0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan4 halaman
Makalah ini membahas tentang formulasi tablet floating ranitidine HCl untuk meningkatkan waktu tinggal obat di lambung. Metode yang digunakan adalah kempa langsung dengan bahan seperti ranitidine HCl, HPMC, NaHCO3, MgSt. Tablet dievaluasi melalui uji kekerasan, ketebalan, kerapuhan, variasi berat, keseragaman, dan disolusi. Hasilnya menunjukkan tablet memenuhi syarat dan mampu melepaskan obat secara terk
Makalah ini membahas tentang formulasi tablet floating ranitidine HCl untuk meningkatkan waktu tinggal obat di lambung. Metode yang digunakan adalah kempa langsung dengan bahan seperti ranitidine HCl, HPMC, NaHCO3, MgSt. Tablet dievaluasi melalui uji kekerasan, ketebalan, kerapuhan, variasi berat, keseragaman, dan disolusi. Hasilnya menunjukkan tablet memenuhi syarat dan mampu melepaskan obat secara terk
Makalah ini membahas tentang formulasi tablet floating ranitidine HCl untuk meningkatkan waktu tinggal obat di lambung. Metode yang digunakan adalah kempa langsung dengan bahan seperti ranitidine HCl, HPMC, NaHCO3, MgSt. Tablet dievaluasi melalui uji kekerasan, ketebalan, kerapuhan, variasi berat, keseragaman, dan disolusi. Hasilnya menunjukkan tablet memenuhi syarat dan mampu melepaskan obat secara terk
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2019 I. Latar Belakang Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan, supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang obat. Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained release) diracancang supaya pemakaian satu unit dosis tunggal dapat menyajikan pelepasan sejumlah obat segera setelah pemakaiannya, dan menghasilkan efek terapetik yang diinginkan secara berangsur-angsur serta terus menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk mempelihara tingkat pengaruhnya selama periode waktu yang diperpanjang, biasanya 8 sampai 12 jam. Ranitidin HCl memiliki waktu paruh yang sangat singkat yaitu 2,5-3 jam dan diabsropsi di bagian awal usus halus dengan bioavaibilitas absolut 50%, sehingga menyebabkan kadar teraupetik ranitidine HCl dalam plasma sulit dipertahankan dan membutuhkan adanya pengulanngan dosis. Penggunaan dosis berulang ini merupakan alasan utama diperlukannya formulasi Ranitidine HCl dalam bentuk sediaan modified release di lambung untuk menurunkan laju pelepasan obat. Alasan lainnya diperlukan formulasi Ranitidine HCl dalam bentuk sediaan pelepasan terkendali adalah Ranitidine HCl memiliki mekanisme aksi sebagai antagonis H-2 dengan reseptor yang terletak pada sel parietal lambung. Oleh karena itu, waktu tinggal obat yang lebih lama di dalam lambung sangat menguntungkan karena akan menyebabkan lebih banyak obat yang berikatan dengan reseptor, sehingga dapat memperpanjang efek terapi. II. Metode A. Metode yang digunakan dalam proses pembuatan tablet Ranitidine HCl menggunakan metode kempa langsung. B. Formulasi
Tabel. Formulasi tablet Ranitidine HCl
C. Cara Pembuatan Menimbang semua bahan yang digunakan. Mencampurkan bahan menggunakan mortir kaca sampai homogen. Menambahkan laktosa, talk, dan magnesium stearat ke dalam campuran diatas. III. Evaluasi A. Kekerasan Tablet ditempatkan di antara alat penguji kekerasan tablet, kekuatan alat yang digunakan untuk menghancurkan atau memecahkan tablet kemudian dicatat. B. Ketebalan dan Diameter Lima tablet diambil dan dikalibrasi menggunakan Kaliper Vernier dan hasilnya dalam mm. C. Kerapuhan Kerapuhan tablet yang tidak dilapisi ditentukan dengan menggunakan friabilator Electrolab di laboratorium. Perangkat ini membuat sejumlah tablet mengalami efek kombinasi abrasi dan goncangan dengan memanfaatkan ruang plastik yang berputar pada 25 rpm, menjatuhkan tablet-tablet tersebut dengan jarak enam inci dengan masing-masing operasi selama 100 putaran. Tablet-tablet itu kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Hal ini dinyatakan sebagai kehilangan massa dan dihitung sebagai persentase dari massa awal. Nilai untuk Hardness & Friability dapat bersama-sama menunjukkan kekuatan mekanik tablet. D. Uji Variasi Berat Menimbang sebanyak 20 tablet dan menentukan berat rata-rata tablet. Tablet yang masuk kriteria jika tidak lebih dari dua bobot individu menyimpang dari batas persentase 10. E. Keseragaman Bobot Menimbang 10 tablet, tablet triturat setara dengna 100mg ditimbang dan dilarutkan dengna buffer pH 1.2 dan diencerkan sampai 100ml dengan obat yang sama. Pengenceran selanjunya dilakukan sesuai untuk mendapatkan konsentrasi 10mcg / ml dengan simulasi pH cairan lambung 1.2. kemudian dibaca absorbansi secara spektrofotometri pada panjang gelombang 313nm. F. Uji Disolusi Uji disolusi kali ini menggunakan alat disolusi USP tipe II dengan metode dayung dan kecepatan pengadukan 50rpm pada suhu 37OC dalam 900 ,l 0,1 N HCl selama 12 jam. Sampel diambil pada interval waktu yang telah ditentukan dengan penggantian media disolusi dengan volume yang sama. Sampel yang didapatkan tadi diencerkan dan dibaca absorbansi secara spektrofotometri pada panjang gelombang 313nm. IV. Daftar Pustaka Ingale R.D., Thakare V.M., Tekade B.W. and Patil V.R., 2014, Development and Evaluation of Ranitidine Hydrochloride Floating, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Reserch, 5 (1), 269–274.