Desa Tumbang Olong II, Kecamatan Uut Murung, Kabupaten Murung Raya
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan satu dari 5 desa di kecamatan
Tanah Uut Murung yang mempunyai jarak ± 100 km atau ± 4 Jam
perjalanan dari Ibu kota kabupaten. Secara geografis Desa Tumbang Olong
II sendiri terletak di perbatasan dengan:
Sementara itu sejumlah 10% dari Total penduduk Desa telah bekerja
menjadi Pegawai swaata dari Perusahaan-Perusahaan yang sat ini berada
disekitar wilayah Desa Tumbang Olong II Seperti PT.Sarang Sapta Putra
dan Pabrik Plywood.
Suku Dayak Uut Danum adalah suku dominan yang merupakan Penduduk
Warga Desa Tumbang Olong II dan Suku Pendatang. Pemeluk Agama
mayoritas Desa ini adalah Hindu Kaharingan dan Kristen Protestan.
Badan Usaha Milik Desa. BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa. Undang-undang No. 6 Tahun 2014
menegaskan kembali bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik
Desa. Bahwa berdasarkan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan
keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha
ekonomi masyarakat perdesaan, perlu didirikan Badan Usaha Milik Desa
yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Badan Usaha Milik Desa
Tumbang Olong II yang selanjutnya disebut BUMDes “Cahai Bumbun”,
didirikan berdasarkan UU No 6 Tahun 2014, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 39 Tahun 2010, Peraturan Menteri Desa No 4 Tahun 2014,
Peraturan Daerah Kabupaten Murung RayaNomor 4 Tahun 2014 Tentang
Tata cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dan
Peraturan Desa Tumbang Olong II Nomor 02 tahun 2016 tanggal 28 April
2016 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa “CAHAI BUMBUN”
Karena itu, BUMDes adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh
Pemerintah Desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan
oleh pemerintah desa dan masyarakat. Adapun usaha desa adalah jenis
usaha yang berupa pelayanan ekonomi desa seperti, usaha jasa,
penyaluran sembilan bahan pokok, perdagangan hasil pertanian, serta
industri dan kerajinan rakyat.
2. IDENTITAS PERUSAHAAN
2. MISI
3. TUJUAN yang ingin dicapai oleh BUMDes “Cahai Bumbun” adalah:
Sekretaris Bendahara
SING’AN LIDYA
KETERANGAN :
Garis Koordinasi
Garis
CAHAI BUMBUN
BADAN USAHA MILIK DESA
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah Badan usaha yang ada di desa
yang di bentuk oleh Pemerintahan Desa Bersama Masyarakat Desa. Maksud dari
pembentukan BUM Desa sebagaimana dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan transmigrasi No. 4 Tahun 2015 Tentang
Pendirian, pengurusan dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Desa Pasal 2 ”Pendirian Bum Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung
seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh
Desa dan/atau kerjasama antar desa. Pendirian BUM Desa harus diawali sebagai
pola untuk memperkuat ekonomi rakyat desa. Embrio ekonomi desa harus terlebih
dahulu teridentifikasi secara jelas.Identifikasi sangat diperlukan jangan sampai
setelah berdiri BUM Desa tidak ada kegiatan apapun didalamnya dan saat ini yang
terjadi pada sebagaian BUM Desa. Hal ini disebabkan berdirinya BUM Desa hanya
melalui ”pendekatan proyek” bukan mendasar pada sebuah kekuatan dan
kebutuhan lokal. BUM Desa sebagai instrumen untuk menggerakkan ekonomi
masyarakat belum sepenuhnya menjadi pemahaman di kalangan pegiatan
ekonomi lokal dan rakyat desa.
Akhirnya BUM Desa seharusnya menjadi modal awal gerakan sosial dari
pertarungan ”ekonomi” belum tercapai secara maksimal. Kesadaran masyarakat
desa untuk memahami posisi mereka dalam rangka merebut desa menjadi sentral
ekonomi belum menjadi sebuah tujuan. Bahkan yang lebih ironis lagi BUM Desa
dianggap hanya sebagai sarana bagi sebagian elit pemerintahan desa untuk
mengumpulkan pundi-pundi yang tidak sah. Masyarakat desa tidak mengetahui
sama sekali berapa modal BUM Desa, bentuk kegiatan apa, surplus atau difisit
semuanya sangat tertutup. Pada akhirnya tiba-tiba yang didengar oleh masyarakat
bahwa modal BUM Desa habis, perputaran keuangannya tidak jelas dll. Masalah-
masalah klasik inilah yang harus dibenahi, mengingat BUM Desa bukan semata-
mata harus ada didesa tetapi bagaimana BUM Desa dijadikan sebuah gerakan
sosial untuk menggerakkan ekonomi rakyat Desa.
Apapun kritik dan kondisi BUM Desa saat ini bukan menjadikan bahwa BUM
Desa untuk ditiadakan. BUM Desa harus mulai digerakkan dengan pendekatan
penyadaran kepada rakyat desa. Contoh : Rakyat desa harus mengetahui
kekuatan ekonomi saat ini. Bagi rakyat desa yang mayoritas petani harus
mengetahui apakah produk pertanian mereka sudah mampu bersaing dengan
negara lain? Apakah mereka sudah mampu untuk bersaing? Instrument apa yang
digunakan untuk bersaing? Tanpa adanya penyadaran seperti itu rakyat desa
akan merasa tidak ada masalah apa-apa, mereka tidak perlu mengorganisir diri
untuk membentuk sebuah kekuatan.
BUM Desa hadir sebagai wadah untuk mengorganisir rakyat desa untuk
meningkatkan semangat mereka dalam memperkuat dan mengembangkan
ekonomi. BUM Desa dapat dijadikan sarana sharing bagi kelompok-kelompok
masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk sekaligus
membahas stratategi pengembangan pemasarannya.
Jadi BUM Desa lambat laun akan menjadi sebuah centre bagi mereka apabila
ada permasalahan terhadap usaha yang sedang mereka jalani. Kebersamaan
meningkatkan dan mengembangkan usaha ekonomi desa melalui BUM Desa
merupakan salah konsep yang ideal dilaksanakan ditingkat lapangan. Mereka
mampu menggali potensi-potensi baik sumber daya manusia dan sumber daya
alamnya serta mengembangan jaringan untuk menjalin koneksi dalam
menggerakan perekonomian rakyat desa. Sebagaimana dalam Permendesa PDTT
No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 3 Pendirian BUM Desa bertujuan:
Selain itu pendekatannya hanya satu arah saja yaitu pendekatan melalui
kegiatan simpan pinjam. Belum sampai dalam tataran bagaimana menggerakkan
sektor riilnya. Pendekatan melalui simpan pinjam merupakan salah satu
pendekatan yang dianggap paling ”ampuh” untuk mengatasi masalah kemiskinan
di desa. Tetapi kadang-kadang hal ini malah menjebak bagi pemanfaat simpat
pinjam untuk ”gali lubang tutup lubang”. Karena disebabkan sektor riil mereka
tidak jalan. Misalnya : Petani yang mempunyai lahan ¼ ha apabila mereka pinjam
modal untuk membeli sarana produksi pertanian (saprodi) dengan hasil meminjam
tetapi tidak sesuai dengan hasilnya maka petani tersebut akan tetap terjebak
dalam simpan pinjam tersebut. Dengan lahan yang tetap maka tidak akan
mungkin berkembang usahanya, dengan pinjam berapapun apabila lahannya
tidak bertambah maka hasilnya juga tidak akan bertambah pula. Belum lagi hasil
panen mereka dibeli oleh para tengkulak dan dipermainkan harganya.
D. Prinsip-Prinsip BUMDesa
BUM Desa merupakan sebuah badan yang didirikan oleh masyarakat desa dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) BUM Desa bersifat terbuka, semua warga masyarakat desa bisa mengakses
semua kegiatannya.
2) BUM Desa adalah bersifat sosial (social interpreunership), tidak semata-
mata mencari keuntungan.
3) BUM Desa harus dikelola oleh pihak-pihak yang independen. Pengelola
tidak boleh dari unsur pemerintahan desa.
4) BUM Desa tidak boleh mengambil alih kegiatan masyarakat desa yang
sudah jalan tetapi bagaimana BUM Desa mengkonsolidasikan dalam
meningkatkan kualitas usaha mereka.
E. Kelembagaan BUMDesa
BUM Desa merupakan salah satu lembaga Desa yang mawadahi kegiatan-kegiatan
bidang ekonomi. Sebagai sebuah lembaga maka BUM Desa harus mempunyai
struktur organisasi, aturan organisasi dan rencana kerja kegiatan. Sebagaimana
dalam Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 9 Organisasi
pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa, Pasal 10
a. Penasihat;
b. Pelaksana Operasional; dan
c. Pengawas.
Apa yang dimaksud dengan Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari
organisasi Pemerintahan Desa?
Pengelola BUM Desa tidak boleh dari unsur pemerintahan Desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pembangunan Masyarakat Desa. Hal
ini untuk menghindari adanya kepentingan dengan memanfaatkan jabatan dalam
pemerintahan desa. Kecuali untuk jabatan penasehat ex officio akan dibat oleh
Kepala Desa. Pengelola BUM Desa harus netral dan profesional dalam bekerja.
Tidak boleh ada intervensi dari pihak manapun yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan. Pengelola BUM Desa harus transparan dan
mempertanggungjawabkan kepada pemerintahan desa dan masyarakat desa apa
yang telah dikerjakan. Kinerja pengelola BUM Desa harus dievaluasi kinerjanya,
untuk melihat sejauh mana kinerja mereka dalam mngembangkan BUM Desa.
Evaluasi ini dapat dijadikan dasar apakah pengelola BUM Desa layak untuk
dipertahankan atau tidak.
Selain adanya perangkat dalam BUM Desa dengan penguatan kelembagaan maka :
(1) Menjamin agar terjadi pembagian pekerjaan yang harus dilakukan dalam
pekerjaan dan unit tertentu pada BUM Desa.
(2) Mengatur pemberian tugas dan tanggung jawab yang berhubungan dengan
pekerjaan masing-masing.
(3) Mengkoordinasikan tugas-tugas BUM Desa yang beragam.
(4) Menyusun kelompok pekerjaan ke dalam unit atau bagian tertentu.
(5) Menetapkan hubungan antar individu, kelompok tugas,dan unit/bagian.
(6) Menetapkan jalur formal otoritas.
(7) Mengalokasikan dan mengerahkan sumber daya organisasi atau mengelola
usaha yang dijalankan.
G. Pembentukan BUMDesa
a. pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya
masyarakat;
Pada prinsipnya, pendirian BUM Desa merupakan salah satu pilihan Desa dalam
gerakan usaha ekonomi Desa [vide Pasal 87 ayat (1) UU Desa, Pasal 132 ayat (1)
PP Desa dan Pasal 4 Permendesa PDTT No. 4/2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran BUM Desa]. Frasa “dapat
mendirikan BUM Desa” dalam peraturan perundang-undangan tentang Desa
tersebut menunjukkan pengakuan dan penghormatan terhadap prakarsa Desa
dalam gerakan usaha ekonomi. Interpretasi sistem hukum terhadap peraturan
perundang-undangan tentang Desa menghasilkan peta jalan (road map) pendirian
BUM Desa.
Dalam aras sistem hukum, prakarsa Desa tersebut memerlukan legitimasi yuridis
dalam bentuk Perbup/walikota tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. Didalam peraturan bupati tersebut
dicantumkan rumusan pasal (secara normatif) tentang:
(2) Penetapan BUM Desa ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala
Desa di bidang pemerintahan Desa;
H. Pengembangan BUMDesa
Pengembangan usaha BUM Desa sesuai dengan permendesa PDTT No. 4 tahun
2015 yaitu :
(3) Perantara/brokering,
(4) berdagang/trading,
(5) bisnis keuangan/ficancial bussines dan
Jadi apabila BUM Desa mau dan berani untuk berkembang sudah banyak pilihan
kegiatan yang bisa dilaksanakan.
Presepsi BUM Desa sulit dan tidak berkembang sudah saatnya kita hilangkan.
Kegagalan BUM Desa sebelumnya dikarenakan :
Contoh permasalahan diatas akhirnya BUM Desa dianggap organsasi yang tidak
berguna dan hanya menguntungkan kelompok-kelompok elit desa yang duduk
dalam pemerintahan. Namun pada dasarnya apabila BUM Desa dikembangkan
secara maksimal maka BUM Desa merupakan salah satu organiasi civil society
yang dapat dijadikan sebagai counter hegemony terhadap kekuatan ”ekonomi
global”. BUM Desa jangan sampai terkungkung dalam isyu-isyu lokal. Gerakan
BUM Desa harus menjadi jawababan bahwa masyarakat desa siap menghadapi
pasar bebas.