Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam dunia farmasi sediaan obat tetes sangat diperlukan dalam dunia

kesehatan. Obat tetes merupakan sediaan cair yang mengandung obat dan atau sediaan

obat dalam keadaan terlarut, tersuspensi atau teremulsi, digunakan secara diminum dalam

dosis tetesan dan disimpan dalam wadah untuk dosis banyak .

Obat tetes tertentu yang digunakan pada hidung disebut obat tetes hidung

(Rhinoguttine). Obat tetes tertentu yang digunakan pada telinga disebut obat tetes telinga

(Otoguttae).

Persyaratan untuk pembuatan, penyimpanan, dan penyerahan obat tetes harus

diperhatikan yang tertera pada “ larutan”, “Emulsi” atau “Suspensi” atau sediaan lain yang

sesuai. Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspense, dimaksudkan

untuk obat dalam ataupun luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes

yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam

farmakope Indonesia.

Guttae atau obat tetes merupakan salah satu dari bgian sediaan farmasi yang

termaksud ke dalam sediaan steril. Guttae adalah sediaan cair berupa larutan emulsi arau

suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar digunakan dengan cara

meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan

dihasilkn penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia. Guttae atau obat

tetes sendiri terdiri dari guttae atau obat tetes yang digunakan untuk obat luar dilakukan

dengan cara meneteskan obat ke dalam makanan atau minuman. Kemudian guttae oris atau

tetes mulut, guttae auriculars atau tetes telinga, guttae opthalmicae atau tetes mata dan

guttae nasals yaitu tetes hidung.

1
Dari semua obat tetes hanyalah obat tetes telinga yang tidak menggunakan air

sebagai zat pembawanya. Karena obat tetes telinga harus memperhatikan kekentalan. Agar

dapat menempel dengan baik kepada dinding telinga. Guttae auritulares ini sendiri

merupakan obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam

telinga. Zat pembawanya biasanya menggunakan gliserol dan propilenglikol. Bahan

pembuatan tetes hidung harus mengandung bahan yang sesuai untuk mencegah

pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang masuk secara tidak sengaj bila wadah

dibuka pada waktu penggunaan dikatakn bersifat bakteriostatik.

Jika terkena cahaya matahari atau cahaya yang lainnya akan merusak sediaan

tetes telinga tersebut. Karena guttae auriculars ini merupakan salah satu sediaan obat dalam

bidang farmasi. maka seorang farmasis wajib mengetahui bagaimana cara pembuatannya

dan bagaimana pula cara pemakaiannya.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembuatan sediaan steril sediaan tetes telinga ?

2. Apa khasiat penggunaan tetes telinga ?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pembuatan sediaan steril. Khususnya sediaan tetes telinga.

2. Untuk mengetahui khasiat penggunaan obat tetes telinga.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk

telinga dengan cara meneteskan obat kedalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes

telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan pembawa yang

digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada

dinding telinga, umumnya digunakan Gliserol dan Propilenglikol. Dapat juga digunakan

Etanol, heksilenglikol dan minyak lemak nabati. Zat pensuspensi dapat digunakan

sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok. Keasaman-kebasaan kecuali

dinyatakan lain, pH 5,0 sampai 6,0. Penyimpanan Kecuali dinyatakan lain, dalam

tertutup rapat.

Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain

dan bahan pendispersi, untuk penggunaan dalam telinga luar misalnya larutan otik

Benzokain dan Antipirin larutan otik neomisin dan polimiksin B sulfat dan larutan otik

Hidrokortison.

Cara Penggunaan dari tetes telinga, yaitu :

1. Cuci tangan,

2. Berdiri atau duduk di depan cermin

3. Buka tutup botol,

4. Periksa ujung penetes dan pastikan tidak pecah atau patah,

5. Jangan menyentuh ujung penetes dengan apapun, usahakan tetap bersih,

6. Posisikan kepala miring dan pegang daun telinga agar memudahkan memasukkan

sediaan tetes telinga,

3
7. Pegang obat tetes telinga dengan ujung penetes di bawah sedekat mungkin dengan

lubang telinga tetapi dengan lubang telinga tidak menyentuhnya,

8. Perlahan–lahan tekan botol tetes telinga sehingga jumlah tetesan yang diinginkan

dapat menetes dengan benar pada lubang telinga,

9. Diamkan selama 2-3 menit, jangan menggosok mata dan usap kelebihan cairan

dengan tissu dan tutup kembali obat tetes telinga.

Pada pembuatan tetes telinga, yang digunakan untuk proses sterilisasi adalah

Sterilisasi C atau dengan menggunakan Filtrasi atau filter dari diameter zat. Proses

sterilisasi ini, menggunakan alat yang berfungsi sebagai penyaring yang disebut

filter. Hal ini bertujuan agar sediaan tetes telinga bebas dari mikroba yang bersifat

patogen juga sebagai penyaring dari partikel kasar atau besar yang terdapat dari

sediaan yang bertujuan untuk menghindari infeksi pada telinga pada saat pemakaian

tetes telinga.

4
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Spesifikasi Bahan


a. Nama Produk : Oksifarm
b. Kandungan Zat aktif : Oksitetrasiklin, Polimiksin b, hidrokortison
c. Bentuk sediaan : Obat tetes telinga
d. Kekuatan Sediaan : Oksitetrasiklin 50 mg
Polimiksin B 6 mg
Hidrokortison 150 mg
e. Wadah : Botol dengan drop

III.2 Kajian Formula

A. Monografi Bahan

 OKSITETRASIKLIN
Nama Resmi : OKSITETRASIKLIN
Nama Lain : Glomycin; Hydroxytetracycline; Oksitetraciklinas;
Oksitetrasiklin; Oksitetrasykliini; Oksytetracyklina;
Oxitetraciclina; Oxitetraciklin; Oxitetracyklin;
Oxytétracycline; Oxytetracyclinum; Oxytetracyklin;
Riomitsin; Terrafungine. 4S,4aR,5S,5aR,6S,12aS-4-
Dimethylamino- 1,4,4a,5,5a,6,11,12a-octahydro-
3,5,6,10,12,12a-hexahydroxy- 6-methylene-1,11-
dioxonaphthacene-2-carboxamide.
Rumus Molekul : C22H24N2O9
Berat Molekul : 460.4
Pemerian : Serbuk hablur kuning, tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada
pemaparan dengan cahaya matahari kuat, menjadi gelap.
Dalam laruta dengan pH lebih kecil dari 2, potensi berkurang
dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida

5
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50 bagian etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter
P. Larut dalam asam encer, larut dalam alkali disertai
peruraian
Stabilitas : Terhadap oksidasi atau reduksi dalam larutan mudah
teroksidasi dan terhadap cahaya oleh pengaruh cahaya lambat
laun menjadi berwarna gelap.
Inkompatibilitas : Injeksi Oksitetrasiklin pada pH asam dan inkam dengan
sediaan basah atau obat-obat yang tidak stabil pada pH rendah,
Oksitetrasiklin dapat menghelat logam kation untuk
menghasilkan kompleks yang larut dan inkam dengan larutan
yang mengandung garam logam.
Farmakologi : Oksitetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan
menghambat sintesis protein. Hal ini dilakukan dengan cara
mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S hingga mencegah
terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan
juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg.
Efek Samping : Kadang-kadang terjadi iritasi lokal dan reaksi hipersensitif.
Indikasi : Infeksi superfisial mata oleh mikroba yang peka terhadap obat
lain.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Dosis : Infeksi; 250 mg tiap 6 jam, dapat ditingkatkan pada infeksi
berat sampai 500 mg setiap 6-8jam.
Penyimpanan : Balam wadah tertutup rapat, tak tembus cahaya.
Kegunaan : Zat aktif

 POLIMIKSIN B SULFAS
Nama Resmi : POLIMIKSIN B SULFAS
Nama Lain : Polimiksin B Sülfat; Polimiksino B Sulfatas; Polimixin-B-
szulfát; Polimyksyny B siarczan; Polimyxini b sulfas;
Polymyksiini-B-sulfaatti; Polymyxin B Sulfat; Polymyxin B

6
Sulphate (BANM); Polymyxin-Bsulfát; Polymyxine B, Sulfate
de; Polymyxini B sulfas.
Rumus Molekul : C48H84N16O17S
Berat Molekul : 1189.3426
Pemerian : Serbuk putih sampai tidak kuning gading, tidak berbau atau
berbauh lemah.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) p.
Stabilitas : Larutan polimksin dalam air mempunyai pH 5-7,5 dapat
disimpan selama 6-12 bulan tanpa mengalami penurunan
potensi pada suhu 20-80 , kurang stabil pada pH basa karena
menjadi tidak aktif.
Farmakologi : Polimiksin B diabsorpsi sedikit melalui mukosa membran
atau kulit yang terluka. Basirasin tidak didistribusikan ke
dalam cairan serebrospinal.Ikatan plasma dengan protein
sedikit. Polimiksin B diabsorbsi baik pada peritonium,
minimal dari saluran cerna (kecuali pada bayi). Polimiksin
tidak didistribusikan ke dalam cairan serebrospinal.
Efek Samping : Hipotensi, edema wajah/bibir, rasa sesak pada dada, rasa
tersengat, rash, anoreksia, mual, muntah, diare, diskrasias
darah, diaforesis, blokade neuromuskular, pusing, ataksia,
mengantuk, pandangan kabur.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap basitrasin atau polimiksin B. Hindari
penggunaan bersamaan dengan bloker neuromuskular.
Dosis : 10.000-25.000 units/ml
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk.
Kegunaan : Zat aktif

 HYDROCORTISON ASETAT
Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis
Struktur Molekul : C23H32O6
BM : 404,50
Pemerian : - penampilan : serbuk hablur

7
- warna : putih atau hampir putih
- bau : tidak berbau
- rasa : tawar kemudian pahit
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%)
P dan dalam kloroform.
Suhu lebur : ± 2200 C disertai peruraian
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Khasiat : Adrenoglukokortikoidum
Dosis maksimum : Sekali 100 mg, sehari 200 mg.
Dosis pemakaian : Umumnya dioleskan pada lesi secara tipis 2-4 kali sehari
tergantung beratnya kelainan.
Indikasi : Diindikasikan untuk mengurangi gejala inflamasi dan
manifestasi piuritik pada dermatosis yang bersifat responsive
terhadap kortikosteroid. Menekan reaksi radang pada kulit
yang bukan disebabkan infeksi seperti: eksema, dermatitis
alergi, dermatitis seboreik, intertrigo, ruam “popok” pada
bayi, pruritus yang tidak dapat diatasi dengan cara lain.
Mekanisme kerja : Secara umum, kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi
kecepatan sintesis protein.
Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap hidrokortison, Inveksi
virus, Tuberkulosis kulit, Pada akne, rosasea, dermatitis
perioral dapat memperburuk keadaan.
Efek samping : Rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering, folikulitis,
hipertrikosis, erupsi akneiform, dll.

 GLISEROL (Zat tambahan/pembawa yang cocok)


Nama resmi : Glycerolum
Nama lain : Gliserol, Gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat; higroskopik. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat mamadat membentuk
massa hablutr tidak berwarna yang tidak melebur hingga

8
mencapai suhu lebih kurang 20°.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan
dalam minyak lemak.
RM : CH2OH-CHOH-CH2OH

 Benzalkonium Klorida
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih sampai putih kekuningan
seperti gel tebal atau gelatin, tidak berbau.
Kelarutan : Sangatlarutdalam air (very soluble in water)
pH :5–8
% lazim : 0,01 – 0,02%
% pakai : 0,01%
Incompatibel : Aluminium, anionic surfaktan, sitrat, cotton, fluoresein,
hydrogen peroksida, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat,
nonionic surfaktandengankonsentrasitinggi, permanganate,
protein, salisilat, garam Ag, sabun, sulfonamide, tartrat,
ZnO, zinksulfat, dan beberapa plastic.
Cara sterilisasi : autoklaf
Kegunaan : antimikroba

B. Formula Standar

Tetes telinga Hidrokortison Oksitetrasiklin Polimiksina (Fornas, hal 154)


Oksitetrasiklin hidroklorida 50 mg
Polimiksin B sulfat 100.000 UI
Hidrokortison asetas 150 mg
Pembawa yang cocok secukupnya

C. Desain Formula
R/ Oksitetrasiklin hidroklorida 50 mg
Polimiksin B sulfat 100.000 UI
Hidrokortison asetas 150 mg

9
Benzalkonium klorida 0,01%
Glyserol ad 10 ml

III.3 Alat dan Penimbangan Bahan

 Alat
Nama Alat Cara Sterilisasi
Direndam dalam etanol 70% selama 24
Spatel logam/ sendok
jam
Pinset Autoklaf 121° C selama 15 menit
Pipet tetes Autoklaf 121° C selama 15 menit
Batang pengaduk Autoklaf 121° C selama 15 menit
Gelas piala Autoklaf 121° C selama 15 menit
Corong gelas Autoklaf 121° C selama 15 menit
Kaca arloji Autoklaf 121° C selama 15 menit
Erlenmeyer Autoklaf 121° C selama 15 menit
Kertas saring Autoklaf 121° C selama 15 menit
Gelas ukur Autoklaf 121° C selama 15 menit
Pipet dan balon karet Autoklaf 121° C selama 15 menit
Ruangan Lampu UV, selama 24 jam

 Penimbangan Bahan
PERHITUNGAN BAHAN
1. Oksitetrasiklin hidroklorida : 50 mg
10
Dilebihkan 10% : 100 𝑥50 𝑚𝑔 = 5 𝑚𝑔

Jadi yang ditimbang : 50 mg + 5 mg = 55 mg


55 𝑚𝑔
Untuk 10 ml (200 btl) : 𝑥 10 𝑚𝑙 = 55 𝑚𝑔 𝑥 200 = 11000 𝑚𝑔
10 𝑚𝑙

2. Polimiksin b sulfat : 100.000 IU


1 IU = 0,0006 mg antibiotik penisilin, jadi 100.000 IU x 0,0006 mg = 60 mg

10
10
Dilebihkan 10% : 100 𝑥60 𝑚𝑔 = 6 𝑚𝑔

Jadi yang ditimbang : 60 mg + 6 mg = 66 mg


66 𝑚𝑔
Untuk 10 ml (200 btl) : 𝑥 10 𝑚𝑙 = 66 𝑚𝑔 𝑥 200 = 13200 𝑚𝑔
10 𝑚𝑙

3. Hidrokortison asetat : 150 mg


10
Dilebihkan 10% : 100 𝑥150 𝑚𝑔 = 15 𝑚𝑔

Jadi yang ditimbang : 150 mg + 15 mg = 165 mg


165 𝑚𝑔
Untuk 10 ml (200 btl) : 𝑥 10 𝑚𝑙 = 165 𝑚𝑔 𝑥 200 = 33000 𝑚𝑔
10 𝑚𝑙

4. Glyserol : ad 10 ml
Untuk 200 btl : 200 x 10 ml = 2000 ml

5. Benzalkonium klorida : 0,01% x 10 ml=0,001 gr


Dilebihkan 10% : 10/100 x 0,001 gr=0,0001gr
Jadi yang ditimbang :0,001 gr+0,0001=0,0011 gr
Untuk 10 ml (200 btl) : 0,0011/10 x10 =0,0011 gr x 200 = 0,22 gr

III.4 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat, bahan dan wadah yang bersih dan steril
2. Menimbang bahan-bahan dengan baik dan tepat
3. Mengkalibrasi botol tetes hingga 10 ml
4. Melarutkan Oksitetrasiklin dalam sejumlah glycerol aduk ad larut
5. Mencampurkan Hidrokortison dengan glycerol dan Polimiksin B dalam glycerol lalu
tambahkan sedikit demi sedikit ke dalam gliserin dan diaduk hingga homogen
(campuran B)
6. Mencampurkan campuran B sedikit demi sedikit ke dalam campuran A
7. Menambahkan sisa glycerol ke dalam campuran A dan B dan diaduk hingga homogen

11
8. Memasukkan ke dalam wadah botol tetes sampai tanda kalibrasi (10 ml)
9. Memberikan etiket dan label pada wadah
10. Memasukkan ke dalam kemasan sekunder
11. Mengevaluasi sediaan tetes telinga yang telah dibuat

Jenis ruangan pembuatan sediaan tetes telinga


Ruangan Prosedur
Black Area semua alat yang akan disterilkan dibungkus dengan kertas
perkamen untuk autoklaf dan dengan almunium foil untuk
oven
Alat dimasukkan ke grey area melalui pass box
Dalam ruang antara memakai jas lab, tutup kepala, dan
sarung kaki
Grey Area Masing-masing alat disterilkan. Gelas beker, mortir,
stamper, spatula, karet penutup vial, dan karet pipet tetes
disterilisai di autoklaf pada suhu121oC selama 15 menit.
Corong, pengaduk, pipet tetes, dan cawan porselen
disterilisasi menggunakan oven pada suhu 170oC selama
30 menit.
Timbang bahan – bahan yang akan digunakan.
White Area Larutkan Oksitetrasiklin dengan gliserin secukupnya,
diaduk hingga homogen
Tambahkan Hidrokortison dengan glesirin secukupnya,
diaduk hingga homogen
Tambahkan Polimiksin dengan gliserin secukupnya,
diaduk ad homogen
Tambahkan gliserin, diaduk hingga homogen
Dimasukan ke dalam botol

12
III.5 Evaluasi
1. Organoleptik (bau, bentuk, warna)
Pengujian dengan cara melihat bentuk, warna dan mencium bau dari
sediaan tetes telinga natrium bikarbonat.

2. Kejernihan larutan
Pengujian dilakukan secara visual. Botol diputar 180° berulang-ulang di
depan suatu background yang gelap dan sisinya diberi cahaya. Bahan
melayang akan berkilauan bila terkena cahaya. Pencahayaan menggunakan
lampu Atherman atau lampu proyeksi dengan cahaya 1000 lux-3500 lux dan
jarak 25 cm. Background gelap atau hitam. Umur petugas yang bekerja
harus <40 tahun, sehat, dan setiap tahun harus periksa mata.
Masukkan larutan uji dan zat pensuspensi padanan ke dalam 2 tabung
reaksi

Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit dg latar belakang hitam

Dilihat di bawah cahaya yang terdifusi tegak lurus ke arah bawah tabung

3. Penetapan Bobot Jenis


Gunakan piknometer bersih, kering dan telah
dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru
dididihkan pada suhu 250C. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 200C,
masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yangtelah diisi
hingga suhu 250C, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan
bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot
jenis suatu adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan
bobot air dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
keduanya ditetapkan padasuhu 250C.

4. Volume terpindahkan
Pengujian dilakukan dengan menuang isi perlahan dari wadah kedalam
gelas ukur kering terpisah ( kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua

13
setengah kali volume yang diukur dan telah di kalibrasi) secara hati-hati agar
tidak membentuk gelembung udara. Diamkan selama tidak lebih dari 30
menit. Jika telah bebas dari gelembung udaha, ukur volume dari tiap
campuran. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak
kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%
dari volume yang tertera pada etiket.

5. Penetapan pH
Pengujian dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas
universal (secara konvensional) atau dengan alat pH meter.
Kertas pH universal dicelupkan ke dalam larutan uji selama 1 menit

Perubahan warna pada kertas pH dicocokkan dengan pH meter


dan baca berapa pHnya

6. Kebocoran
Pengujian dilakukan dengan cara membalikkan sediaan (ujung dibawah)
ketika di sterilisasi akhir. Jika wadah bocor maka isi dari wadah akan keluar.
Wadah takaran tunggal diletakkan terbalik dg ujung di bawah

Apabila wadah bocor maka isi dari wadah akan keluar

14
III.6 KEMASAN SEKUNDER, ETIKET DAN BROSUR

OKSIFARM
EAR DROP

Beone Komposisi: Beone Cara


Tiap 10 ml Pemakaian:
OKSIFARM mengandung: OKSIFARM Teteskan ke
Oksitetrasiklin 110 dalam lubang
mg telinga 2-3 tetes
EAR DROP polimiksin b 132 mg EAR DROP 3 kali sehari
hidrokortison 330 
mg gricerol 20 ml 
benzalkonium Kontra
klorida 0,0022 gram Indikasi, Efek
 Samping dan
 Interaksi Obat
serta
Peringatan
Oxytetracycline Oxytetracycline
Polimiksin tertera pada
Polimiksin
Hydrocortisone HARUS DENGAN Hydrocortisone brosur
RESEP DOKTER 
Netto 10 ml Netto 10 ml 
SIMPAN DI
Batch No. : TEMPAT
01012019
Mfg. Date : 01 2019 SEJUK
Exp. Date : 01
2022

Manufactured by:
PT. BEONE
Indonesia
Jakarta, Indonesia

OKSIFARM EAR DROP


Komposisi :
Tetes telinga tiap 10ml mengandung :
Oksitetrasiklin 110mg
Polimiksin B 132mg
Hidrokortison 330mg
Gliserin ad 10 ml
Indikasi :
Otitis eksternal akut dan kronis disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap Oksitetrasiklin serta bila efek
antiinflamasi dari kartikosteroid dan efek anestesi lokal diperlukan.
Kontra Indikasi :
Penderita-penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen dalam obat ini.
Efek Samping :
Berupa reaksi hipersensitifitas, jarang terjadi.
Peringatan dan Perhatian :
Komponen obat ini dapat menyebabkan sensitifitas kutan atau timbul iritasi. Pengobatan tidak boleh lebih dari
10 hari karena resiko ototoksisitas lebih besar pada penggunaan jangka panjang. Penderita dalam pengobatan
dengan tetes telinga yang mengandung Oksitetrasikin harus di bawah pengawasan dokter.
Interaksi Obat:
Oksitetrasiklin bersifat bakteriostatik, menghambat aktivitas bakterisida dari golongan penisilin dan derivat-
derivatnya.
Dosis :
Diteteskan ke dalam lubang telinga dengan penetes. Sehari 3kali, 2 – 3 tetes, tergantung pada beratnya penyakit.
Lamanya pengobatan dengan produk ini seharusnya dibatasi sampai 10 hari berturut-turut.
Penyimpanan:
Simpan di bawah 25 derajat Celsius terlindung dari cahaya. Jangan disimpan dalam lemari pembeku.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


PT. Beone 15
Jakarta - Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

 Hand book of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products Vol. 6


Lukas, Stefanus. Formulasi Steril. 2011. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta
 Kibble. H. Artilur. 2008. “The Pharmaceutical of Excipient ed. V”. Pennyslvania: USA
Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, thrity
edition 36. 2009. London : The Pharmaceutical Press.
 Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
 Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi
empat. Jakarta : Gaya Baru.
 Ansel. 2007. “The eva Pharmacope ad 23 th The Pharmaceutical Press: London Tiran
1983”. Pharmaceutical Exipient, American Pharmaceutical Ascoctation
 Scoville’s. 1987. “The art of Company ad-9”. The graw all book company: London
 Formularium Nasional. 1874

16

Anda mungkin juga menyukai