PENDAHULUAN
Dalam dunia farmasi sediaan obat tetes sangat diperlukan dalam dunia
kesehatan. Obat tetes merupakan sediaan cair yang mengandung obat dan atau sediaan
obat dalam keadaan terlarut, tersuspensi atau teremulsi, digunakan secara diminum dalam
Obat tetes tertentu yang digunakan pada hidung disebut obat tetes hidung
(Rhinoguttine). Obat tetes tertentu yang digunakan pada telinga disebut obat tetes telinga
(Otoguttae).
diperhatikan yang tertera pada “ larutan”, “Emulsi” atau “Suspensi” atau sediaan lain yang
sesuai. Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspense, dimaksudkan
untuk obat dalam ataupun luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes
yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam
farmakope Indonesia.
Guttae atau obat tetes merupakan salah satu dari bgian sediaan farmasi yang
termaksud ke dalam sediaan steril. Guttae adalah sediaan cair berupa larutan emulsi arau
suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar digunakan dengan cara
dihasilkn penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia. Guttae atau obat
tetes sendiri terdiri dari guttae atau obat tetes yang digunakan untuk obat luar dilakukan
dengan cara meneteskan obat ke dalam makanan atau minuman. Kemudian guttae oris atau
tetes mulut, guttae auriculars atau tetes telinga, guttae opthalmicae atau tetes mata dan
1
Dari semua obat tetes hanyalah obat tetes telinga yang tidak menggunakan air
sebagai zat pembawanya. Karena obat tetes telinga harus memperhatikan kekentalan. Agar
dapat menempel dengan baik kepada dinding telinga. Guttae auritulares ini sendiri
merupakan obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam
pembuatan tetes hidung harus mengandung bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang masuk secara tidak sengaj bila wadah
Jika terkena cahaya matahari atau cahaya yang lainnya akan merusak sediaan
tetes telinga tersebut. Karena guttae auriculars ini merupakan salah satu sediaan obat dalam
bidang farmasi. maka seorang farmasis wajib mengetahui bagaimana cara pembuatannya
I.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat kedalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes
telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan pembawa yang
digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada
dinding telinga, umumnya digunakan Gliserol dan Propilenglikol. Dapat juga digunakan
Etanol, heksilenglikol dan minyak lemak nabati. Zat pensuspensi dapat digunakan
dinyatakan lain, pH 5,0 sampai 6,0. Penyimpanan Kecuali dinyatakan lain, dalam
tertutup rapat.
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain
dan bahan pendispersi, untuk penggunaan dalam telinga luar misalnya larutan otik
Benzokain dan Antipirin larutan otik neomisin dan polimiksin B sulfat dan larutan otik
Hidrokortison.
1. Cuci tangan,
6. Posisikan kepala miring dan pegang daun telinga agar memudahkan memasukkan
3
7. Pegang obat tetes telinga dengan ujung penetes di bawah sedekat mungkin dengan
8. Perlahan–lahan tekan botol tetes telinga sehingga jumlah tetesan yang diinginkan
9. Diamkan selama 2-3 menit, jangan menggosok mata dan usap kelebihan cairan
Pada pembuatan tetes telinga, yang digunakan untuk proses sterilisasi adalah
Sterilisasi C atau dengan menggunakan Filtrasi atau filter dari diameter zat. Proses
sterilisasi ini, menggunakan alat yang berfungsi sebagai penyaring yang disebut
filter. Hal ini bertujuan agar sediaan tetes telinga bebas dari mikroba yang bersifat
patogen juga sebagai penyaring dari partikel kasar atau besar yang terdapat dari
sediaan yang bertujuan untuk menghindari infeksi pada telinga pada saat pemakaian
tetes telinga.
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Monografi Bahan
OKSITETRASIKLIN
Nama Resmi : OKSITETRASIKLIN
Nama Lain : Glomycin; Hydroxytetracycline; Oksitetraciklinas;
Oksitetrasiklin; Oksitetrasykliini; Oksytetracyklina;
Oxitetraciclina; Oxitetraciklin; Oxitetracyklin;
Oxytétracycline; Oxytetracyclinum; Oxytetracyklin;
Riomitsin; Terrafungine. 4S,4aR,5S,5aR,6S,12aS-4-
Dimethylamino- 1,4,4a,5,5a,6,11,12a-octahydro-
3,5,6,10,12,12a-hexahydroxy- 6-methylene-1,11-
dioxonaphthacene-2-carboxamide.
Rumus Molekul : C22H24N2O9
Berat Molekul : 460.4
Pemerian : Serbuk hablur kuning, tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada
pemaparan dengan cahaya matahari kuat, menjadi gelap.
Dalam laruta dengan pH lebih kecil dari 2, potensi berkurang
dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida
5
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50 bagian etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter
P. Larut dalam asam encer, larut dalam alkali disertai
peruraian
Stabilitas : Terhadap oksidasi atau reduksi dalam larutan mudah
teroksidasi dan terhadap cahaya oleh pengaruh cahaya lambat
laun menjadi berwarna gelap.
Inkompatibilitas : Injeksi Oksitetrasiklin pada pH asam dan inkam dengan
sediaan basah atau obat-obat yang tidak stabil pada pH rendah,
Oksitetrasiklin dapat menghelat logam kation untuk
menghasilkan kompleks yang larut dan inkam dengan larutan
yang mengandung garam logam.
Farmakologi : Oksitetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan
menghambat sintesis protein. Hal ini dilakukan dengan cara
mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S hingga mencegah
terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan
juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg.
Efek Samping : Kadang-kadang terjadi iritasi lokal dan reaksi hipersensitif.
Indikasi : Infeksi superfisial mata oleh mikroba yang peka terhadap obat
lain.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Dosis : Infeksi; 250 mg tiap 6 jam, dapat ditingkatkan pada infeksi
berat sampai 500 mg setiap 6-8jam.
Penyimpanan : Balam wadah tertutup rapat, tak tembus cahaya.
Kegunaan : Zat aktif
POLIMIKSIN B SULFAS
Nama Resmi : POLIMIKSIN B SULFAS
Nama Lain : Polimiksin B Sülfat; Polimiksino B Sulfatas; Polimixin-B-
szulfát; Polimyksyny B siarczan; Polimyxini b sulfas;
Polymyksiini-B-sulfaatti; Polymyxin B Sulfat; Polymyxin B
6
Sulphate (BANM); Polymyxin-Bsulfát; Polymyxine B, Sulfate
de; Polymyxini B sulfas.
Rumus Molekul : C48H84N16O17S
Berat Molekul : 1189.3426
Pemerian : Serbuk putih sampai tidak kuning gading, tidak berbau atau
berbauh lemah.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) p.
Stabilitas : Larutan polimksin dalam air mempunyai pH 5-7,5 dapat
disimpan selama 6-12 bulan tanpa mengalami penurunan
potensi pada suhu 20-80 , kurang stabil pada pH basa karena
menjadi tidak aktif.
Farmakologi : Polimiksin B diabsorpsi sedikit melalui mukosa membran
atau kulit yang terluka. Basirasin tidak didistribusikan ke
dalam cairan serebrospinal.Ikatan plasma dengan protein
sedikit. Polimiksin B diabsorbsi baik pada peritonium,
minimal dari saluran cerna (kecuali pada bayi). Polimiksin
tidak didistribusikan ke dalam cairan serebrospinal.
Efek Samping : Hipotensi, edema wajah/bibir, rasa sesak pada dada, rasa
tersengat, rash, anoreksia, mual, muntah, diare, diskrasias
darah, diaforesis, blokade neuromuskular, pusing, ataksia,
mengantuk, pandangan kabur.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap basitrasin atau polimiksin B. Hindari
penggunaan bersamaan dengan bloker neuromuskular.
Dosis : 10.000-25.000 units/ml
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk.
Kegunaan : Zat aktif
HYDROCORTISON ASETAT
Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis
Struktur Molekul : C23H32O6
BM : 404,50
Pemerian : - penampilan : serbuk hablur
7
- warna : putih atau hampir putih
- bau : tidak berbau
- rasa : tawar kemudian pahit
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%)
P dan dalam kloroform.
Suhu lebur : ± 2200 C disertai peruraian
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Khasiat : Adrenoglukokortikoidum
Dosis maksimum : Sekali 100 mg, sehari 200 mg.
Dosis pemakaian : Umumnya dioleskan pada lesi secara tipis 2-4 kali sehari
tergantung beratnya kelainan.
Indikasi : Diindikasikan untuk mengurangi gejala inflamasi dan
manifestasi piuritik pada dermatosis yang bersifat responsive
terhadap kortikosteroid. Menekan reaksi radang pada kulit
yang bukan disebabkan infeksi seperti: eksema, dermatitis
alergi, dermatitis seboreik, intertrigo, ruam “popok” pada
bayi, pruritus yang tidak dapat diatasi dengan cara lain.
Mekanisme kerja : Secara umum, kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi
kecepatan sintesis protein.
Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap hidrokortison, Inveksi
virus, Tuberkulosis kulit, Pada akne, rosasea, dermatitis
perioral dapat memperburuk keadaan.
Efek samping : Rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering, folikulitis,
hipertrikosis, erupsi akneiform, dll.
8
mencapai suhu lebih kurang 20°.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan
dalam minyak lemak.
RM : CH2OH-CHOH-CH2OH
Benzalkonium Klorida
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih sampai putih kekuningan
seperti gel tebal atau gelatin, tidak berbau.
Kelarutan : Sangatlarutdalam air (very soluble in water)
pH :5–8
% lazim : 0,01 – 0,02%
% pakai : 0,01%
Incompatibel : Aluminium, anionic surfaktan, sitrat, cotton, fluoresein,
hydrogen peroksida, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat,
nonionic surfaktandengankonsentrasitinggi, permanganate,
protein, salisilat, garam Ag, sabun, sulfonamide, tartrat,
ZnO, zinksulfat, dan beberapa plastic.
Cara sterilisasi : autoklaf
Kegunaan : antimikroba
B. Formula Standar
C. Desain Formula
R/ Oksitetrasiklin hidroklorida 50 mg
Polimiksin B sulfat 100.000 UI
Hidrokortison asetas 150 mg
9
Benzalkonium klorida 0,01%
Glyserol ad 10 ml
Alat
Nama Alat Cara Sterilisasi
Direndam dalam etanol 70% selama 24
Spatel logam/ sendok
jam
Pinset Autoklaf 121° C selama 15 menit
Pipet tetes Autoklaf 121° C selama 15 menit
Batang pengaduk Autoklaf 121° C selama 15 menit
Gelas piala Autoklaf 121° C selama 15 menit
Corong gelas Autoklaf 121° C selama 15 menit
Kaca arloji Autoklaf 121° C selama 15 menit
Erlenmeyer Autoklaf 121° C selama 15 menit
Kertas saring Autoklaf 121° C selama 15 menit
Gelas ukur Autoklaf 121° C selama 15 menit
Pipet dan balon karet Autoklaf 121° C selama 15 menit
Ruangan Lampu UV, selama 24 jam
Penimbangan Bahan
PERHITUNGAN BAHAN
1. Oksitetrasiklin hidroklorida : 50 mg
10
Dilebihkan 10% : 100 𝑥50 𝑚𝑔 = 5 𝑚𝑔
10
10
Dilebihkan 10% : 100 𝑥60 𝑚𝑔 = 6 𝑚𝑔
4. Glyserol : ad 10 ml
Untuk 200 btl : 200 x 10 ml = 2000 ml
11
8. Memasukkan ke dalam wadah botol tetes sampai tanda kalibrasi (10 ml)
9. Memberikan etiket dan label pada wadah
10. Memasukkan ke dalam kemasan sekunder
11. Mengevaluasi sediaan tetes telinga yang telah dibuat
12
III.5 Evaluasi
1. Organoleptik (bau, bentuk, warna)
Pengujian dengan cara melihat bentuk, warna dan mencium bau dari
sediaan tetes telinga natrium bikarbonat.
2. Kejernihan larutan
Pengujian dilakukan secara visual. Botol diputar 180° berulang-ulang di
depan suatu background yang gelap dan sisinya diberi cahaya. Bahan
melayang akan berkilauan bila terkena cahaya. Pencahayaan menggunakan
lampu Atherman atau lampu proyeksi dengan cahaya 1000 lux-3500 lux dan
jarak 25 cm. Background gelap atau hitam. Umur petugas yang bekerja
harus <40 tahun, sehat, dan setiap tahun harus periksa mata.
Masukkan larutan uji dan zat pensuspensi padanan ke dalam 2 tabung
reaksi
Dilihat di bawah cahaya yang terdifusi tegak lurus ke arah bawah tabung
4. Volume terpindahkan
Pengujian dilakukan dengan menuang isi perlahan dari wadah kedalam
gelas ukur kering terpisah ( kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua
13
setengah kali volume yang diukur dan telah di kalibrasi) secara hati-hati agar
tidak membentuk gelembung udara. Diamkan selama tidak lebih dari 30
menit. Jika telah bebas dari gelembung udaha, ukur volume dari tiap
campuran. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak
kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%
dari volume yang tertera pada etiket.
5. Penetapan pH
Pengujian dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas
universal (secara konvensional) atau dengan alat pH meter.
Kertas pH universal dicelupkan ke dalam larutan uji selama 1 menit
6. Kebocoran
Pengujian dilakukan dengan cara membalikkan sediaan (ujung dibawah)
ketika di sterilisasi akhir. Jika wadah bocor maka isi dari wadah akan keluar.
Wadah takaran tunggal diletakkan terbalik dg ujung di bawah
14
III.6 KEMASAN SEKUNDER, ETIKET DAN BROSUR
OKSIFARM
EAR DROP
Manufactured by:
PT. BEONE
Indonesia
Jakarta, Indonesia
16