Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BIOFARMASI

TRASNPORT PASIF DAN PASANGAN ION

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Chandra Pranata 197014022


Ulwan Purnamasari R 197014023
Dara Sukma Ratmelya 197014024
Annisa Ghassani Amalyuri 197014025
Syukur Berkat Waruwu 197014026
Khaira Banu 197014027
Rohana Oktofariday Simbolon 197014028
Peri 197014029
Andy Febriady 197014030

Dosen: Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt.

1
PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel
hidup dari sekelilingnya yang mati. Setiap sel yang hidup harus selalu
memasukkan materi yang diperlukan dan membuang sisa–sisa
metabolismenya. Di tubuh manusia, obat harus menembus sawar (berrier) sel di
berbagai jaringan. Umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya,
bukan dengan melewati celah antar sel. Peristiwa ini dikenal dengan transport
lintas membran.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membrane menyebabkan
terciptanya transport lintas membran membran. Transport lintas membrane
digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transport pasif untuk molekul-
molekul yang mampu melalui membrane tanpa mekanisme khusus dan transpor
aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Umumnya absorbsi dan distribusi obat terjadi secara difusi pasif. Mula-
mula obat harus berada dalam larutan air pada permukaan membrane sel
kemudian molekul obat akan melintasi mebran dengan melarut dalam lemak
membrane. Pada proses ini obat bergerak dari sisi yang kadarnya lebih tinggi ke
sisi lain. Setelah taraf mantap dicapai, kadar obat bentuk non ion kedua sisi
membran akan sama.
Transpor membran dibagi menjadi dua yaitu transpor aktif dan transpor
pasif. Transportasi zat melalui membran sel terdiri dari dua macam yaitu, transpor
pasif dan transpor aktif. Transport Pasif, merupakan mekanisme perpindahan

2
molekul atau zat yang tidak melewati selaput membran semipermeable dan tidak
membutuhkan energi, dan Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel
melalui membran semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi
yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. ATP adalah molekul pembawa
energi di dalam sel. Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi
rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai
keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat
mempengaruhi proses ini (Darmadi 2012).
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa molekul
suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekuler secara acak dan berhubungan
dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas,
misalnya suatu membran polimer, merupakan suatu cara yang mudah untuk
menyelidiki proses difusi. Perjalanan suatu zat melalui suatu batas bias terjadi
oleh suatu permeasi molekul sederhana atau oleh gerakan melalui pori dan lubang
(saluran). Difusi molekuler atau permeasi melalui media yang tidak berpori
bergantung pada disolusi dari molekul yang menembus dalam keseluruhan
membran. Sedang proses difusi perjalanan suatu zat melalui pori suatu membran
yang berisi pelarut, serta dipengaruhi oleh ukuran relative molekul yang
menembusnya serta diameter dari pori tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian transpor antara membrane?
2. Apa pengertian absorpsi?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat?
4. Apa pengertian transport aktif?
5. Apa pengertian transport pasangan ion?
6. Apa pengertian transport pasif?
7. Apa pengertian transport difusi pasif?
8. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi difusi pasif?
9. Bagaimana mekanisme obat dalam melintasi membrane sel secara difusi
pasif?

3
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian transpor antara membrane
2. Untuk mengetahui pengertian absorpsi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
4. Untuk mengetahui pengertian transpor aktif
5. Untuk mengetahui pengertian transpor pasangan ion
6. Untuk mengetahui pengertian transpor pasif
7. Untuk mengetahui pengertian transpor difusi pasif
8. Untuk mengetahui mekanisme obat dalam melintasi membrane sel secara
difusi pasif.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Transpor Antara Membran


Dalam kehidupan, sel melakukan pertukaran gas-gas respirasi, menyerap
vitamin  dan nutrisi dan memasukan serta mengeluarkan air, serta membuang 
produk ekskresi. Proses keluarnya zat tersebut disebut transportasi antara
membran. Transportasi antar membran satu fungsi membran sel adalah sebagai
lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati
membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar
yang sangat kecil (air, etanol), karena membran bersifat semipermibale. Molekul
lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi
hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel
(Darmadi 2012). Banyaknya molekul yang masuk kedalam sel melalui membran
sel membentuk suatu aktivitas sel yang dinamakan transpor antar membran.
Transpor membran dibagi menjadi dua yaitu transpor aktif dan transpor
pasif. Transportasi zat melalui membran sel terdiri dari dua macam yaitu, transpor
pasif dan transpor aktif. Transport Pasif, merupakan mekanisme perpindahan
molekul atau zat yang tidak melewati selaput membran semipermeable dan tidak
membutuhkan energi, dan Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel
melalui membran semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi
yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. ATP adalah molekul pembawa
energi di dalam sel. Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi
rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai
keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat
mempengaruhi proses ini (Darmadi 2012).

5
Transpor pasif Dapat berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi
larutan di antara kedua sisi membran. Pada transpor pasif tidak rnemerlukan
energi rnetabolik. Transpor pasif ini bersifat spontan. Transpor pasif dibedakan
menjadi tiga, yaitu difusi sederhana (simple diffusion), difusi dipermudah atau
difasilitasi (facilitated diffusion), dan osmosis. Terdapat dua proses fisikokimiawi
yang penting dalam transport materi dalam sel yaitudifusi dan osmosis (Alkatiri
1996). Transpor aktif Merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan
Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Transport
aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder
juga terdiri atas co-transport dan counter transport (exchange). Transport aktif
primer memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca
pump. Pada Na-K pump, 3 Na akan dipompa keluar sel sedang 2 K akan dipompa
kedalam sel. Pada Ca pump, ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca
dalam sel rendah (Nadjib 2009).

2.2 Absorpsi
  Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul
obat ke dalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati
sawar biologik (Aiache, et al.,1993). Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja
di jaringan atau organ, obat tersebut harus melewati berbagai membran sel. Pada
umumnya, membran sel mempunyai struktur lipoprotein yang bertindak sebagai
membran lipid semipermeabel (Shargel and Yu,1985). Sebelum obat diabsorpsi,
terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan serta cepat-
lambatnya melarut menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Disolusi obat didahului oleh pembebasan obat dari bentuk sediaannya.
Obat yang terbebaskan dari bentuk sediaannya belum tentu diabsorpsi, jika obat
tersebut terikat pada kulit atau mukosa disebut adsorpsi. Jika obat sampai tembus
kedalam kulit, tetapi belum masuk ke
kapiler disebut penetrasi. Jika obat meresap/menembus dinding kapiler dan masuk
ke dalam saluran darah disebut absorpsi.

6
Perpindahan obat dari suatu bentuk sediaan dosis oral ke dalam sirkulasi
sistemik biasa dicapai dengan tiga langkah yaitu :
a. Penghantaran obat pada tempat absorpsinya
b. Obat dalam bentuk larutan
c. Penembusan obat ke dalam sirkulasi sistemik (Syukri, 2002).
Absorpsi obat adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan
efektivitas obat. Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam
cairan biologis. Kelarutan (serta sepat lambatnya malarut) menentukan banyaknya
obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat peroral, cairan biologis utama ialah
cairan gastrointestinal; dari sini melalui membrane biologis obat masuk ke
perederan sistemik. Disolusi obat didahului oleh pembebasan obat bentuk
sediaannya. Secara ringkas proses itu digambarkan sebagai berikut :

Absorpsi obat adalah langkah utama untuk disposisi obat dalam tubuh dari
system LADME (Liberasi-Absorpsi-Distribusi-Metabolisme-Ekskresi). Bila
pembebasan obat dari bentuk sediaannya (liberasi) sangat lamban, maka disolusi
dan juga absorpsinya lama, sehingga dapat mempengaruhi efektivitas obat
secara keseluruhan (Joenoes, 2002).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat

7
a. Ukuran partikel obat. Kecepatan disolusi obat berbanding langsung
dengan luas permukaan yang kontak dengan cairan atau pelarut.
Bertambah kecil partikel, bertambah luas permukaan total, bertambah
mudah larut (Joenoes, 2002).
b. Pengaruh daya larut obat. Pengaruh daya larut obat atau bahan aktif
tergantung pada:
 Sifat kimia: modifikasi kimiawi obat
 Sifat fisik: modifikasi fisik obat
 Prosedur dan teknik pembuatan obat
 Formulasi bentuk sediaan/galenik dan penambahan eksipien (Joenoes,
2002).
c. Beberapa faktor lain fisiko-kimia obat
 Temperatur
 pKa dan derajat ionisasi obat.

2.4 Transpor Aktif


Transpor aktif suatu molekul merupakan cara
pelintasan transmembran yang sangat berbeda dengan difusi pasif. Pada transpor
aktif diperlukan adanya pembawa. Pembawa ini dengan molekul obat dapat
membentuk kompleks pada permukaan membran. Kompleks tersebut melintasi
membran dan selanjutnya molekul dibebaskan pada permukaan lainnya, lalu
pembawa kembali menuju ke permukaan asalnya (Syukri, 2002). Sistem transpor
aktif bersifat jenuh. Sistem ini menunjukkan adanya suatu kekhususan untuk
setiap molekul atau suatu kelompok molekul. Oleh sebab itu dapat terjadi
persaingan beberapa molekul berafinitas tinggi yang menghambat kompetisi
transport dari molekul berafinitas lebih rendah. Transpor dari satu sisi membran
ke sisi membran yang lain dapat terjadi dengan mekanisme perbedaan konsentrasi.
Tranpor ini memerlukan energi yang diperoleh dari hidrolisis adenosin trifosfat
(ATP) dibawah pengaruh suatu ATP-ase. Pada bagian dalam membrane molekul
obat dilepaskan oleh pembawanya dan pembawa kembali pada bagian luar
membrane. Terlihat pada gambar dibawah ini (Syukri, 2002).

8
Gambar 2. Transport trans membrane obat cara transport aktif

Traspor aktif juga terjadi pada ion-ion melalui pori kompartemen luar ke
kompartemen dalam membrane, yang juga melawan potensial elektrokimia. Tipe
khusus transport aktif pada “sodium pump” yang tidak menggunakan pembawa
(transporter), tetapi gelombang electron yang transport ion sesungguhnya ialah
melalui pori.

2.5 Transpor Pasangan Ion


Transpor oleh pasangan ion adalah suatu cara perlintasan membran dari
suatu senyawa yang sangat mudah terionkan pada pH fisiologik. Perlintasan
terjadi dengan pembentukan kompleks yang netral (pasangan ion) dengan
senyawa endogen seperti musin, dengan demikian memungkinkan terjadinya
difusi pasif kompleks tersebut melalui membran (Syukri, 2002). Contoh obat
untuk transport
pasangan ion
adalah senyawa
ammonium
kuarterner dan
asam sulfonat.

9
Gambar 3. Transpor trans membrane obat cara transport pasangan ion

2.6 Transpor Pasif


Transpor pasif merupakan jenis tranpor ion, molekul, dan senyawa yang
tidak membutuhkan energi untuk melalui membran plasma. Transpor pasif bisa
terjadi apabila terdapat perbedaan konsentrasi antara dua zat atau larutan. Susunan
dan struktur membran sel terdiri atas 50% lemak dan 50% protein, menjadikan
organel sel ini memiliki sifat semipremeabel atau selektif permeabel, yakni hanya
bisa diukur melalui air dan zat tertentu yang laurt bersamaan menjadikan ia
berfungsi sebagi pengatur gerakan materi atas transportasi dari dan keluar sel. Ada
beberapa macam contoh dari transpor pasif, yaitu difusi dan osmosis.

2.7 Difusi Pasif


Difusi merupakan peristiwa mengalir atau terjadi perpindahan suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi
rendah. Perbedaan konsentrasi di dua larutan disebut dengan gradien konsentrasi.
Difusi akan terus terjadi sampai semua partikel tersebut luar secara merata atau
mencapai kondisi kesetimbangan yang mana perpindahan molekuk tetap terjadi
meskipun tidak ada perbedaan konsentrasi.
Perpindahan obat atau senyawa dari kompartemen yang berkonsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah (merupakan mekanisme transport sebagian besar
obat). Difusi didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa molekul suatu
zat yang dibawa oleh gerakan molekuler secara acak dan berhubungan dengan
adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya suatu
membrane polimer, merupakan suatu cara yang mudah untuk menyelidiki proses
difusi.
Difusi pasif adalah transport melalui membrane yang semipermiabel. Obat
yang akan diabsorpsi terlebih dahulu harus berada dalam larutan murni
(terdispersi secara molekuler) pada situs penyerapan. Sewaktu melalui membrane,
molekul obat melarut dalam bagian lipoid dari membrane sesuai dengan

10
kelarutannya dalam lemak dan koefisien partisi lemak air. Molekul obat
meninggalkannya membrane lipoid dan melarut lagi dalam medium air yang
berada di bagian dalam membrane; perbedaan konsentrasi obat pada kedua bagian
membrane menentukan penyerapan. Fraksi obat yang berada dalam bentuk bebas
atau tidak terionisasi dapat melalui membrane dengan cara difusi (gambar
dibawah ini). Ion-ion tidak dapat meembus membrane karena tidak larut dalam
lemak. Sebagian besar obat adalah berupa elektrolit, asam organic lemah atau basa
organic lemah. Umumnya yang tidak terionisasi dapat larut dalam lipoid; dengan
demikian pK, obat serta pH pada situa penyerapan sangat menentukan banyaknya
obat yang terionisasi dan yang tidak. Tingkat ionisasi obat tergantung pada dua
factor (menurut Hasselbach), yaitu :

- Disosiasi konstanta atau Pka dari bahan obat : (pKa = pH dimana obat
berada sama banyak dalam bentuk terionisasi dan tidak terionisasi).

Gambar 4. Transport trans membrane difusi pasif

- pH pada situs molekul obat berada, pH dari dua situs terpisah dengan
membrane dapat berbeda; ini menentukan lintasan obat. Perlu diingat
bahwa pH dari saluran cerna berbeda; 1-3,5 di lambung, 5-6 di duodenum
dan sekitar 8 di ileum. Oleh karena hanya bentuk yang dapat melalui
membrane (saluran cerna), maka mudah dipahami bahwa obat yang berupa

11
asam lemah banyak terabsorpsi di lambung, sedangkan obat berupa basa
lemah terabsorpsi di usus halus (gambar dibawah ini ) :

Gambar 5. Transpor trans membrane difusi pasif untuk Acetosal

Contoh obat yang termasuk dalam transport difusi pasif adalah asam organic
lemah, basa organic lemah, non elektrolit organic seperti alcohol, urea,
amidopirin, glikosida jantung.
2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Difusi Pasif
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kecepatan difusi, antara
lain:
 Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin cepat
partikel tersebut bergerak, menjadikan kecepatan difusi semakin tinggi.
 Ketebalan membran. Semakin tebal membran, maka semakin lambat atau
berkurang kecepatan difusi
 Luas suatu area. Semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan
difusinya.
 Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat, maka semakin cepat juga kecepatan difusinya.
 Jarak. Semakin dekat jarak antara dua konsentrasi menyebabkan kecepatan
difusi semakin besar.

2.9 Mekanisme Obat Dalam Melintasi Membrane Sel Secara Difusi Pasif

12
Mekanisme kerja difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau
berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian
berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah perpindahan airmelalui
membran semipermeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang
lebih pekat. Difusi bergantung pada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik. Energi untuk proses difusiadalah energi kinetik yang normal
ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan.

Gambar 6. Mekanisme Kerja Difusi

Ketika obat diabsorbsi tubuh, obat ditransportasikan ke dan dari sel target
melalui difusi pasif, mekanisme paling umum, meliputi perpindahan obat dari area
yang berkosentasi tinggi ke area lain yang konsentrasinya lebih rendah. Sebagai
contoh, setelah obat oral diberikan, konsentasi awal obat tinggi di saluran
pencernaan (gastrointestinal) dari pada di dalam darah. Ini mendukung
perpindahan obat ke dalam aliran darah. Ketika obat disirkulasikan, kosentarasi
obat lebih tinggi di dalam darah daripada kosentrasi di tubuh sel, jadi obat
berpindah (dari pembuluh kapiler) ke dalam cairan disekitar sel atau kedalam sel
sendiri. Difusi pasif terus berlanjut hingga mencapi kondisi seimbang
(equilibrium) antara jumlah obat di jaringan jumlah obat di dalam darah.
Pada umumnya obat menembus membran biologis secara difusi.
Mekanisme difusi dipengaruhi oleh struktur kimia, sifat fisika kimia obat dan sifat

13
membrane biologis. Penembusan membran biologis secara difusi pasif dibedakan
menjadi tiga, yaitu difusi pasif melalui pori (cara penyaringan), difusi pasif
dengan cara melarut dalam lemak penyusun membran dan difusi pasif dengan
fasilitas.
a. Difusi Pasif Melalui Pori
Penembusan air terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik atau
osmotik; semua senyawa yang berukuran cukup kecil dan larut dalam air dapat
melewati kanal membrane. Sebagian besar membran (membran seluler, epitel
usus halus dan lain-lain) berukuran kecil (4 - 7oA) dan hanya dapat dilalui oleh
molekul dengan bobot molekul yang kecil yaitu lebih kecil dari 150 untuk
senyawa yang bulat, atau lebih kecil dari 400 jika molekulnya terdiri atas rantai
panjang (Aiache, et al., 1993). Untuk lebih jelasnya difusi pasif melalui pori
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 7. Difusi pasif melalui pori

b. Difusi Pasif dengan Cara Melarut pada Lemak Penyusun Membran


Penembusan terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi atau
elektrokimia tanpa memerlukan energi, sehingga mencapai keseimbangan di
kedua sisi membran. Bila molekul semakin larut lemak, maka koefisien partisinya
semakin besar dan difusi transmembran terjadi lebih mudah. Kebanyakan zat aktif
merupakan basa atau asam organik, maka dalam keadaan terlarut sebagian
molekul berada dalam bentuk terionkan dan sebagian dalam bentuk tak terionkan.

14
Hanya fraksi zat aktif yang terionkan dan larut dalam lemak yang dapat melalui
membran dengan cara difusi pasif.
Untuk obat yang zat aktifnya merupakan garam dari asam kuat atau basa
kuat, derajat ionisasi berperan pada hambatan difusi transmembran. Sebaliknya
untuk elektrolit lemah berupa garam yang berasal dari asam lemah atau basa
lemah yang sedikit terionisasi, maka difusi melintasi membran tergantung
kelarutan bentuk tak terionkan di dalam lemak, jumlah bentuk yang tak terionkan
(satu-satunya yang bergantung pada konsentrasi), serta derajat ionisasi molekul.

c. Difusi Pasif dengan Fasilitas


Beberapa bahan obat dapat melewati membran sel karena ada tekanan
osmosa, yang disebabkan adanya perbedaan kadar antar membran, pengangkutan
ini berlangsung dari daerah dengan kadar tinggi ke daerah dengan kadar yang
lebih rendah dan berhenti setelah mencapai kesetimbangan, gerakan ini tidak
memiliki energi dan terjadi secara spontan.
Diduga molekul obat membentuk kompleks dengan suatu molekul
pembawa dalam membran, yang bersifat mudah larut dalam lemak, sehingga
dengan mudah bergerak menembus membran. Pada sisi membran yang lain
kompleks akan terurai melepas molekul obat dan molekul pembawa bebas
kembali ke tempat semula. Pembawa dapat berupa enzim atau ion yang
muatannya berlawanan dengan muatan molekul obat. Penembusan obat ke dalam
membran biologis dapat berjalan dengan cepat bila ada katalisator enzim dan
ukuran bentuk kompleks cukup kecil. Penyerapan pasif terjadi hingga tercapainya
keseimbangan dan proses akan berhenti bila aliran darah tidak lagi mengangkut
zat aktif dalam jumlah yang setara dengan jumlah yang diserap (Aiache, et al.,
1993).

15
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
3.1 Judul
Drug transport mechanisms in helminth parasites: Passive diffusion of
benzimidazole anthelmintics.
3.2 Latar Belakang
Molekul antelmintik harus mencapai reseptornya di dalam parasit target
untuk mengerahkan efek farmakologis. Data yang tersedia menyarankan bahwa
jalur utama masuknya obat antiparasit ke dalam parasit cacing adalah melalui
permukaan luarnya. Namun, tidak jelas jika penetrasi trans-kutikula adalah cara
yang paling penting untuk masuknya antelmintik benzimidazole (BZD) ke dalam
target para-situs dibandingkan dengan konsumsi secara oral. Keterlibatan relatif
dari mekanisme transportasi aktif dan pasif belum ditentukan.
3.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang didapat di sini adalah untuk menentukan proses
utama yang terlibat dalam masuknya molekul anthelmintik BZD ke dalam tiga
kelompok utama. parasit cacing
3.4 Metode Penelitian
Spesimen dewasa Moniezia benedeni (cestode), Fasciola hepatica
(trematode) dan Ascaris suum (nematode) diinkubasi dalam bufer Ringer Tris
Kreb (pH 7,4, 37 ° C) (1 g parasit / 10 ml media inkubasi) masing-masing selama
15, 45, dan 90 menit, dalam adanya gradien konsentrasi fenbendazole (FBZ),

16
oxfendazole atau triclabendazole sulphoxide (TCBZSO) (1-30 mol /ml, n D 4).
Spesimen cacing mati juga diinkubasi dengan gradien konsentrasi obat yang
sama. Spesimen F. hepatica dengan rute oral ditutup oleh ligasi diinkubasi dengan
TCBZSO di hadapan atau tidak adanya albumin serum sapi.
Setelah inkubasi selama beberapa waktu, sampel bahan parasit diekstraksi
secara kimia dan disiapkan untuk analisis kromatografi cair kinerja tinggi untuk
mengukur konsentrasi obat / metabolit. Konsentrasi obat yang setara diukur dalam
hati yang tidak terikat dan tidak terikat,menunjukkan bahwa BZD melakukan
penetrasi melalui difusitrans-tegumental.

3.5 Pengujian Difusi Obat


Parasit yang dikumpulkan dipertahankan selama dua jam sebelum memulai
inkubasi di Kreb's Ringer Tris (KRT) larutan buffer (pH 7,4) pada suhu 37 ° C
(McCracken dan Lipkowitz, 1990). Inkubasi tersebut mengandung bahan parasit
dan KRT dengan perbandingan 1:10. Uji inkubasi untuk masing-masing
konsentrasi obat dan setiap spesies parasit dilakukan dalam empat (4) kali
pengulangan. Sampel kosong mengandung parasite bahan dan media inkubasi
tanpa obat, dan obat-media berduri tanpa bahan parasit diinkubasi untuk interval
waktu yang sama. Setelah inkubasi, parasit tersebut sampel dibilas dengan larutan
saline fisiologis, dibasahi pada kertas blotted coarse filter dan disimpan pada suhu
20 ° C sampai diproses untuk uji menggunakan alat kromatografi cair kinerja
tinggi (HPLC). Bahan parasit diproses tidak lama setelah tes inkubasi. Gradien
konsentrasi digunakan untuk inkubasi tes (1-30 nmol / ml) didasarkan pada
farmakologis yang relevan konsentrasi yang diperoleh dari penelitian yang
dilaporkan sebelumnya di mana konsentrasi gastrointestinal dari BZD pound
diukur setelah perawatan konvensional pada spesies ruminansia
3.6 Hasil dan Pembahasan
Semakin tinggi konsentrasi molekul BZD dalam media kation, semakin
besar konsentrasi mereka pulih dalam parasit cacing. Koefisien korelasi yang
tinggi (> 0,98) diperoleh antara konsentrasi obat awal dalam media inkubasi dan
yang diukur di dalam nematoda, cestode, dan trematoda parasit Konsentrasi FBZ
pulih dari jaringan cestodes / nematoda yang mati dari waktu ke waktu secara

17
signifikan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang diukur dalam parasit
hidup. Perbedaan-perbedaan ini dalam difusi obat mungkin terkait dengan sifat
morfologis / fungsional para-permukaan eksternal situs. Hasil dari pekerjaan yang
dilaporkan di sini menunjukkan bahwa transfer obat pasif melalui permukaan
cacing eksternal adalah mekanisme transportasi utama yang menghitung
akumulasi BZD menjadi parasit target.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Transportasi antar membran satu fungsi membran sel adalah sebagai lalu
lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati
membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul
polar yang sangat kecil (air, etanol), karena membran bersifat
semipermibale. Proses kluarnya zat tersebut disebut transportasi zat.
Transpor zat melalui membran dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu
Transpor Aktif dan Transpor Pasif.
2. Absorpsi obat adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan
efektivitas obat. Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut
dalam cairan biologis. Kelarutan (serta sepat lambatnya malarut)
menentukan banyaknya obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat
peroral, cairan biologis utama ialah cairan gastrointestinal; dari sini
melalui membrane biologis obat masuk ke perederan sistemik. Disolusi
obat didahului oleh pembebasan obat bentuk sediaannya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat, yaitu ukuran partikel obat,
temperature, pKa, derajat ionisasi dan pengaruh daya larut obat termasuk
didalamnya sifat kimia fisik, prosedur dan teknik pembuatan obat,
formulasi bentuk sediaan/galenik dan penambahan eksipien.

18
4. Transpor aktif suatu molekul merupakan cara
pelintasan transmembran yang sangat berbeda dengan difusi pasif. Pada
transpor aktif diperlukan adanya pembawa. Pembawa ini dengan molekul
obat dapat membentuk kompleks pada permukaan membran.
5. Transpor oleh pasangan ion adalah suatu cara perlintasan membran dari
suatu senyawa yang sangat mudah terionkan pada pH fisiologik. Contoh
obat untuk transport pasangan ion adalah senyawa ammonium kuarterner
dan asam sulfonat.
6. Transpor pasif merupakan jenis tranpor ion, molekul, dan senyawa yang
tidak membutuhkan energi untuk melalui membran plasma. Transpor pasif
bisa terjadi apabila terdapat perbedaan konsentrasi antara dua zat atau
larutan.
7. Difusi pasif adalah transport melalui membrane yang semipermiabel. Obat
yang akan diabsorpsi terlebih dahulu harus berada dalam larutan murni
(terdispersi secara molekuler) pada situs penyerapan. Sewaktu melalui
membrane, molekul obat melarut dalam bagian lipoid dari membrane
sesuai dengan kelarutannya dalam lemak dan koefisien partisi lemak air.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi pasif, antara lain: ukuran partikel,
ketebalan membrane, luas suatu area, suhu, jarak.
9. Mekanisme obat dalam melintasi membrane sel secara difusi pasif adalah
ketika obat diabsorbsi tubuh, obat ditransportasikan ke dan dari sel target
melalui difusi pasif, mekanisme paling umum, meliputi perpindahan obat
dari area yang berkosentasi tinggi ke area lain yang konsentrasinya lebih
rendah. Sebagai contoh, setelah obat oral diberikan, konsentasi awal obat
tinggi di saluran pencernaan (gastrointestinal) dari pada di dalam darah.
Ini mendukung perpindahan obat ke dalam aliran darah. Ketika obat
disirkulasikan, kosentarasi obat lebih tinggi di dalam darah daripada
kosentrasi di tubuh sel, jadi obat berpindah (dari pembuluh kapiler) ke
dalam cairan disekitar sel atau kedalam sel sendiri. Difusi pasif terus
berlanjut hingga mencapi kondisi seimbang (equilibrium) antara jumlah
obat di jaringan jumlah obat di dalam darah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Biologipedia, 2010, Sistem Transport Membran,


http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/sistem-transport-membran.html,
Diakses tanggal 18 maret 2015.

Kenakin, Terry, 1997, Molecular pharmacology: a short course, Blackwell


science,inc. Printed in. The united states of america.

Neal, M.J., 2006, Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Postiron, Jimi, 2012, Transport Obat melalui Membran,


http://jimipositron.blogspot.com/2012/09/transport-obat-melalui-
membran-sel.html, Diakses tanggal 18 maret 2015.

20

Anda mungkin juga menyukai