Anda di halaman 1dari 27

EFEK OBAT DIURETIK

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seluruh sel-sel tubuh terendam dalam suatu cairan yang disebut cairan

intestinal dapatmenimbulkan kelainan fungsi tubuh. Kelainan volume cairan

vaskuler akan mengganggu fungsi kardiovaskular, sedaang perubahan

komposisi cairan itestitial akan mengganggu fungsi.

Terdapat banyak keadaan-keadaan uyang dapat mengganggu volume

dan komposisi cairan tubuh tersebut, antara lain ingesti (pemasukan) air atau

deprifasi (hilangnya) air, ingestri atau devrifasi elektroli, kelebihan asam atau

alkali, produk metabolism atau pemberian bahan-bahan toksik.

Jadi, jelas harus dapat suatu regulasi aktif untuk mempertahankan

lingkungan agar tetap konstan. Terutama dalam menghadapi factor yang dapat

mengganggu kestabilan volume dan komposisi cairan interistitial.

Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang

berkaitan dengan obat baik dari segi farmasetik, farmakodinamik,

farmakokinetik, dan juga farmakologi.

Dahulu farmakologi mencakup tentang sejarah, sumber, sifat kimia,

dan fisika, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorbsi,

biotranformasi, ekskresi, penggunaan obat. Namun dengan berkembangnya

pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi cabang

ilmu tersendiri.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 1


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Dalam arti luas yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka

farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun seorang

dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk

maksud pencegahan, diagnosi, dan pengobatan penyakit selain itu, agar

mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan gejala penyakit.

Untuk mempelajari pengaruh obat pada manusia, obat dicobakan

dahulu pada hewan dan dipelajari efeknya dalam farmakologi eksperimental.

Farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam

tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Farmakodinamik

mempelajari efek obat fisiologi dan biokimia berbagai obat tubuh serta

mekanisme kerjanya.

Pemberian obat peroral merupakan cara pemberian obat yang paling umum

dilakukan karena mudah, aman dan murah. Kerugiannya adalah banyak faktor

dapat mempengaruhi biovailabilitasnya, obat dapat mengiritasi saluran cerna,

dan perlu kerja sama dengan penderita, tidak bisa dilakukan bila pasien koma.

Pemberian secara suntikkan memiliki keuntungan yaitu efeknya timbul

lebih cepat dan teratur dibanding dengan pemberian peroral, dapat diberikan

pada penderita yang tidak sadar atau muntah-muntah, dan sangat berguna

keadaan darurat. Kerugiannya ialah dibutuhkan cara aseptis, menyebabkan

rasa nyeri, ada bahaya penularan hepatitis serum, sukar dilakukan sendiri oleh

penderita dan tidak ekonomis.

Pemberian intravena (IV) tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar

obat dalam darah diperoleh secara cepat tepat dan dapat disesuaikan langsung

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 2


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

dengan respon penderita. Suntikkan subkutan (SK) hanya boleh digunakan

untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Pada suntikkan intra

muskular (IM) kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan

kelengkapan absorbsi. Suntikkan intratekal, yakni suntikkan langsung kedalam

ruang subaraknoid spinal, dilakukan apabila diinginkan efek obat yang cepat

dan setempat pada selaput otak atau sumbu serebrospinal, seperti pada

anestesia spinalatau pengobatan infeksi SSP yang akut. Suntikkan

imtraveritonial tidak dilaukan pada manusia karena bahaya infeksi dan adhesi

terlalu besar, hanya dilakukan pada hewan.

Pemberian obat melalui paru-paru atau cara inhalasi ini hanya dapat

dilakukan untuk obat yang berbentuk gss atau cairan yang mudah menguap

misalnya anestetik umum, dan untuk obat lain yag dapat diberikan dan untuk

aerosol.

Pemberian obat topikal pada kulit, tidak banyak obat yang dapat menembus

kulit yang terpanjang serta kelarutan obat dalam lemak karena epidermis

bertindak sebagai sawar lemak.

Efek obat umunya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada

sel atau organisme. Interaksi obat dengan repseptornya ini mencetuskan

perubahan biokimawi dan fisiologi yamg merupakan respon khas untuuk obat

tersebut. Reseptor obat merupakan komponen mikromolekul fungsional yang

mencakup dua konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat ,mengubah

kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu

fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. Walaupan tidak

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 3


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

berlaku bagi terapi gen, secara umum konseop ini masih nberlaku sampai

sekarang. Setiap komponen mikromolekul fungsional dapat berperan sebagai

reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu, juga berperan sebagai

reseptor untuk ligan endogen (hormon, neurotransmitor) substansi yang

efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa

yang tidak mempunyai aktifitas intrinsic tetapi ,menghambat secara kompotetif

efek suatu agonis ditempat ikatan agonis disebut antagonis.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 4


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

efek dari obat-obat antidiuretik dari beberapa obat dari hewan uji Mencit (Mus

musculus).

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan dari praktikum ini adalah untuk

membandingkan efek diuretik dari obat Furosemid 40 mg, Spironolakton 25 mg,

Infusa keji beling, HCT 10 mg, Aquadest dan Na. CMC 1%,

D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan yaitu penentuan efek diuretik dari obat

Furosemid 40 mg, Spironolakton 25 mg, Infusa keji beling 30 %, HCT 10 mg,

aquadest dan Na. CMC 1% berdasarkan Frekuensi urine setelah pemberian obat

dengan jarak waktu tertentu 0 – 60 menit selama 12 jam.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 5


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diuretik

Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbayak pengeluaran kemih

(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang

menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak

termasuk dalam definisi ini, misalya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantug

(digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi

sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) (Tan Hoan Tjay: 519 ).

Diuretik sangat efektif pada penggunaan obat jantung khususya pada

congestive heart failure dan digunakan pada acsites penyakit cirrhosis, nephrotic

syndrome. Urine terbentuk dari darah yang terjadi karna filtrasi glomeruli dan

reabsorbsi tubuli dan sekresi ( Anief : 41 – 42 ).

Dalam keadaan normal kecepatan filtrasi glomeruli dan reabsorbsi kira-

kira 100 mL/ menit. Kira – kira 99 mL cairan diserap kembali kedalam darah dan

hanya 1 mL diekskresikan sebagai urine. Maka itu obat menaikkan kecepatan

terjadinya urine dengan jalan menaikkan filtasi glameruli, dan depresi absorpsi

kembali oleh tubuli ( Anief : 42 ).

Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan

mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat. Untuk

ini darah mengalami filtrasi, dimana semua komponennya melintasi saringan

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 6


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

ginjal kecuali zat putih telur dan sel – sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih

kurang 1 juta filter kecil ini ( glameruli ) dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh

(k. l. 5 liter) sudah dimurnikan dengan melewati saringan tersebut ( Tan H. Tjay

: 519).

Diuretika diindikasikan sebagai monoterapeutika pada penderita

Hipertensi usia tua, disamping itu obat ini merupakan mitra kombinasi yang

penting pada penanganan hipertensi, karena sejumlah antihipertensiva lainnya

(mis. Vasodilator) bekerja menahan Na+ dan air. Untuk indikasi ini lebih

senangi senyawa dengan waktu kerja yang lebih panjang seperti tiazid

dibandingkan senyawa yang bekerja singkat, seperti misalnya beberapa diuretika

jerat henle. Untuk menghindari kehilangan kalium dan magnesium, pada pasien

dengan fungsi ginjal yang normal atau agak berkurang sedikit saluretika dapat

dikombinasi dengan diuretika penahan kalium, misalnya amilorid atau

triamteren ( Mutschler : 489 ).

Resistensi diuretika adalah suatu keadaan saat penanganan dengan

furosemida (oral sampai 250 mg/ hari) dengan asupan garam terbatas tidak

menghasilkan efek. Komplikasi dari gagal jantung ini secara potensial dapat

berlangsung fatal dan dapat di atasi dengan penambahan suatu thiazida pada

furosemida ( Tan H. Tjay : 522 ).

Tak jarang diuretika di salah gunakan dalam melangsingkan tubuh bagi

orang gemuk dengan jalan mengeluarkan cairannya. Penyusutan berat badan

yang diperoleh hanya bersifat sementara, begitu pula penggunaannya pada

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 7


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

udema kehamilan yang umumnya tidak dianjurkan karena dapat membahayakan

penyaluran darah ke janin ( Tan H. Tjay : 522).

Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat

kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik. Secara umum

diuretik dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (sunaryo, 1995) :

1) Diuretik osmotic

2) Penghambat mekanisme transport elektrolit

Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal

terdiri atas (sunaryo, 1995) :

1) Penghambat karbonik anhidrase.

2) Benzotiadiazid

3) Diuretik hemat kalium

4) Diuretik kuat

Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari

nefron ginjal. Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus.

Kerja dari setiap diuretik paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan

antara titik tangkap kerjanya pada nefron dan fisiologi normal dari segmen

tersebut. .( Katzung, G, 2001)

B. Penggolongan Obat Diuretik

Penggolongan obat diuretik terbagi atas : (Mycek,2001).

1). Penghambat karbonik anhidrase

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 8


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Mekanisme kerja obat ini yaitu menghambat enzim karbonikanhidrase

pada sel epitel tubulus proksimal.Dimana enzimkarbonik anhidrase ini bekerja

mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3- (bikarbonat) yang

akan diabsorbsi ditubulus proksimal. Peningkatan HCO3 akan berbanding

lurus denganpeningkatan cairan tubuh. Oleh karena itu,enzim

karbonikanhidrase ini harus dihambat. Contoh : Asetazolamid

2). Loop Diuretik

Mekanisme kerja golongan obat ini yaitu menghambat kontranspor

Na/K/Cl dari membran lumen pada parsasendensansa henle. Kerena itu,

reabsorbsi Na, K, dan Cl menurun, sehingga tidak menyebabkan peningkatan

cairan tubuh.Contoh: asam etakrinat, bumetanid, furosemid ,torsemid.

3). Diuretik tiazid

Mekanisme kerja obat golongan ini yaitu menurunkan reabsorbsi NaCl

dengan menghambat kotransporter Na/Cl dimembran lumen tubulus

distal,akibatnya obat-obat ini meningkatkan konsentrasi Na/Cl pada cairan

tubulus. Karena tempat kerja derivat tiazid adalah membran lumen,maka obat

obatini harus diekskresikan kedalam lumen tubulus untuk menjadi efektif.

Peningkatan ekskresi Na dan Cl akan menyebabkan

diuresis. Contoh : Klorotiazid, klortalidon, hidroklortiazid,indapamid,

metolazon.

4) Diuretik hemat kalium

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 9


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Mekanisme kerja obat ini yaitu antagonis aldosteron, bersaing dengan

aldosteron untuk mencapai reseptor sitoplasma intraselular,contoh

spironolakton. Menghambat kanal Na, menghambat saluran transpor Na yang

menyebabkan penurunan pertukaran Na –K ditubulus renalisrektus. Contoh

triamteren ,amilorid.

5) Diuretik osmotik

Mekanisme kerja golongan obat ini adalah menyeimbangkan cairan

tubuh intra selular, mempertahankan aliran urine yang akan mempertahankan

fungsi ginjal dalam waktu lama. Contoh : manitol,urea.

Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada

reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan

H2O) dan menurunkan sekresi K+ yang diperkuat oleh listrik. Spironolakton

merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari reabsorpsi Na+ total yang

yang berada di bawah kendali aldosteron. Spironolakton terutama digunakan

pada penyakit hati dengan asites,sindrom Conn (hiperaldosteronisme primer),

dan gagal jantung berat(Neal, 2006). Furosemid merupakan golongan obat

diuretik, yaitu diuretik jerathenle. Semua diuretik jerat henle bekerja pada

cabang menaik yang tebal dari jerat henle, karena merupakan diuretika yang

bekerja kuat (diuretika plafon tinggi) (Mutschler, 1991).

Tiazid merupakan obat diuretic yang paling banyak digunakan.Obat-

obat ini merupakan derivate sulfonamide dan strukturnya berhubungan dengan

penghambat anhidrase. (Mycek, 2001)Tiazid memiliki aktivitas diuretic lebih

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 10


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

besar dari pada asetazolamid, dan obat-obat ini bekerja di ginjal dengan

mekanisme yang berbeda-beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus distal dan

smuanya memiliki efek diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya dalam

potensi, dinyatakan dalam permili gram basa. (Mycek, 2001).

Diuretik hemat kalium merupakan obat yang bekerja ditubulus renalis

rektus untuk menghambat reabsorbsi Na+ sekkresi K+ dansekresi H+ diuretic

hemat kalium digunakan terutama bila aldesteron berlebihan. (Mycek, 2001).

Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok,yakni (Tan.H.T

,2002):

a) Diuretik lengkungan : Furosemid, bumetanida dan etakrinat.Obat- obat ini

berkhasiat kuat dan pesat tetapiu agak singkat. Banyak digunakan pada

keadaan akut, misalnya pada edema otakdan paru- paru.

b) Diuretik Tiazid : HCT, klortalidon, mefrusida, indapamida. Efeknya lebih

lemah dan lambat, juga lebih lama dan terutama digunakan pada terapi

pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.

c) Diuretik penghemat kalium : Antagonisaldosteron, spironolakton,

amilorida dan triamteren. Efek obat- obat ini hanya lemah dan khusus

digunakan terkombinasi dengan diuretik lainnya guna menghemat ekskresi

kalium.

d) Diuretik osmotic : Mannitol dan sorbitol Obat- obat ini hanya direabsorbsi

sedikit oleh tubuli sehingga reabsorbsi air juga terbatas. Efeknya adalah

diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan relatif sedikit ekskresi Na+

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 11


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

e) Penghambat anhidrasi karbonat : asetazolamid Zat ini merintangi enzim

karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga disamping karbonat, juga Na

dan K diekskresi lebihbanyak, bersamaan dengan air.

C. Mencit ( Mus Musculus).

Mencit adalah kelompok hewan mamalia rodensia (pengerat) yang masuk

dalam famili muridae, hewan ini sering di temukan di dekat pemukiman dengan

bentuk seperti tikus kecil. Di alam, hewan ini sering dijumpai dengan warna hitam

keabuan sementara untuk hewan uji, warna mencit ini di seleksi yang albino (putih).

Hewan mencit sebagai hewan percobaan sering di gunakan dalam penelitian

biologi, biomedis, dan reproduksi. Alasan mencit sebagai hewan percobaan di

karenakan mencit memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :

1) Cepat berkembang biak

2) Ukuran tubuhnya relatif lebih kecil di bandingkan beberapa jenis hewan

percobaan lainnya.

3) Mudah di pelihara dalam jumlah banyak.

4) Karakter anatomi dan fisiologinya mudah di amati.

5) Mencit memiliki aktivitas reproduksi yang panjang (2-14 bulan)

6) Variasi genetiknya cukup besar.

 Anatomi dan fisiologi mencit (Mus Musculus)

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 12


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Gambar 1, Anatomi mencit secara keseluruhan

Mulut mencit terdiri atas dua bagian yaitu :

1) Bagian eksternal (luar) yang sempit berupa vestibula yang terdiri dari ruang

diantara gusi, gigi, bibir, dan gusi.

2) Bagian internal (dalam) atau rongga mulut yang di batasi dengan tulang

maksiralis, palatum, serta mandibularis dibagian belakang bersambung

dengan faring. Selaput lendir mulut di tutupi oleh jaringan epitel berlapis

yang di bawahnya terdapat kelenjar halus penghasil lendir. Selaput tersebut

penuh dengan pembuluh darah dan ujung akhir dari syaraf sensoris. Bibir

mencit terletak di sebelah luat mulut dan ditutupi dengan kulit serta dan

dibagian dalam ditutupi dengan mukosa.

 Morfologi mencit (Mus Musculus)

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 13


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Gambar 2.Mencit (Mus musculus)

Bentuk tubuh mencit memiliki ciri-ciri rambut mencit liar memiliki

warna coklat pada bagian dorsal dan abu-abu terang pada bagian dorsal.

Warna mata hitam dan integumen (kulit) berpigmen dan ekor berwarna

gelap.

 Klasifikasi mencit (Mus musculus)

Kingdom :Animalia

Filum :Chordata

Subfilum :Vertebrata

Kelas :Mamalia

Ordo :Rodentia

Famili :Muridae

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 14


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Genus :Mus

pesies :Mus musculus L.

D. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI. Edisi III Hal. ‘96)

Nama Resmi : AQUA DESTILATA

Nama Sinonim : Aquadest, Air suling, Air murni.

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

K/P Zat tambahan atau pelarut.

2. Furo

Nama Resmi : SPIRONOLAKTONUM

Nama Sinonim : Spironolaktom

Pemerian : Serbuk, kuning tua, tidak berbau atau berbau

Berat molekul asam asetat lemah, rasa agak pahit.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80

bagian etanol (95 %) P, dalam 3 bagian

kloroform P dan dalam 100 bagian eter P.

Penyimpanan : Terlindung dari cahaya.

K/P : Diuretikum

(untuk memperbayakpengeluaran kemih)

Farmakokinetik :

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 15


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

70 % Spironolakton oral diserat disaluran

cerna, mengalami sirkulasi antero hepatik

: dan metabolisme lintas pertam. Ikatan

dengan protein cukup tinggi. Metabolik

utamanya, kanrenon, memperlihatkan

aktivasi antagonis aldosteron dan turut

berperan dalam aktivitas biologik

Farmakodinamik : spironolakton.

Memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida

ditubuli distal serta memeperbesar ekskresi

kalium. Jadi akan terjadi penurunan kadar

kalium dan alkalosis metabolik karena

reabsorbsinya HCO3 dan sekresi H+ yang

bertambah.

1. HCT ( FI Edisi III, halaman 288 )

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 16


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Nama Resmi : HYDROCHLORTHIAZIDUM

Nama Sinonim : Hidroklortiazid

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak

berbau rasa pahit

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam kloroform

P, dalam eter P, larut dalam 200 bagian etanol

(95%) P, dalam 20 bagian aseton, larut dalam

larutan alkai hidroksida

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Diuretikum

(untuk memperbayakpengeluaran kemih)

2. Na. CMC (FI. Edisi III Hal. 401)

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 17


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Nama Resmi : NATRIICARBOXYMETHYL CELULOSUM

Nama Sinonim : Na. Karboksil metilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air membentuk

suspensi koloidal tidak larut dalam etanol (95

%) P, dalam eter P, dan dalam pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Zat tambahan

3. semid (FI. Edisi III Hal. 262)

Nama Resmi : FUROSEMIDUM

Nama Sinonim : Furosemida, Frusemida

Pemerian : Serbuk hablur putih, hampir tidak putih, tidak

berbau, hampir tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dlam air dan dalam

kloroform P, larut dalam 75 bagian etanol (95

%) P, dan dalam 850 bagian eter P, larut

dalam larutan alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

K/P : Diuretikum

(untuk memperbayakpengeluaran kemih)

Farmakokinetik :

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 18


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Diuretik kuat mudah diserap melalui saluran

cerna, dengan derajat yang agak berbeda.

Biovailabilitas furosemid 65%, sedangkan

Farmakodinamik : Bumetenid hampir 100 %.

Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara

menghambat reabsorbsi elektrolit Na +/ K+/2

: Cl di ansa Henle asendens bagian epitel tebal,

tempat kerjanya dipermukaan sek epitel

bagian luminal (Yang menghadap kelumen

tubuli).

4. Spironolakton (FI.Edisi III, Hal. 569)

BAB III

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 19


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang dugunakan.

a. Kandang Metabolisme.

b. Alat suntik dan jarum oral/canula.

2. Bahan yang digunakan

a. Tablet HCT

b. Tablet spironolakton

c. Tablet Furosemid

d. Aquadest

e. Natrium CMC

3. Hewan : Mencit

B. Perhitungan Pembuatan Reagen

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 20


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

1. Na. CMC 1 % 100 mL


𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝑏⁄𝑤 = × 100 %
𝑦 𝑚𝐿

𝑥
1% = 100 × 100 %

100
x = 100 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Na. CMC 1 % 100 mL

a. Ditmbang sebanyak 1 g Na. CMC

b. Dipanasakan air sebanyak 100 mL.

c. Dimasukkan Na. CMC kedalam air sedikit demi sedikit sambil diaduk

hingga larut dan bening.

d. Diangkat lalu didinginkan, kemudian ditutup dengan alumminium foil.

2. Penyiapan hewan coba Mencit (Mus muculus L)

a. Disiapkan hewan coba yang akan digunakan yaitu Mencit (Mus muculus

L)

b. Dipilih hewan coba mencit yang sehat, lincah, dan berat badan yang

sesuai standar.

c. Dipuasakan hewan coba selang 6 jam sebelum dilakukan percobaan.

3. Perlakuan hewan coba mencit (Mus muculus L)

a. Hewan coba mencit terlebih dahulu dipuasakan selama 6 jam dengan

maksud agar lambung kosong sehingga obat cepat bereaksi.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 21


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

b. Dilakukan penimbangan terhadap hewan coba dan dikelompokkan

sebanyak 6 kelompok.mencit diberi obat diuretik sesuai perhitungan

volume pemberian.

c. Diamati frekuensi urisinase selama 18 jam dengan selang waktu 60 menit.

d. Dicatat hasilnya .

B. Prosedur Praktikum

1) Hewan 1, diberi air suling pelan-pelan, 50 mL/kgBB, kemudian diletakkan

dalam kandang metabolisme, catat volume urin/frekuensi kencing selama 18-

24 jam.

2) Hewan 2, diberi suspensi spironolakton pelan-pelan, dengan dosis yang sesuai

BB, kemudian diletakkan dalam kandang metabolisme, catat volume

urin/frekuensi kencing selama 18-24 jam.

3) Hewan 3, diberi suspensi furosemid per oral pelan-pelan, dosis sesuai BB,

kemudian diletakkan dalam kandang metabolisme, catat volume urin/frekuensi

kencing selama 18-24 jam.

BAB IV

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 22


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Frek.
Berat Vol. Volume
Perlakuan Kencing
Badan Pemberian Urin
(kali)
Tablet HCT 30,81 g 1 ml 22
Spironolakton 21,04 g 07013 ml 18
Furosemid 24,13 g 0,805 ml 20
Na.CMC 0,5% 23,19 g 1 ml 13
Sambiloto 25,40 g 0,9 ml 26
Kumis kucing 20,09 g 0,7 ml 16

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 23


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

B. Pembahasan

Diuretik adalah obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis)

dengan menghambat jumlah reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain

pada tubulus ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan

udema. Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal

jantung.

Faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik

1. Tempat kerja diureti

2. Status fisiologi dari organ

3. Interaksi antara obat dengan reseptor

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium,

sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak.

Hidroklorthiazid berkerja dengan cara menghambat simporter Na+, Cl-,

ditubuls distal. Mekanisme kerja hidroklorthiazid yaitu inhibisi reabsorbsi

pada tubulus ginjal, akibatnya ekskresi Na dan air meningkat.

Spironolakton berkerja pada segemen yang berespon terhadap

aldosteron pada nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Dengan

mekanisme kerja yaitu berkompetensi dengan aldosteron pada reseptor di

tubulus ginjal distal, meningkatkan NaCl dan ekskresi air selama konversi ion

kalium dan hydrogen, juga dapat memblok efek aldosteron pada otot polos

arterioles.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 24


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Sediaan Furosemid dengan Na. CMC yang paling baik digunakan

untuk mempercepat pengeluaran urin yaitu furosemid, karena Na. CMC disini

hanya digunakan sebagai control negative sehingga tidak memberikan efek.

Proses pengerjaan praktikum ini adalah dengan dua hewan uji (muncit)

dengan berat badan yang berbeda yang diinjeksikan secara oral menggunakan

obat HCT, Spironolakton, Furosemid, Sambiloto, Kumis Kucingdan Na CMC

0,5% sebagaikontrol dengan dosis yang berbeda.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 25


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat simpulkan bahwa Tablet HCT

memberikan frekuensi kencing sebanyak 22 kali, Spironolakton 18 kali, Furosemid 20

kali, Na.CMC 0,5% 13 kali, Sambiloto 26 kali, dan Kumis kucing sebanyak 16 kali.

DAFTAR PUSTAKA

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 26


EFEK OBAT DIURETIK
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II

Ernest Mustchler. 1991. Dinamika Obat . Bandung : ITB

Moh, Anief. 2001. Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan. Gadja

Mada University. Yogyakarta : Press

Tjay, Than Hoan. 1995. Distribusi Obat. Jakarta : Press

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 27

Anda mungkin juga menyukai