NAMA KELOMPOK :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
1.2 Epidemiologi
1. Penerimaan resep
2. Pemeriksaan keberadaan obat
3. Interpretasi resep
4. Pengambilan obat
5. Preparasi dan proses pemberian
6. Komunikasi dengan pasien
7. Pemastian pasien mengerti penggunaan obat
8. Monitoring kepatuhan pasien
9. Pencatatan atau dokumentasi
2.3 Proses dispensing
Proses Dispensing Good Pharmacy Practice menurut Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dengan
pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (2011) adalah :
1. Tahap pertama: Menerima dan memvalidasi order atau resep dengan mengidentifikasi
penderita dan menegaskan nama penderita.
2. Tahap kedua: Mengkaji order atau resep untuk kelengkapan resep meliputi:
- Nama penderita
- Ruang, kamar, nomor penderita
- nama obat, kekuatan, bentuk sediaan, kuantitas, aturan pakai
- Tanggal dan jam penulisan order atau resep
- Tanda tangan dokter penulis dan Jika perlu, instruksi lain dari dokter.
3. Tahap ketiga: Mengerti dan menginterpretasi order atau resep. Harus dilakukan oleh
apoteker atau asisten apoteker senior yang telah terlatih untuk tahap ini:
a. Membaca order atau resep
b. Menginterpretasi setiap singkatan yang digunakan dokter penulis resep secara benar.
c. Menegaskan bahwa dosis yang ditulis berada dalam rentang yang normal bagi penderita
(jenis kelamin dan umur perlu diperhatikan).
d. Melakukan perhitungan dosis dan kuantitas secara benar
e. Mengkaji ketidak tepatan yang tertera pada resep, antara lain kontra indikasi, interaksi,
duplikasi dan inkompatibilitas. Order obat secara lisan hanya diberikan dalam situasi luar
biasa dan darurat.
4. Tahap keempat : Menapis profil pengobatan penderita. Apoteker memasukkan semua data
obat yang tertulis pada order atau resep formula kedalam profil formulir pengobatan
penderita (terkomputerisasi). Suatu profil pengobatan penderita (p-3) mengandung dua jenis
informasi, yaitu pertama informasi khusus penderita atau disebut juga data base yaitu umur
dan bobot tubuh dihubungkan dengan kesesuaian dosis yang ditulis dokter dan kedua
informasi terapi penderita.
5. Tahap kelima: Menyiapkan, membuat, atau meracik sediaan obat. Beberapa langkah dalam
penyiapan atau peracikan sediaan obat yang diminta dokter yaitu:
a. Menemukan atau memilih wadah obat persediaan
b. Formula (membuat, menghitung, mengukur dan menuang)
c. Proses memberikan etiket
d. Penghantaran atau distribusi
6. Tahap keenam: Menyampaikan atau mendistribusikan obat kepada penderita. Untuk rawat
jalan obat harus diberikan kepada penderita yang namanya tertera pada resep atau
perwakilannya. Untuk penderita rawat inap, obat didistribusikan sesuai dengan sistem
distribusi obat untuk penderita rawat tinggal di RS.
2.4 Kategori kesalahan dispending
Jenis kesalahan obat yang termasuk Dispensing errors yaitu :
2.6 KASUS
b. Penyelesaian
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dilakukan langkah-langkah
berikut dalam menangani masalah tersebut yaitu:
- Ketika menerima resep yang ambigu baik signa maupun yang lainnya AA yang
bertugas seharusnya mengkonfirmasi kepada dokter di tempat itu, namun
karena AA kurang peka terhadap masalah sehingga hal sepele tersebut
diabaikan dan berakibat fatal bagi pasien tersebut
- Resep yang diterima AA seharusnya diassesment terlebih dahulu apabila
terlihat gejanggalan sehingga dapat diketahui apakah resep yang diberikan
sesuai dengan keluhan yang diderita pasien tersebut
- KIE menjadi filter terakhir untuk mengeliminasi kesalahan resep tersebut,
ketika KIE yang diberikan AA tidak sesuai dengan keluhan pasien maka pasien
atau AA akan melakukan klarifikasi dan memperbaiki kesalahan tersebut.
2. Dispending error
“Seorang Kostumer datang ke apotek membawa resep untuk anaknya, dokter
meresepkan Gentamycin dengan dosis 7,8 mg (0,78 ml dari sediaan 10 mg/ml)
untuk pasien ABD (tanpa keterangan usia). AA yang bertugas langsung
mengambilkan Gentamicin 40 mg/ml (yang notabene untuk pasien dewasa) dan
memberikannya kepada kostumer tersebut. Beberapa jam kemudian dokter yang
bertugas di RS pasien ABD dirawat menghubungi apotek dan menanyakan obat
yang diberika kepada pasiennya salah dan hampir disuntikkan oleh perawat yang
bertugas”
a. Permasalahan
Dari kasus tersebut, medication error yang terjadi adalah kesalahan
pemberian obat karena konsentrasi yang diinginkan dan yang diberikan tidak
sesuai dan konsentrasi yang diberikan adalah untuk pasien dewasa karena yang
menebus resep adalah orang tua pasien tersebut bukan untuk pediatrik.
Untungnya, permasalahan diketahui ketika perawat yang berjaga dan mau
menyuntikkan bingung dan mempertanyakan dosis yang diberikan dengan
konsentrasi obat karena perhitungan yang sulit.
b. Penyelesaian
Permasalahan tersebut maka yang harus dilakukan untuk mengatasi atau
mencegah kesalahan tersebut adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Belen, Ana et al.. 2010. Medication Error Prevalence. International Journal of Health Care
Quality Assurance. Vol. 23.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen kesehatan RI. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap
Keselamatan Pasien (Patient Safety ).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1027 MenKes/SK/IX/2004. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jakarta.
Rahmawati, Fita & Oetari, R.A. 2002. Kajian Penulisan Resep:Tinjauan Aspek Legalitas
dan Kelengkapan Resep di Apotek-Apotek. Yogyakarta : Majalah Farmasi Indonesia.13.
Siregar, Charles, J.P., dan Kumolosasi, E, 2006. Farmasi Klinik Teori danPenerapan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Hestarini V., Amalia L., Margayan E., 2017, Studi observasi kesalahan pengobatan di depo
farmasi rawat jalan RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung, Jurnal ilmu kefarmasian indonesia
vol. 15 (2)
Persatuan Rumah Sakit Indonesia. 2007. Laporan Peta Nasional Keselamatan
PasienKonggresPERSI. Jakarta.
Purba, A.V., Soleha, M. dan Sari, I.D., 2007, Kesalahan dalam Pelayanan Obat (medication
error) dan Usaha Pencegahannya, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Volume I0
Rahmawati, F., dan Oetari, R.A, 2002. Kajian penulisan resep: “Tinjauan AspekLegalitas
dan Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya Yogyakarta”. Majalah Farmasi
Indonesia. 13:86-94. Yogyakarta
Aldhwaihi et.al,. 2016. A systematic review of the nature of dispensing error in hospital
pharmacies.United Kingdom. Departement of Pharmacy University of Hertordshire
Depkes, RI. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien. Jakarta.
Ditjen Bina Kefarmasiaan dan Alat Kesehatan
Flynn EA, Barker KN, Carnahan BJ. 2003. National observational study of prescription
dispensing accuracy and safety in 50 pharmacies. J Am Pharm Assoc (Wash.)
Kementerian Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Puskesmas, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.