Belongkut merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Marbau, Kabupaten Labuhanbatu
Utara, provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Tali silaturahmi antarwarga sangat kuat. Warga terlihat suka bergotong royong ketika ada pesta
rakyat. Dalam kehidupan beragama, eluruh warga Desa Batu Karas menganut agama Islam.
Warga memperingati hari-hari besar agama Islam dengan bergotong royong. Anak-anak belajar
mengaji sejak dini. Karang taruna juga memiliki program pengajian serta tablig akbar yang
diadakan secara konsisten
Letak Geografis
Sarana Pendidikan
TK : 2 buah
SD/MI : 4 buah
TPA/TPQ : 3 buah
SMP/SLTP : 2 buah
SLTA/SMA : 2 buah
Tempat Ibadah
Masjid : 3 buah
Musollah : 20 buah
Gereja : 2 buah
Keadaan Penduduk
Tani : 52 orang
Dagang : 46 orang
PNS : 98 orang
Pensiunan : 82 orang
ABRI : 4 orang
Swasta : 467 orang
Pengusaha huller : 2 orang
Jasa angkutan : 59
Tukang pembangunan terdiri dari :
- Tukang kayu : 9 orang
- Tukang kompor : 1 orang
- Tukang keramik kasar: 2 orang
Service :
- Radio
- Sepeda motor dan lain-lain
I. Latar Belakang
Kabupaten Labuhanbatu dengan Ibukotanya Rantauprapat berada pada kawasan Pantai Timur Propinsi
Sumatera Utara, terletak pada koordinat 1026’2011’Lintang Utara dan 9001’95053’ dengan batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan kabupaten Asahan dan Selat Malaka
- Sebelah Timur dengan Propinsi Riau
- Sebalah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara.
Kabupaten Labuhanbatau memiliki luas wilayah 922.318 Ha (9.223,18 Km2) atau setara dengan 12,87%
dari luas wilayah propinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Utara penghasil terbesar
kelapa sawit, fakta ini secara umum dapat kita lihat dari banyaknya perkebunan kelapa sawit baik milik
BUMN (PTPN) maupun milik swasta asing/Nasional dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Menurut data
terdapat lebih dari 60 perusahaan perkebunan berskala luas disamping perkebunan perorangan
(person) dan jumlah PKS sekitar 48 PKS sehingga Labuhanbatu menjadi kabupaten dengan jumlah PKS
terbanyak di Indonesia. PKS tersebut mengolah Tandan Buah Sawit (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO),
dan sebahagian PKS mengolah langsungTBS nya menjadi minyak goreng (PKS Nubika Blok Songo).
Disamping itu CPO ternyata dapat juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar
biodiesel/biofuel (Bahan baku pembuatan minyak bumi).
Banyaknya perkebunan Kelapa Sawit dan PKS di Labuhanbatu yang katanya mempekerjakan banyak
orang seharusnya dapat memakmurkan buruhnya dan rakyat sekitarnya, memecahkan kemiskinan dan
memperkerjakan pengangguran bukan malah sebaliknya. Fakta di lapangan justru banyak tanaga kerja
pengangguran dan kemiskinan masih menggerogoti masyarakat (terutama disekitar perkebunan)
Disamping itu menurut data Badan Pusat Statistik Labuhanbatu jumlah penduduk miskin yang tercatat
dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 saja terdapat 131.301, tahun 2006
menjadi 140.182 atau sekitar 14,2 % dari 987.157 jiwa penduduk, bagaimana dengan kaum buruh, tani
dan nelayan. Tentunya data sebenarnya lebih banyak, karena fakta dilapangan buruh berada dalam
kondisi yang memprihatinkan, gaji yang diterima tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok dengan
selayaknya, apalagi menyekolahkan anaknya. Belum lagi masyarakat yang berada disekitar perkebunan
terpaksa menjadi buruh baik Buruh Harian Lepas(BHL). Masyarakat sekitar menjadi pemasok tenaga
kerja murah akibat kepemilikan lahan yang kecil dan perampasan tanah rakyat oleh perusahaan yang
umumnya terjadi pada masa transisi pemerintahan dari orde lama ke Orde baru. Sehingga tak jarang
fenomena tersebut menyebabkan terjadinya perjuangan kelompok-kelompok tani merebut kembali
tanah mereka yang telah dikuasai oleh perkebunan Negara maupun swasta, misalnya; Kelompok Tani
Sidodadi/Kebun Sayur terhadap PTPN 3 Marbau Selatan dan Kelompok tani Pd. Halaban Sekitarnya
terhadap PT. Smart Tbk).
Persoalan buruh miskin di perkebunan dan masyarakat miskin disekitarnya tidak terlepas dari persoalan
yang dihadapi bangsa ini. Hadirnya perkebunan dan pertumbuhan jumlah penduduk tidak diringi oleh
peningkatan pendapatan masyarakat. Ironisnya, Indonesia hanya menjadi pemasok buruh murah ke
dalam dan luar negeri dengan upah standar Upah Minimum Kabupaten (UMK). Hal ini menjadi daya
tarik dan nilai plus bagi pemodal luar dan dalam karena lebih mudah mendapatkan buruh murah, seperti
halnya yang terjadi di kabupaten Labuhanbatu mayoritas angkatan kerja terpaksa memilih bekerja
sebagai buruh kebun. Lemahnya posisi buruh di Labuhanbatu menyebabkan lahirnya kebijakan-
kebijakan tentang perburuhan yang tidak membela kepentingan buruh, salah satu contoh adalah
kebijakan buruh murah sesuai dengan SK Gubsu No. 561/284/k/tahun 2009 yang berdasarkan surat
Bupati Labuhanbatu N0.563/3537/sosial/2008. yang menetapkan upah buruh hanya Rp. 923.000/bulan.
Dari beberapa perkebunan yang ada di Labuhanbatu, PT. Smart Tbk merupakan salah satu perkebunan
Kelapa Sawit terbesar yang menyerap tenaga kerja murah (UMP) tersebut. PT. Smart Tbk yang
tergabung dalam PT. Smart Corporation merupakan anak perusahaan dari SINAR MAS GROUP, yaitu
sebuah perusahaan besar yang bergerak dibidang Pulp & Paper, Financial Service, Agribisnis & food dan
Bidang Property. Perkebunan PT. Smart Tbk di Labuhan Batu terdapat di beberapa tempat yaitu Kebun
Sialang Taji ( Kualuh Selatan), Kebun Pernantian (Marbau), kebun Kanopan Hulu (Kualuh Hulu), kebun
Adipati (Marbau) dan kebun Pd. Halaban (Aek Kuo). Kebun Adipati dan Kebun Pd. Halaban terletak di
kabupaten Labuhanbatu Utara dengan ibu kota Aek Kanopan dari hasil pemekaran Kabupaten
Labuhanbatu. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Labuhanbatu, Luas kebun Adipati dalam
Hak Guna Usaha (HGU) 2.490 Ha, jumlah staf 5 orang serta jumlah karyawan 264 orang. Dan luas areal
Kebun Pd. Halaban dalam HGU 7.464,92 Ha, jumlah staf 28 orang dan karyawan 3.314 orang. Jumlah
Produksi/tahun kebun Adipati 3.690.000 ton kelapa sawit sedangkan kebun Pd. Halaban 172.063.000
ton kelapa sawit.
Kebun Adipati terdiri dari 4 divisi dibagi kedalam tiga lokasi yaitu:
1. Lokasi Perkantoran ( Kantor besar), Workshop,perumahan staf. ( manager & Asisten)
2. Emplasmen Buruh divisi I dan II Desa Belongkut
3. Emplasmen Buruh divisi III dan IV Desa Belongkut
Kebun Pd. Halaban terdiri dari 8 divisi di bagi kedalam 6 lokasi
1. Emplasmen buruh divisi I pondok Ema. Desa Aek Korsik, kec. Aek kuo
2. Emplasmen buruh divisi II dan III Desa Padang Halaban, Kec. Aek Kuo
3. Emplasmen buruh divisi IV dan V Desa Perkebunan Brusel,Kec. Marbau
4. Emplasmen buruh divisi VI dan VII Desa Perkebunan Panigoran, Kec. Aek Kuo
5. Emplasmen buruh divisi VIII Aek Ledong, Desa Purworejo, Kec. Aek Kuo
6. Perumahan Staf ( Manager &Asisten).
Saat ini terjadi konflik tanah seluas 3000 Ha dari total HGU kebun Pd. Halaban (7.464,92 Ha) dengan
masyarakat sekitar yaitu berada di Desa Sidomulyo, Desa Karang Anyar, Desa Sidodadi/Aek Korsik, Desa
Aek Ledong/Purworejo, Desa Kartosentono/Brussel dam desa Sukadame/Panigoran. Konflik berawal
pada tahun 1945 Presiden Soekarno mengintruksikan kepada seluruh rakyat Indonesia agar seluruh
areal perkebunan yang ditinggal bangsa asing dibagi-bagikan kepada seluruh rakyat termasuk lahan PT.
SUMCANA NV atau Sumatra Caoutchouc Maatschapiij NV.Marbau yang dibagi kepada buruhnya seluas 2
ha/orang dengan alas hak Kartu Tanda Pendaftaran Pendudukan Tanah (KTPPT) yang dikeluarkan oleh
kantor Reorganisasi Pemakaian Tanah (KRPT) Sumatera Timur yang dilindungi UU Darurat No.8 tahun
1954. Pada tahun 1945 Soekarno mengintruksikan kepada seluruh masyarakat agar tanah tersebut
ditanami tanaman sumber pangan guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan logistic perang.
Namun setelah 25 tahun menguasai tanah (1945-1969), pada tahu 1969/1970 tanah tersebut dirampas
dan dikuasai oleh PT.Plantagen AG. Pada tahun 2001 Kelompok Tani Padang Halaban dan skitarnya
(KTPH-S) pernah menduduki kembali tanah tersebut namun tidak berhasil karena mereka diusir dan di
intimidasi yang saat itu dikuasai oleh perusahaan PT.Smart Corporation, PT.PP.Panigoran dan PT. Serikat
Putra. Pada Maret 2009 KTPH-S kembali menduduki lahan dan masih berlangsung sampai sekarang dan
telah menempuh berbagai cara mulai dari jalur pemerintahan (eksekutif) dan legislative hingga pada
proses pengadilan di PN-Rantauprapat.
Tempat Ibadah Umat Kristiani Pd. Halaban Tempat ibadah Umat Muslim
Sarana Perobatan Pusat PT. Smart Pd. Halaban Sarana Pendidikan Di komplek Perumahan
Struktur manajemen untuk kedua kebun adalah sama, hanya saja jarak kedua kebun tersebut relative
jauh. Disamping 8 asisten divisi di Kebun Pd. Halaban terdapat juga Asisten divisi Bibitan dan Asisten
divisi Workshop. Demikian juga halnya Kebun Adipati selain 4 Asisten divisi terdapat juga Asisten divisi
Bibitan dan Asisten workshop. Posisi Krani Kantor dari tata urutan masih dibawah Mandor I tetapi
mandor I dan Krani Kantor tersebut adalah bawahan Asisten Divisi dan melaksanakan perinath-perintah
Asisten Divisi.
Dari pengamatan di lapangan, kebesaran perusahaan dan berjalannya usaha dari tahun ke tahun adalah
berkat strategi manajemen yang berhasil menciptakan jargon bahwa “kalau masih gelem mangan beras
catu ojo ngelawan” hanya dengan bekerja dan hidup dikebun lah mereka bisa makan dan sejahtera,
artinya bahwa PT. Smart dapat memberikan kesehjahteraan, jika melawan sama dengan kehilangan
pekerjaan dan kehilangan masa depan, maka semua buruh harus serius bekerja dan jika melawan akan
di PHK atau mutasi.” Dampaknya buruh hidup dalam ketakutan dan tidak menyadari ketertindasan
tersebut, takut berdiskusi atau berserikat, takut membantah mandor apalagi Asisten dan pada akhirnya
tidak mengerti apa yang menjadi haknya sebagi buruh dan sebagai warga Negara Indonesia.
Keberhasilan PT. Smart membangun jargon di atas berdampak pada stabilisasi tenaga kerja murah. Ada
beberapa cara yang dijalankan PT.Smart dalam memelihara jargon tersebut, yaitu :
1. Pengendalian lewat pekerjaan
Strategi yang dilakukan oleh perkebunan adalah dengan membuat berbagai peraturan dan sanksi .
Berbagai aturan tersebut memaksa buruh untuk “disiplin” dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
Seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Aktivitas Buruh
NO Aktivitas Waktu Keterangan
13 Mempersiapkan bekal
Masteran /Lingkar Pagi
Berangkat ke ancak
Sarapan Pagi
Bekerja
Istrahat makan Siang (wolon)
Bekerja
Pulang ke Rumah
Ngopi/sitrahat
Mempersiapkan makan malam
Makan malam
Nonton Tv bersama Keluarga
Istrahat (Tidur) 04.00-06.00 WIB
06.00-06.15 WIB
06.15-06.40 WIB
06.40-07.00 WIB
07.00-11.00 WIB
11.00-11.40 WIB
11.40-16.00 WIB
16.00-16.30 WIB
16.30-17.00 WIB
17.00-19.00 WIB
19.00-19.30 WIB
19.30-22.00 WIB
22.00-04.00 WIB
Kantor Divisi
Membantu Istri
Dari table diatas dapat kita lihat bahwa hidup buruh tersita untuk bekerja saja, adapun libur kerja hanya
pada tanggal merah dan pada waktu pesta pernikahan, sunatan dan jika salah satu anggotanya
meninggal dunia, diluar itu maka libur kerja masuk dalam kategori mangkir. Dengan aktifitas buruh yang
begitu padat dan pasti melelahkan maka bisa dipastikan buruh tidak berfikir lagi untuk menambah
pengetahuannya terutama menyangkut kehidupannya sebagai buruh perkebunan.
Pekerjaan di bidang produksi ada 2, yaitu Pemanen dan pembrondol. Untuk upah pemanen dan
pembrondol kedua Kebun standarnya sama, yaitu: Rp. 1300/ember (6 Kg). Mayoritas buruh
mengikutsertakan istrinya untuk mengutip brondolan untuk menambah pendapatan. Jika brondolan
ketinggalan (tidak dikutip) akan didenda Rp. 1250 /pokok, namun praktek lapangan bahwa denda
tersebut hampir tidak pernah dilaksanakan dan hanya menakut-nakuti. Justru mandor turut membantu
atau memberi tahu pengutip jika ada brondolan ketinggalan. Setiap pagi pengutip brondolan diwajibkan
ikut masteran dan jika tidak maka dianggap tidak masuk bekerja. Biasanya pengutip brondolan
memperoleh 10-80 ember perharinya, tergantung dengan naik-trek nya buah dan cuaca. Bila cuaca
panas dan hujan bergantian terus menerus maka brondolan akan semakin banyak.
Praktek dilapangan ternyata PT. Smart menerapkan standar pengupahan yaitu melalui jam kerja (7 jam)
dan basis borong serta luasan lahan (2-5 Ha). Lewat penerapan standar ganda tersebut perusahaan
mengharapkan hasil yang maksimal, dengan kewajiban yang minimal. Lagi-lagi perusahaan secara
sepihak menentukan standar ini, tidak seperti yang tertulis dalam PKB antara Serikat dengan
perusahaan. Dalam PKB diuraikan bahwa jam kerja adalah 7 jam/hari atau 40 jam/minggu. Perbedaan
pendapat antara mandor dengan buruh tentang standar kerja perharinya menjadi bahan perdebatan
yang selalu terjadi di ancak. Mayoritas buruh beranggapan jika sudah dapat basis borong dan tunasan
selesai maka boleh pulang, sementara mandor mengatakan harus 7 jam kerja , dapat basis borong dan
tunasan selesai. Biasanya perdebatan itu akan dimenangkan mandor, namun ada juga buruh yang tidak
menghiraukan mandor tersebut. Tetapi sebagian besar buruh ketika sudah dapat basis borong memilih
untuk bersantai diancak daripada pulang untuk menghindari tegoran dari mandor panen tersebut. Kalau
buruh pulang sebelum tujuh jam kerja dan ketahuan oleh mandor maka akan dikenakan hukuman
dipertujuh, yaitu hukuman akibat dari pulang lebih awal sebelum 7 jam kerja meskipun basis borong
sudah tercapai. Eksekusi dari hukuman itu adalah berupa potongan upah setiap gajian bulanan, dan
biasanya potongan itu tertutupi oleh premi yang didapat buruh perbulannya.
Untuk pengamanan saat ini perusahaan mengadakan perekrutan sendiri dan memberi nama PAM
SWAKARSA (PS). Untuk PS diberi uniform, diadakan latihan baris berbaris layaknya polisi atau militer.
Dan penampilan anggota PS tersebut sangar-sangar dan berlagak seperti KOPASUS (pengakuan
beberapa buruh di Kebun Pd.halaban dan Adipati). PS tersebut menjaga kebun dari maling-maling sawit
(Ninja), dan biasanya mendapat giliran jaga pada pos-pos dan ronda di areal perkebunan pada malam
harinya. Menurut pengakuan beberapa buruh, tingkah laku PS tersebut bawaannya selalu sok dan
perasaan militer, namun pada umumnya buruh tidak acuh dengan mereka. Pada setiap perbatasan
kebun dengan perkampungan penduduk atau perusahaan lainnya di buat parit besar dan itu
menandakan bahwa perkebunan sangat ketat dan “tertutup” dengan masyarakat sekitar. Hal ini juga
ditandai dengan didirikannya pos-pos dan palang masuk disetiap gerbang masuk areal perkebunan.
Setiap pintu masuk jalan kebun atau setiap jalan yang menuju perkampungan penduduk di awasi oleh
security selama 24 jam. Dengan membuat pos jaga yang di beri palang agar setiap mobil masuk dan para
pelintas dapat dipantau dan diketahui. Para security berjaga bergantian sesuai dengan sift kerja.
Palang masuk Kebun dijaga Security Palang keluar, batas perkampungan
Kehadiran security atau PS belakangan menggeser fungsi-fungsi pengamanan yang dibuat OKP, PS lah
yang menjaga palang masuk kebun hingga, ronda malam diareal kebun untuk menghindari pencurian
TBS hingga menjaga rumah Asisten dan kerusuhan-kerusuhan lainnya. Dengan kata lain PS menjadi
pengawal internal perkebunan.
Pada kantor divisi yang berada satu komplek dengan emplasment terdapat beberapa tulisan yang
dipajang pada gerbang kantor sehingga mudah terbaca oleh setiap orang yang melewati halaman
kantor. Tulisan itu berbahasa inggris yaitu dan merupakan nilai-nilai yang secara tidak langsung harus
dilaksanakan seluruh staf dan buruh, nilai /values tersebut yaitu: commitment (kebulatan tekad),
integrity ( keutuhan Pribadi), loyalty (kesetian), positive attitude (selalu berpikiran positive) dan
environment continuous (Lingkungan yang berkelanjutan), inovasi (suka membuat dan menemukan hal-
hal baru). Tulisan motto tersebut secara tidak langsung menyuruh agar seluruh buruh yang melihat
berusaha melaksanakan prinsip-prinsip tersebut.
Pada kantor divisi VIII Aek Ledong dan Divisi Brussel kebun Pd. Halaban, divisi I & II Kebun Adipati
terdapat juga sebuah pamplet yang mengarah kejalan emplasmen buruh, isi panflet tersebut adalah 10
Dosa –Dosa Pemanen, yaitu berisi hal-hal yang dianggap menjadi dosa bagi buruh yang melanggar dan
memposisikan tuan kebun sebagai Tuhan yang menentukan dosa seorang buruh sebagai manusia.
Adapun 10 dosa2 pemanen menurut PT. Smart Tbk itu adalah:
C. Penutup
Berbagai peraturan dan sanksi dibuat perusahaan dan pelaksanaannya secara sepihak tanpa persetujuan
buruh. Aturan-aturan tersebut adalah mulai dari pelarangan diskusi dirumah buruh jika tidak ada ijin
dari Asisten sampai pada penghisapan keringat dan darah manusia yang tidak sadar akan hakekatnya
sebagai manusia. Ketidaktahuan buruh akan haknya sebagai manusia dan sebagai pemilik negeri
menjadikan mereka disamakan dengan mesin produksi yang patuh terhadap aturan-aturan yang ada,
bekerja sesuai dengan kehendak perusahaan, 7 jam kerja dengan basis borong dan luasan lahan yang
ditetapkan perusahaan sehingga keseharian buruh habis hanya untuk bekerja membanting tulang.
Pembatasan ruang gerak buruh yang dilakukan oleh management maupun oknum nya dengan alasan
untuk mejaga produktifitas membelenggu buruh dalam satu siklus berkelanjutan dari masa-kemasa yang
sangat merugikan masa depan buruh dan anak-anaknya dan berdampak buruk terhadap masa depan
negeri ini Perusahaan akan semakin leluasa membuat aturan-aturan yang merugikan buruh akibat
rendahnya posisi tawar buruh terhadap perusahaan yang dikarenakan kebodohan dan ketiadaan
informasi dari luar. Berbagai cara dilakukan PT. Smart Tbk untuk melanggengkan kekuasaannya tanpa
mendapat perhatian dari pemerintah khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Labuhan Batu, ada
apa dengan negeri ini.