obat dan juga mempertahankan konsentrasi obat
Untuk mengobati kondisi yang sakit, lebih sedikit jumlah obat yang digunakan dalam sistem
pengiriman obat pelepasan berkelanjutan. Dengan mengurangi jumlah total obat, penurunan efek
samping sistemik atau lokal diamati. Ini juga akan mengarah pada ekonomi yang lebih besar.
Terapi penyakit yang optimal membutuhkan transfer obat aktif yang efektif ke jaringan,
organ yang membutuhkan pengobatan. Sangat sering dosis yang jauh melebihi dari yang
dibutuhkan dalam sel harus diberikan untuk mencapai konsentrasi yang efektif secara terapeutik
yang diperlukan. Sayangnya hal ini dapat menyebabkan efek toksikologi dan imunologi yang tidak
diinginkan pada jaringan non-target. Bentuk sediaan pelepasan berkelanjutan mengarah pada
pengelolaan yang lebih baik dari kondisi penyakit akut ataupun kronis.
3
• Ekonomi
Biaya satuan awal produk pelepasan berkelanjutan biasanya lebih besar daripada bentuk
sediaan konvensional karena sifat khusus dari senyawa ini tetapi yang terpenting biaya pengobatan
▪ Dose dumping: Dose dumping dapat terjadi karena formulasi yang salah.
▪ Mengurangi potensi penyesuaian dosis, biaya lebih dari bentuk sediaan konvensional.
▪ Untuk pengobatan yang tepat, memerlukan edukasi yang tepat kepada pasien.
kompresi langsung campuran obat, bahan penghambat dan aditif untuk merumuskan tablet di
mana obat tersebut tertanam dalam inti matriks retardan. Secara alternatif, obat dan retardant
bercampur yang dapat digranulasi sebelum kompresi. Bahan meliputi polimer hidrofilik dan
hidrofobik.
Sistem pelepasan terkontrol difusi adalah pergerakan molekul obat dari daerah dengan
konsentrasi lebih tinggi ke konsentrasi lebih rendah. Sistem matriks obat ini terdispersi dalam
4
matriks yang tidak larut dari bahan hidrofobik atau zat hidrofilik yang dapat mengembang.
Sediaan padat didistribusikan ke dalam matriks yang tidak larut dan kecepatan pelepasan
obat umumnya tergantung pada kecepatan difusi obat dan kecepatan disolusi padat. Higuchi telah
menurunkan persamaan yang tepat untuk pelepasan obat untuk sistem ini.
Keterangan :
Q = berat dalam gram obat yang dilepaskan per satuan luas permukaan pada waktu t.
D = Koefisien difusi obat dalam medium pelepasan.
ε = porositasmatriks.
Cs = kelarutan obat dalam media pelepasan. T = Tortuosity dari matriks.
A = konsentrasi obat dalam tablet, gm / ml.
Keterangan : A = Luas
D = Koefisien difusi
C1 = Konsentrasi obat di inti
C2 = Konsentrasi obat di sekitar media
L = Panjang jalur difusi
Gambar 1. Representasi diagram dari difusi pelepasan obat berkelanjutan: sistem matriks.
5
b. Dissolution Sustained Release Matrix System
Sistem pelepasan terkontrol terlarut paling sering digunakan dalam produksi bentuk sediaan
enterik. Obat yang ada dalam sistem ini adalah yang memiliki tingkat kelarutan dan disolusi dalam
air yang tinggi. Sistem matriks juga disebut sebagai monolit karena obat tersebut tersebar secara
homogen di seluruh media pengontrol laju. Proses ini digambarkan dengan bola yang diresapi obat
atau tablet yang diresapi obat, yang akan mengalami erosi lambat.
Teori sederhana dari formulasi Sustained Release oral adalah untuk mempertahankan tingkat
terapeutik dalam darah selama periode waktu yang lama. Untuk mencapai hal ini, obat harus masuk
ke dalam sirkulasi darah dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan pengeluarannya.
Setiap obat memiliki karakteristiknya masing-masing terkait dengan laju eliminasi, yaitu
penjumlahan dari semua proses eliminasi, umumnya meliputi metabolisme, ekskresi urin dan
semua proses yang secara permanen mengeluarkan obat dari aliran darah. Obat dengan waktu
paruh pendek adalah kandidat terbaik untuk formulasi pelepasan berkelanjutan. Obat-obatan
dengan waktu paruh kurang dari 2 jam seperti levodopa merupakan kandidat yang buruk untuk
formulasi Sustained Release. Obat-obatan dengan waktu paruh lebih dari 8 jam juga termasuk
6
kandidat yang buruk dalam formulasi Sustained Release, karena efeknya sudah bertahan. Contoh:
Digoxin, Phenytoin.
2) Absorpsi
Tujuan dari pembentukan produk SR adalah untuk mengontrol laju pelepasan obat yang jauh
lebih lambat dari pada laju absorpsi. Jika kita mengasumsikan bahwa waktu transit sebagian besar
obat di daerah absorpsi saluran GI adalah sekitar 8-12 jam, waktu paruh yang ekstrim untuk
penyerapan harus sekitar 3-4 jam; jika tidak, bentuk sediaan kemungkinan akan keluar dari daerah
absorpsi sebelum pelepasan obat selesai. Jadi sesuai dengan konstanta laju absorpsi semu
minimum 0,17-0,23/ jam untuk menghasilkan 80-95% selama periode waktu ini. Jadi, penyerapan
obat harus terjadi dengan kecepatan yang relatif seragam di sepanjang usus halus. Jika obat diserap
oleh transpor aktif atau transpor dibatasi ke wilayah usus tertentu, preparasi Sustained Release
3) Metabolisme
Penurunan ketersediaan hayati dari bentuk sediaan lepas lambat ditunjukkan oleh obat yang
dimetabolisme secara signifikan sebelum absorpsi, baik di dalam lumen atau jaringan usus, yang
dapat menunjukkan penurunan ketersediaan hayati dari bentuk sediaan lepas lambat. Obat yang
memiliki kelarutan air yang buruk dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan pelepasan
berkelanjutan. Untuk itu, berbagai teknik yang tersedia untuk meningkatkan kelarutan obat setelah
meningkatkan formulasi pelepasan keberlanjutan dapat dilakukan. Tetapi selama ini kristalisasi
obat dimungkinkan ketika obat memasuki sirkulasi sistemik, maka dari itu harus dicegah dan
7
4) Distribusi
Laju eliminasi obat terutama tergantung pada volume distribusi yang tampak. Jadi obat
dengan volume distribusi tinggi, mempengaruhi laju eliminasi obat, obat ini dianggap sebagai
kandidat yang buruk untuk sistem pemberian obat SR oral. Misalnya Chloroquine.
5) Pengikatan Protein
Untuk mencapai respon farmakologis, konsentrasi obat yang tidak terikat lebih penting
daripada konsentrasi obat yang terikat dan semua obat terikat sampai batas tertentu pada plasma
dan atau protein jaringan. Pengikatan protein obat yang menunjukkan peran utama dalam efek
terapeutiknya terlepas dari jenis bentuk sediaan karena pengikatan ekstensif pada plasma
meningkatkan waktu paruh biologis dan oleh karena itu terkadang sistem penghantaran obat SR
Dalam beberapa sistem pelepasan berkelanjutan, obat harus berdifusi melalui membran atau
matriks pengontrol laju. Kemampuan obat untuk berdifusi melalui membran, yang disebut
difusivitas (koefisien difusi), yang membutuhkan peran dari ukuran molekulnya. Pengaruh penting
pada nilai difusivitas tersebut 'D' dalam polimer adalah ukuran molekul untuk berat molekul dari
7) Margin keamanan :
Keamanan obat pada umumnya tergantung pada indeks terapeutik, nilai indeks terapeutik
yang lebih besar dari obat yang lebih aman adalah obat tersebut. Obat yang memiliki indeks
terapeutik yang lebih rendah umumnya merupakan kandidat yang buruk untuk sistem pengiriman
obat SR oral.
8
2.6 Faktor fisikokimia yang mempengaruhi pelepasan tablet matriks
a. Ukuran dosis
Secara umum, dosis tunggal yang mengandung obat sekitar 500 mg - 1 g dianggap maksimal
untuk bentuk sediaan konvensional. Kriteria yang sama juga berlaku untuk bentuk sediaan lepas
lambat. Senyawa yang memiliki takaran besar yang terkadang dapat diberikan dalam jumlah yang
Kebanyakan obat adalah asam atau basa lemah. Sementara obat dalam bentuk tidak berubah
meresap ke seluruh membran lipid, oleh karena itu hubungan senyawa pka dan lingkungan
absorpsi penting. Untuk permeasi obat, menyajikan obat dalam bentuk yang tidak berubah adalah
menguntungkan. Sayangnya, kelarutan dalam air akan berkurang dengan konversi ke bentuk tak
berubah, yang lebih kompleks. Sistem pengiriman yang bergantung pada difusi atau disolusi akan
sama-sama bergantung pada kelarutan obat dalam media berair. Bentuk sediaan ini harus berfungsi
dalam lingkungan yang mengubah pH, lambung menjadi asam dan usus halus lebih netral, efek
proses pelepasan harus ditentukan. Senyawa kurang larut (<0,01mg / ml) secara inheren
Gastrointestinal akan dibatasi oleh pelarutan obat. Jadi jelas bahwa kelarutan senyawa akan
menjadi pilihan yang buruk untuk obat yang sedikit larut, karena gaya pendorong untuk difusi,
c. Koefisien Partisi
Untuk menghasilkan efek terapeutik di area tubuh lain, saat obat dimasukkan ke saluran
Gastrointestinal, obat harus melewati berbagai membran biologis. Merupakan hal yang umum
untuk mempertimbangkan bahwa membran lipid; oleh karena itu koefisien partisi obat terlarut
9
penting dalam menentukan efektivitas penetrasi penghalang membran. Senyawa yang bersifat
lipofilik yang memiliki koefisien partisi tinggi tidak mudah larut dalam air dan bertahan dalam
jaringan lipofilik untuk waktu yang lebih lama. Dalam kasus senyawa dengan koefisien partisi
yang sangat rendah, sangat sulit untuk menembus membran jika senyawa memiliki koefisien
partisi yang sangat rendah, sehingga memberikan ketersediaan hayati yang buruk. Lebih lanjut,
efek partisi berlaku sama untuk difusi melalui membran polimer. Pilihan membran pembatas difusi
d. Stabilitas
Obat yang diberikan secara oral mengalami hidrolisis asam basa dan degradasi enzimatik.
Untuk obat dalam degradasi keadaan padat akan berlanjut dengan kecepatan yang berkurang.
Untuk bentuk sediaan yang tidak stabil di perut, sistem yang memperpanjang pengiriman selama
seluruh perjalanan transit di saluran Gastrointestinal. Hal ini juga berlaku untuk sistem yang
menunda pelepasan sampai bentuk sediaan mencapai usus kecil. Senyawa yang tidak stabil di usus
kecil dapat menunjukkan penurunan ketersediaan hayati bila diberikan dari bentuk sediaan
penopang. Ini karena lebih banyak obat dikirim di usus kecil dan obat-obatan ini mengalami
degradasi.
Matriks hidrofilik umumnya digunakan untuk mengontrol laju pelepasan obat. Matriks dapat
ditabletkan dengan kompresi langsung campuran bahan aktif dan pembawa hidrofilik tertentu atau
dari granulasi basah yang mengandung obat dan bahan matriks hidrofilik. Air diperlukan untuk
keuntungan, yang meliputi kesederhanaan pembuatan dan keseragaman tablet matriks yang sangat
10
baik. Penggunaan material pembentuk matriks dengan kemampuan polimer terhidrasi dengan
cepat merupakan pilihan terbaik untuk formulasi tablet matriks hidrofilik. Laju hidrasi polimer
yang tidak memadai dapat menyebabkan awal difusi obat dan disintegrasi tablet karena penetrasi
air yang cepat. Sangat cocok untuk formulasi obat yang larut dalam air.
1) Turunan selulosa
dan Methylcellulose.
Agar-agar, Carob Gum, Alginate, Galactose Polisakarida, Chitosan and Pati yang
dimodifikasi.
Carbopol 934, Bahan hidrofilik lain yang digunakan untuk pembuatan tablet matriks
Berbagai teknik yang digunakan untuk memasukkan obat ke dalam granulasi lilin lemak yang
berair dengan atau tanpa bantuan surfaktan dan teknik spray drying. Metode penggumpalan massa,
suspensi obat dan lilin lemak leleh dibiarkan mengeras dan kemudian dihancurkan untuk granulasi
lepas-lambat. Pencampuran bahan aktif bahan lilin dan pengisi saat pencampuran selesai campuran
ini diubah menjadi butiran dengan memadatkan dengan pemadat, pemanasan dalam campuran
yang sesuai terfluidisasi dan penguapan atau granulasi dengan larutan bahan lilin. Obat yang
tertanam ke dalam lelehan lemak dan lilin dilepaskan melalui pencucian dan hidrolisis serta
11
pelarutan lemak di bawah pengaruh enzim dan perubahan pH di saluran Gastrointestinal.
Penambahan berbagai surfaktan ke dalam formulasi juga dapat mempengaruhi laju pelepasan obat
Tablet pelepasan berkelanjutan berdasarkan matriks plastik inert terkompresi yang telah
digunakan secara luas. Pelepasan biasanya tertunda karena obat terlarut harus berdifusi
melalui jaringan kapiler antara partikel polimer yang dipadatkan. Tablet matriks plastik, di
mana bahan aktif ditanamkan dalam tablet dengan struktur kerangka yang koheren dan
berpori, dapat dengan mudah dibuat dengan kompresi langsung obat dengan bahan plastik
asalkan bahan plastik tersebut dapat dihancurkan atau digranulasi ke ukuran partikel yang
diinginkan untuk memudahkan pencampuran dengan partikel obat. Untuk membuat butiran
1) Obat padat dicampur dengan bubuk plastik dan dikempa dengan larutan plastik yang sama
atau bahan pengikat lainnya dalam pelarut organik dan kemudian digranulasi.
2) Pelarut organik yang digunakan untuk pelarutan obat dalam plastik dan digranulasi setelah
penguapan pelarut.
3) Menggunakan lateks atau getah semu sebagai cairan granulasi yang digunakan untuk
membuat butiran obat dan massa plastik. Contoh: Polyvinyl chloride, Ethyl cellulose,
d) Matriks Biodegradable
Ini terdiri dari polimer yang terdiri dari monomer yang dihubungkan satu sama lain oleh
kelompok fungsional dan memiliki hubungan yang tidak stabil di tulang punggung. Ini secara
12
biologis terdegradasi atau terkikis oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel hidup di sekitarnya
atau oleh proses non enzimatis menjadi oligomer dan monomer yang dapat dimetabolisme
atau diekskresikan. Contohnya adalah polimer alam seperti protein, polisakarida dan polimer
alam termodifikasi, polimer sintetik seperti poli alifatik (ester) dan poli anhidrida.
e) Matriks Mineral
Matriks mineral terdiri dari polimer yang diperoleh dari berbagai spesies rumput laut.
Contoh: Asam alginat yang merupakan karbohidrat hidrofilik yang diperoleh dari spesies rumput
• Hidrogel:
• Polimer terlarut:
Hydroxypropylmethylcellulose (HPMC)
• Polimer biodegradable:
Polyorthoesters
13
• Polimer non-biodegradable :
• Polimer mukoadesif
cellulose, Xanthan gum, Guar gum, Karaya gum, Locust bean gum.
14
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
3.1 Judul
3.2 Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan tablet matriks extended-release (ER) yang
menunjukkan sifat disolusi yang kuat mampu menjelaskan variabilitas pH dan tegangan mekanik
sebagai polimer untuk tablet matriks ER (tablet matriks HPMCAS/HPC ER). Oxycodone
hydrochloride sebagai referensi obat. Sifat kelarutan tablet matriks HPMCAS/HPC ER dievaluasi
dan tidak dipengaruhi oleh pH media uji atau kecepatan dayung berputar. Dalam persyaratan USP
3 (metode pelarutan yang relevan secara biologis), profil kelarutan HPMCAS/Tablet matriks HPC
(OxyContin). Selain itu, hasil uji in vivo setelah pemberian oral HPMCAS/Tablet matriks HPC ER
untuk manusia disimulasikan oleh GastroPlus berdasarkan profil kelarutan dari persyaratan USP
3. Profil waktu konsentrasi plasma yang disimulasikan mirip dengan produk referensi. Hasil ini
menunjukkan bahwa kombinasi HPMCAS dan HPC menunjukkan profil disolusi yang kuat
terhadap pH dan kecepatan serta indikator putaran dayung mengkategorikan profil pelepasan
15
3.3 Pendahuluan
setelah pemberian oral dan derajat kelarutan obat. Laju disolusi bentuk sediaan obat ER oral
terkadang dipengaruhi oleh komposisi cairan GI (pH dan garam empedu) dan kondisi
hidrodinamik di saluran GI. Untuk bentuk sediaan ER oral, efek tegangan agitasi dan gaya
tumbukan mekanis yang diperkirakan di saluran GI, seperti kontraksi atau gerak peristaltik, telah
diuji. Juga, diketahui bahwa pH fisik dan motilitas dalam saluran GI sangat bervariasi di antara
masing-masing individu. Oleh karena itu, pelepasan obat dari bentuk sediaan ER oral diperlukan
untuk menunjukkan ketahanan pada variabilitas pH dan tekanan mekanis di saluran GI. Hal ini
juga penting untuk menghindari dumping dosis setelah pemberian oral bentuk sediaan ER,
terutama untuk obat-obatan yang memiliki ciri-ciri tinggi kelarutannya, dosis lebih tinggi atau efek
samping yang fatal. Lebih lanjut, efek dumping dosis yang diinduksi alkohol dalam dosis ER oral
formulir telah mendapatkan perhatian yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Maka dari
itu, pemahaman tentang pelepasan bahan obat secara in-vitro sangatlah penting untuk
dikembangkan pada bentuk sediaan oral ER ketika dipertimbangkan juga pada uji in-vivo.
menunjukkan sifat disolusi yang kuat. Misalnya, sistem penghantaran AcroContin, yang
diterapkan pada OxyContin (tablet matriks ER oxycodone hydrochloride), adalah sistem unit
tunggal pada dasarnya terdiri dari dua polimer hidrofobik (kopolimer ammonio methacrylate) dan
menunjukkan ketahanan sifat disolusi untuk pH di saluran GI. Dalam beberapa artikel
mengevaluasi tablet matriks ER, polimer tunggal atau kombinasi dari beberapa polimer digunakan
tidak hanya untuk mengontrol pelepasan obat tetapi juga menghindari efek tekanan mekanis.
Dalam studi ini kami memfokuskan perhatian pada karakteristik dari polimer enterik dan
16
bagaimana kelarutan tergantung pH-nya untuk mengatasi tekanan mekanis di perut (kondisi asam)
Hypromellose acetate succinate (HPMCAS), polimer enterik, pada dasarnya tidak larut
dalam medium pH di bawah 5 karena dengan adanya hidrofobik gugus metil dan asetat. HPMCAS
biasanya digunakan sebagai bahan pelapis enterik untuk formulasi lepas lambat dan diaplikasikan
dengan teknologi dispersi padat. Ada beberapa studi di HPMCAS mana yang telah diterapkan pada
tablet matriks ER. Namun, penelitian ini tidak berfokus pada sifat kelarutan di saluran GI manusia.
Dalam penelitian ini, HPMCAS dan HPC (polimer hidrofilik) dipilih sebagai polimer ER
untuk tablet matriks ER. Tablet matriks ER dengan kombinasi HPMCAS dan HPC diformulasikan
(tablet matriks HPMCAS/HPC ER), dan karakterisasi sifat disolusi dalam beberapa kondisi
dilakukan pengujian evaluasi, termasuk estimasi yang menunjukkan kelarutan yang kuat dan
perhitungan dosis-dumping untuk variabilitas pH, tekanan mekanis di saluran GI, dan efek yang
diinduksi alkohol. Selain itu, kinerja in vivo setelah pemberian oral Tablet matriks HPMCAS/HPC
aplikasi USP 3.
3.4 Bahan
• Oxycodone hydrochloride
mPas)
• D-Mannitol
17
• OxyContin
3.5 Metode
berikut. Masing-masing serbuk dicampur hingga rata dengan lumping dan alu. Kemudian
campuran ditimbang dan dikompresi menggunakan mesin tablet single-punch dilengkapi dengan
punch and die (diameter 6 atau 7 mm) dan dioperasikan pada gaya kompresi 1 kN.
Studi disolusi in vitro dilakukan menggunakan aplikasi USP 2 (metode dayung) dalam 900
ml media disolusi pada suhu 37 ± 0,5 ° C (n=3 sampai 6). Untuk penelitian ini, medium disolusi
adalah fluida pertama untuk uji disintegrasi (pH 1.2) dan cairan kedua untuk uji disintegrasi (pH
6,8), sebagaimana dicatat dalam Farmakope Jepang (JP). Kecepatan putar dayung ditetapkan pada
50, 100 atau 200 rotasi per menit (rpm). Dalam pedoman bahasa Jepang untuk studi bioekivalensi,
beberapa kondisi disolusi pH (1.2 hingga 6,8) dan kecepatan putar (metode dayung, 50 rpm hingga
200 rpm) adalah variabel wajib yang digunakan untuk menilai pelarutan obat pada saluran
GI. Karena itu, peneliti memilih kondisi disolusi di atas untuk mengevaluasi matriks ER tablet
melawan kekuatan mekanik dan perubahan pH. Sampel dari 5 ml ditarik pada waktu larut yang
18
tepat dan volume sampel diganti dengan yang jumlah yang sama pada media kosong. Persentase
Percobaan pelarutan dalam peralatan USP 3 dilakukan tingkat timbal balik 10 dips/menit
menggunakan silinder dengan dasar saringan mata jaring dengan ukuran mesh 405 μm pada suhu
37 ± 0,5°C (n = 3 sampai 6). Sampel ditarik pada waktu larut yang tepat dan dianalisis dengan
HPLC. Ketentuan lain yang ditetapkan untuk uji disolusi dirangkum dalam Tabel 2.
Sampel disaring melalui filter membran 0,45 μm. Sampel 5 μl adalah disuntikkan ke dalam
kolom (3,0 mm ID × 50 mm, 2,2 μm) pada suhu 50 ° C dan dielusi dengan campuran larutan buffer
pH 2,5 dan methanol (37:13) dengan laju alir 0,5 ml/menit. Kuantitas didasarkan pada pengukuran
19
Compartmentall Absorption and Transit). Sifat fisikokimia dari oxycodone hydrochloride (seperti
koefisien difusi, pKa dan kelarutan) dimasukan ke dalam GastroPlus ditunjukkan pada Tabel
3. Parameter PK oksikodon, kecuali klirens ginjal (CLr) dan permeabilitas efektif (Peff ),
diperkirakan dengan menyesuaikan kompartemen model 2 untuk profil waktu konsentrasi plasma
setelah infus intravena (10 mg/8 jam) dan bolus (2 mg dan 5 mg) penyampaian menggunakan
modul PKPlus dari GastroPlus. CLr dimasukkan sebagai nilai yang dilaporkan ke dalam
GastroPlus. Nilai Peff diestimasi dengan menyesuaikan model dengan profil waktu konsentrasi
plasma setelah pemberian oral oxycodone dalam larutan (20 mg) saat kondisi berpuasa. Simulasi
profil waktu konsentrasi plasma oksikodon dilakukan untuk dua dosis tablet 10 mg ER (20 mg
oxycodone). Profil kelarutan in vitro pada tablet matriks ER dari persyartan USP 3 digunakan
20
3.6 Hasil dan Pembahasan
3.6.1 Profil Disolusi secara In Vitro pada Tablet Matriks ER: berdasarkan USP 2 (Metode
Dayung)
Gambar. 1 menunjukkan profil disolusi dari tiga jenis matriks formulasi (tablet matriks
berbasis HPMCAS, matriks berbasis HPC tablet dan tablet matriks HPMCAS/HPC ER,
lihat Tabel 1) dalam suasana asam dan media netral dengan menggunakan persyaratan USP 2.
Efek pH media dan kecepatan putar dayung pada pelarutan obat telah diuji untuk memastikan efek
21
Dalam kasus tablet matriks berbasis HPMCAS (Rp. 1), diamati bahwa oksikodon
hidroklorida dilepaskan pada basis yang dipengaruhi pH karena sifat enterik HPMCAS, dan
pelepasan obat pada pH 6,8 lebih cepat dibandingkan dengan pelepasan pada pH 1.2 (Gambar
1A). Kecepatan putar dayung tidak mempengaruhi pelepasan obat dari tablet matriks berbasis
HPMCAS. Tablet matriks berbasis HPMCAS dapat mempertahankan bentuk tabletnya setelah
diuji disolusi pada pH 1,2 pada kecepatan putar dayung 200 rpm, bahkan setelah 7 jam (Gambar
2A ) .
Dalam kasus tablet matriks berbasis HPC (Rp. 2), pelepasan obat tidak dipengaruhi oleh pH
media uji, tetapi laju disolusi meningkat dengan kecepatan rotasi dayung yang lebih cepat
(Gambar 1B). Pelepasan obat pada kecepatan berputar dayung pada 200 rpm sangat cepat pada
kedua kondisi media yaitu asam dan netral, dan lebih dari 90% pada dosis yang telah dilepaskan
selama 30 menit. Tablet basis HPC tidak dapat dijaga bentuk tablet nya dan telah mengalami
desintegrasi pada vessel selama 30 menit pada kecepatan dayung 200 rpm.
Di sisi lain, dalam tablet matriks HPMCAS/HPC ER tablet (Rp. 3), pelepasan obat tidak
dipengaruhi oleh pH media uji, dan hampir tidak terpengaruh oleh kecepatan dayung (Gambar
1C). Tablet matriks HPMCAS / HPC ER dapat menjaga bentuk tabletnya setelah dilakukan uji
disolusi pada pH 1,2 pada 200 rpm bahkan jika setelah 7 jam, dan tablet mengembang
22
dibandingkan dengan Tablet matriks berbasis HPMCAS karena adanya hidrofilik tambahan
polimer (HPC) (Gambar 2B). Untuk formulasi dengan berbeda rasio HPMCAS / HPC (Rp. 4
[HPMCAS / HPC (2: 1)], Rp. 5 [HPMCAS / HPC (2: 3)]), pelepasan obat tidak terpengaruh oleh
pH media uji atau kecepatan putar dayung keduanya bersifat asam dan media netral (Gambar
3 , Tabel 4). Kecepatan pembubaran dipengaruhi oleh jumlah polimer pelepasan yang
diperpanjang (HPMCAS + HPC) versus oxycodone (Rp. 7>Rp. 5> Rp 6). Untuk periksa
mekanisme pelepasan obat, kinetika obat dirilis menggunakan peralatan USP 2 (50 rpm) dianalisis
23
3.6.2 Profil Disolusi secara In Vitro pada tablet matriks HPMCAS/HPC ER: dibandingkan
dengan produk referensi (OxyContin): persyarata USP 2 (Peralatan Silinder Timbal Balik).
Rp. 7) dan produk referensi, OxyContin, menggunakan persyaratan USP 3. Kondisi disolusi pada
peralatan 3 telah diatur menggunakan contoh dati kondisi fisiologi (kondisi fisiologi manusia saat
puasa) pada GastroPlus kondisi disolusi in vivo. Berdasarkan tablet matriks HPMCAS/HPC ER,
laju disolus menurun dengan kenaikan jumlah granul pada ER (Gambar 4). Oleh karena itu, laju
disolusi tablet matriks HPMCAS/HPC ER dapat dikontrol dan disesuaikan dengan jumah
HPMCAS dan HPC. Perbandingan dengan produk referensi, Rp. 5 dan Rp. 7 menunjukkan profil
disolusi yang mirip dan khususnya profil disolusi Rp. 5 dan 7 telah menunjukkan hasil yang
mendekatu produk referensi pada fase awal dan fase akhir. Berdasarkan persyaratan bentuk tablet
pada USP 3, tablet matriks HPMCAS/HPC ER dapat menjaga bentuknya pada kondisi lambung,
dan akhirnya dilarutkan pada kondisi media netral. Di sisi lain, OxyContin menjaga bentuk tabet
24
3.6.3 Simulasi parameter PK setelah pemberian oral pada tablet matriks HPMCAS/HPC
Proses Absorpsi disimulasikan oleh GastroPlus untuk tablet matriks HPMCAS/HPC ERdan
produk referensi yang ditunjukkan pada Gambar 5. Pada simulasi ini, profil disolusi ditunjukkan
pada Gambar 4 yang digunakan sebagai profil Disolusi. Hasil simulasi parameter PK setelah
diberikan OxyContin secara oral telah diestimasi secara akurat (Tabel 5). Profil Waktu
konsentrasi Plasma disimulasikan pada kondisi puasa Rp 5 dan 7 menunjukkan kemiripan dengan
produk referensi dibandingkan dengan kurva simulasi Rp 6, dan khususnya Rp 5 dapat diterima
25
3.6.4 Profil Disolusi Invitro tablet matriks HPMCAS/HPC ER: berdasarakan Metode USP
Profil Disolusi tablet matriks HPMCAS/HPC ER (Rp 5) dengan atau tanpa etanol pada
media uji ditunjukkan pada Gambar 6. Untuk tablet matriks HPMCAS/HPC ER (Rp 5) yang
telah diinduksi etanol tidak mengalami dumping dosis, dn profil disolusi tablet matriks
HPMCAS/HPC ER pada pH 1.2 dengan etanol 40% telah ditunjukkan lebih lambat dari pH 1.2
tanpa etanol. Pada pengujian OxyContin, pelepasan obat tidak dipengaruhi dengan penambahan
etanol 40%. Dumping dosis oleh induksi alcohol dipengaruhi oleh faktor fisikokimia (kelarutan
obat, keterbasahan dan kekerasan pada sediaan) dan karakteristik dari polimer matriks. Oxycodone
Hidroklorida adalah obat hidrofilik dan tidak larut pada etanol. Berdasarkan karakteristik polimer,
HPMCAS tidak larut, tapi HPC larut dalam etanol. Oleh karena itu, karakteristik HPMCAS dan
kelarutannya dalam air telah dibuktikan berguna dalam pencegahan dumping dosis oleh induksi
26
3.6.5 Mekanisme Pelepasan Obat dari tablet matriks HPMCAS/HPC ER
Pada perut (Gambar 7A), HPMCAS pada tablet matriks HPMCAS/HPC ER tidak larut pada
kondisi enteric pada suasana asam. HPC mengembang ketika ditutupi oleh air, dan lapisan gel
mengelilingi seluruh bagian tablet. Dalam penelitian HPMCAS, polimer hidrofobik berpengaruh
pada kontrol erosi didalam pelepasan kinetic obat. Dan juga, tablet matriks HPMCAS/HPC ER
memberikan tekanan yang kuat untuk mencegah tekanan mekanis dan matriks dari pembatas difusi
dan gel yang terbentuk untuk menjaga bentuk tablet pada media suasana asam. Namun, table tidak
Adapun pada usus halus (Gambar 7B) HPMCAS pada tablet matriks HPMCAS/HPC ER
larut dalam kondisi enteric. HPC adalah polimer yang tidak tergantung pada pH, membentuk
lapisan gel pada seluruh bagian tablet, yang sama pada kondisi asam. Jadi telah diperkirakan
bahwa pada media netral HPMCAS dan HPC larut dan membentuk jaringan polimer HPC mengisi
pori-pori yang dibentuk oleh HPMCAS. Berdasarkan kinetika pelepasan obat, tablet matriks
HPMCAS/HPC ER dikelompokkan pada kontrol difusi dan erosi (nilai n = 0.5 – 0.65). HPMCAS
larut secara bertahap karena pH cairan usus, profil disolusi ER, dan obat yang dilepaskan secara
27
difusi melalui matriks HPC yang mengalami erosi dan kelarutan HPMCAS pada saluran GI bagian
bawah.
3.7 Kesimpulan
Tablet matriks ER dengan kombinasi HPMCAS dan HPC telah dikarakterisasi dari sifat
disolusi. Profil disolusi dari Tablet Matriks HPMCAS/HPC ER dapat dikontrol dan ditunjukkan
dengan profil Extended-release yang konstan pada variasi media uji. Dan juga, Tablet Matriks
HPMCAS/HPC ER telah dievaluasi kekuatan yang cukup untuk melawan tekanan mekanis.
Berdasarkan uji in vivo, telah diprediksi bahwa Tablet Matriks HPMCAS/HPC ER mempunyai
hasil yang mirip dengan produk referensi pada simulasi profil PK setelah pemberian secara oral
ke manusia. Hasil ini menunjukkan bahwa kombinasi HPMCAS dan HPC memberikan efek
disolusi yang tinggi terhadap pH dan kecepatan rotasi dayung, dan oleh karena itu
28
DAFTAR PUSTAKA
Fukui, S. et al. 2017. Design and evaluation of an extended-release matrix tablet formulation; the
combination of Hypromellose acetate succinate and hydroxypropylcellulose. Asian
Journal of Pharmaceutical Sciences. 12. Page 149-156.
Zalte, H.D. Saudagar. 2013. Review on Sustained Release Matrix Tablet. International Journal of
Pharmacy and Biological Sciences. Volume 3: Issue 4. Page: 17-29
29
asian journal of pharmaceutical sciences 12 (2017) 149–156
ScienceDirect
j o u r n a l h o m e p a g e : w w w. e l s e v i e r. c o m / l o c a t e / a j p s
A R T I C L E I N F O A B S T R A C T
Article history: The purpose of this study was to develop an extended-release (ER) matrix tablet that shows
Received 20 May 2016 robust dissolution properties able to account for the variability of pH and mechanical stress
Received in revised form 24 October in the GI tract using a combination of enteric polymer and hydrophilic polymer. Hypromellose
2016 acetate succinate (HPMCAS) and hydroxypropylcellulose (HPC) were selected as ER poly-
Accepted 10 November 2016 mers for the ER matrix tablet (HPMCAS/HPC ER matrix tablet). Oxycodone hydrochloride was
Available online 18 November 2016 employed as a model drug. Dissolution properties of the HPMCAS/HPC ER matrix tablets
were evaluated and were not affected by the pH of the test medium or paddle rotating speed.
Keywords: In a USP apparatus 3 (bio-relevant dissolution method), dissolution profiles of the HPMCAS/
Extended-release matrix tablet HPC ER matrix tablets containing oxycodone hydrochloride were similar to that of the reference
Hypromellose acetate succinate product (OxyContin). Moreover, in vivo performance after oral administration of the HPMCAS/
Hydroxypropylcellulose HPC ER matrix tablets to humans was simulated by GastroPlus based on dissolution profiles
Robust dissolution from the USP apparatus 3. The plasma concentration-time profile simulated was similar to
USP apparatus 3 that of the reference product. These results suggest that the combination of HPMCAS and
HPC shows a robust dissolution profile against pH and paddle rotating speed and indi-
cates the appropriate extended-release profile in humans.
© 2017 Production and hosting by Elsevier B.V. on behalf of Shenyang Pharmaceutical
University. This is an open access article under the CC BY-NC-ND license (http://
creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
* Corresponding author. 1-2-58, Hiromachi, Shinagawa-ku, Tokyo 140-8710, Japan. Fax: +81 3 5436 8568.
E-mail address: sachiko.fukui.i5@daiichisankyo.co.jp (S. Fukui).
Peer review under responsibility of Shenyang Pharmaceutical University.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajps.2016.11.002
1818-0876/© 2017 Production and hosting by Elsevier B.V. on behalf of Shenyang Pharmaceutical University. This is an open access
article under the CC BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
150 asian journal of pharmaceutical sciences 12 (2017) 149–156
Table 2 – pH of test media, media volume and residence Table 3 – Summary of parameters used for human PK
time for dissolution test using USP apparatus 3 in this simulation of oxycodone by GastroPlus.
study. Input parameters Input value
pH of test media Media volume (ml) Residence time (h)
Molecular weight 315.37
pH 1.2 250 1 logD (pH 7.4) 1.44
pH 6.2 250 1.25 Solubility (mg/mL) (pH 9.86)a 1.68
pH 6.5 250 1.25 pKa [22] 8
pH 6.9 250 1.25 Dose (mg) 10
pH 6.2 180 19.25 Dose volume (ml) 250
Effective permeability (Human) (cm/s × 10 ^ 4)b 4.27
Body weight (kg) 70
Vc (l/kg)c 1.18
Japan) in 900 ml of dissolution medium at 37 ± 0.5 °C (n = 3 to k12 (1/h)c 4.28
6). For this study, the dissolution mediums were the first fluid k21 (1/h)c 2.28
for disintegration test (pH 1.2) and the second fluid for disin- Vmax (mg/l) c 8.29
tegration test (pH 6.8), as noted in the Pharmacopoeia of Japan CLr (l/h/kg) [23] 0.07
(JP). The paddle rotating speed was set at either 50, 100 or 200 a
Predicted by ADMET Predictor (ver. 6.0).
b
rotations per min (rpm). In prior studies, Sako et al. exam- Optimized by fitting to plasma concentration after oral adminis-
ined the effect of paddle rotating speed on drug dissolution tration of solution in GastroPlus.
c
Optimized by PKPlus fitting to plasma concentration after intra-
to assess whether or not in vitro tests correlated with in vivo
venous administration in GastroPlus.
conditions [19,20]. And in the Japanese guideline for
bioequivalence studies, several dissolution conditions of pH (1.2
to 6.8) and rotating speeds (paddle method, 50 rpm to 200 rpm)
are required variables used to assess the drug dissolutions in rameters of oxycodone, except for renal clearance (CLr) and
severe conditions of the GI tract [21]. Therefore, we selected effective permeability (Peff), were estimated by fitting the
the above dissolution conditions to evaluate the ER matrix 2-compartment model to the plasma concentration-time profile
tablets against mechanical strength and changing pH. Samples following intravenous infusion (10 mg/8 h) and bolus (2 mg and
of 5 ml were withdrawn at appropriate dissolution time- 5 mg) administration using the PKPlus module of GastroPlus.
points and the sample volumes were replaced with the equal The CLr was inputted as the reported value into the GastroPlus
amount of blank medium. The release percent of oxycodone model. The Peff value was estimated by fitting the model to the
was analyzed by HPLC (Alliance2690, Waters Corporation, USA). plasma concentration-time profile following oral administra-
tion of oxycodone in solution (20 mg) under fasted conditions.
2.2.3. In vitro dissolution test (USP apparatus 3) Simulation of oxycodone plasma concentration-time profiles
The dissolution experiments in the USP apparatus 3 (recipro- was conducted for a two 10 mg ER tablets dosing (20 mg
cating cylinder, BIO-DIS, Varian, USA) were performed at a oxycodone). The in vitro dissolution profile of the ER matrix
reciprocation rate of 10 dips/min using a cylinder with bottom tablets from the USP apparatus 3 was used for the human PK
mesh screens of 405 μm mesh size at 37 ± 0.5 °C (n = 3 to 6). simulation.
Samples were withdrawn at appropriate dissolution time-
points and analyzed by HPLC. Other set conditions for the 2.2.6. Calculation of f2 value between ER matrix tablet and
dissolution test are summarized in Table 2. reference products
The following equation defines f2. Tt and Rt show the average
2.2.4. Analysis of oxycodone release by HPLC dissolutions of the test and reference products at the time point
Samples were filtered through 0.45 μm membrane filters (t), respectively, and n is the number of time points at which
(Ekicrodisk, 25 mm, Pall Corporation, USA). Samples of 5 μl were the average dissolutions are compared.
injected into a column (3.0 mm ID × 50 mm, 2.2 μm, Shim-
pack XR-ODS, Shimadzu Corporation, Japan) held at 50 °C and ⎡ ⎤
⎢ 100 ⎥
eluted with a mixture of pH 2.5 buffer solution and methanol f2 = 50 log ⎢ ⎥
⎢ 1 + 1 n ( R − T )2 ⎥
(37:13) at a flow rate of 0.5 ml/min. Quantitation was based on
⎢⎣ ∑ t t
n t =1 ⎥⎦
peak area measurement at λ = 230 nm.
100
% of oxycodone dissolved
pH1.2, 50rpm
80
pH1.2, 100rpm (A) (B)
60 pH1.2, 200rpm
pH6.8, 50rpm Fig. 2 – A picture of remaining tablet after 7h dissolution
40
pH6.8, 100rpm test in test medium (pH 1.2) using USP apparatus 2
20 (200 rpm). (A) Rp. 1: HPMCAS-based matrix tablet, (B) Rp. 3:
pH6.8, 200rpm
HPMCAS/HPC ER matrix tablet.
0
0 3 6 9 12 15 18
Time (h)
release at pH 1.2 (Fig. 1A). Paddle rotating speed did not affect
B the drug release from the HPMCAS-based matrix tablet. The
HPMCAS-based matrix tablet could keep its tablet shape after
100 dissolution tests at pH 1.2 at a 200 rpm paddle rotating speed,
% of oxycodone dissolved
A
100
% of oxycodone dissolved
100 80
% of oxycodone dissolved
80 60 Rp. 5
Rp. 6
60 Rp. 4 40
Rp. 7
Rp. 5
40 Oxycontin
20
Rp. 6
20 Rp. 7 0
0 3 6 9 12 15 18
0 Time (h)
0 3 6 9 12 15 18
Time (h) Fig. 4 – Dissolution profiles of oxycodone from the
HPMCAS/HPC ER matrix tablets and OxyContin using USP
apparatus 3.
B
100
(Human–physiological-fasted) of GastroPlus as an in vivo dis-
% of oxycodone dissolved
Table 4 – Release exponent (n) value of oxycodone and the effect of paddle rotating speed from matrices calculated from
dissolution data.
Formulations n Value Effect of paddle rotation speed
(D1.5h, 200 rpm/D1.5h, 50 rpm)
pH 1.2 pH 6.8 pH 1.2 pH 6.8
Rp. 1 HPMCAS 0.46 ± 0.01 – 1.03 –
Rp. 2 HPC 0.71 ± 0.03 0.55 ± 0.01 2.06 1.81
Rp. 3 HPMCAS/HPC (1:1) 0.51 ± 0.01 0.54 ± 0.01 1.13 1.28
Rp. 4 HPMCAS/HPC (2:1) 0.50 ± 0.01 0.53 ± 0.01 1.15 1.24
Rp. 5 HPMCAS/HPC (2:3) 0.54 ± 0.01 0.56 ± 0.01 1.14 1.33
Rp. 6 HPMCAS/HPC (2:3) 0.64 ± 0.03 0.65 ± 0.03 1.25 1.24
Rp. 7 HPMCAS/HPC (2:3) 0.62 ± 0.04 0.65 ± 0.05 1.26 1.02
154 asian journal of pharmaceutical sciences 12 (2017) 149–156
Table 5 – Human PK parameters for oxycodone simulated by GastroPlus and clinical data from Mandema et al.
Formulations Cmax (ng/ml): (Ratioa, %) AUC 0-t (ng-h/ml): (Ratio*, %) Tmax (h)
OxyContin Simulated data 17.2 190.5 2.55
Clinical datab 18.6 ± 6.1 199.7 ± 65.3 2.62 ± 1.07
Prediction errorc 8% 5% 3%
Rp. 5 Simulated data 19.0 187.2 3.27
(110%) (98.3%)
Rp. 6 Simulated data 23.2 197.9 3.46
(135%) (104%)
Rp. 7 Simulated data 17.0 197.7 3.48
(98.8%) (104%)
a
Calculated as following equation.
Ratio of Cmax: (Cmax of HPMCAS/HPC ER matrix tablet)/(Cmax of OxyContin) × 100.
Ratio of AUC: (AUC 0-t of HPMCAS/HPC ER matrix tablet)/(AUC 0-t of OxyContin) × 100.
b
Clinical data from Mandema et al. [25].
c
Prediction error (%) (OxyContin) = |Observed value − Simulated value|/Observed value.
asian journal of pharmaceutical sciences 12 (2017) 149–156 155
pH1.2, 200rpm
80 In the stomach (Fig. 7A), HPMCAS in the HPMCAS/HPC ER
pH1.2 with ethanol, 50rpm
pH1.2 with ethanol, 200rpm matrix tablet is insoluble due to its enteric property in the
60 acidic region. HPC swells when it borders on water, and forms
a gel layer around the tablet. Tiwari et al. reported that incor-
40 poration of ethylcellulose (hydrophobic polymer) in the
hydrophilic matrix was found to control the drug release to
20 some extent, which could be attributed to the reduced entry
of solvent into the matrix due to the presence of the hydro-
0 phobic matrix [34]. In this study HPMCAS, the hydrophobic
0 0.5 1 1.5 2 polymer, is responsible for diffusion control and HPC, the
Time (h) hydrophilic polymer, is responsible for erosion control in terms
of the kinetics of drug release. Also, the HPMCAS/HPC ER
Fig. 6 – Dissolution profiles of oxycodone from the
matrix tablet expressed a sufficient strength against mechani-
HPMCAS/HPC ER matrix tablets in test media (pH 1.2 with
cal stress and the matrix of diffusion barrier and gel formed
or without ethanol) using USP apparatus 2.
allowed it to keep its tablet shape in the acidic media. Thus,
the tablet did not disintegrate and the tablet shape did not
ethanol was shown to be slower than at pH 1.2 without ethanol change markedly.
(about 0.8 folds, D2h). In the case of OxyContin, drug release On the other hand, on and after the small intestine
was also not affected by addition of 40% ethanol (data not (Fig. 7B), HPMCAS in the HPMCAS/HPC ER matrix tablet is
shown). Alcohol-induced dose dumping is influenced by soluble due to its enteric property. HPC, a pH independent
physico-chemical factors (drug solubility, wettability and hard- polymer, forms a gel layer around the tablet, the same as in
ness of dosage form) and characteristics of the matrix polymer the acidic region. Streubel et al. explained that the drug of a
[32,33]. Oxycodone hydrochloride is a hydrophilic drug and in- matrix tablet containing HPMC and HPMCAS is released by
soluble in ethanol. Regarding the characteristics of polymers, diffusion through the swollen polymer network [18]. So, it is
HPMCAS is insoluble, but HPC is soluble in ethanol. There- estimated that in neutral medium HPMCAS and HPC dissolve
fore, the characteristics of HPMCAS and its water solubility prove by degrees and create a polymer network by HPC’s filling of
advantageous in the prevention of alcohol-induced dose the pores created by HPMCAS. In regard to the kinetics of
dumping from the HPMCAS/HPC ER matrix tablet. drug release, the HPMCAS/HPC ER matrix tablets were classi-
fied as a combination of diffusion and erosion control (n
3.5. The drug release mechanism from the HPMCAS/HPC values were 0.50 to 0.65). Thus HPMCAS is dissolved by
ER matrix tablet degrees due to the pH of the intestinal juice, ER dissolution
profiles are provided, and drug is released by diffusion through
From the above results, the drug release from the HPMCAS/ the erosible matrix of HPC and dissolving HPMCAS in the
HPC ER matrix tablet in the GI tract was estimated as shown lower GI tract.
Drug substance
Matrix structure
(A)
Extended-release dissolution profiles are provided
Stomach and the tablet shape is kept to avoid the dose
dumping with the acidic region.
(B)
Extended-release dissolution profiles are provided
Small intestine
with diffusion dissolution type through the erosible
Colon
matrix in the neutral region.
Fig. 7 – The schematic description of drug release from the HPMCAS/HPC ER matrix tablet in the GI tract. (A) The mechanism
in stomach, (B) the mechanism in and after small intestine.
156 asian journal of pharmaceutical sciences 12 (2017) 149–156
Disusun Oleh :
Dara Sukma Ratmelya 197014024
Annisa Ghassani Amalyuri 197014025
Ida Mukhlisa 207014012
Sofia Eliasari Br Bangun 207014022
Yoan Dasawanti 207014026
e) Matriks Mineral
Matriks mineral terdiri dari polimer yang diperoleh dari berbagai spesies
rumput laut. Contoh: Asam alginat yang merupakan karbohidrat hidrofilik
yang diperoleh dari spesies rumput laut coklat (Phaephyceae) dengan
menggunakan alkali encer.
Polimer yang digunakan pada tablet matriks: Hidrogel, seperti: Polyethyleneglycol (PEG),
Hydroxypropylmethylcellulose (HPMC), Polimer terlarut, seperti: Asam polylactic (PLA), Polyglycolic
acid (PGA), Polimer biodegradable, sperti: Polyethylene vinyl acetate (PVA), Polydimethylsiloxane
(PDS), Polimer mukoadesif, seperti: Polycarbophil, Sodium carboxy methyl cellulose,
Pembahasan Jurnal
Pendahuluan
• Bentuk sediaan Extended-release (ER) mengalami transit di saluran Gastrointestinal (GI)
setelah pemberian oral dan derajat kelarutan obat. Laju disolusi bentuk sediaan obat ER
oral terkadang dipengaruhi oleh komposisi cairan GI (pH dan garam empedu) dan kondisi
hidrodinamik di saluran GI.
• pelepasan obat dari bentuk sediaan ER oral diperlukan untuk menunjukkan ketahanan
pada variabilitas pH dan tekanan mekanis di saluran GI. Hal ini juga penting untuk
menghindari dumping dosis setelah pemberian oral bentuk sediaan ER, terutama untuk
obat-obatan yang memiliki ciri-ciri tinggi kelarutannya, dosis lebih tinggi atau efek samping
yang fatal.
• Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengembangkan tablet matriks ER yang
menunjukkan sifat disolusi yang kuat. Misalnya, sistem penghantaran AcroContin, yang
diterapkan pada OxyContin (tablet matriks ER oxycodone hydrochloride), adalah sistem unit
tunggal pada dasarnya terdiri dari dua polimer hidrofobik (kopolimer ammonio
methacrylate) dan menunjukkan ketahanan sifat disolusi untuk pH di saluran GI.
Dalam studi ini difokuskan pada karakteristik dari polimer enterik dan bagaimana
kelarutan tergantung pH-nya untuk mengatasi tekanan mekanis di perut (kondisi
asam) dengan mempertahankan bentuk tablet dari tablet matriks ER. Dimana
HPMCAS dan HPC (polimer hidrofilik) dipilih sebagai polimer ER untuk tablet matriks
ER. Tablet matriks ER dengan kombinasi HPMCAS dan HPC diformulasikan (tablet
matriks HPMCAS/HPC ER), dan karakterisasi sifat disolusi dalam beberapa kondisi
dilakukan pengujian evaluasi, termasuk estimasi yang menunjukkan kelarutan yang
kuat dan perhitungan dosis-dumping untuk variabilitas pH, tekanan mekanis di
saluran GI, dan efek yang diinduksi alkohol. Selain itu, kinerja in vivo setelah
pemberian oral Tablet matriks HPMCAS/HPC ER untuk manusia disimulasikan oleh
GastroPlus berdasarkan profil kelarutan menggunakan aplikasi USP 3.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini: Oxycodone
hydrochloride, Hidroksipropilselulosa (HPC-H; kelas partikel
halus, 1000-4000 mPas, HPC-SL; 150-400 mPas), Hypromellose
acetate succinate, D-Mannitol, Magnesium Stearate
(Hyqual, sumber nabati), OxyContin
Metode
a. Formulasi tablet matriks ER b. Uji disolusi in vitro (berdasarkan persyaratan USP 2)
Masing-masing serbuk dicampur hingga rata dengan c. Uji disolusi in vitro (berdasarkan persyaratan USP 3)
lumping dan alu. Kemudian campuran ditimbang dan
dikompresi menggunakan mesin tablet single-punch Percobaan pelarutan dalam peralatan USP 3 dilakukan tingkat
dilengkapi dengan punch and die (diameter 6 atau 7 mm) timbal balik 10 dips/menit menggunakan silinder dengan dasar
dan dioperasikan pada gaya kompresi 1 kN. saringan mata jaring dengan ukuran mesh 405 μm pada suhu 37
± 0,5°C (n = 3 sampai 6). Sampel ditarik pada waktu larut yang
tepat dan dianalisis dengan HPLC.
Sampel disaring melalui filter membran 0,45 μm. Sampel 5
d. Analisis pelepasan oksikodon dengan HPLC
μl adalah disuntikkan ke dalam kolom (3,0 mm ID × 50 mm, 2,2
μm) pada suhu 50 ° C dan dielusi dengan campuran larutan
buffer pH 2,5 dan methanol (37:13) dengan laju alir 0,5
ml/menit. Kuantitas didasarkan pada pengukuran luas puncak
pada λ = 230 nm.
e. Simulasi Farmakokinetik (PK) oxycodone pada manusia oleh GastroPlus menggunakan profil disolusi in
vitro dari persyaratan USP 3.
Untuk mensimulasikan proses absorpsi tablet matriks ER mengandung
oxycodone hydrochloride, model PK manusia untuk oxycodone dibuat
menggunakan GastroPlus, di mana penyerapan gastrointestinal
dijelaskan oleh penyerapan kompartemen lanjutan dan transit
(ACAT/Advance Compartmentall Absorption and Transit). Sifat fisikokimia
dari oxycodone hydrochloride (seperti koefisien difusi, pKa dan kelarutan)
dimasukan ke dalam GastroPlus. Simulasi profil waktu konsentrasi plasma
oksikodon dilakukan untuk dua dosis tablet 10 mg ER (20 mg
oxycodone). Profil kelarutan in vitro pada tablet matriks ER dari persyartan
USP 3 digunakan untuk simulasi PK manusia.
Hasil dan Pembahasan
1. Profil Disolusi secara In Vitro pada Tablet Matriks ER:
berdasarkan USP 2 (Metode Dayung)
Gambar. 1 menunjukkan profil disolusi dari tiga jenis matriks
formulasi (tablet matriks berbasis HPMCAS, matriks berbasis
HPC tablet dan tablet matriks HPMCAS/HPC ER, dalam suasana
asam dan media netral dengan menggunakan persyaratan USP 2
Dalam kasus tablet matriks berbasis HPMCAS, diamati bahwa
oksikodon hidroklorida dilepaskan pada basis yang dipengaruhi
pH karena sifat enterik HPMCAS, dan pelepasan obat pada pH
6,8 lebih cepat dibandingkan dengan pelepasan pada pH 1.2