Disusun Oleh :
Kelompok 3
1
PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2
molekul atau zat yang tidak melewati selaput membran semipermeable dan tidak
membutuhkan energi, dan Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel
melalui membran semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi
yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. ATP adalah molekul pembawa
energi di dalam sel. Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi
rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai
keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat
mempengaruhi proses ini (Darmadi 2012).
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa molekul
suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekuler secara acak dan berhubungan
dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas,
misalnya suatu membran polimer, merupakan suatu cara yang mudah untuk
menyelidiki proses difusi. Perjalanan suatu zat melalui suatu batas bias terjadi
oleh suatu permeasi molekul sederhana atau oleh gerakan melalui pori dan lubang
(saluran). Difusi molekuler atau permeasi melalui media yang tidak berpori
bergantung pada disolusi dari molekul yang menembus dalam keseluruhan
membran. Sedang proses difusi perjalanan suatu zat melalui pori suatu membran
yang berisi pelarut, serta dipengaruhi oleh ukuran relative molekul yang
menembusnya serta diameter dari pori tersebut.
3
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian transpor antara membrane
2. Untuk mengetahui pengertian absorpsi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
4. Untuk mengetahui pengertian transpor aktif
5. Untuk mengetahui pengertian transpor pasangan ion
6. Untuk mengetahui pengertian transpor pasif
7. Untuk mengetahui pengertian transpor difusi pasif
8. Untuk mengetahui mekanisme obat dalam melintasi membrane sel secara
difusi pasif.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Transpor pasif Dapat berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi
larutan di antara kedua sisi membran. Pada transpor pasif tidak rnemerlukan
energi rnetabolik. Transpor pasif ini bersifat spontan. Transpor pasif dibedakan
menjadi tiga, yaitu difusi sederhana (simple diffusion), difusi dipermudah atau
difasilitasi (facilitated diffusion), dan osmosis. Terdapat dua proses fisikokimiawi
yang penting dalam transport materi dalam sel yaitudifusi dan osmosis (Alkatiri
1996). Transpor aktif Merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan
Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Transport
aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder
juga terdiri atas co-transport dan counter transport (exchange). Transport aktif
primer memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca
pump. Pada Na-K pump, 3 Na akan dipompa keluar sel sedang 2 K akan dipompa
kedalam sel. Pada Ca pump, ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca
dalam sel rendah (Nadjib 2009).
2.2 Absorpsi
Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul
obat ke dalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati
sawar biologik (Aiache, et al.,1993). Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja
di jaringan atau organ, obat tersebut harus melewati berbagai membran sel. Pada
umumnya, membran sel mempunyai struktur lipoprotein yang bertindak sebagai
membran lipid semipermeabel (Shargel and Yu,1985). Sebelum obat diabsorpsi,
terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan serta cepat-
lambatnya melarut menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Disolusi obat didahului oleh pembebasan obat dari bentuk sediaannya.
Obat yang terbebaskan dari bentuk sediaannya belum tentu diabsorpsi, jika obat
tersebut terikat pada kulit atau mukosa disebut adsorpsi. Jika obat sampai tembus
kedalam kulit, tetapi belum masuk ke
kapiler disebut penetrasi. Jika obat meresap/menembus dinding kapiler dan masuk
ke dalam saluran darah disebut absorpsi.
6
Perpindahan obat dari suatu bentuk sediaan dosis oral ke dalam sirkulasi
sistemik biasa dicapai dengan tiga langkah yaitu :
a. Penghantaran obat pada tempat absorpsinya
b. Obat dalam bentuk larutan
c. Penembusan obat ke dalam sirkulasi sistemik (Syukri, 2002).
Absorpsi obat adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan
efektivitas obat. Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam
cairan biologis. Kelarutan (serta sepat lambatnya malarut) menentukan banyaknya
obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat peroral, cairan biologis utama ialah
cairan gastrointestinal; dari sini melalui membrane biologis obat masuk ke
perederan sistemik. Disolusi obat didahului oleh pembebasan obat bentuk
sediaannya. Secara ringkas proses itu digambarkan sebagai berikut :
Absorpsi obat adalah langkah utama untuk disposisi obat dalam tubuh dari
system LADME (Liberasi-Absorpsi-Distribusi-Metabolisme-Ekskresi). Bila
pembebasan obat dari bentuk sediaannya (liberasi) sangat lamban, maka disolusi
dan juga absorpsinya lama, sehingga dapat mempengaruhi efektivitas obat
secara keseluruhan (Joenoes, 2002).
7
a. Ukuran partikel obat. Kecepatan disolusi obat berbanding langsung
dengan luas permukaan yang kontak dengan cairan atau pelarut.
Bertambah kecil partikel, bertambah luas permukaan total, bertambah
mudah larut (Joenoes, 2002).
b. Pengaruh daya larut obat. Pengaruh daya larut obat atau bahan aktif
tergantung pada:
Sifat kimia: modifikasi kimiawi obat
Sifat fisik: modifikasi fisik obat
Prosedur dan teknik pembuatan obat
Formulasi bentuk sediaan/galenik dan penambahan eksipien (Joenoes,
2002).
c. Beberapa faktor lain fisiko-kimia obat
Temperatur
pKa dan derajat ionisasi obat.
8
Gambar 2. Transport trans membrane obat cara transport aktif
Traspor aktif juga terjadi pada ion-ion melalui pori kompartemen luar ke
kompartemen dalam membrane, yang juga melawan potensial elektrokimia. Tipe
khusus transport aktif pada “sodium pump” yang tidak menggunakan pembawa
(transporter), tetapi gelombang electron yang transport ion sesungguhnya ialah
melalui pori.
9
Gambar 3. Transpor trans membrane obat cara transport pasangan ion
10
kelarutannya dalam lemak dan koefisien partisi lemak air. Molekul obat
meninggalkannya membrane lipoid dan melarut lagi dalam medium air yang
berada di bagian dalam membrane; perbedaan konsentrasi obat pada kedua bagian
membrane menentukan penyerapan. Fraksi obat yang berada dalam bentuk bebas
atau tidak terionisasi dapat melalui membrane dengan cara difusi (gambar
dibawah ini). Ion-ion tidak dapat meembus membrane karena tidak larut dalam
lemak. Sebagian besar obat adalah berupa elektrolit, asam organic lemah atau basa
organic lemah. Umumnya yang tidak terionisasi dapat larut dalam lipoid; dengan
demikian pK, obat serta pH pada situa penyerapan sangat menentukan banyaknya
obat yang terionisasi dan yang tidak. Tingkat ionisasi obat tergantung pada dua
factor (menurut Hasselbach), yaitu :
- Disosiasi konstanta atau Pka dari bahan obat : (pKa = pH dimana obat
berada sama banyak dalam bentuk terionisasi dan tidak terionisasi).
- pH pada situs molekul obat berada, pH dari dua situs terpisah dengan
membrane dapat berbeda; ini menentukan lintasan obat. Perlu diingat
bahwa pH dari saluran cerna berbeda; 1-3,5 di lambung, 5-6 di duodenum
dan sekitar 8 di ileum. Oleh karena hanya bentuk yang dapat melalui
membrane (saluran cerna), maka mudah dipahami bahwa obat yang berupa
11
asam lemah banyak terabsorpsi di lambung, sedangkan obat berupa basa
lemah terabsorpsi di usus halus (gambar dibawah ini ) :
Contoh obat yang termasuk dalam transport difusi pasif adalah asam organic
lemah, basa organic lemah, non elektrolit organic seperti alcohol, urea,
amidopirin, glikosida jantung.
2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Difusi Pasif
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kecepatan difusi, antara
lain:
Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin cepat
partikel tersebut bergerak, menjadikan kecepatan difusi semakin tinggi.
Ketebalan membran. Semakin tebal membran, maka semakin lambat atau
berkurang kecepatan difusi
Luas suatu area. Semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan
difusinya.
Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat, maka semakin cepat juga kecepatan difusinya.
Jarak. Semakin dekat jarak antara dua konsentrasi menyebabkan kecepatan
difusi semakin besar.
2.9 Mekanisme Obat Dalam Melintasi Membrane Sel Secara Difusi Pasif
12
Mekanisme kerja difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau
berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian
berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah perpindahan airmelalui
membran semipermeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang
lebih pekat. Difusi bergantung pada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik. Energi untuk proses difusiadalah energi kinetik yang normal
ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan.
Ketika obat diabsorbsi tubuh, obat ditransportasikan ke dan dari sel target
melalui difusi pasif, mekanisme paling umum, meliputi perpindahan obat dari area
yang berkosentasi tinggi ke area lain yang konsentrasinya lebih rendah. Sebagai
contoh, setelah obat oral diberikan, konsentasi awal obat tinggi di saluran
pencernaan (gastrointestinal) dari pada di dalam darah. Ini mendukung
perpindahan obat ke dalam aliran darah. Ketika obat disirkulasikan, kosentarasi
obat lebih tinggi di dalam darah daripada kosentrasi di tubuh sel, jadi obat
berpindah (dari pembuluh kapiler) ke dalam cairan disekitar sel atau kedalam sel
sendiri. Difusi pasif terus berlanjut hingga mencapi kondisi seimbang
(equilibrium) antara jumlah obat di jaringan jumlah obat di dalam darah.
Pada umumnya obat menembus membran biologis secara difusi.
Mekanisme difusi dipengaruhi oleh struktur kimia, sifat fisika kimia obat dan sifat
13
membrane biologis. Penembusan membran biologis secara difusi pasif dibedakan
menjadi tiga, yaitu difusi pasif melalui pori (cara penyaringan), difusi pasif
dengan cara melarut dalam lemak penyusun membran dan difusi pasif dengan
fasilitas.
a. Difusi Pasif Melalui Pori
Penembusan air terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik atau
osmotik; semua senyawa yang berukuran cukup kecil dan larut dalam air dapat
melewati kanal membrane. Sebagian besar membran (membran seluler, epitel
usus halus dan lain-lain) berukuran kecil (4 - 7oA) dan hanya dapat dilalui oleh
molekul dengan bobot molekul yang kecil yaitu lebih kecil dari 150 untuk
senyawa yang bulat, atau lebih kecil dari 400 jika molekulnya terdiri atas rantai
panjang (Aiache, et al., 1993). Untuk lebih jelasnya difusi pasif melalui pori
dapat dilihat pada Gambar 1.
14
Hanya fraksi zat aktif yang terionkan dan larut dalam lemak yang dapat melalui
membran dengan cara difusi pasif.
Untuk obat yang zat aktifnya merupakan garam dari asam kuat atau basa
kuat, derajat ionisasi berperan pada hambatan difusi transmembran. Sebaliknya
untuk elektrolit lemah berupa garam yang berasal dari asam lemah atau basa
lemah yang sedikit terionisasi, maka difusi melintasi membran tergantung
kelarutan bentuk tak terionkan di dalam lemak, jumlah bentuk yang tak terionkan
(satu-satunya yang bergantung pada konsentrasi), serta derajat ionisasi molekul.
15
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
3.1 Judul
Drug transport mechanisms in helminth parasites: Passive diffusion of
benzimidazole anthelmintics.
3.2 Latar Belakang
Molekul antelmintik harus mencapai reseptornya di dalam parasit target
untuk mengerahkan efek farmakologis. Data yang tersedia menyarankan bahwa
jalur utama masuknya obat antiparasit ke dalam parasit cacing adalah melalui
permukaan luarnya. Namun, tidak jelas jika penetrasi trans-kutikula adalah cara
yang paling penting untuk masuknya antelmintik benzimidazole (BZD) ke dalam
target para-situs dibandingkan dengan konsumsi secara oral. Keterlibatan relatif
dari mekanisme transportasi aktif dan pasif belum ditentukan.
3.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang didapat di sini adalah untuk menentukan proses
utama yang terlibat dalam masuknya molekul anthelmintik BZD ke dalam tiga
kelompok utama. parasit cacing
3.4 Metode Penelitian
Spesimen dewasa Moniezia benedeni (cestode), Fasciola hepatica
(trematode) dan Ascaris suum (nematode) diinkubasi dalam bufer Ringer Tris
Kreb (pH 7,4, 37 ° C) (1 g parasit / 10 ml media inkubasi) masing-masing selama
15, 45, dan 90 menit, dalam adanya gradien konsentrasi fenbendazole (FBZ),
16
oxfendazole atau triclabendazole sulphoxide (TCBZSO) (1-30 mol /ml, n D 4).
Spesimen cacing mati juga diinkubasi dengan gradien konsentrasi obat yang
sama. Spesimen F. hepatica dengan rute oral ditutup oleh ligasi diinkubasi dengan
TCBZSO di hadapan atau tidak adanya albumin serum sapi.
Setelah inkubasi selama beberapa waktu, sampel bahan parasit diekstraksi
secara kimia dan disiapkan untuk analisis kromatografi cair kinerja tinggi untuk
mengukur konsentrasi obat / metabolit. Konsentrasi obat yang setara diukur dalam
hati yang tidak terikat dan tidak terikat,menunjukkan bahwa BZD melakukan
penetrasi melalui difusitrans-tegumental.
17
signifikan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang diukur dalam parasit
hidup. Perbedaan-perbedaan ini dalam difusi obat mungkin terkait dengan sifat
morfologis / fungsional para-permukaan eksternal situs. Hasil dari pekerjaan yang
dilaporkan di sini menunjukkan bahwa transfer obat pasif melalui permukaan
cacing eksternal adalah mekanisme transportasi utama yang menghitung
akumulasi BZD menjadi parasit target.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Transportasi antar membran satu fungsi membran sel adalah sebagai lalu
lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati
membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul
polar yang sangat kecil (air, etanol), karena membran bersifat
semipermibale. Proses kluarnya zat tersebut disebut transportasi zat.
Transpor zat melalui membran dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu
Transpor Aktif dan Transpor Pasif.
2. Absorpsi obat adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan
efektivitas obat. Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut
dalam cairan biologis. Kelarutan (serta sepat lambatnya malarut)
menentukan banyaknya obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat
peroral, cairan biologis utama ialah cairan gastrointestinal; dari sini
melalui membrane biologis obat masuk ke perederan sistemik. Disolusi
obat didahului oleh pembebasan obat bentuk sediaannya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat, yaitu ukuran partikel obat,
temperature, pKa, derajat ionisasi dan pengaruh daya larut obat termasuk
didalamnya sifat kimia fisik, prosedur dan teknik pembuatan obat,
formulasi bentuk sediaan/galenik dan penambahan eksipien.
18
4. Transpor aktif suatu molekul merupakan cara
pelintasan transmembran yang sangat berbeda dengan difusi pasif. Pada
transpor aktif diperlukan adanya pembawa. Pembawa ini dengan molekul
obat dapat membentuk kompleks pada permukaan membran.
5. Transpor oleh pasangan ion adalah suatu cara perlintasan membran dari
suatu senyawa yang sangat mudah terionkan pada pH fisiologik. Contoh
obat untuk transport pasangan ion adalah senyawa ammonium kuarterner
dan asam sulfonat.
6. Transpor pasif merupakan jenis tranpor ion, molekul, dan senyawa yang
tidak membutuhkan energi untuk melalui membran plasma. Transpor pasif
bisa terjadi apabila terdapat perbedaan konsentrasi antara dua zat atau
larutan.
7. Difusi pasif adalah transport melalui membrane yang semipermiabel. Obat
yang akan diabsorpsi terlebih dahulu harus berada dalam larutan murni
(terdispersi secara molekuler) pada situs penyerapan. Sewaktu melalui
membrane, molekul obat melarut dalam bagian lipoid dari membrane
sesuai dengan kelarutannya dalam lemak dan koefisien partisi lemak air.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi pasif, antara lain: ukuran partikel,
ketebalan membrane, luas suatu area, suhu, jarak.
9. Mekanisme obat dalam melintasi membrane sel secara difusi pasif adalah
ketika obat diabsorbsi tubuh, obat ditransportasikan ke dan dari sel target
melalui difusi pasif, mekanisme paling umum, meliputi perpindahan obat
dari area yang berkosentasi tinggi ke area lain yang konsentrasinya lebih
rendah. Sebagai contoh, setelah obat oral diberikan, konsentasi awal obat
tinggi di saluran pencernaan (gastrointestinal) dari pada di dalam darah.
Ini mendukung perpindahan obat ke dalam aliran darah. Ketika obat
disirkulasikan, kosentarasi obat lebih tinggi di dalam darah daripada
kosentrasi di tubuh sel, jadi obat berpindah (dari pembuluh kapiler) ke
dalam cairan disekitar sel atau kedalam sel sendiri. Difusi pasif terus
berlanjut hingga mencapi kondisi seimbang (equilibrium) antara jumlah
obat di jaringan jumlah obat di dalam darah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Neal, M.J., 2006, Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
20