PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh sel-sel tubuh terendam dalam suatu cairan yang disebut cairan
dan komposisi cairan tubuh tersebut, antara lain ingesti (pemasukan) air atau
deprifasi (hilangnya) air, ingestri atau devrifasi elektroli, kelebihan asam atau
lingkungan agar tetap konstan. Terutama dalam menghadapi factor yang dapat
dan fisika, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorbsi,
ilmu tersendiri.
dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
mempelajari efek obat fisiologi dan biokimia berbagai obat tubuh serta
mekanisme kerjanya.
Pemberian obat peroral merupakan cara pemberian obat yang paling umum
dilakukan karena mudah, aman dan murah. Kerugiannya adalah banyak faktor
dan perlu kerja sama dengan penderita, tidak bisa dilakukan bila pasien koma.
lebih cepat dan teratur dibanding dengan pemberian peroral, dapat diberikan
pada penderita yang tidak sadar atau muntah-muntah, dan sangat berguna
rasa nyeri, ada bahaya penularan hepatitis serum, sukar dilakukan sendiri oleh
obat dalam darah diperoleh secara cepat tepat dan dapat disesuaikan langsung
untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Pada suntikkan intra
ruang subaraknoid spinal, dilakukan apabila diinginkan efek obat yang cepat
dan setempat pada selaput otak atau sumbu serebrospinal, seperti pada
imtraveritonial tidak dilaukan pada manusia karena bahaya infeksi dan adhesi
Pemberian obat melalui paru-paru atau cara inhalasi ini hanya dapat
dilakukan untuk obat yang berbentuk gss atau cairan yang mudah menguap
misalnya anestetik umum, dan untuk obat lain yag dapat diberikan dan untuk
aerosol.
Pemberian obat topikal pada kulit, tidak banyak obat yang dapat menembus
kulit yang terpanjang serta kelarutan obat dalam lemak karena epidermis
Efek obat umunya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada
perubahan biokimawi dan fisiologi yamg merupakan respon khas untuuk obat
kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu
fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. Walaupan tidak
berlaku bagi terapi gen, secara umum konseop ini masih nberlaku sampai
reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu, juga berperan sebagai
B. Maksud Percobaan
efek dari obat-obat antidiuretik dari beberapa obat dari hewan uji Mencit (Mus
musculus).
C. Tujuan Percobaan
Infusa keji beling, HCT 10 mg, Aquadest dan Na. CMC 1%,
D. Prinsip Percobaan
aquadest dan Na. CMC 1% berdasarkan Frekuensi urine setelah pemberian obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diuretik
termasuk dalam definisi ini, misalya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantug
sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) (Tan Hoan Tjay: 519 ).
congestive heart failure dan digunakan pada acsites penyakit cirrhosis, nephrotic
syndrome. Urine terbentuk dari darah yang terjadi karna filtrasi glomeruli dan
kira 100 mL/ menit. Kira – kira 99 mL cairan diserap kembali kedalam darah dan
terjadinya urine dengan jalan menaikkan filtasi glameruli, dan depresi absorpsi
mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat. Untuk
ginjal kecuali zat putih telur dan sel – sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih
kurang 1 juta filter kecil ini ( glameruli ) dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh
(k. l. 5 liter) sudah dimurnikan dengan melewati saringan tersebut ( Tan H. Tjay
: 519).
Hipertensi usia tua, disamping itu obat ini merupakan mitra kombinasi yang
(mis. Vasodilator) bekerja menahan Na+ dan air. Untuk indikasi ini lebih
senangi senyawa dengan waktu kerja yang lebih panjang seperti tiazid
jerat henle. Untuk menghindari kehilangan kalium dan magnesium, pada pasien
dengan fungsi ginjal yang normal atau agak berkurang sedikit saluretika dapat
furosemida (oral sampai 250 mg/ hari) dengan asupan garam terbatas tidak
menghasilkan efek. Komplikasi dari gagal jantung ini secara potensial dapat
berlangsung fatal dan dapat di atasi dengan penambahan suatu thiazida pada
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat
kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik. Secara umum
1) Diuretik osmotic
Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal
2) Benzotiadiazid
4) Diuretik kuat
nefron ginjal. Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus.
Kerja dari setiap diuretik paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan
antara titik tangkap kerjanya pada nefron dan fisiologi normal dari segmen
mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3- (bikarbonat) yang
tubulus. Karena tempat kerja derivat tiazid adalah membran lumen,maka obat
metolazon.
triamteren ,amilorid.
5) Diuretik osmotik
merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari reabsorpsi Na+ total yang
diuretik, yaitu diuretik jerathenle. Semua diuretik jerat henle bekerja pada
cabang menaik yang tebal dari jerat henle, karena merupakan diuretika yang
besar dari pada asetazolamid, dan obat-obat ini bekerja di ginjal dengan
smuanya memiliki efek diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya dalam
,2002):
berkhasiat kuat dan pesat tetapiu agak singkat. Banyak digunakan pada
lemah dan lambat, juga lebih lama dan terutama digunakan pada terapi
amilorida dan triamteren. Efek obat- obat ini hanya lemah dan khusus
kalium.
d) Diuretik osmotic : Mannitol dan sorbitol Obat- obat ini hanya direabsorbsi
sedikit oleh tubuli sehingga reabsorbsi air juga terbatas. Efeknya adalah
diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan relatif sedikit ekskresi Na+
dalam famili muridae, hewan ini sering di temukan di dekat pemukiman dengan
bentuk seperti tikus kecil. Di alam, hewan ini sering dijumpai dengan warna hitam
keabuan sementara untuk hewan uji, warna mencit ini di seleksi yang albino (putih).
percobaan lainnya.
1) Bagian eksternal (luar) yang sempit berupa vestibula yang terdiri dari ruang
2) Bagian internal (dalam) atau rongga mulut yang di batasi dengan tulang
dengan faring. Selaput lendir mulut di tutupi oleh jaringan epitel berlapis
penuh dengan pembuluh darah dan ujung akhir dari syaraf sensoris. Bibir
mencit terletak di sebelah luat mulut dan ditutupi dengan kulit serta dan
warna coklat pada bagian dorsal dan abu-abu terang pada bagian dorsal.
Warna mata hitam dan integumen (kulit) berpigmen dan ekor berwarna
gelap.
Kingdom :Animalia
Filum :Chordata
Subfilum :Vertebrata
Kelas :Mamalia
Ordo :Rodentia
Famili :Muridae
Genus :Mus
D. Uraian Bahan
2. Furo
K/P : Diuretikum
Farmakokinetik :
Farmakodinamik : spironolakton.
bertambah.
K/P : Diuretikum
higroskopik.
K/P : Diuretikum
Farmakokinetik :
tubuli).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
a. Kandang Metabolisme.
a. Tablet HCT
b. Tablet spironolakton
c. Tablet Furosemid
d. Aquadest
e. Natrium CMC
3. Hewan : Mencit
𝑥
1% = 100 × 100 %
100
x = 100 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
C. Cara Kerja
c. Dimasukkan Na. CMC kedalam air sedikit demi sedikit sambil diaduk
a. Disiapkan hewan coba yang akan digunakan yaitu Mencit (Mus muculus
L)
b. Dipilih hewan coba mencit yang sehat, lincah, dan berat badan yang
sesuai standar.
volume pemberian.
d. Dicatat hasilnya .
B. Prosedur Praktikum
24 jam.
3) Hewan 3, diberi suspensi furosemid per oral pelan-pelan, dosis sesuai BB,
BAB IV
A. Hasil
Frek.
Berat Vol. Volume
Perlakuan Kencing
Badan Pemberian Urin
(kali)
Tablet HCT 30,81 g 1 ml 22
Spironolakton 21,04 g 07013 ml 18
Furosemid 24,13 g 0,805 ml 20
Na.CMC 0,5% 23,19 g 1 ml 13
Sambiloto 25,40 g 0,9 ml 26
Kumis kucing 20,09 g 0,7 ml 16
B. Pembahasan
dengan menghambat jumlah reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain
jantung.
sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak.
tubulus ginjal distal, meningkatkan NaCl dan ekskresi air selama konversi ion
kalium dan hydrogen, juga dapat memblok efek aldosteron pada otot polos
arterioles.
untuk mempercepat pengeluaran urin yaitu furosemid, karena Na. CMC disini
Proses pengerjaan praktikum ini adalah dengan dua hewan uji (muncit)
dengan berat badan yang berbeda yang diinjeksikan secara oral menggunakan
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat simpulkan bahwa Tablet HCT
kali, Na.CMC 0,5% 13 kali, Sambiloto 26 kali, dan Kumis kucing sebanyak 16 kali.
DAFTAR PUSTAKA
Moh, Anief. 2001. Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan. Gadja