Anda di halaman 1dari 15

Laporan Tim Riset Lapangan

Gambaran Umum Riset


Sasaran perusahaan
: Areal konsesi PT. Sari Bumi Kencana (SBK)
Waktu pelaksanaan
: Tgl. 8 15 Mei 2011
Tujuan riset
: Identifikasi bentuk-bentuk deforestasi &
degradasi hutan
Tim riset
: 1. Aryo Nugroho W.
2. Dhany
Lokasi Riset
: 1. Desa Tumbang Hiran, kec. Marikit, kab.
Katingan
2. Desa Kajamai, kec. Bukit Raya, kab. Katingan
Sumber Informasi : 1. Bapak Oscar (Damang kec. Marikit)
2. Bapak Jonang (Kepala desa Kajamai)
3. Bapak Joniver (Tokoh pemuda desa Kajamai)
Hasil Riset Lapangan
1. Profil perusahaan PT. Sari Bumi Kencana (PT.SBK)
a. Latar belakang
PT. Sari Bumi Kusuma (SBK) adalah sebuah perusahaan swasta
nasional yang bergerak pada industry pengolahan kayu (industry
kehutanan) dan merupakan salah satu anak perusahaan Alas Kusuma
Group. Alas Kusuma Group adalah salah satu perusahaan pengelohan
kayu terbesar (holding company) di Indonesia sejak tahun 1962 yang
menguasai 750.000 ha areal konsesi di Kalimantan dan dapat
menghasilkan 600.000 m3 kayu olahan per tahunnya. Selain PT. SBK,
Alas Kusuma Group sendiri sedikitnya memiliki 4 perusahaan pengelola
konsesi HPH lainnya, yaitu : PT. Suka Jaya Makmur, PT. Wanaokan
Hasilindo, PT. Narkata Rimba, dan PT. Balayan River Timber.
PT. SBK memulai usaha pengolahan kayunya pada tahun 1978
berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 559/KPTS/UM/II/1978 tertanggal
14 November 1978 dan addendum No.666/Kpts/UM/10/1979 tanggal 16
Oktober 1979. Atas keputusan ini, PT. SBK mendapat Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) seluas 270.000 ha dengan jangka waktu 20 tahun
atau sampai dengan tahun 1998.
Areal konsesi tersebut dibagi dalam 2 blok yang berada di wilayah
Kalimantan Tengah, yaitu blok I (Blok Seruyan) yang meliputi areal
hutan sungai Seruyan Hulu dan Katingan Hulu yang masuk dalam

wilayah kabupaten Seruyan dan Katingan dan blok II (Blok Delang)


yang meliputi areal hutan sungai Delang dan Jelai Hulu yang masuk
wilayah kabupaten Kotawaringin Barat.
Selanjutnya, setelah berakhirnya HPH pada tahun 1998, PT. SBK
kembali diberikan perpanjangan HPH oleh pemerintah melalui SK
Menteri Kehutanan No. 201/KPTS-II/1998 tertanggal 27 Pebruari 1998.
Total luasan areal yang dimiliki PT. SBK kali ini sebesar 208.300 ha
dengan jangka waktu 70 tahun atau sampai dengan tahun 2068.
Dengan rincian 147.600 ha di Blok Seruyan dan 60.700 ha di Blok
Delang.
Batas areal konsesi PT. SBK di wilayah Kalteng, sebelah utara
berbatasan dengan hutan lindung; sebelah timur dengan Taman
Nasional Bukit Raya; sebelah barat dengan areal konsesi HPH PT. Erna
Djuliawati; dan sebelah selatan berbatasan dengan areal konsesi HPH
PT. Meranti Mustika dan sebagian areal konsesi PT. Erna Djuliawati.
b. Sekilas tentang keadaan perusahaan
Saat ini kepemilikan saham terbesar PT. SBK dipegang oleh keluarga
Susanto (60%), yaitu : Nani Susanto (20%), Amin Susanto (20%), dan
Iwan Susanto (20%). Sedangkan secara perseorangan saham
terbesarnya dipegang oleh Suhadi (26%).
Kantor pusat PT. SBK berada di Jl.Balikpapan Raya 14, Petojo Utara,
Gambir, Jakarta
Jakarta. Sedangkan untuk kantor perwakilan/cabangnya berada di Jl.
Adisucipto, Km. 5, 3, kecamatan Sungai Raya, kabupaten Pontianak,
Kalimantan Barat
Sementara lokasi pabrik pengolahan kayu PT. SBK sendiri terletak di
desa Kuala Dua dan desa Kumpai, kecamatan Sungai Raya, kabupaten
Pontianak, Kalimantan Barat. Perusahaan ini berdiri tahun 1988
berdasarkan ijin dari pemerintah melalui Menteri Perindustrian
(Kepmen Nomor : 620/KW.14/AI.1806.01 /IUT IV/88, tanggal 21 April
1988), Kepala BKPM (Keputusan Nomor : 60/T/Kehutanan/1989, tanggal
6 April 1989) dan Menteri Kehutanan (Kepmen Nomor :
SK.4024/Menhut-VI/BPPHH/2006, tanggal 11 September 2006).
Produk olahannya berupa kayu lapis (plywood), kayu gergajian (sawn
timber), dan kayu cetakan (moulding). Kapasitas produksi dari masingmasing produk tersebut adalah 64.000 m 3 dari total kapasitas
terpasang 83.000 m3 untuk plywood, 74.000 m3 dari total 96.200 m 3,
dan 10.800 m3 dari total 14.040 m3 untuk Moulding. Produk-produk ini

diorientasikan untuk memenuhi pasar luar negeri (eksport) dengan


tujuan utama Jepang, China, dan negara-negara di Amerika Utara.
Saat ini PT. SBK mempekerjakan sedikitnya 1400 karyawan dengan
rata-rata tingkat pendidikan lulusan SLTA dimana sebagian besar
tenaga kerjanya berasal luar Kalimantan dan hanya sebagian kecil
yang berasal dari warga desa sekitar areal perusahaan di Kalbar dan
Kalteng. Tenaga kerja tersebut mayoritas terkonsentrasi di barak
penampungan yang terletak di camp 35.

2. Gambaran umum daerah di sekitar area HPH PT.SBK (desa


Kajamai, kec Bukit Raya, kabupaten Katingan, propinsi
Kalimantan Tengah)
a. Keadaan Geografis
Secara geografis, desa Kajamai terletak pada titik koordinat S 000
5628,9 dan E 11201509,1 dengan ketinggian 117 m dpl (di atas
permukaan laut). Kontur umum daratannya berupa perbukitan dengan
tingkat kesuburan tanah yang subur. Lebatnya pepohonan yang
tumbuh di sekitar desa Kajamai menjadikan daerah ini masuk dalam
kawasan hutan lindung yang seharusnya dijaga kelestariannnya.
Namun, sebagian besar wilayah desa telah masuk dalam areal konsesi
HPH milik PT. SBK sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 2068.
Desa Kajamai juga terletak di sepanjang aliran sungai, yaitu sungai
Senamang, Sungai Senamang yang berada di desa Kajamai sendiri
merupakan aliran hulu dari sungai Katingan dengan lebar 25 m dan
kedalaman antara 5 - 10 m. Karakter khusus sungai Senamang ini
diantaranya : aliran airnya deras, jalurnya berbelok-belok, banyak
terdapat riam/jeram ( 6 ada riam besar & kecil), dan banyak batuan
dengan ukuran beragam. Sungai ini hanya bisa dilalui pada saat air
pasang saja sebab jika musim kemarau atau air surut banyak perahu
warga yang tidak bisa jalan lantaran airnya dangkal. Tapi sejak 2-3
tahun terkahir, pasang atau surutnya air sungai tidak bisa
diprediksikan lagi dengan tepat karena kondisi cuaca atau iklim yang
sering berubah tanpa ada kepastian waktunya. Hal ini juga yang
mempengaruhi tingkat mobilitas warga desa Kajamai. Mengingat
selama ini sungai masih menjadi bagian vital bagi kehidupan
masyarakat desa, baik sebagai jalur transportasi utama maupun
sebagai tempat mencari nafkah sehari-hari.

Gambar 1 : Ladang-ladang yang dibuka warga di pinggir


sungai Senamang

Di sepanjang aliran sungai banyak ditumbuhi berbagai pepohonan


besar dan kecil serta menjadi habitat dari berbagai macam satwa.
Dimana sebagian dari areal pinggir sungai tersebut banyak dipakai
oleh warga untuk membuka ladang ladang pertanian sebagai
sandaran hidup keluarga.

Gambar 2 : Ladang-ladang yang dibuka warga di pinggir


sungai Senamang

Selain itu, di sepanjang sungai ini juga banyak ditemukan para


penambang emas tradisional yang berasal dari berbagai tempat.
Kebanyakan dari mereka juga membuat rumah-rumah semi permanen
sebagai tempat tinggal sementara di pinggiran sungai Senamang.
Penambang emas tradisional ini juga banyak ditemukan di sepanjang
sungai Katingan dan sungai Samba.

Gambar
3 : aktivitas paradesa
penambang
emasmasuk
tradisional
di
Secara
administrative,
Kajamai
dalam
kecamatan Bukit
sepanjang sungai
Raya, kabupaten Katingan. Kecamatan Bukit Raya sendiri merupakan
kecamatan baru atau daerah pemekaran dari kecamatan Katingan Hulu
sejak tahun 2007 dengan ibu kota kecamatannya desa Kajamai. Desa
Kajamai termasuk dalam salah satu desa binaan PT. SBK bersama
dengan desa Tanjung Batik, desa Karuei, dan desa Tumbang Kaburai.

Gambar 4 : Rumah yang juga merangkap sebagai kantor Kepala


Desa Kajamai

Desa Kajamai terletak 120 km dari ibukota kabupaten Katingan yang


hanya dapat ditempuh melalui jalur transportasi air dengan
menggunakan speed boat atau perahu klotok dari Tumbang Samba (ibu
kota kecamatan Katingan Tengah). Berikut rincian perjalanan menuju
desa Kajamai :
Rute
Palangkara
ya Tb.
Samba

Sarana
transportasi

Waktu
tempuh

Biaya

Keterangan

Darat :
- Sepeda
motor

4 jam
3 jam

6 - 8 liter
Rp. 80.000

-----

Tb. Samba
kec.
Marikit
(Tb. Hiran)

- Travel
Air
- Taksi air
Darat :
- Travel

Marikit Senamang

Air
- Taksi air

Senamang
Tb
Kajamai
Tb Kajamai
- Kaburai

Air
- Klotok
Air :
- Klotok

45
jam

@ Rp 70.000

Sehari cuma sekali &


berangkat pkl 06.00

@ Rp
100.000

Berdasar
ada/tidaknya
penumpang

2-3
jam

@ Rp 50.000

3-4
jam

@ Rp
100.000

Tempat istirahat
klotok
Tujuan terakhir dari
klotok/speed boat.

1-2
jam

@ Rp.
500.000

2-3
jam

Harus carter klotok

b. Keadaan Sosial dan Budaya


Jumlah penduduk dan persebarannya
Jumlah penduduk desa Kajamai terakhir sebesar 697 jiwa dan
tergabung dalam 186 KK. Jumlah penduduk ini tersebar dalam 4
(empat) RT yang letaknya saling berdekatan atau terkonsentrasi dalam
satu kawasan.
Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Namun,
secara umum kuantitasnya relatif berimbang. Jumlah penduduk lakilaki 380 jiwa sedangkan perempuannya sebesar 317 jiwa. Mayoritas
penduduk desa tersebut merupakan penduduk asli yang telah lama
menetap di desa Kajamai, sangat sedikit sekali warga pendatangnya.
Alasan utama warga pendatang yang menetap di desa Kajamai
biasanya karena penempatan kerja atau karena pernikahan dengan
warga setempat.
Secara umum, pergerakan jumlah penduduk di desa Kajamai bisa
dikatakan berjalan stagnan atau tidak menunjukkan penambahan dan
pengurangan yang berarti. Artinya, jumlah penduduk desa Kajamai
relatif tetap. Meskipun desa Kajamai merupakan ibukota dari
kecamatan Bukit Raya.
Hal ini disebabkan antara lain oleh : tingkat pembangunan (khususnya
sarana publik) di desa Kejamai yang berjalan lamban; sempitnya
lapangan kerja; tidak adanya sumber penghidupan (pertanian,
perkebunan,dsb) yang bisa menjadi sandaran hidup sehari-hari; dan
mahalnya harga-harga barang kebutuhan hidup. Alasan-alasan
tersebut merupakan pendorong utama warga untuk merantau ke

tempat lain dengan tujuan dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan


hidup keluarganya.
Suku bangsa yang ada
Mayoritas suku bangsa yang mendiami desa Kajamai adalah suku
bangsa Dayak dengan sub suku Dayak Katingan. Berikutnya disusul
oleh suku bangsa Jawa, Banjar, dan Batak. Sedangkan untuk bahasa
atau dialek yang digunakan sehari-hari oleh warga ialah bahasa Dohoi.
Selama ini, kerukunan antar suku bangsa di desa Kajamai selalu
terjaga dengan baik. Perselisihan yang sempat muncul di masyarakat
dapat diselesaikan dalam ikatan tali persaudaraan yang kuat antar
sesame suku bangsa dan didasarkan atas hukum adat yang masih
dipegang erat oleh warga setempat. Pemberian sanksi berupa
pembayaran denda (jipen) bagi pihak yang bersalah dapat
dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab tanpa ada rasa permusuhan
atau balas dendam.
Semangat persatuan dengan dasar anggapan bahwa semua suku
bangsa adalah saudara betul-betul dijaga dan dipegang erat oleh
seluruh warga desa Kajamai untuk menjaga kerukunan dan
keharmonisan hidup dalam sebuah masyarakat yang heterogen.
Sarana dan prasarana umum
Ketersediaan
sarana
umum
untuk
menunjang
peningkatan
kesejahteraan hidup warga desa selama ini terasa sangat minim dan
terbatas. Berikut gambarannya :
Fasilitas

Pendidikan

Tempat
ibadah
Kantor
pemerintah
an

Bentuk
- SD
- SLTP & SLTA
- Gereja
- Balai Basarah
- Masjid/mushol
la
- Kecamatan

Jumla
h
1 buah
--------1 buah

- Kelurahan

---

Transportasi

- Dermaga
- Taksi air

1 buah
1 kali

Kesehatan

- Polkesdes

1 buah

Keterangan
----tersedia di

Hanya
Tumbang
Samba
Warga biasanya beribadah di
rumahnya masing-masing atau
di rumah salah satu warga
Jarang ditempati/camat jarang
berada di tempat.
Pernah ada bantuan dari PT. SBK
tapi kemudian dijual kades
sebelumnya
----Baru setahun ini ada sarana
taksi air
-----

Gambar 5 :Bangunan SDN 1 desa Kajamai (satu-satunya fasilitas pendidikan


yang ada di desa ini

Agama & kepercayaan


Gambar
tempat Posyandu
yang adalah
berada satu
tempatyang
dengan
Agama6 : Hindu
Kaharingan
ajaran
banyak dipeluk oleh
rumah kepala desa
warga desa Kajamai. Penganut agama Hindu Kaharingan berjumlah
46% dari total penduduk desa atau sebesar 320 orang. Agama
selanjutnya yang dipeluk warga adalah Kristen Protestan dan Katolik.
Jumlah masing-masing pemeluk agama ini adalah 6% atau 41 orang
untuk katolik dan 5% atau 34 orang untuk Kristen Protestan.
c. Keadaan Ekonomi (mata pencaharian)
Sumber ekonomi utama warga desa didapatkan dari berladang dan
berkebun. Untuk menambah pemasukan beberapa warga desa juga
mengembangkan system peternakan dan perikanan di sekitar tempat
tinggalnya.
Metode pertanian yang dikembangkan masih bersifat tradisional
dengan menggunakan sistem ladang berpindah atau sistem tanam
tinggal. Komoditas tanaman ladangnya adalah rotan, pantung, karet,
padi, dan jelutung. Dimana rotan sempat menjadi andalan utama

warga dan menjadikan kabupaten Katingan sebagai salah satu


penghasil rotan terbesar di Indonesia.
Tapi dalam perkembangannya sekarang rotan tidak lagi menjadi
andalan karena tingkat harga yang terus menurun akibat permainan
harga para tengkulak. Hal ini yang menyebabkan banyak warga beralih
profesi untuk mencari sumber penghidupan lain, seperti : jadi
penambang emas tradisonal dan cari pekerjaan di tempat lain.
Selain jatuhnya harga jual rotan, persoalan tentang cuaca yang tidak
menentu dan terus menurunnya jumlah luasan tanah yang dimiliki
warga merupakan faktor lain yang menyebabkan pendapatan warga
menjadi terbatas (hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari) dan bahkan sering kekurangan.
Artinya, keterbatasan warga untuk dapat mengakses tanah-tanah di
sekitar sungai atau dalam kawasan hutan untuk bercocok tanam telah
menjadi ancaman tersendiri untuk dapat bertahan hidup.
3. Tanggapan umum warga atas keberadaan PT. Sari Bumi
Kusuma (SBK) (simpulan hasil wawancara dengan Bp. Jonang -Kades
Kajamai-; Bp. Joniver - Pengurus PNPM desa- ; Bpk Suratman Warga-;
Bpk Raji -Warga-)
a. Pandangan awal terhadap perusahaan
Keinginan utama warga atas adanya perusahaan (PT.SBK) ialah dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup dengan tetap menjaga kelestarian
alam dan menghormati hak-hak masyarakat adat.
Keinginan ini
diwujudkan dalam hal terbukanya kesempatan yang luas bagi warga
untuk bekerja di perusahaan, dapat membantu pembangunan
infrastruktur di desa, membuka akses transportasi darat untuk
memudahkan mobilitas, tidak mencemari sungai dan sumber air
warga, serta menjaga kelestarian hutan di sekitar areal desa.
Hal di atas seakan dapat mudah terealisasi dengan masuknya desa
Kajamai sebagai salah satu desa binaan PT. SBK. Di samping itu,
monitoring dan penilaian atas kinerja PT. SBK terhadap warga desa
binaannya juga sering dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari
pemerintah, kalangan LSM/NGO maupun dari pihak sertivikasi sendiri.
Dimana semua pihak ini berasal dari tingkat lokal/daerah, nasional, dan
internasional.
Jika dilihat dari kapasitas berbagai pihak tersebut, maka harapan warga
untuk dapat hidup lebih baik bukanlah sesuatu yang sulit diwujudkan
atau dapat segera dirasakan warga. Hal ini juga berarti bahwa berbagai

bentuk pelanggaran yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan


diselesaikan dengan baik.
b. Upaya yang dilakukan perusahaan terhadap warga desa
Kajamai
Berikut beberapa upaya yang dilakukan perusahaan (PT. SBK) selama
ini terhadap warga desa Kajamai yang dirasa sedikit menguntungkan :
1. Pembukaan jalur darat (via jalan operasional perusahaan) yang
dapat menghubungkan ke wilayah Kalimantan Barat.
2. Penyediaan mobil angkutan antar jemput warga untuk dapat
berbelanja kebutuhan hidup sehari-hari. Angkutan antar jemput ini
hanya disediakan sebulan sekali (tiap tgl. 28) dengan tujuan desa
Nanga Nuak Kalbar dan merupakan sarana angkutan yang juga
berlaku bagi warga desa Tanjung Batik dan Kaburai.
3. Pembangunan fasilitas kantor desa
4. Membantu pembangunan sekolah dasar dan memberikan gaji bagi
tenaga pengajar honorer.
Sedangkan tindakan pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat adat
atau aktivitas perusakan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan
diantaranya :
1. Banyak tempat yang menjadi sumber mata air (sepan) yang ditutup
perusahaan karena masuk dalam areal konsesinya.
2. Air sungai menjadi keruh karena banyak dibukanya jalan-jalan
operasional baru oleh PT. SBK sehingga jumlah tangkapan ikan
menjadi menurun dan bahkan ada beberapa jenis ikan yang
sekarang langka ditemukan.
3. Tidak menyelesaikan pembangunan jembatan (jalan tembus) warga.
4. Melakukan pembuangan limbah pengolahan ke sungai .
5. Melakukan penebangan di luar areal blok RKT (rencana kerja
tahunan).
6. Banyaknya lahan-lahan warga yang diserobot tanpa proses ganti
rugi atau negosiasi dengan pemilik sebelumnya.
7. Berkurangnya keanekaragaman satwa yang berada di kawasan
hutan.
8. Tidak segera membuat jalan tembus yang dapat menghubungkan
jalur tranportasi antar desa.
9. Tidak mendukung program PNPM mandiri di desa.
10.
Membatasi akses warga untuk beraktivitas di lahan mereka
yang masuk areal konsesi.
Dari penuturan warga di beberapa tempat menyebutkan bahwa
perilaku PT. SBK terhadap desa-desa binaannya cenderung tidak
merata atau timpang serta tidak serius menjalankan program-program
pemberdayaan masyarakatnya. Kesan lain yang muncul selama ini

adalah desa-desa binaan yang berada di Kalbar lebih diperhatikan


daripada desa binaan di wilayah Kalteng.

Hal ini berarti istilah desa binaan yang selama ini disematkan terhadap
beberapa desa di sekitar PT. SBK merupakan slogan atau formalitas
semata.
kenyataannya
tidak adayang
peningkatan
tarafoleh
kehidupan
Gambar Sebab
7 : Bangunan
jembatan penghubung
tidak diselesaikan
PT. SBK di desa
Kajamai
yang dirasakan warga selama PT. SBK beroperasi di sekitar tempat
tinggal mereka.
Termasuk di dalamnya berbagai aktivitas monitoring, evaluasi, audit,
sertivikasi, dan aktivitas pemantauan lainnya yang dilakukan berbagai
pihak terasa hambar dan kental aroma formalitasnya. Sebab, bukannya
peningkatan kualitas kinerja yang dapat dilihat warga, melainkan

warga hanya berperan sebatas sebagai obyek penelitian atau sekedar


menjadi testimoni semata tanpa merasakan adanya tindakan
tindakan pengelolaan yang konkrit secara bertahap dan berkelanjutan.
c. Sikap dan tindakan warga terhadap perusahaan
Atas tindakan sewenang-wenang yang dilakukan perusahaan terhadap
warga desa selama ini telah banyak melahirkan rasa kecewa yang
mendalam. Warga merasa tidak mendapatkan keuntungan apapun
selama perusahaan berada di sekitar desanya. Bahkan, perusahaan
dinilai telah mendatangkan banyak kerugian dan penderitaan bagi
warga.
Sebenarnya pihak pemerintah desa melalui kepala desa telah banyak
melakukan upaya desakan kepada perusahaan agar memperhatikan
nasib dan kepentingan warga, diantaranya adalah :
1. Meminta bantuan mesin pompa air agar warga mendapat air bersih
bagi kebutuhan hidup sehari-hari lantaran air sungai yang ada
sudah kotor dan tercemar sehingga tidak bisa lagi dikonsumsi.
2. Meminta bantuan bahan bakar (solar) untuk penerangan bagi
pelajar SD saat mempersiapkan ujian.
3. Meminta bantuan/sumbangan untuk peringatan Hari Kemerdekaan
17 Agustus.
4. Meminta dibukanya kesempatan kerja bagi warga setempat.
Dari keempat permintaan bantuan di atas, tidak ada satu pun yang
direalisasikan oleh perusahaan. Padahal ajuan tersebut ditujukan untuk
kepentingan bersama warga dan bukan untuk keperluan orang per
orang. Dasar permintaan bantuan ini disebabkan oleh keadaan dari
sebagian warga yang memang serba kekurangan. Akibat semua yang
sebelumnya dapat mudah didapatkan warga (utamanya hasil hutan)
lambat laun mulai menghilang atau sangat terbatas jumlahnya.
Salah satu permintaan yang tidak dikabulkan dan semakin menambah
kekecewaan warga desa Kajamai adalah bantuan mesin pompa air.
Mengingat peran air bersih sangat vital bagi kehidupan sehari-hari,
maka desakan untuk mendapat sumber air bersih sebenarnya menjadi
hal yang tidak bisa ditawar lagi. Secara nyata, perusahaan (PT.SBK)
telah banyak melakukan penutupan dan pencemaran terhadap
sumber-sumber mata air warga (sepan). Tapi tidak ada rasa tanggung
jawab sedikit pun untuk menggantinya. Sampai datangnya permintaan
warga, perusahaan pun tetap tutup mata dan merasa seakan tidak
memandang penting perihal tersebut.
Pembangunan kantor desa dan bantuan pembelian atap (seng) untuk
SD adalah dua bentuk bantuan perusahaan yang dapat dilihat oleh

warga desa selama ini. Khusus untuk kantor desa, kepala desa
sekarang (sejak tahun 2007) tidak dapat lagi menikmati fasilitas
tersebut karena kantor desa tersebut telah dijual oleh kepala desa
sebelumnya. Tapi sampai saat ini tidak ada tindakan atau respon
apapun dari warga maupun kepala desa yang baru untuk coba
meminta pertanggungjawaban dari kepala desa sebelumnya. Saat
persoalan ini coba dikonfirmasi, tidak ada alasan yang terang kenapa
warga dan kepala desa tidak juga menyelesaikan soal ini. Walau yang
bersangkutan sampai sekarang juga tetap tinggal di desa Kajamai.
Pihak perusahaan pun tidak mau peduli karena merasa bukan
tanggungjawabnya dan menganggap bahwa dia sudah membantu. Jadi
jika timbul masalah seperti demikian, maka pihak perusahaan tidak
mau ikut campur.
d. Harapan dan keinginan warga
Secara umum harapan warga desa Kajamai adalah mendapatkan
peningkatan
kesejahteraan
hidup
yang
dibarengi
dengan
bertambahnya tingkat ilmu pengetahuan. Salah satu indikasinya ialah
tersedianya pembangunan sarana dan prasarana publik (seperti:
fasilitas pendidikan, kesehatan, dan transportasi) secara berkelanjutan.
Tanpa menggangu dan merusak tatanan kebudayaan yang ada serta
senantiasa menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Untuk itu diperlukan perhatian yang serius dari pemerintah sebagai
pihak yang paling bertanggungjawab menangani masalah ini. Walau
sebagian besar warga sudah menaruh rasa pesimis terhadap kinerja
pemerintah, tapi harapan itu saat ini masih disandarkan pada mereka.
Tindakan untuk benar-benar mengedepankan kepentingan rakyatnya,
teguh membela kebenaran dan berani menindak segala yang salah
merupakan idaman setiap warga kepada pemerintahnya dan bukan
yang selama ini dilihat dan dirasakan warga. Yaitu, Pemerintah menjadi
pihak terdepan dalam penyelesaian soal yang menyangkut perusahaan
dan bertindak paling belakang dan bahkan merasa tidak tahu jika
muncul soal yang menyangkut hajat hidup rakyatnya yang secara
terang-terangan ditindas dan ditekan perusahaan.
Semua itu memang hanya dapat dibuktikan dalam perkembangannya
ke depan. Apakah harapan & keinginan warga desa Kajamai tersebut
dapat segera diwujudkan pemerintah atau sebaliknya. Jika pun tetap
saja seperti selama ini yang terjadi maka warga pasti punya cara
sendiri untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak-haknya yang
dirampas dengan caranya sendiri tanpa mengharap bantuan yang
selama ini tidak juga bisa diharapkan.

4. Kesimpulan & rekomendasi


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan wawancara dengan warga dalam rangka
riset untuk melakukan identifikasi terhadap upaya deforestasi dan
degradasi hutan pada perusahaan pemegang HPH PT. Sari Bumi
Kusuma (SBK). Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. PT. Sari Bumi Kusuma selaku pemegang HPH sejak tahun 1978 dan
telah mendapat perpanjangan hak sampai dengan tahun 2068 telah
banyak melakukan tindakan-tindakan perusakan lingkungan hutan
lindung, pencemaran lingkungan, dan pengabaian terhadap hak-hak
masyarakat adat di sekitar areal konsesi.
2. Tidak ada peningkatan atas kesejahteraan dan perbaikan kualitas
hidup warga sekitar areal konsesi. Sebaliknya, PT. SBK menjadi
pihak yang paling bertanggungjawab atas penurunan tingkat
kesejahteraan dan kualitas hidup sebagian besar warga penghuni
asli di areal hutan lindung selama ini.
3. Program desa binaan yang dijalankan oleh PT. SBK tidak lebih hanya
sekedar memenuhi kewajiban secara formal atas peraturan
perundangan yang berlaku. Munculnya banyak kekecewaan warga
atas perjalanan program tersebut tidak menjadi perhatian utama
untuk mendapatkan tindak lanjut.
4. Aktivitas pemantauan (monitoring) dan penilaian yang dilakukan
berbagai pihak terhadap perusahaan tidak dapat membawa
pengaruh yang positif terhadap peningkatan kesejahteraan warga
desa.
5. Minimnya bantuan pembinaan, pembanguan, dan perhatian dari
pemerintah dalam rangka meningkatkan kemajuan desa-desa di
pedalaman atau desa-desa yang berada sekitar areal perusahaan.
b. Rekomendasi
Menurut kami terdapat beberapa catatan rekomendasi atas perjalanan
riset dalam rangka melakukan identifikasi deforestasi dan degradasi
hutan kali ini untuk dijadikan perhatian guna perbaikan aktivitas riset
atau pendampingan selanjutnya. Berikut diantaranya :
1. Perlu penataan lebih baik lagi dalam hal persiapan tim atau
personel yang akan menjalankan riset. Tujuannya untuk menekan
hambatan/kendala yang mungkin saja terjadi agar hasil yang
didapatkan dapat maksimal. Beberapa hal yang perlu dipastikan
sebelumnya adalah kesiapan tim/personel riset; tempat/ sasaran
riset; gambaran awal tempat riset (jalur,kontak,kebutuhan di
lapangan); dan penentuan target maksimal dan minimalnya.
2. Menjaga komunikasi yang intensif untuk mendiskusikan beberapa
perkembangan yang ada di lapangan.

3. Menentukan jadwal pertemuan di antara tim riset sebagai media


konsultasi bersama.

Anda mungkin juga menyukai