Anda di halaman 1dari 46

Oleh :

Aqib Ossa E.I


Martin Januar P.
Nur Chakim
Vigi Marna I
Muhammad Alsefta
Risalandi Nugroho S.
SILABUS

1. Pendahuluan sistem penghantaran obat


2. Sediaan Oral pelepasan terkendali (SOPT),
3. penghantaran obat transdermal,
4. penghantaran obat topikal,
5. penghantaran obat pada kolon
Drug Delivery

Conventional Controlled

Enteral Sustained

Extended
Parenteral
Site-specific
Other
Pulsatile
SPO

SPO memiliki konsep yang lebih comprehensive


yang meliputi: formulasi obat, interaksi yang
mungkin terjadi antara obat yang satu dengan obat
yang lainnya, matriks, container, dan pasien.

terwujudnya suatu sediaan obat yang ideal atau setidaknya


mendekati ideal yaitu sediaan obat yang:
1. Cukup diberikan satu kali saja selama masa terapi
2. Langsung dapat didistribusikan ke tempat aksinya dan
memiliki adverse effect yang seminimal mungkin
Untuk mencapai
tujuan tersebut:

Perlu
dipertimbangkan
sediaan obat konvensional
sediaan obat termodifikasi
(modified – release drug
product).

Faktor: seperti
farmakokinetik,
farmakodinamik dan
kenyamanan pasien
KARAKTERISTIK
OBAT

Sifat fisika kimia:


Absorbsi obat:
1.Suhu lebur
1.Perilaku dalam GIT
2.pKa
2.Jendela absorbsi
3.Kelarutan
3.Transport aktif/pasif
4.Koefisien partisi
4.Absorbsi limfatik
5.pH-stabilitas
5.Farmakokinetika
6.Kristal
OBAT

Suatu sistem yang


SEDIAAN
FARMASI menghantarkan obat pada
suatu organisme (manusia)

Parameter yang terkait yaitu:


1.Jumlah obat yang akan dihantarkan
2.Kecepatan penghantaran obat yang merupakan
jumlah obat yang dihantarkan per satuan unit
waktu
Proses yang berlawanan dengan SPO??

ELIMINASI

Meliputi:
1.Metabolisme obat (biotransformasi)
2.Ekskresi obat
Metabolisme dan ekskresi

Tergantung pada:
1.Kondisi fisiologi (umur, jenis kelamin, fungsi
ginjal, dosis obat)
2.Reaksi biokimia (jangka distribudi, ikatan
protein)

Menentukan lamanya waktu kadar obat


bersirkulasi untuk menghasilkan/mencapai efek
farmakologi spesifik.
FAKTA
secara teoritis, untuk memperlama dan menjaga
konsentrasi obat dalam organisme, perlu
mempertimbangkan proses absorbsi dan eliminasi obat
dengan kemungkinan memperpanjang:
1. Proses absorbsi
2. Proses metabolisme
3. Proses ekskresi
Beberapa kondisi yang tidak memungkinkan pada
pembuatan sediaan dengan pelepasan diperlama:

1. Jika obat di eliminasi dengan kecepatan rendah, maka ada


bahaya terjadinya akumulasi. Untuk praktisnya sediaan
lepas lambat dirancang utk obat dengan waktu paruh
biologi 2-6 jam
2. Jika jendeka terapi obatsempit, maka hanya ada
perbedaan kecil antara kadar terapeutik dan toksik obat
sehingga akan menimbulkan bahaya keracunan
3. Jika terjadi keracunan atau intoleransi sesudah pemberian
sediaan obat dengan pelepasan diperlama, sulit untuk
menghilangkan efek yang tidak dikehendaki dgn cara
menghentikan pemerian obat.
4. Jika absorbsi obat dalam salura cerna buruk, maka
bahayanya adalah efek farmakologi tidak efektif atau sama
sekali tidak tercapai
5. Tidak berguna untuk membuat sediaan dengan pelepasan
jika obat diabsorbsi secara transport aktif
6. Dibandingkan dengan sediaan pelepasan dipercepat/segera,
sediaan lepas lama dipengaruhi oleh bbrp faktor fisiologi,
sprti gastric emptying, pH medium, dan keberadaan enzim
dlm saluran cerna
7. Sulit direalisasikan utk obat dengan dosis tunggal lebih dari
500 mg.
Definisi SOPT:
Sistem yang menghasilkan penghantaran obat secara
kontinu untuk periode waktu yang sebelumnya sudah
ditetapkan, dengan kinetika yang sudah diprediksi, bersifat
reprodusibel, dan mekanisme pelepasan sudah diketahui.
:
KEUNTUNGAN SEDIAAN LEPAS
TERKONTROL

1. Mengurangi frekuensi pemakaian


obat
2. Menambah/ lebih mengenakkan
pasien (incompliance)
3. Menghindari/ tidak perlu adanya
pemakaian obat pada malam hari
4. Mengurangi fluktuasi kadar obat
dalam darah
5. Efek obat yang lebih uniform
6. Mengurangi iritasi saluran cerna
7. Mengurangi efek samping
KERUGIAN SEDIAAN LEPAS
TERKONTROL

1. Biaya (harga relative mahal)


2. Korelasi in vitro-in vivo (sering jelek)
3. Dose dumping
4. Mengurangi fleksibilitas pemberian obat
(tidak bisa utk obat dgn dosis besar/obat
indeks terapi sempit)
5. Menaikkan kemungkinan “first-pass effect”
6. Secara umum, bioavailabilitas kurang baik
7. Efektivitas pelepasan obat dipengaruhi dan
dibatasi oleh GI residence time
8. Apabila terjadi keracunan sulit utk
dihentikan
KARAKTERISTIK OBAT YANG TIDAK
COCOK DIGUNAKAN SEBAGAI OBAT
DALAM SEDIAAN LEPAS TERKONTROL

1. Waktu paro eliminasi pendek


2. Waktu paro eliminasi panjang
3. IT kecil
4. Dosis besar
5. Absorpsi jelek
6. Absorpsi secara aktif
7. Kelarutan yang kecil
8. First-pass effect yang ekstensif
Beberapa factor biologi yang dapat mempengaruhi
kinerja SOPT, antara lain:
1. Motilitas saluran cerna dan waktu transit obat
2. Aliran darah
3. lingkungan saluran cerna, yang meliputi:
a. Isi lumen dan pH
b. mucus
c. Junction ileo-cecal
d. Flora saluran cerna
e. Imunologi saluran cerna
Sistem penghantaran obat secara transdermal atau
transdermal drug delivery (TDD) merupakan salah satu
sistem penghantaran obat non konvensional atau
termodifikasi.
TDD didefinisikan sebagai suatu sistem penghantaran
obat yang mengharuskan obat berdifusi melalui
sejumlah lapisan kulit yang berbeda–beda hingga
akhirnya mencapai sirkulasi sistemik untuk
menimbulkan suatu efek terapi tertentu.
 Adapun jika obat tidak sampai ke dalam sirkulasi
sistemik, maka tidak dikategorikan ke dalam TDD
melainkan hanya sebatas topical drug delivery.
Keuntungan
Durasi yang lebih lama dari tindakan yang mengakibatkan
penurunan frekuensi dosis;
Peningkatan kenyamanan untuk mengelola obat-obatan, yang
tidak akan membutuhkan dosis sering;
Meningkatkan bioavailabilitas;
Mengurangi efek samping dan terapi karena pemeliharaan
kadar plasma sampai akhir interval pemberian dosis;
Peningkatan kepatuhan pasien dan kenyamanan melalui-
invasif, tanpa rasa sakit dan aplikasi sederhana;
Obat terhindar dari first passed effect;
Terhindar dari degradasi oleh saluran gastro intestinal;
Jika terjadi efek samping yang tidak diinginkan (missal reaksi
alergi, dll) pemakaian dapat dengan mudah dihentikan;
Kerugian
 Memliki bobot molekul relatif kecil (kurang dari 500 Da). Hal ini
karena pada dasarnya stratum corneum pada kulit merupakan barrier
yang cukup efektif untuk menghalangi molekul asing masuk ke tubuh
sehingga hanya molekul – molekul yang berukuran sangat kecil
sajalah yang dapat menembusnya;
 Memiliki koefisien partisi sedang (larut baik dalam lipid maupun air);
 Memiliki titik lebur yang relatif rendah. Hal ini karena untuk dapat
berpenetrasi ke dalam kulit, obat harus dalam bentuk cair, serta;
 Memiliki effective dose yang relatif rendah;
 Kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit;
 Tidak semua bagian tubuh dapat menjadi tempat aplikasi obat – obat
transdermal. Misalnya telapak kaki, dll;
 Harus diwaspadai pre-systemic metabolism mengingat kulit juga
memiliki banyak enzim pemetabolisme.
1. Impermeable backing atau lapisan penyangga, biasanya
terbuat dari lapisan polyester, ethylene vinyl alcohol
(EVA), atau lapisan polyurethane. Lapisan ini berguna
untuk melindungi obat dari air dan sebagainya yang dapat
merusak obat. Lapisan ini harus lebih luas dari pada
lapisan di bawahnya untuk
2. Drug Reservoir atau lapisan yang mengandung obat (zat
aktif) beserta dengan perlengkapannya seperti material
pengatur kecepatan pelepasan obat, dsb. Obat terdispersi
dengan baik dalam eksipien cair yang inert dalam lapisan
ini.
3. Lapisan perekat atau semacam lem untuk menempelkan
impermeable back beserta drug reservoir pada kulit.; serta
4. Lapisan pelindung yang akan dibuang ketika plester
digunakan. Lapisan ini berguna untuk mencegah
melekatnya lapisan perekat pada kemasan sebelum
digunakan.

Terkadang, ada pula lapisan tambahan yaitu rate-


controlling membrane yang terbuat dari
polypropylene berpori mikro dan yang berfungsi
sebagai membrane pengatur jumlah dan kecepatan
pelepasan obat dari sediaan menuju permukaan kulit.
Kenapa TDD dipilih sebagai alternatif penghantaran
obat menggantikan sistem penghantaran
konvensional?
 Pertama, Obat yang dihantarakan melalui TDD tidak mengalami first
pass effect karena dia tidak melewati portal hepatic sehingga dapat
menghindari problem rendahnya bioavailabilitas.
 Kedua, TDD dapat memberikan kadar obat yang terkontrol dan stabil
sehingga dapat mengurangi kebutuhan pengulangan konsumsi obat.
Hal ini dapat ditimbulkan akibat pelepasan obat dari sediaan yang
dikontrol baik dengan sistem reservoir, maupun sistem matriks.
 Ketiga, TDD memberikan profil Cp relatif mirip dengan profil Cp intra
vascular (landai) tanpa menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman
seperti dalam pemberian obat secara intra vascular yang invasive.
Landainya profil Cp pada TDD disebabkan oleh panjangnya jarak
tempuh obat dari sediaan menuju sirkulasi sistemik dan adanya fase–
fase yang berbeda. Sehingga perlu diperhatikan onset dan KEM–nya.
Keempat, jika ternyata terjadi side effect yang tidak diinginkan
(adverse effect), maka pemakaian dapat dihentikan dengan
mudah. Bayangkan jika hal ini terjadai pada pemberian p.o
maupun pemberian secara invasive.
Kelima, Bisa diberikan dalam waktu yang panjang tanpa diganti
asalkan patch tidak terlepas dari kulit.
 Keenam, tidak ada risiko interaksi dengan cairan lambung. Hal
ini penting mengingat banyak obat dapat terdegradasi oleh cairan
lambung maupun dapat mengiritasi lambung.
Ketujuh, TDD sangat cocok untuk obat dengan waktu paro
eliminasi pendek, therapeutics window sempit, serta absorbsi
rendah.
Meskipun TDD dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan
yang muncul dalam sistem penghantaran obat konvensional,
bukan berarti TDD tidak memiliki masalah. Masalah terbesar
dalam TDD adalah terkait dengan fungsi kulit. Sebagaimana
diketahui, kulit berfungsi sebagai “organ protektif” sehingga dia
tidak mudah ditembus oleh zat asing dari luar.
Berdasarkan struktur kulit yang demikian, maka hanya obat–obat
tertentu saja yang dapat dihantarkan melalui TDD. Obat–obat
tertentu tersebut adalah obat–obat yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
 Pertama, memiliki koefeisien partisi sedang. Obat dengan koefisisn
partisi tinggi dapat dengan mudah melalui SC akan tetapi akan
mengalami kesulitan untuk melewati lapisan dermis yang hidrofil.
Demikian pula sebaliknya, obat dangan koefisien partisi rendah
mungkin akan dapat dengan mudah melewati lapisan dermis akan
tetapi dia kesulitan untuk melewati lapisan SC.
 Kedua, memiliki ukuran yang kecil, direpresentasikan dengan BM
yang rendah (di bawah 500 Da). Ukuran obat yang terlalu besar akan
menyulitkan dalam menembus berbagai lapisan kulit tersebut kecuali
jika digunakan TDD aktif.
 Ketiga, harus obat yang poten dalam artian dosis terapinya kecil.
Bayangkan jika obat dengan dosis besar seperi Amoxicillin (dosis
sekali minum 500 mg) dihantarkan dengan TDD. Mau berapa besar
patch yang akan digunakan? Mau ditempel di bagian tubuh mana
patch sebesar itu?
Keempat, memiliki titik lebur yang rendah. Titik
lebur ini terkait erat dengan BM. Semakin besar BM,
semakin tinggi pula titik leburnya.
Kelima, tidak menimbulkan reaksi yang tidak
diinginkan pada kulit seperti iritasi dan sensitisasi.
Khusus aspek ini, reaksinya sangat individual. Sangat
boleh jadi suatu obat aman bagi individu A tetapi
menimbulkan reaksi alergi yang demikian
mengganggu pada individu B.
Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum
memutuskan suatu obat akan dihantarkan melalui
TDD adalah bentuk kristalnya terutama untuk obat–
obat yang memiliki beberapa bentuk kristal. Tidak
ada patokan yang pasti bentu kristal seperti apa yang
cocok untuk dihantarkan melalui TDD. Hal ini terkait
permeabilitas yang berbeda–beda pada tiap bentuk
kristal yang berbeda sehingga permeabilitasnya tidak
dapat diprediksi.
Ada empat jenis utama patch transdermal :

Single-layer Obat-in-Adhesive
Multi layer-Drug-in-Adhesive
Reservoir
 Matriks
Preparat topikal digunakan untuk efek lokal
pada tempat aplikasi mereka berdasarkan
penetrasi obat ke dalam lapisan yang mendasari
kulit atau selaput lendir.
Pengiriman topikal mencakup dua tipe dasar
produk:
1. Topikal Eksternal yang tersebar, disemprot, atau
tersebar ke jaringan kulit untuk menutupi daerah
yang terkena.
2.Internal topikal yang diaplikasikan pada membran
mukosa oral, melalui vagina atau pada jaringan
anorektal untuk kegiatan lokal 2.
pengiriman topikal dapat didefinisikan sebagai
penerapan obat yang mengandung formulasi untuk
kulit untuk langsung mengobati gangguan kulit
(misalnya jerawat) atau (misalnya psoriasis) dengan
maksud yang mengandung efek farmakologis atau
lainnya obat ke permukaan kulit atau di dalam kulit.
Formulasi Semi padat mendominasi sistem untuk
pengiriman topikal, seperti aerosol, bubuk obat,
larutan, dan sistem perekat.
Keuntungan Sistem Pengiriman Obat topikal:
1. Menghindari metabolisme lintas pertama.
2. Nyaman dan mudah diterapkan.
3. Menghindari risiko dan ketidaknyamanan terapi intravena
dan kondisi beragam penyerapan, seperti perubahan pH,
kehadiran enzim, waktu pengosongan lambung dll
4. Pencapaian keberhasilan dengan dosis rendah harian total
obat oleh input obat terus menerus.
5. Menghindari fluktuasi kadar obat.
6. Kemampuan untuk dengan mudah mengakhiri obat, bila
diperlukan.
Kekurangan Sistem Pengiriman Obat topikal:

1. Iritasi kulit dermatitis kontak dapat terjadi karena


obat dan / atau eksipien .
2. Miskin permeabilitas dari beberapa obat melalui
kulit.
3. Kemungkinan reaksi alergi.
4. Hanya dapat digunakan untuk obat yang
memerlukan konsentrasi plasma yang sangat kecil
untuk tindakan
5. Enzim dalam epidermis dapat mengubah sifat
sesuatu benda obat
6. Obat dari ukuran partikel yang lebih besar tidak
mudah menyerap melalui kulit
Permeasi
Sebagianmelalui
besar kulit
preparat topikal dimaksudkan untuk
diterapkan pada kulit. Jadi pengetahuan dasar kulit
dan fisiologi, fungsi dan biokimia sangat penting
untuk merancang topikal. Kulit adalah organ tunggal
terberat dari tubuh, menggabungkan dengan lapisan
mukosa saluran pernapasan, pencernaan dan
urogenital.

PH kulit bervariasi 4-5,6. Keringat dan asam lemak


dikeluarkan dari sebum mempengaruhi pH
permukaan kulit. Disarankan bahwa keasaman kulit
membantu dalam membatasi atau mencegah
pertumbuhan patogen dan organisme lain
Sistem penghantaran obat spesifik colon memberikan
beberapa keuntungan terapeutik.
Pada beberapa penyakit colonic seperti: kanker
kolorektal, penyakit Crohn’s, spastic colon dan lain
sebagainya, terbukti bahwa pengobatan secara local
lebih efektif dari pengobatan sistematik.
Penghantaran obat colonic ini dapat dicapai melalui
pemberian obat secara oral dan rectal.
Pemerian obat secara rectal (supositoria dan enema)
tidak selalu efektif karena besarnya variabilitas kadar
obat menurut cara pemberian ini, oleh karena itu
pemberian obat secara oral merupakan alternative
pilihan terbai
Absorpsi dan degradasi bahan aktif (obat) pada
bagian atas salur cerna adalah masalah utama pada
system penghantaran obat melalui rute oral yang
harus diatasi untuk mencapai keberhasilan system
penghantaran obat bersasaran colon (targeted
colonic).
Dalam pengembangan sediaan bersasaran colon ini
ada 4 elemen esensial yang saling terkait, yaitu:
penyakit, obat, tujuan (sasaran) dan system
penghantaran obat
Sasaran SPO spesifik kolon
1. Menurunkan frekuensi pemberian obat
2. Menunda penghantaran obat sampai waktu yang
sesuai dari suatu penyakit
3. Memperlambat penghantaran obat sampai dikolon
untuk mencapai konsentrasi tinggi pada
pengobatan penyakit di bagian akhir saluran cerna
(kolon)
4. Menghantarkan obat ke daerah yang kurang
bersahabat terhadap metabolisme, misal tidak
tahan asam dan enzim.
Salut enterik utk penghantaran kolonik
Secara praktis dapat digunakan suatu polimer yg larut
pd pH 7 atau lebih dalam bentuk dispersi dalam air.
Salut enterik yg melarut pda pH lebih rendah dr 7
digunakan utk salut enterik konvensional.
Pemilihan polimer yg melarut pd pH lebih dr 7 akan
melepaskan obat pada daerah terminal usus halus.
Mekanisme pelepasan obat pada SPO kolon
1. Salut enteric : bagian terluar yang mencegah penetrasi
cairan gastric ke dalam tablet,sehingga mencegah obat
dilepaskan di lambung.
2. Lapisan polimer yang dapat tererosi : ketika obat masuk
ke usus, salut enterik akanlarut dan polimer ini mulai
tererosi. Polimer ini akan mencegah obat untuk
dilepaskanpada usus halus. Polimer ini dapat bertahan 4-6
jam hingga obat mampu mencapaikolon.
3. Inti : inti merupakan tablet konvensional yang yang
berisi zat aktif yang akandilepaskan di dalam kolon. Di
kolon bakteri akan mendegradasi polysakarida
menjadiasam 1rganic. PH yang rendah di sistem akan
menyebabkan larutnya salut larut asamdan kemudian zat
aktif akan dilepaskan

Anda mungkin juga menyukai