Anda di halaman 1dari 29

TUGAS FARMASI FISIK LANJUTAN

“Implications Of Superporous Hydrogel Composites-based Gastroretentive Drug Delivery Systems With


Improved Biopharmaceutical Performance Of Fluvastatin”
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Ulwan Purnamasari Rachmah 197014023
Dara Sukma Ratmelya 197014024
Annisa Ghassani Amalyuri 197014025
Khaira Banu 197014027

Dosen : Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LATAR BELAKANG

• Superporous hydrogels (SPHs) adalah campuran 3D polimer hidrofilik, yang diformulasi


oleh interaksi pelarut non-organic. Ini dapat memenuhi banyak cairan dengan cepat
karena kedekatan pori-pori yang saling berhubungan. SPH mempunyai luas permukaan
yang lebih tinggi dan ruang hampa antar partikel, sehingga mampu menahan banyak
cairan dan swelling. Efek swelling tersebut dalam memperluas waktu retensi obat di
lambung.
• Fluvastatin ialah obat antihiperlipidemia yang secara intensif menekan enzim reductase
Himdroksimetilglutaril- koenzim A (HMG-CoA) di hati. Enzim mengkatalis transformasi
HMG-CoA menjadi asam mevalonate, yang merupakan Langkah penghambat laju dalam
biosintesis kolesterol. Namun, Fluvastatin mempunyai sifat kelarutan yang rendah dan
t1/2 yang rendah yaitu 1-3 jam.
TUJUAN PENELITIAN

• Pengembangan system penghantaran obat Gastroretentive dari Fluvastatin pada


campuran Hidrogel berpori untuk meningkatkan kelarutan dan meningkatkan kinerja
Biofarmasi obat.
BAHAN

• Fluvastatin (BMR Chemicals)


• Asam akrilat
• N,N,N,N-tetramethyl ethylenediamine
• Acrylamide
• Span 80
• Glutaraldehyde
• Ammonium persulphate
• Polyvinyl Alcohol
• Double Distilled Water (DDW)
METODE ANALISA PENGEMBANGAN
FLUVASTATIN

• Metode yang digunakan adalah HPLC dengan fase terbalik yang dikembangkan dan divalidasi dengan
system Waters ACQUITY untuk determinasi dosis farmaseutikal Fluvastatin dan uji farmakokinetik pada
plasma tikus.
• Determinasi menggunakan kolom C8 ( 250 x 4.6 mm., ukuran partikel 5µm)
• Fase gerak : campuran 0.1 M asam format dan methanol (25:75, v/v)
• UV detector beroperasi dengan Panjang gelombang : 258 nm
FORMULASI CAMPURAN HYDROGEL
BERPORI

• Pertama, Superporous Hydrogel Composite (SPHC) disiapkan menggunakan larutan Natrium Bicarbonate
(pH 5.5 dengan NaOH 5M). Ketika pH menurun menjadi 5, maka gas karbon dioksida dibentuk sebelum
memulai proses polimerisasi yang memastikan tidak ada pori-pori di dalam SPHC yang disintesis.
• Untuk sintesis SPHC poly(acrylic acid-co-acrylamide), bahan-bahan ditambahkan yaitu acrylamide 50%;
acrylic acid 50%; Glutaraldehyde 2.5%; span 80 10%; Ammonium Per Sulphate 20%; tetramethyl
ethylenediamine 20%; Polyvinyl alcohol dan 200 mg of NaHCO3
• Proses polimerisasi dibiarkan berlanjut selama sekitar 10 menit. Sodium bikarbonat ditambahkan ke dalam
larutan dan berasimilasi dengan bantuan spatula. Sintesis SPHC dimulai dan kemudian polimer
dikumpulkan dengan bantuan forsep untuk mendehidrasi polimer yang disintesis dalam oven selama 2 hari
pada suhu 65° C. Kemudian, SPHC yang diperoleh adalah di dimasukkan ke dalam wadah dan disimpan di
inkubator sampai digunakan lebih lanjut.
KARAKTERISASI CAMPURAN HYDROGEL BERPORI

• Pengukuran densitas
Pengukuran densitas dengan rumus sebagai berikut:
Density = MSPHC (massa) / VSPHC (volume)
• Pengukuran porositas
Porositas = Vp/VT
Vp = (VT-VSPHC) adalah volume pori SPHC, VT = Πr2h (total volume SPHC)
• Penentuan fraksi pori
Porsi ruang hampa didalam hydrogel SPHC diuji dengan larutan HCl 0.1 N (pH 1.2), yang didiamkan semalaman hingga
mengembang/swelling. Lalu dihitung fraksi ruang hampa dalam hydrogel tersebut dengan rumus
Fraksi ruang = volume dimensi hydrogel / total volume pori
• Penetuan rasio swelling/mengembang
Q ( rasio swelling) = (Ms – Md) / Md
Ms = Massa hydrogel mengembang (swollen) ; Md = Massa hydrogel saat kering (dried)
FORMULASI PENGISIAN FLUVASTATIN
KE CAMPURAN HYDROGEL BERPORI

• Fluvastatin direndam dengan SPH yang disiapkan dengan mencampurkan SPHC dengan larutan obat di
dalam larutan buffer fosfat (pH 7.4).
• Lalu didiamkan semalaman untuk hasil swelling SPH , yang akan menjadi enkapsulasi obat tersebut
• Fluvastatin yang telah tercampur pada larutan SPH disimpan di oven semalaman pada suhu 45℃ , untuk
mengumpulkan produk kering yang akan diuji karakterisasi
EVALUASI PENGISIAN FLUVASTATIN
KE CAMPURAN HYDROGEL BERPORI

• Estimasi kandungan obat : Kuantitas berat yang ditimbang secara akurat (100 mg) dari SPHC yang mengandung obat
dilarutkan dalam 100 ml HCl 0,1 N dan disaring menggunakan 0,45 μm membran filter. Kandungan obat dianalisa
menggunakan metode HPLC.
• Uji pelepasan obat secara In Vitro : Diuji sesuai USP, disolusi tipe II 850 ml 0.1 N HCl (pH1.2), pada kecepatan rotasi
100 rpm dengan suhu 37 ± 0.5 ℃. lalu diuji dengan HPLC
• Uji pelepasan obat secara kinetic : Hasil data dievaluasi dengan pelepasan orde-nol, orde-pertama, higuchi, dan
Korsmeyer-Peppas. Setelah Analisa regresi, Koefisien regresi (R2) dibandingkan untuk mendapatkan model yang sesuai.
• Spektroskopi FTIR : sekitar 3 mg Fluvastatin dan Fluvastatin SPHC ditaburkan pada serbuk KBr dan pellet disiapkan
dengan mengaplikasikan tekanan 5500 kg/cm2 , range spektrofotometer 4000 dan 400 /cm
• Differential scanning calorimetry : Fluvastatin dan Fluvastatin SPHC dianalisa dengan Thermal analyzer. Suhu dan
konstanta sel dikalibrasi dengan indium (In). Berat material yang akurat (2 mg) dipindahkan ke wadah aluminium dan
disegel. Sampel dipanaskan pada suhu 30-350℃, dibawah nitrogen kering (50 ml/min) dalam wadah aluminium dengan
pinhole, lalu dikumpulkan thermogram.
• Scanning electron microscopy: Untuk menguji morfologi sampel
• Uji in vivo pada hewan : hewan uji yang digunakan ialah tikus wistar (200-250 g), mengikuti protocol Institutional Animal
Ethics Committee.
o Evaluasi farmakokinetik : terdiri dari dua grup, yang masing-masing grup terdiri dari 6 hewan. Sebelum dilakukan
pengujian, hewan dipuasakan selama 1 malam (tanpa makan, hanya minum saja). Rute administrasi ke hewan yaitu
oral. Grup I (Fluvastatin) dan Grup II ( Fluvastatin SPHC), dimana masing-masing diberikan dosis obat 20 mg
equivalen dosis mg/kg. setelah pemberian obat, diambil sampel darah hewan (0.2 ml) pada waktu berkala yaitu 0, 0.5, 1,
2, 3, 4, 6, 12, 16, 20 dan 24 jam dari bagian ekor hewan dan disimpan di wadah. Sampel disentrifugasi untuk
mengumpulkan plasma dan ekstraksi larutan-larutan dengan metode presipitasi protein untuk pemisahan obat dalam
asetonitril. Sampel disaring dengan membrane filter nylon 0.22 m dan menjadi subjek Analisa HPLC. Konsentrasi
obat dalam plasma pada waktu tertentu dibuat dan variasi parameter farmakokinetik absorpsi dan eliminasi obat telah
didata.
o Evaluasi farmakodinamik : diberikan pada tikus hiperlipidemia dengan menyiapkan makanan yang mengandung lemak
tinggi selama lebih dari 4 minggu. BB tikus sebelum dan sesudah pemberian pola makan tersebut didata, dan juga
kadar kolesterol diuji secara berkala dengan alat diagnostic kit. Hewan uji dibagi empat grup:
1. Grup I : kontrol
2. Grup II : suspensi fluvastatin
3. Grup III: blanko SPHC
4. Grup IV : Fluvastatin SPHC.
setelah pengujian, hewan diberikan pola makan yang normal, lalu diambil sampel plasma tikus dengan kondisi normal
(7, 14, dan 21 hari)
HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN KARAKTERISASI CAMPURAN HIDROGEL BERPORI

• Fluvasatin didalam SPHC, dibuat dengan glutaraldehyde sebagai agen crosslinking, Span 80 sebagai foam
stabilizer dan polyvinyl alcohol sebagai agen pencampuran. (Tabel 2 )
• Semua formulasi SPHC telah memenuhi
karakteristik yang sesuai, Ketika telah dievaluasi
densitas, porositas, dan fraksi ruang hampa
sebagai berfungsi merubah konsentrasi variable
independent. (Tabel 3). Diamati bahwa nilai
densitas berkisar antara 0.51 ± 0.09 dan 0.79 ±
0.07 g/cm3 dan densitas meningkat dengan
peningkatan konsentrasi PVA dan glutaraldehyde.
Kepadatan yang lebih tinggi menunjukkan
porositas yang lebih rendah dengan susunan
struktur hidrogel yang sangat besar. Nilai densitas
yang lebih rendah menunjukkan adanya struktur
berpori yang saling menembus dalam formulasi.
Semakin banyak jumlah pori menyebabkan
peningkatan dan semakin cepat pencapaian
keseimbangan karena semakin cepat difusi buffer
melewati kapiler formulasi. Meskipun densitas
berhubungan dengan porositas dan fraksi ruang,
efek ditemukan dalam kasus porositas dan fraksi
ruang.
E VA L U A S I P E N G I S I A N F L U VA S TAT I N K E C A M P U R A N H I D R O G E L B E R P O R I

• Rasio swelling
Gambar 1 menunjukkan efek variasi konsentrasi
glutaraldehid, span 80, dan PVA pada rasio
swelling Fluvastatin SPHC. Kapasitas SPHC
mengabsorpsi medium disintegrasi memberikan
efek yang signifikan. Pengaruh dari agen
crosslinking dan foam stabilizer memberikan
efek swelling. SPHC dengan penambahan
konsentrasi agen crosslinking dan agen
campuran memberikan efek swelling yang
tinggi daripada konsentrasi yang rendah.
• Uji pelepasan obat secara In vitro
Semua pelepasan formulasi obat
diperpanjang, yaitu obat dilepaskan
80% selama 10 jam, dan pelepasan obat
seutuhnya pada waktu 12 jam. Profil
pelepasan obat diperpanjang pada
SPHC dapat berperan pada
pembentukan struktur pori antar
hydrogel, yang secara tipikal dapat
memasukkan air untuk melarutkan
obat. Disamping itu, karakteristik
rendah nya densitas dan tinggi nya
fraksi ruang hampa berkontribusi dalam
membuat pelepasan obat diperpanjang.
• Uji pelepasan obat secara kinetic

Pemodelan kinetik data pelepasan obat dilakukan dan nilai-nilai koefisien korelasi untuk beberapa model
terdaftar dalam data tambahan. Di antara berbagai model, data pelepasan obat menunjukkan bahwa semua
formulasi menunjukkan yang terbaik dengan model orde-nol dan Korsmeyer-Peppas, kecuali formulasi R7,
R11 dan R13 menunjukkan yang terbaik dengan model Korsmeyer-Peppas, sedangkan formulasi R15 dan
R17 seharusnya pada model kinetik orde pertama. Evaluasi mekanisme pelepasan obat untuk SPHC
menunjukkan nilai eksponen pelepasan (n) antara 0,682 dan 0,833, yang menunjukkan perilaku pelepasan
obat anomali yang masuk akal dikendalikan oleh mekanisme swelling. Selain itu, pelepasan obat
diperpanjang juga bisa disebabkan oleh jaringan berpori hidrofilik dari bahan supramolekul yang
dikembangkan
PENCARIAN FORMULA FLUVASTATIN PADA
CAMPURAN HYDROGEL BERPORI YANG OPTIMAL

• Pemodelan matematika : Data dicocokkan dengan model polynomial quadratic. Evaluasi parameter statistic dengan
ANOVA menunjukkan model signifikan yang bagus (p < 0.05 ), dengan R= 0.985 – 0.999

• Metodologi respon luas permukaan : dengan model quadratic yang dipilih, metodologi respon luas permukaan
digunakan untuk membangun hubungan antara variable independen dan dependen. Gambar 3 dan 4 menggambarkan
plot permukaan respon 2D dan 3D yang menafsirkan efek variable independent pada rasio swelling dan respon
pelepasan obat. Semua gambar tersebut menggambarkan efek dua variable independent pada variable respon, sambil
menjaga variable independen ketiga konstan pada tingkat menengah.
• Efek variable independent pada rasio swelling :

Pada persamaan tersebut mengindikasikan 3 variable independen, konsentrasi glutaraldehyde (X 1) sebagai efek negative,
sedangkan span 80 (X2) dan PVA (X3) sebagai efek positif pada rasio swelling Fluvastatin di dalam formulasi SPHC. Dari
Gambar 3 dan 4 juga menggambarkan interaksi antara variable yang dikaitkan dari sifat kurva garis kontur dan grafik respon.
• Efek variable independent pada pelepasan obat secara invitro: polynomial quadartic

Pada persamaan tersebut mengindikasikan 3 variable independen, konsentrasi glutaraldehyde (X 1) sebagai efek negative,
sedangkan span 80 (X2) dan PVA (X3) sebagai efek positif pada rasio swelling Fluvastatin di dalam formulasi SPHC.
Berdasarkan pemahaman yang diamati, prosedur optimasi dengan perhitungan dimana rasio swelling maksimum dan
pelepasan obat ditetapkan sebagai kriteria untuk pemilihan Fluvastatin dalam formula SPHC yang optimal. Validasi
experimental didesain dengan perbandingan antara data yang diprediksi dan data yang diamati menunjukkan sedikit
perbedaan.
SPEKTROSKOPI FTIR

Dari gambar dapat dilihat, yaitu struktur Fluvastatin dipertahankan tanpa adanya perubahan. Ini juga menafsirkan bahwa
Teknik formulasi dan eksipien yang digunakan tidak berdampak pada stabilitas obat
DIFFERENTIAL SCANNING CALORIMETRY

Perbandingan puncak obat yang diamati dalam formulasi SPHC menunjukkan thermogram sebanding dengan obat murni.
Tidak ada puncak yang terlalu berbeda pada thermogram, yang mengindikasikan kurangnya modifikasi polymorfisme
pada Fluvastatin SPHC
SCANNING ELECTRON MICROSCOPY

Gambar diatas menunjukkan adanya pori-pori yang saling berhubungan dalam jaringan hydrogel. struktur berpori juga
meningkatkan penetrasi molekul air yang lebih baik melewati pori yang menyebabkan pelepasan obat. Selain itu,
porositas juga membuat difusi air melewati jaringan hydrogel lebih cepat untuk meningkatkan kelarutan.
EVALUASI FARMAKOKINETIK

Gambar 8 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (p < 0.05)


konsentrasi obat dalam plasma yang dihubungkan dengan waktu.
Perbandingan variasi parameter menggunakan kinetika one-
compartment dan metode Wagner-Nelson yang juga menunjukkan
perbedaan signifikan pada absorpsi obat dari Fluvastatin SPHC
dibandingkan Fluvastatin murni.
Tabel 5 menunjukkan efek farmakokinetik dari sediaan. Uji
farmakokinetik mengembangkan formulasi dengan meningkatkan
absorpsi obat secara signifikan, dan guna dari peningkatan kelarutan
pada obat
EVALUASI FARMAKODINAMIK

Dari data tersebut, sangat jelas


bahwa Fluvastatin murni
menurunkan kadar lipid 50%,
sedangkan Fluvastatin SPHC
menurunkan kadar lipid 77%.
KESIMPULAN

• Formulasi Fluvastatin hidrogel berpori ditemukan sangat efektif dalam


meningkatkan kinerja biofarmasi obat. Penggunaan pendekatan desain
eksperimental menyarankan formulasi yang dioptimalkan sebaik mungkin,
yang menunjukkan potensi pelarutan obat, pelepasan obat secara invitro dan
dan efek kinerja farmakokinetik dan farmakodinamik. Secara keseluruhan,
penelitian ini berhasil menjamin penerapan formulasi berbasis hidrogel
berpori yang dapat bermanfaat bagi obat lain yang serupa.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai