Anda di halaman 1dari 40

Laporan Riset Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Wilmar Grup dan

area Desa sekitarnya di Kab. Seruyan dan Kab. Kota Waringin Timur Propinsi
Kalimantan Tengah.

A.

Latar Belakang
Kelapa sawit sangat bermanfaat mulai dari industri makanan hingga industri kimia.

Industri berat dan ringan, industri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan
terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and fluxing agent pada industri
perak, dan juga sebagai bahan pemisah dari material cobalt dan tembaga di industri logam
juga membutuhkan bahan baku dari hasil kelapa sawit. Bahkan minyak sawit dibutuhkan juga
untuk industri kimia seperti detergen, sabun, dan minyak. Sisa-sisa dari industri minyak sawit
dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler, bahan semir furniture dan bahan anggur.
Produk turunan CPO bisa dipasarkan untuk perusahaan yang memproduksi minyak
goreng kelapa sawit, margarine, shortening, vanaspati (Vegetable ghee), ice creams, bakery
fats, instans noodle, sabun dan detergent, cocoa butter extender, chocolate dan coatings,
specialty fats, dry soap mixes, sugar confectionary, biskuit cream fats, filled milk, lubrication,
textiles oils dan bio diesel.
Produk turunan minyak inti sawit dapat dipasarkan untuk perusahaan yang
memproduksi shortening, cocoa butter substitute, specialty fats, ice cream, coffee
whitener/cream, sugar confectionary, biscuit cream fats, filled mild, imitation cream, sabun,
detergent, shampoo hingga kosmetik.
Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium dan
berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob
dengan penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Bahkan,
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pupuk organik,
pupuk kompos maupun pupuk kalium. Fungsi lain TKKS juga sebagi bahan serat untuk
bahan pengisi jok mobil dan matras, dan polipot. Pelepah pohon dan CPO dapat dijadikan
ekstrak untuk Vitamin E. Batang pohon dapat dijadikan fiber board untuk bahan baku
mebel, kursi, meja, lemari dan sebagainya. Ampas tandan/buangan sisa pabrik dapat
dijadikan serbuk pengisi kasur, bantalan kursi, dan sebagainya.
Melihat kegunaan dan manfaatnya, usaha perkebunan kelapa sawit skala besar dan
pabrik pengolahannya, tentunya sangat menggiurkan bagi pemodal(investor) asing untuk
meng-investasikan dananya dalam usaha perkebunan kelapa sawit sekaligus pengolahannya
karena keuntungan berlipat ganda dari usaha tersebut.

Untuk menghindari dan mengurangi pihak-pihak yang dapat dirugikan dengan adanya
usaha produksi minyak sawit berkelanjutan serta menekan dampak negatif yang dapat timbul,
terutama dari pihak masyarakat yang kehilangan hak atas tanahnya, kerusakan lingkungan
dan hancurnya keanekaragaman hayati, maka seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit
skala besar diharuskan memenuhi dan menjalankan prinsip dan kriteria RSPO.
Prinsip dan Kriteria RSPO ditujukan untuk membatasi pihak perusahaan kelapa
sawit, terutama berskala besar dan bermodal besar agar tidak melakukan tindakan semenamena dan mengutamakan kepentingan perusahaan semata karena prinsip meraih super profit
dengan tidak mengindahkan masyarakat, lingkungan dan keanekaragaman hayati di area
perkebunan, pabrik maupun area di sekitarnya.
Wilmar telah menjadi anggota RSPO sejak September 2005 dan berkomitmen secara
penuh sesuai dengan Prinsip dan Kriteria Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO P & C)
dan mensertifikasi penuh dalam semua wilayah operasinya di mana ia memiliki saham
mayoritas (> 51%) .
Sejalan dengan persyaratan sistem sertifikasi RSPO,telah dibuat tata waktu rencana
yang terikat untuk mensertifikasi seluruh perkebunan dan pabrik dimana Wilmar memiliki
saham lebih dari 51% yang berakhir pada tahun 2013.
Wilmar mengumumkan PT Mustika Sembuluh untuk menjadi yang pertama dari
seluruh Pabrik Kelapa Sawit(PKS) dibawah grup Wilmar di Indonesia yang akan dinilai
terhadap kerangka standar global RSPO. Terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, PT Mustika
Sembuluh memiliki total lahan 22.011 ha, yang seluas 15.604 ha diantaranya telah ditanami.
Terdiri dari tiga perkebunan: Mustika 1 dan 3 berlokasi di Kabupaten Kotawaringin, Mustika
2 terletak di Kabupaten Seruyan. PT Mustika Sembuluh juga memiliki pabrik minyak kelapa
sawit dengan total kapasitas produksi 363,000 ton / tahun.
Luas Propinsi Kalimantan Tengah mencapai 153.564 Km2 yang merupakan Propinsi
ketiga terbesar di Indonesia setelah Propinsi Irian Jaya dan Propinsi Kalimantan Timur. Luas
wilayah terdiri dari hutan belantara: 126.200 km2, Rawa-rawa : 18.115 km2, sungai, danau
dan genangan : 4.563 Km2 dan Tanah lainya : 4.686 Km2.
Luas Propinsi Kalimantan Tengah setara dengan 15.356.800 Ha. Dari luas tersebut,
diproyeksikan lahan yang sesuai untuk pengembangan perkebunan adalah seluas 3.139.500
Ha. Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kalimantan Tengah tercatat 14 jenis
tanaman, dengan karet dan kelapa sebagai tanaman utama perkebunan rakyat (342.011
Ha/50%, 68.938 Ha/10,2%) dan kelapa sawit sebagai komoditi utama perkebunan skala besar
yang dikelola oleh para pengusaha perkebunan baik sebagai Perkebunan Besar Swasta
Nasional/Asing ataupun PIR-Bun KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya). Para

pengusaha perkebunan juga mengembangkan tanaman karet, kakao dan lada, namun tidak
berkembang sejak tahun 1995. Sehingga, lahan yang tersedia dalam perkembangannya
berganti menjadi perkebunan kelapa sawit skala besar.
Sebaran Perkebunan dan Pabrik kelapa sawit di propinsi Kalimantan tengah, paling
luas terdapat di Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin timur. Di kedua kabupaten
tersebut, terdapat pabrik dan perkebunan kelapa sawit milik wilmar grup yang memang
mengandalkan usaha bisnis dan meraih keuntungan luar biasa besar dari industry hulu hingga
hilir kelapa sawit.
B.

Profil Singkat Wilmar International Limited


Wilmar International Limited didirikan pada tahun 1991 dan berkantor pusat di

Singapura. Wilmar memiliki lebih dari 300 pabrik dan jaringan distribusi yang luas yang
mencakup Cina, India, Indonesia dan sekitar 50 negara lain. Serta tercatat dalam lantai Bursa
Efek Singapura.
Pada akhir 1980-an, Martua Sitorus menjalin kemitraan dagang dengan Kuok Khoon
Hong yang merupakan keponakan Robert Kuok, raja bisnis gula dan properti Malaysia.
Keduanya sepakat untuk mengembangkan bisnis bersama-sama. Nama Wilmar sendiri
disebut-sebut sebenarnya adalah singkatan dari kedua nama mereka, yaitu William, nama
panggilan Kuok Khoon Hong, dan Martua Sitorus.
Mereka berdua adalah pemilik signifikan Wilmar Holdings Pte Ltd (perusahaan
holding Wilmar International Ltd). Keduanya berbagi tugas, Kuok Khoon Hong sebagai
chairman & CEO dan Martua sebagai chief operating officer (COO) Wilmar International
Ltd. Wilmar sendiri dikendalikan oleh keponakan Kuok Khoon Hong ini, warga Singapura
yang menjadi orang terkaya berkat kepemilikannya sebesar 10 persen di Wilmar.
Berdasarkan riset yang dilakukan perusahaan konsultan Belanda Profundo, Bersama
Kuok, Martua Sitorus melalui Wilmar Holdings Ltd memiliki saham Wilmar International
sebesar 83,8%. Martua Sitorus merupakan orang terkaya ke-14 di Indonesia, versi Forbes
Asia, dengan kekayaan sekitar US$ 475 juta.( 10-10-2006 Sumber :Investordaily)
Di pentas bisnis skala nasional, nama kelompok usaha ini mungkin kurang familier.
Padahal, Wilmar termasuk perusahaan agrobisnis terbesar di Asia, mulai dari penguasaan
lahan, pabrik pengolahan, hingga perdagangannya. Walaupun berbasis di Singapura, sejatinya
sebagian besar aktivitas produksinya berada di Indonesia.
Perusahaan yang bermarkas di Singapura tersebut bergerak di bisnis perkebunan
kelapa sawit, pengolahan minyak sawit mentah (CPO), ekspor importir CPO, minyak nabati,
inti sawit, dan specialty fats serta biodiesel. Bisnis terbesar adalah minyak kelapa sawit yang
kini memiliki lebih dari 350 ribu hektare (ha) perkebunan. Wilmar berencana meningkatkan

kebun sawit hingga 500 ribu ha sampai 1 juta beberapa tahun mendatang dengan komitmen
investasi US$ 500 juta.
Untuk menjalankan bisnis kebun sawit di indonesia, Wilmar telah mendirikan lebih
dari 36 perusahaan, antara lain PT Agrindo Indah Persada, PT Musi Banyuasin Indah, PT
Agro Masang Perkasa, dan PT Selatan Jaya Permai. Kebun sawit berlokasi di Sumatera
Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Riau, dan Sumatera Barat.
Sedangkan bisnis inti sawit dilakukan lewat empat anak usahanya, yakni PT Bukit
Kapur Reksa, PT Karya Prajona Nelayan, PT Sinar Alam Permai, dan PT Mekar Bumi
Andalas. Lokasi usaha terletak di Riau, Kuala Tanjung (Sumut), Palembang, dan Padang.
Kapasitas produksi dari empat pabrik tersebut mencapai 800,000 ton per tahun dan akan
dinaikkan menjadi 1,5 juta ton di masa mendatang. Dengan kapasitas sebesar itu, Wilmar
menjadi produsen inti sawit terbesar di Indonesia.
Kapasitas produksi pengolahan CPO kini mencapai 3,3 juta ton per tahun. Selain
mendapat pasokan dari kebun sendiri, perusahaan masih membeli dari perusahaan kebun lain
di Indonesia. Beberapa perusahaan lokal yang memasok CPO ke Wilmar yakni Astra Agro
Lestari, Ivo Mas Tunggal, dan PP London Sumatera Indonesia Tbk.
Untuk bisnis minyak nabati, usahanya dijalankan lewat PT Karya Putrakreasi
Nusantara yang berlokasi di Medan. Produk ini banyak digunakan oleh industri makanan,
detergen dan kosmetik sebagai bahan baku. Selain itu, Wilmar kini menjadi pemegang saham
mayoritas di PT Cahaya Kalbar Tbk, produsen bahan baku minyak dan kakao.
Martua menjabat sebagai komisaris utama. Sedangkan Hendri Saksti yang juga
menjabat sebagai dirut Cahaya Kalbar kini dipercayai mengendalikan seluruh bisnis Wilmar
di Indonesia. Sebelumnya, bisnis dikendalikan oleh Martua.
Selain Wilmar, Martua mendirikan Grup Karya Prajona Nelayan (KPN) pada 28
Oktober 1978. KPN merupakan salah satu pemain besar di industri CPO nasional yang
mempunya terminal CPO. Terminal tersebut dibangun senilai Rp 15 miliar di Sabak, Jambi.
Bidang bisnis yang ditekuni KPN meliputi perkebunan sawit, minyak goreng dengan Sania
dan Fortune, ekspedisi,dan pupuk
Dalam mengukuhkan dirinya sebagai perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia, grup
Wilmar juga diketahui telah mengantongi persetujuan dari otoritas pemerintah Ghana untuk
melakukan akuisisi perkebunan kelapa sawit milik Benso Oil Ltd. Desember 2010, Wilmar
dan Cussons meneken kotrak kerjasama pembangunan pabrik kelapa sawit di Nigeria.
Wilmar International, perusahaan raksasa di bidang minyak sawit mentah (crude palm
oil/CPO) dan penghasil biodiesel terbesar di dunia, juga melakukan investasi sektor hilir
(turunan) sawit. Perusahaan yang bermarkas di Singapura ini berniat memindahkan enam

pabriknya dari Malaysia dan China ke Indonesia mulai tahun 2011. Nilai pabrik pengolahan
minyak sawit mentah (CPO) tersebut mencapai US$ 900 juta.
Tidak hanya perkebunan kelapa sawit dan produk-produk olahannya. Wilmar dalam
usahanya menjadi perusahaan monopoli juga akan membangun pabrik terigu di Indonesia
mulai tahun 2012 serta telah mengantongi ijin pemanfaatan lahan di merauke sejak
September 2010 dengan luas 200.000 ha yang akan diperuntukkan untuk membangun
perusahaan gula terpadu dengan nilai investasi US$ 2 miliar.
Pada tahun 2010, wilmar membukukan laba bersih senilai US$ 1.32 billion. Khusus
untuk Perkebunan dan pabrik Kelapa sawitnya, Wilmar mengalami peningkatan laba yang
signifikan dari 212% sebelum dipotong pajak dibandingkan dengan tahun kuartal ke-4 tahun
2009. Pada kuartal pertama tahun 2011, wilmar telah membukukan laba bersih sebesar US$
387 Million.
Terkait dengan Prinsip dan kriteria RSPO, Wilmar dalam laporan sustanibility-nya
yang pertama, Seluruh pabrik dan perkebunan kelapa sawitnya yang berada di Indonesia akan
menyelesaikan sertifikasi Prinsip & Critieria (P & C) audit pada tahun 2013.
C.

Profil Pabrik dan Perkebunan Kelapa Sawit milik Wilmar Grup di Propinsi
Kalimantan Tengah
Lahan yang masih luas yang tersedia di propinsi Kalimantan tengah, tentunya juga tak

luput dari sasaran Wilmar untuk meng-investasikan modalnya dalam usaha perkebunan dan
pabrik kelapa sawit, terutama di kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin timur.
Di kedua kabupaten tersebut, terdapat 7 perusahaan dari 18 perusahaan milik wilmar
grup yang sudah melakukan penanaman kelapa sawit, bahkan sudah mulai memanen, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

PT. Mustika Sembuluh (PT. MS)


PT. Bumi Sawit Kencana (PT. BSK)
PT. Karunia Kencana PrimaSejati (PT. KKP)
PT. Kerry Sawit Indonesia (PT. KSI)
PT. Mentaya Sawit Mas (PT. MSM)
PT. Sarana Titian Permata (PT. STP)
PT. Rimba Harapan Sakti (PT. RHS)
Kepemilikan Wilmar secara langsung dalam penguasaan langsung perkebunan

kelapa sawit, adalah pada saat Wilmar mengambil alih keseluruhan kebun-kebun kelapa sawit
milik PPB Oil Palm Bhd-Malaysia pada tahun 2007.
PPB Oilpalm Bhd sebelum merger dengan Wilmar tidak memiliki pabrik pengolahan
kelapa sawit. Pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) baru beroperasi dan menghasilkan
minyak sawit dari kebun-kebun PPB Op. Bhd, yaitu pada tanggal 14 Juli 2007 di PT Mustika
Sembuluh (MS).
5

Daftar Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) milik Wilmar Grup di propinsi
kalimantan tengah :
PKS
PT. Mustika Sembuluh
PT. Bumi Sawit Kencana
PT. Kerry Sawit Indonesia
PT. Sarana Titian Permata

1
2
3
4

Kapasitas Produksi minimum per jam


60 ton
45 ton
45 ton
45 ton

Saat ini, Wilmar juga telah menyiapkan PKS gun terus-menerus meningkatkan
kapasitas produksinay yang akan resmi operasional di PT. Mentaya Sawit Mas pada bulan
oktober 2011 dengan kapasitas produksi 45 ton per jam. Dalam tiap PKS yang ada, terdapat
buruh dengan jumlah rata-rata 60 orang.
Setiap perkebunan, terdapat rata-rata 3 estate, yang masing-masingnya bertanggung
jawab atas lahan seluas 6.000 - 8.000 ha. Pada setiap estate terdiri dari beberapa divisi dan
tiap divisi terbagi lagi menjadi beberapa sub divisi.
Daftar Perusahaan Milik WILMAR GRUP di Kalimantan Tengah :
Perusahaan

Kabupaten

Luas (ha)

PT Alam Sawit Permai

Seruyan

16,160

PT Bawak Sawit Tunas Belum

Seruyan

15,000

PT Benua Alam Subur

Seruyan

16,160

PT Bulau Sawit Bajenta

Seruyan

15,000

PT Eka Kaharap Itah

Seruyan

20,000

PT Hamparan Sawit Eka Malam 1

Seruyan

20,000

PT Petak Malai Sawit Makmur

Seruyan

19,860

PT. Kerry Sawit Indonesia

Seruyan

19,000

PT Sarana Titian Permata (ex PT


Rungau Alam Subur)

Seruyan

21,770

10 PT Pukun Mandiri Lestari

Seruyan

19,000

11 PT Bumi Sawit Kencana

Kotawaringin Timur

11,050

12 PT Hamparan Sawit Kalteng

Kotawaringan Timur

19,680

13 PT Karunia Kencana Permai Sejati

Kotawaringin Timur

19,400

14 PT Malindo Lestari Plantations

Kotawaringin Timur

10,400

15 PT Mentaya Sawit Mas

Kotawaringin Timur

15,500

16 PT Mustika Sembuluh

Kotawaringin Timur &


Seruyan

17,500

17 PT Seruyan Sawit Indonesia (ex PT


Rimba Hamparan Kalteng Sakti and PT
Salawati Makmur)*

Kotawaringin Timur

32,000

18 PT Dermaga Sungai Mentaya

Kotawaringin Timur

n.a.

Total

307,480

Peta area Perkebunan Wilmar di Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin


Timur

Peta Desa di Area Perkebunan Wilmar

D.

Gambaran Umum Desa-desa di sekitar area Perkebunan Kelapa Sawit milik


Wilmar
9

1.

Desa Kawan Batu


Desa Kawan Batu secara administratif terletak di Kecamatan Mentaya Hulu,

Kabupaten Kotawaringin Timur. Desa ini berbatasan dengan Tanjung Bentur di bagian Utara,
Baampah bagian Selatan, Pemantang bagian Barat dan Ka Buasau bagian Timur. Di area desa
ini berdiri kokoh Perusahaan PT. Mentaya Sawit Mas(MSM) dan area perluasan PT Karunia
Kencana PermaiSejati III(KKP III) milik Wilmar Group.
Jumlah penduduk 1200 jiwa, terdiri dari 505 perempuan dan 595 laki-laki dimana
komposisi penduduk berasal dari 309 kepala keluarga yang tersebar di 9 rukun tetangga atau
(RT). Komposisi Etnis di desa Kawan Batu adalah penduduk asli Dayak Pantai dan Sumatera,
Dukuh Ipuh Kalabau di dominasi oleh penduduk asli Dayak Tamuan, Dukuh Tajur Beras,
Dukuh Biring Kapuk, Dukuh Pasir Putih di dominasi oleh penduduk Banjarmasin dan Dayak
Pantai, Dukuh Alahempang di dominasi oleh pendatang dari Jawa.
Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Dayak umumnya dulu beragama
Kaharingan. Mayoritas beragama Islam untuk suku dayak pantai, suku jawa, sumatera
selatan, banjar yang berjumlah 1124 orang, Kristen 4 orang dan Kaharingan 72 orang (Dukuh
Ipuh Kalabau) dari 1200 jiwa.
Sarana-prasarana fasilitas umum yang dapat dinikmati masyarakat masih sangat
minim seperti penerangan/ listrik dan air bersih. Sedangkan sarana pendidikan hanya terdapat
Sekolah Dasar (SD) dengan tenaga pengajar 4 orang, Madrasah, Pustu dengan jumlah tenaga
medis 3orang yang terdiri dari 2 orang Mantri dan 1 orang Bidan, Majid, Balai Desa.
Aktivitas mencuci pakaian serta mengambil air bersih dan MCK masih dilakukan di
Sungai Mentaya. Desa Kawan Batu dapat di capai dengan menggunakan perahu klotok dan
speedboad. Jarak desa Kawan Batu dengan Ibu Kota Kecamatan kurang lebih sejauh 47 km
dengan waktu tempuh 1 jam dengan menggunakan speedboad. Untuk menjangkau desa
Kawan Batu dari Kota Palangka Raya terlebih dahulu menggunakan transportasi darat dari
Palangka Raya sampai Sampit 224 km. Dari kota Sampit kemudian perjalan dilanjutkan
dengan menggunakan speedboad 135 km dengan waktu tempuh 3 jam menuju desa Kawan
Batu.
Saat ini setelah dibukanya areal perkebunan kelapa sawit, transportasi menuju desa
Kawan Batu bisa langsung ditempuh melewati jalan perusahaan perkebunan kelapa sawit dan
untuk menuju ke Desa Kawan Batu masih tetap menggunakan kelotok dan mesin cess karena
desa ini berada di daerah aliran sungai dan di kelilingi oleh danau.
Aktifitas perekonomian masyarakat Kawan Batu sejak tahun 1925 di dominasi oleh
nelayan/mencari ikan, perkebunan karet, rotan, perladangan dan berburu. Selain
10

mengandalkan kehidupan dari sungai dan danau yang melimpah ruah masyarakat juga
dimanjakan hidupnya dari sektor hutan kayu dan dari pertambangan emas.
Maraknya kegiatan illegal loging tahun 1990-1997 membuat semua masyarakat ikut
terlibat dalam kegiatan ini, masyarakat juga dimanjakan dengan mudahnya mencari uang
tanpa mempertimbangkan akibat yang akan dirasakan mereka sehingga semua hasil hutan
yang bernilai tinggi di sekitar desa habis ditebang. Sejak tahun 1997 kegiatan ini ditinggalkan
oleh masyarakat dengan terpaksa, selain karena kayu yang semakin sulit dan jauh dijangkau
juga karena razia yang semakin rutin dari Tim Polri dan Polsus dinas Kehutanan.
Tahun 2004 perkebunan kelapa sawit mulai memasuki kawasan desa Kawan Batu,
lahan masyarakat semakin lama semakin sempit dikarenakan semakin meluasnya areal
perkebunan kelapa sawit dan karena menyempitnya lahan usaha, maka sebagian kecil
masyarakat menggantungkan hidupnya dengan menjadi buruh harian lepas. Illegal loging
dilarang, masyarakat kembali lagi beraktifitas sebagai nelayan sungai dan danau, perkebunan
karet dan rotan.
Tahun 2005 kegiatan pertambangan zirkon mulai marak, masyarakat tidak mau
ketinggalan dengan ikut serta dalam kegiatan ini. Sampai saat ini pertambangan zirkon masih
terus ditekuni tanpa meningkalkan pekerjaan mencari ikan dan perkebunan karena jenis
pekerjaan ini mereka anggap sebagai musiman.

2.

Desa Baampah
Desa Baampah terletak di Kecamatan Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin

Timur. Desa ini berbatasan dengan Kawan Batu di bagian Utara, Tangar bagian Selatan, PT.
MSM di bagian Barat dan PT. Makin bagian Timur. Di desa ini berdiri perusahaan PT.
Mentaya Sawit Mas (PT. MSM) dan PT. Karunia Kencana PermaiSejati (PT.KKP) milik
Wilmar Grup.
Jumlah penduduk 394 jiwa, terdiri dari 146 perempuan dan 248 laki-laki dimana
komposisi penduduk berasal dari 94 kepala keluarga. Desa Baampah mayoritas penduduknya
merupakan asli Dayak Pantai dan Banjarmasin.
Sarana-prasarana fasilitas umum yang dapat dinikmati masyarakat masih sangat
minim seperti penerangan/ listrik dan air bersih. Sedangkan sarana pendidikan hanya terdapat
Sekolah Dasar (SD) dengan tenaga pengajar 2 orang, Madrasah 1 orang (swadaya
masyarakat), Pustu dengan jumlah tenaga medis 2 orang yang terdiri dari 1 orang mantri dan
1 orang bidan, dan Majid.
Tingkat pendidikan masyarakat rata-rata lulusan SD dengan jumlah 84 orang, lulus
SLTP 6 orang dan SLTA 4. Karena biaya yang cukup besar untuk melanjutkan kejenjang yang
11

lebih tinggi maka dari umur 12 tahun anak-anak desa baampah sudah dibiasakan bekerja
untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tenaga kesehatan dirasa masih sangat
kurang karena mantri kadang tidak berada di tempat, masyarakat juga masih banyak yang
menggunakan bidan kampung (dukun beranak) jika melahirkan. Alternatif yang biasa mereka
ambil ketika ada yang sakit dan mantri tidak ada ditempat, mereka segera membawa ke
Parenggean yang dapat ditempuh dalam waktu 1 jam.
Aktivitas serta mengambil air bersih dan MCK masih dilakukan di sungai mentaya.
Sistem transportasi yang digunakan adalah melalui Sungai Mentaya karena tidak ada jalan
alternatif untuk masuk ke desa selain melalui sungai dan danau.
Desa Baampah dapat di capai dengan menggunakan perahu klotok dan speedboad.
Jarak desa baampah dengan ibu kota kecamatan kurang lebih 60 km dengan waktu tempuh
1, jam dengan menggunakan speedboad. tetapi Untuk menjangkau desa baampah dari kota
palangka raya terlebih dahulu menggunakan transportasi darat dari palangka raya sampai
sampit 224 km. Dari kota sampit kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan
speedboad dengan waktu tempuh 2 jam menuju desa baampah.
Setelah dibukanya areal perkebunan kelapa sawit, terutama PT. Makin transportasi
menuju desa Baampah bisa langsung ditempuh melewati jalan perusahaan dengan jarak
tempuh hanya 1 jam dari parenggean,tetapi untuk menuju ke baampah masih tetap
menggunakan speedboad, kelotok dan mesin cess karena desa ini berada di daerah aliran
sungai Mentaya
Sejak desa Baampah berdiri, kepercayaan yang dianut oleh masyarakat mayoritas
islam. Tetapi seiring dengan berdirinya sarana pendidikan dan postur pemeluk agama
bertambah yakni suku dayak pantai agama kristen berjumlah 8 orang dan masih didominasi
oleh suku dayak pantai dan banjar pemeluk agama islam yang berjumlah 386 orang. Setiap
hari jumat aktifitas kerja masyarakat yang biasa di luar desa seperti mencari ikan, berladang,
kebun dan mencari kayu mereka lakukan hanya setengah hari saja. Hari jumat biasa
digunakan masyarakat untuk melakukan pertemuan-pertemuan untuk membahas masalah
desa
Aktifitas perekonomian masyarakat Baampah sejak tahun 1945 di dominasi oleh
nelayan/mencari ikan, perkebunan karet, rotan, perladangan dan berburu. Selain
mengandalkan kehidupan dari sungai dan danau yang melimpah ruah masyarakat juga
dimanjakan hidupnya dari sektor hutan kayu.
Maraknya kegiatan illegal loging, masyarakat ikut merasakan akibat yang
ditimbulkan antara lain sektor hutan kayu yang habis di jarah tidak dapat lagi dinikmati oleh
masyarakat Desa Baampah untuk mengambil kayu dan di manfaatkan untuk memperbaiki

12

rumah ataupun membuat rumah. Masyarakat juga tidak pernah terlibat dalam kegiatan illegal
loging, mereka masih tetap menjalankan pekerjaan yang sudah turun temurun dilakukan.
Tahun 2001 perusahaan kelapa sawit masuk ke daerah baampah dan sebagian
masyarakat ada yang bekerjasama untuk meminjamkan lahannya kepada perusahaan PT.
Makin untuk membuat perkebunan plasma, dimana masyarakat tidak perlu ikut terlibat dalam
pemeliharaan dan pengelolaan melainkan tinggal menunggu hasil panennya saja. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari dirasakan semakin sulit diperoleh dari sektor
perikanan, perkebunan karet dan rotan sebagian masyarakat bekerja diperusahaan sawit.
Masyarakat Baampah beraktifitas sebagai nelayan, hasil dari tangkapan ikan dirasa
sangat memuaskan ketika musim kemarau tiba, tidak jarang masyarakat yang mendapat 100
kg perhari. Ketika musim kemarau tiba selain mengandalkan ikan dari sungai masyarakat
pergi ke ladang (huma), dan perkebunan karet serat rotan. Tidak ada perbedaan yang
ditonjolkan disana, laki-laki maupun perempuan melakukan pekerjaan yang sama. Untuk
perkebunan karet dan rotan sebagian masyarakat hanya menikmati hasilnya saja karena sudah
lama ditanam dengan cara menyuruh orang lain memungut hasilnya dan menggunakan sistem
bagi hasil. Dalam pembagian wilayah masyarakat Baampah dan kawan batu mempunyai
kesamaan dalam membagi peruntukan ruang menjadi beberapa bentuk yang pemanfaatannya
meliputi :
1.

Sungai, bagi masyarakat dimanfaatkan sebagai sarana tranportasi antar desa


lainnya seperti kawan batu, tangar dan ke kabupaten, aktifitas keseharian seperti
mandi, mencuci, kakus (MCK), mengambil air minum dan sebagai sumber mata
pencaharian sebagai nelayan.
Danau, bagi masyarakat dimanfaatkan untuk mencari ikan/sektor perikanan

2.

dan sarana transportasi.


3. Ayap adalah rawa yang bisa digunakan untuk mencari rotan, karet, kayu bakar,
sayuran dan berburu ketika musim kemarau ( air surut).
4. Huma (ladang), bagi masyarakat berladang merupakan proses awal mereka
membuat kebun. Lokasi hutan/rimba dibuka untuk ditanami padi tetapi saat ini
proses pembukaan lahan hutan/rimba sudah tidak dilakukan lagi, lahan yang
dijadikan tempat menanam padi sudah menetap dan tidak berpindah.
Kabun (Kebun), masyarakat berkebun karet dan rotan, bagi yang belum

5.

memiliki kebun karet dan rotan, kegiatan itu mulai berlangsung karena mereka
mulai menyadari bahwa hasil alam sudah mulai berkurang.

3.

Desa Tangar

13

Desa Tangar terletak di Kecamatan Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur.


Di desa ini berdiri perusahaan PT. Karunia Kencana PermaiSejati (PT.KKP) milik Wilmar
Grup.
Jumlah penduduk 1572 jiwa, dimana komposisi penduduk berasal dari 488 kepala
keluarga. Desa Tangar mayoritas penduduknya merupakan asli Dayak (65%), Jawa (20%)
dan Banjarmasin (15%). Mayoritas penduduk desa tangar memeluk agama islam (88%),
Kaharingan (9%) dan kristen (3%)
Masyarakat desa tangar menumpukan aktivitas perekonomiannya dengan beragam
mata pencaharian yang tediri dari : Petani Karet / Peladang, Penambang emas dan pasir,
Pedagang, Pekerja Logging, Prostitusi, Nelayan, Buruh perkebunan, Pemburu dan berbagai
sektor jasa lainnya.
Dari luasan wilayah desa yang ada, masyarakat membagi lahan dalam
peruntukannya yang meliputi : Areal Pemukiman, Sungai dan danau yang dimanfaatkan
untuk aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan juga sekaligus sebagai
mata pencaharian bagi pencari ikan, Perkebunan Sawit, Perladangan, Hutan Tanaman
Campuran yang diperuntukkan sebagai mata pencaharian dengan berburu, menyadap karet,
Area Keramat (kaleka), Area Pekuburan dan Semak Belukar

4.

Desa Sebabi
Desa Sebabi terletak di Kecamatan Telawang(d/h Kec Kota Besi), Kabupaten

Kotawaringin Timur. Desa ini merupakan pusat kecamatan dan merupakan desa dengan
jumlah penduduk paling banyak jika dibandingkan dengan desa-desa lain yang berada di
kecamatan telawang. Di desa ini berdiri perusahaan PT. Bumi Sawit Kencana (PT. BSK)
milik Wilmar Grup.
Jumlah penduduk 2597 jiwa, dimana komposisi penduduk berasal dari 736 kepala
keluarga. Desa Sebabi mayoritas penduduknya merupakan asli Dayak Tamuan (80%), dan
etnis lain yang ada di desa ini yaitu : Pembuang (6%), Jawa (5%), Banjar (5%), Maayan
(2%), Batak (2%) dan Madura (1%). Penduduk Desa sebabi memeluk agama islam (23%),
kaharingan (66%) dan Kristen (12%).
Masyarakat desa sebabi menumpukan aktivitas perekonomiannya dengan beragam
mata pencaharian yang tediri dari : Petani Karet / Peladang, Penambang emas dan pasir,
Pedagang, Nelayan dan Buruh perkebunan sawit.
Dari luasan wilayah desa yang ada, masyarakat membagi lahan dalam
peruntukannya yang meliputi : Areal Pemukiman, Sungai dan danau yang dimanfaatkan
untuk aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan juga sekaligus sebagai
14

mata pencaharian bagi pencari ikan, Perkebunan Sawit, Perladangan, Hutan Tanaman
Campuran yang diperuntukkan sebagai mata pencaharian dengan berburu, menyadap karet,
Area Keramat (kaleka), Area Pekuburan dan Semak Belukar

5.

Desa Sumber Makmur


Desa Sumber Makmur ada di Kecamatan Telawang(d/h kec. Kota Besi), Kabupaten

Kotawaringin Timur. Desa sumber Makmur merupakan desa transmigrasi sesuai dengan
Surat Keputusan Pemerintah Kalimantan Tengah yang membuka areal dengan luas 3.731 ha
untuk dijadikan menjadi Desa Transmigrasi.
Perpindahan penduduk didominasi dari Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah,
dari Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat kemudian dari Sumatera, Lombok,
Lampung dan Kalimantan Selatan. Pemerintah memberikan lahan 2 ha untuk setiap kepala
keluarga, terdiri dari lahan pekarangan ha, lahan usaha 1 ha di luar lahan pekarangan,
lahan usaha 2 1 ha untuk usaha perkebunan dan perladangan Desa ini berbatasan dengan PT.
BAS di bagian Utara, PT. Klaban Timber bagian Selatan, PT. Bina Sawit Kencana Barat dan
PT. Suka Jadi bagian Timur.
Jumlah penduduk 978 jiwa, terdiri dari 491 perempuan dan 487 laki-laki dimana
komposisi penduduk berasal dari 326 kepala keluarga (KK). Penduduk berasal dari Jawa
Barat 147 KK, Jawa Tengah 146 KK, Jawa Timur 185 KK, Kalimantan Tengah 80 KK,
Kalimantan Selatan 5 KK, Sumatera Utara 18 KK, Lampung 5 KK, Lombok 12 KK dan Nusa
Tenggara Barat 58 KK.
Berdasarkan asal dan jumlah penduduk, penganut kepercayaan di Desa Sumber
Makmur di dominasi oleh agama Islam sebanyak 75% terdiri dari Suku Jawa, Lampung,
Banjar dan Lombok, 10% kristen Katholik untuk Sumatera, Nusa Tenggara Barat dan Dayak
Tamuan(Kalteng)dan Dayak Tamuan (Kalteng) 15% Kaharingan.
Aktifitas perekonomian masyarakat Sumber Makmur di dominasi oleh buruh sawit
sebanyak 75% (perempuan lebih banyak dari pada laki-laki), pertanian (sayur-sayuran,
singkong), perkebunan buah-buahan, pedagang 7%, pertambangan 7% dan perikanan 3% .
Sejak tahun 1996 masyarakat transmigrasi yang tinggal di desa Sumber Makmur merasa
semakin terpuruk ini terlihat dari hasil pertanian, perkebunan yang dilakukan kurang
memuaskan, disebabkan karena tingkat kesuburan tanah yang sangat rendah..
15

Kegiatan illegal loging tahun 1996-2000 masyarakat 70% ikut melakukan kegiatan
tersebut karena dirasa sangat mudah untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan.
Keterlibatan masyarakat dibidang ini disebabkan karena pengolahan tanah yang sudah
disediakan pemerintah tidak bisa menghasilkan, kondisi saat itu benar-benar dimanfaatkan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin sulit. Kegiatan
Illegal loging dilarang oleh pemerintah dan pihak kepolisian melakukan patroli serta
menindak keras siapa saja yang terlibat di bidang tersebut, maka masyarakat kembali lagi
beraktifitas pada pekerjaan mereka semula.
Tahun 2002 pertanian dan perkebunan masyarakat habis diserang oleh hama belalang,
banyak masyarakat yang trauma untuk kembali kepekerjaan itu. Tahun 2004 pertambangan
zirkon mulai berkembang, masyarakat sumber makmur ikut melakukan kegiatan ini. Lakilaki maupun perempuan hampir 80% ikut melakukan pekerjaan ini. Hasil dari pertambangan
semakin hari semakin sedikit, sebagian masyarakat meninggalkan pekerjaan tersebut dan
kembali menekuni kegiatan pertanian dan perkebunan. Kebutuhan hidup yang semakin lama
semakin besar, ada masyarakat yang beralih di bidang home industri (tempe, kerupuk, tahu,
kue dan es) dan ada juga yang bekerja di perusahaan kelapa sawit sebagai buruh harian lepas.
6.

Desa Pondok Damar


Desa Pondok Damar terletak di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kabupaten

Seruyan. Di desa ini berdiri area perkebunan PT. Mustika Sembuluh 1 (MS1) dan PT.
Mustika Sembuluh 2 (MS2) milik Wilmar Grup. PKS dan kantor regional PT. MS terhubung
langsung melalui jalan yang dikuasai oleh perusahaan.
Komposisi penduduk berasal dari 215 kepala keluarga yang terbagi dalam 4 RT,
tidak termasuk penduduk yang berada didalam area perkebunan. Desa Pondok Damar
mayoritas penduduknya merupakan asli Katingan (42.5%), dan etnis lain yang ada di desa ini
yaitu : Dayak Tamuan (42.5%), Jawa (9%), Bali (2%), Cina (2%), Batak (2%) dan Flores
(1%). Penduduk Desa Pondok Damar memeluk agama islam (30%), kaharingan (70%). Di
desa ini juga terdapat SMP Negeri yang menjadi tempat sekolah bagi anak-anak penduduk
dan anak-anak buruh perkebunan PT MS.
Masyarakat desa Pondok Damar menumpukan aktivitas perekonomiannya dengan
beragam mata pencaharian yang tediri dari : Peladang Padi, Petani Karet/rotan, Pedagang
kecil, Nelayan dan Buruh perkebunan sawit.
Dari luasan wilayah desa yang ada, masyarakat membagi lahan dalam
peruntukannya yang meliputi : Areal Pemukiman, Sungai dan danau yang dimanfaatkan
16

untuk aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan juga sekaligus sebagai
mata pencaharian bagi pencari ikan, Perkebunan Sawit, Perladangan, Hutan Tanaman
Campuran yang diperuntukkan sebagai mata pencaharian dengan berburu, menyadap karet,
Area Keramat (kaleka), Area Pekuburan dan Semak Belukar

7.

Desa Tabiku
Desa Tabiku terletak di Kecamatan Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan, Provinsi

Kalimantan Tengah. Desa ini berbatasan dengan Desa Bangkal di bagian Utara, Desa
Sembuluh bagian Selatan, Danau Sembuluh Barat dan Pondok Damar bagian Timur. Di desa
ini terdapat PT. Kerry Sawit Indonesia (PT. KSI) yang merupakan salah satu perusahaan
kelapa sawit milik Wilmar Group.
Jumlah penduduk 507 jiwa, terdiri dari 254 perempuan dan 253 laki-laki dimana
komposisi penduduk berasal dari 161 kepala keluarga (KK). Penduduk mayoritas masyarakat
tabiku adalah orang sembuluh, ada juga etnis lain seperti Bugis 2 KK dan Jawa 1 KK.
Mayoritas penduduk desa tabiku beragam islam (100%)
Sejak tahun 1965 masyarakat desa Tabiku menekuni pola perladangan berpindah
(huma), perkebunan karet, rotan dan selain itu mengambil hasil hutan antara lain karet, rotan,
buah-buahan hutan, pakis hutan, gembor (kulit kayu yang digunakan untuk bahan kosmetik).
Maraknya kegiatan illegal loging tahun 1996-2000 masyarakat ikut melakukan
kegiatan tersebut karena dirasa sangat mudah untuk mendapatkan uang. Dengan adanya
kegiatan illegal loging masyarakat tidak meninggalkan pekerjaan perladangan dan
perkebunan, yang bekerja di ladang dan kebun saat itu kaum ibu-ibu dan anak perempuannya
sedangkan sebagian dari bapak-bapak dan anak muda ikut melakukan kegiatan illegal loging.
Tahun 1997 akibat dari perbuatan illegal loging terjadi kebakaran beras-besaran
yang merugikan masyarakat. Perkebunan dan ladang (huma) habis terbakar, selain itu
dampak yang mereka rasakan hingga saat ini adalah sumber daya alam yang melimpah tidak
lagi bisa diambil.

Kegiatan illegal loging dan kebakaran yang meyebabkan lahan hutan

terbuka tahun itu juga PT. KSI di bidang perkebunan kelapa sawit masuk ke desa tabiku,
lahan perladangan dan perkebunan masyarakat banyak yang terbakar dan kebutuhan hidup
yang semakin banyak maka sebagian masyarakat bekerja sebagai buruh harian lepas dan
sebagian mengolah lahan yang masih tersisa.
17

Tahun 2007 masyarakat yang berjumlah 100 orang yang bekerja di PT. KSI banyak
yang mengundurkan diri dan yang tetap bertahan 20 orang saja. Saat ini mereka mulai
menggarap perkebunannya dan menanaminya dengan tanaman karet, sebagian lagi ada yang
mengumpulkan buah sawit untuk di jual ke perusahaan, nelayan dan berburu.

8. Desa Bangkal
Desa Bangkal kec. Danau Sembuluh Kabupaten Seruyan merupakan salah satu desa
yang berada di daerah dataran rendah dan berada di sekitar danau Sembuluh. Ketersediaan air
yang cukup dan tanah yang subur sangat menunjang bagi aktivitas bercocok tanam dan
perikanan. Sebagian besar wilayah desa Bangkal ( 80%) telah dijadikan areal perkebunan
milik PBS atau perusahaan pengolahan kelapa sawit dan hanya sedikit sekali tanah-tanah
yang dimiliki dan diolah oleh warga. Di desa ini terdapat area perkebunan milik PT. Mustika
Sembuluh(PT.MS)
Jumlah penduduk 2118 jiwa, komposisi penduduk berasal dari 582 kepala keluarga
(KK). Penduduk mayoritas masyarakat desa Bangkal adalah dayak tamuan/kuhin (65%), ada
juga etnis lain seperti Jawa (25%), Banjar (5%), Sunda (1%), Bugis dan flores masing-masing
2 %. Mayoritas penduduk desa bangkal memeluk kaharingan (80%), Islam (10%) dan Kristen
10%.
Tanaman karet merupakan jenis komoditas utama yang dikembangkan warga di
areal lahan yang dimiliki. Meski dekat dengan sumber air, jenis tanaman pangan seperti padi
dan sayur-sayuran tidak banyak dikembangkan di desa ini. Kalaupun ada hanya sebatas
diperuntukkan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga tanpa diperdagangkan.
Masyarakat desa bangkal menumpukan aktivitas perekonomiannya dengan beragam
mata pencaharian yang tediri dari : Penambang zircon, Peladang, Pedagang kecil, Nelayan
dan Buruh perkebunan sawit.
Dari luasan wilayah desa yang ada, masyarakat membagi lahan dalam
peruntukannya yang meliputi : Areal Pemukiman, Sungai dan danau yang dimanfaatkan
untuk aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan juga sekaligus sebagai
mata pencaharian bagi pencari ikan, Perkebunan Sawit, Perladangan, Hutan Tanaman

18

Campuran yang diperuntukkan sebagai mata pencaharian dengan berburu, menyadap karet,
Area Keramat (kaleka), Area Pekuburan dan Semak Belukar

9.

Desa Tanah Putih


Desa Tanah Putih kec. Telawang (d/h Kec. Kota Besi) Kabupaten Kotawaringin

Timur merupakan salah satu desa yang berada di daerah dataran rendah dan berada di sekitar
sungai seruyan. Ketersediaan air yang cukup dan tanah yang subur sangat menunjang bagi
aktivitas bercocok tanam dan perikanan. Di desa ini terdapat area perkebunan milik PT.
Mustika Sembuluh III (PT.MS III)
Penduduk desa Tanah Putih berjumlah 487 KK atau sebanyak 1958 jiwa dan tersebar
di 8 (delapan) RT, dimana keberadaan pemukiman warga terpisah. Khususnya letak RT 7 dan
8 yang berada di tengah perkebunan atau ladang milik warga. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan warga untuk menjaga kebunnya.
Jenis agama & kepercayaan yang menjadi keyakinan dari mayoritas warga desa
adalah Hindu Kaharingan, berikutnya disusul Islam dan Kristen. Jika kita persentasekan
jumlah pemeluk agama & kepercayaan tersebut adalah Hindu Kaharingan sebesar 66%, Islam
22% dan Kristen 12 % dari jumlah total penduduk.
Banyaknya jumlah suku bangsa yang mendiami desa Tanah Putih secara persentase
sebagai berikut. Pertama, suku bangsa Dayak Tamuan sejumlah 82%. Berikutnya suku
bangsa Banjar sebanyak 12% dan terakhir suku bangsa Jawa berkisar 6% dari jumlah
populasi. Masyarakat desa bangkal menumpukan aktivitas perekonomiannya dengan beragam
mata pencaharian yang tediri dari : Penambang zircon, Peladang, Pedagang kecil, Nelayan
dan Buruh perkebunan sawit.
Berkebun karet merupakan mata pencaharian utama dari sebagian besar penduduk.
Sementara pekerjaan sampingan untuk menambah sumber pendapatan keluarga, beberapa
warga juga berprofesi sebagai penambang emas tradisional, nelayan, dan berdagang.
Meskipun di sekeliling desa Tanah Putih banyak terdapat perusahaan pengolahan
kelapa sawit berskala besar secara nasional dan internasional tapi kesempatan warganya
untuk dapat bekerja di dalamnya sangat kecil. Kalaupun ada warga yang dapat pekerjaan di
perusahaan, gaji dan tunjangan yang didapat pun sangat tidak mencukupi.
19

Dari luasan wilayah desa yang ada, masyarakat membagi lahan dalam
peruntukannya yang meliputi : Areal Pemukiman, Sungai dan danau yang dimanfaatkan
untuk aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan juga sekaligus sebagai
mata pencaharian bagi pencari ikan, Perkebunan Sawit, Perladangan, Hutan Tanaman
Campuran yang diperuntukkan sebagai mata pencaharian dengan berburu, menyadap karet,
Area Keramat (kaleka), Area Pekuburan dan Semak Belukar

E.

Metode Investigasi
Berdasarkan latar belakang, profil singkat Wilmar, profil singkat perkebunan dan

pabrik kelapa sawit milik Wilmar serta gambaran umum desa-desa di sekitar area perkebunan
milik wilmar, peneliti memutuskan untuk menggunakan metode investigasi sbb :
i.
ii.
iii.
iv.
v.

F.

Wawancara dengan kontak buruh yang ada sebagai sumber informasi dalam
pabrik
Wawancara dengan tokoh masyarakat atau perangkat desa
Pertemuan dengan masyarakat yang dirugikan oleh perusahaan
Pengumpulan berita dari media massa yang dapat dijadikan bahan pendukung
Dokumentasi fakta di lapangan

Waktu dan Sasaran Investigasi


Waktu :
Minggu I Juli 2011 Minggu I Agustus 2011
Sasaran
i.
Pabrik dan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Mustika Sembuluh (PT. MS)
PT. Mustika Sembuluh dipilih karena diprioritaskan oleh Wilmar Grup untuk
mendapatkan sertifikat RSPO dan menjadi pusat seluruh aktivitas perkebunan
ii.

iii.

kelapa sawit milik wilmar di propinsi Kalimantan tengah


Desa-desa di sekitar area perkebunan milik PT. Mustika Sembuluh
Meliputi :
Desa Pondok Damar
Desa Bangkal
Desa Tanah Putih
Warga yang menjadi korban dari tindakan merugikan yang dilakukan
perusahaan perkebunan kelapa sawit milik wilmar

G.

Hasil Investigasi Lapangan dan Wawancara


20

G.1 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Mustika Sembuluh (PT. MS)
Lokasi PT. Mustika Sembuluh

21

Proses investigasi lapangan oleh peneliti langsung dilakukan di dalam area komplek
Pabrik Kelapa Sawit PT. Mustika Sembuluh yang sekaligus menjadi pusat kantor regional
PKS dan seluruh perkebunan maupun pabrik kelapa sawit milik wilmar grup yang terletak di
propinsi Kalimantan tengah. Peneliti tidak menggunakan jalur legal formal karena
dikhawatirkan akan menemui hambatan teknis dan prosedural yang akan dihadapi oleh
peneliti.
Selain investigasi lapangan secara langsung, peneliti juga menggunakan kontakkontak yang ada sebagai sumber informasi, terutama untuk men-dokumentasikan
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan. Kontak-kontak tersebut bekerja di

22

dalam PKS PT. MS dan sedang dalam masa training kerja selama 3 (tiga) bulan sebelum
dipindahkan ke pabrik baru PT. MSM.
Foto Pabrik Kelapa Sawit PT. Mustika Sembuluh

Dari hasil wawancara dengan kontak dan dokumentasi yang tersedia, peneliti
mendapatkan beberapa fakta tentang pelanggaran prinsip dan kriteria RSPO, diantaranya :
Pelanggaran atas Aturan Hukum
a. Tidak adanya Serikat Pekerja dalam pabrik, kantor maupun di perkebunan.
Buruh maupun karyawan pernah berusaha untuk melakukan inisiasi untuk
membentuk sebuah serikat pekerja guna memperjuangkan hak-hak normatifnya
sebagai pekerja sesuai dengan aturan Undang-undang Ketenagakerjaan (UUK)
no. 13 tahun 2003.
Namun usaha tersebut selalu dihalang-halangi oleh perusahaan dan
penggerak/inisiatornya biasanya mendapatkan teror atau intimidasi dari
manajemen perusahaan.
Fakta lain adalah pada saat tim penilai RSPO melakukan penilaian dan
kunjungan pada bulan Juni 2011, pihak perusahaan telah melakukan
23

penipuan dengan secara sepihak membuat serikat pekerja tanpa pernah ada
perundingan dengan buruh yang hanya diperuntukkan sesaat(hanya pada
b.

saat ada tim penilai RSPO).


Belum dijalankannya Standart Operational Procedure (SOP) K3(Kesehatan dan
keselamatan Kerja) pekerja secara konsisten.
Kesehatan dan keselamatan pekerja dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari
merupakan faktor paling menentukan dalam kelancaran proses produksi di dalam
pabrik. Sehingga, perusahaan harus terus-menerus memperhatikan dan mengevaluasi standar keamanan pekerjanya.
Namun, masalah tersebut tampaknya belum menjadi perhatian bagi manajemen
PT. Mustika Sembuluh sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas
keselamatan pekerja. Padahal, resiko pekerjaan dalam pabrik CPO maupun di
kebun sangatlah tinggi karena pekerja dalam kesehariannya menghadapi bahaya

c.

racun, polusi udara dalam tempat kerjanya.


Masih adanya status karyawan/pekerja dengan status harian lepas yang disebut
dengan KHL(Karyawan Harian Lepas).
Hasil wawancara dengan kontak menyebutkan bahwa di dalam pabrik, hanya ada
dua status pekerja, yaitu KHL(Karyawan Harian Lepas) dan KHT(Karyawan

d.

Harian Tetap).
Dinding kolam limbah pembuangan pabrik yang tidak dibangun sesuai dengan
standar sehingga memungkinkan untuk jebol.
Dari foto yang berhasil diambil, tampak dinding kolam limbah tidak dilapisi
dengan dinding beton dan jika musim hujan dapat meluber..

G.2 Area Perkebunan MS1-MS2


a. Pemortalan jalan yang dilakukan oleh perusahaan dengan dalih untuk menjaga
asset perkebunan yang berdampak terganggunya mobilitas warga desa pondok
damar

Foto Pemortalan jalan oleh PT. MS1-MS2

24

G.3 Desa Pondok Damar Kec. Mentaya Hilir Utara Kab. Seruyan

Proses investigasi di desa ini difokuskan pada perangkat desa yang selama ini aktif
memperjuangkan hak masyarakat yaitu Bapak. Mingadi selaku Kaur Umum. Berikut
beberapa hasil petikan wawancara yang direkam oleh peneliti.
i.

Pelanggaran Aturan hukum


Kewajiban perusahaan untuk membangun kebun plasma dan lahan kemitraan
yang diperuntukkan bagi masyarakat desa yang berada di sekitar area lokasi
perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 hingga
saat ini belum juga dilaksanakan.
Masyarakat pondok damar merasa tertipu oleh inisiatif PT. MS tentang
ajuan dari PT. MS untuk pembangunan kebun plasma dengan bentuk
koperasi masyarakat yang diperuntukkan bagi warga desa pondok damar
oleh PT. MS yang pada kenyataannya lahan yang digunakan adalah lahan
milik masyarakat sebesar 182 ha (seharusnya 250 ha dengan perhitungan
125 kk x 2 ha). Lahan inipun dalam perkembangannya juga menimbulkan
sengketa kepemilikan dengan masyarakat desa tetangga yaitu warga desa
Mantai Baru sebagai pemilik lahan yang akan digunakan sebagai kebun
plasma. Modal awal adalah dari pihak perusahaan dan masyarakat

25

diwajibkan mengembalikan secara kredit, dengan angsuran perbulan


sebesar 35% dari hasil panen TBS, bukan CPO atau minyak-nya. 30%
untuk biaya perawatan(masih belum bisa dipastikan besarannya karena
belum dihitung dan baru sekali panen). Dan hanya 30% yang dibagikan ke
warga. Masyarakat hanya sebagai pekerjanya saja, bukan pemilik
Penutupan jalan Negara(sebutan bagi jalan antar desa yang dibangun oleh
pemerintah) yang dilakukan oleh PT. MS 1 dan MS 2 di jalan penghubung
antara desa Pondok Damar dan Mantai Baru di kecamatan Mentaya Hilir Utara.
Penutupan jalan tersebut terjadi pada tahun 2005 dan dilakukan dengan cara
menanami seluruh badan jalan dengan kelapa sawit. Pada tahun 2006
masyarakat mengajukan gugatan ke perusahaan dan pada tahun 2009 (setelah
panen) pohon sawit dirubuhkan. Namun, hingga saat ini jalan belum dapat
digunakan.
Tidak tuntasnya proses sengketa kepemilikan lahan antara masyarakat dengan
perusahaan. Perusahaan bersikukuh telah melaksanakan kewajibannya dengan
membayar kompensasi atau ganti rugi kepada pemilik dengan bukti kuitansi
pembayaran. Pemilik yang merasa berhak tidak pernah merasa menjual
tanahnya.
ii. Perusakan Lingkungan
Sejak terjadi pembukaan lahan pada tahun 2003, yang diikuti dengan
penanaman kelapa sawit, sejak saat itu juga sungai yang terletak di sekitar desa
tidak lagi dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Habitat sungai mati karena sungai tercemar oleh limbah pabrik dan
perkebunan seperti buah sawit, dahan sawit dan pohon sawit. Praktis sejak
saat itu, masyarakat tidak dapat lagi menggunakan sungai sebagai sumber
air untuk kebutuhan hidupnya. Sekarang masyarakat mengandalkan
sumur, itupun harus memakai jetpump dengan kedalaman lebih dari 5
meter dengan kualitas air yang buruk. Memang pernah ada program air
bersih dari perusahaan tahun 2008 dengan membangun kolam air bersih,
namun gagal dan sampai saat ini tidak diteruskan karena perusahaan
mementingkan kepentingan dirinya sendiri.
iii. Dampak Sosial Ekonomi

26

Kehadiran perusahaan perkebunan kelapa sawit tidak serta merta meningkatkan


kesejahteraan ekonomi masyarakat desa pondok damar. Kenyataannya saat ini,
jumlah penduduk kategori di bawah garis kemiskinan masih menduduki angka
mayoritas dari total penduduk yang ada.
Tidak adanya sosialisasi secara baik dan transparan dari pihak perusahaan
maupun pemerintah tentang rencana keberadaan perusahaan maupun ekspansi
perkebunan telah menimbulkan konflik sosial, utamanya terkait dengan
kepemilikan lahan. Saat ini, masih banyak masyarakat yang belum selesai
persoalan lahan yang diambil oleh perusahaan dan menginginkan lahannya
dapat kembali.
Mayoritas penduduk yang semula mengandalkan hutan dan sungai untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, hari ini secara perlahan berganti menjadi mata
pencaharian dengan menjadi buruh perkebunan.
G.4 Desa Bangkal
Proses investigasi di desa ini difokuskan pada wawancara dengan bapak James Watt
selaku tokoh masyarakat yang gigih dalam memperjuangkan masyarakat yang lahannya
terampas oleh perusahaan.

i. Pelanggaran Aturan Hukum

Secara umum relatif sama dengan desa pondok damar, seperti pemortalan yang telah
dilakukan oleh PT. MS1-MS2 telah menyebabkan akses antar desa menjadi

terhambat.
Pembebasan lahan milik masyarakat masih banyak menggantung namun perusahaan
tetap saja melakukan penanaman sawit.
ii. Kerusakan Lingkungan
27

Debit air di danau sembuluh di musim kemarau menjadi sangat dangkal,


sehingga masyarakat kesulitan untuk menggunakannya. Disisi lain, air tanah
yang ada tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
G.5 Desa Tanah Putih

Investigasi guna mendapatkan data di desa ini difokuskan untuk mewawancarai


Sekdes Bapak Lingai dan Bapak Guntur selaku tokoh masyarakat dayak. Berikut beberapa
petikan wawancara atau pernyataan yang berhasil direkam oleh peneliti.
i.

Pelanggaran Aturan Hukum


Proses Pembebasan lahan masih menyisakan banyak masalah terutama soal
ganti rugi dan nilai kompensasi yang tidak merata. Bahkan dari keterangan dari
bapak Guntur yang sekarang terpaksa harus tinggal di dalam hutan untuk
menjaga tanahnya dari ekspansi perkebunan PT. MS3,
Jika perusahaan bergerak, kita akan bergerak untuk mempertahankan
tanah kita. Tapi kalau perusahaan diam kita diam. Sampai saat ini lahan
milik mertua saya yang dicaplok oleh PT. Bumi Sawit Kencana (PT.BSK)
di desa Sebabi belum ada penyelesaiannya. 100 ha milik keluarga habis
ditanami sawit, sisa 22 ha saja yang ditungguin orangtua untuk melihara
kerbau. Disini(disekitar pondok tempat nyadap karet) sekitar 15 ha.
Berbagai cara jahat dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah dan
perusahan untuk membebaskan lahan. Saudara-saudara dipengaruhi dan
diadu satu sama lain. Kompensasi lahan besarannya berbeda-beda. Tahun
2005 MS3 mulai menanam pohon sawit, tanpa pernah ada sosialisasi dan
komunikasi dengan masyarakat, main tanam dan gusur. Perusahaan
menggunakan aparat pemerintah, legislatif. Suara-suara masyarakat tidak
digubris. Termasuk persoalan makam umbung yang belum selesai juga.
28

Perusahaan tidak pernah sosialisasi dan tahunya masyarakat hanya jika


ada buldoser dan eskavator. Perusahaan menggunakan cara memecah
belah diantara sesama anggota keluarga untuk menyelesaikan konflik
dengan masyarakat. Tim penilai RSPO pernah kesini(pondok) didampingi
oleh perusahaan dan oleh perusahaan, hutan masyarakat di sekitar sini
diakui sebagai hutan konservasi
Pernyataan dari Bapak Lingai selaku Sekdes,
Manajemen PT. MS3 terlalu berbelit-belit untuk masalah yang terkait
dengan kebutuhan masyarakat, apalagi terkait dengan soal sengketa lahan,
banyak yang masih menggantung tidak diketahui perkembangannya.
Misalnya soal pembukaan jalan desa bagi masyarakat. Untuk pinjam alat
beratnya kita harus paksa dan berulang-ulang mendatangi perusahaan
dan sampai saat ini belum berhasil. MS memasang plang HCV hanya jika
ada penilaian dari tim RSPO.
ii.

Kerusakan Lingkungan
Bapak Lingai selaku sekdes menyatakan, beberapa waktu yang lalu banyak
ikan mati di hulu sungai seranau karena limbah dari PT. KKP, sungai di
pondok damar juga tercemar limbah pabrik.
Fakta lain dari hasil pemantauan sungai seranau yang membelah desa tanah
putih saat ini tak dapat lagi dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari
masyarakat karena telah tercemar oleh limbah.

iii.

Konflik Sosial
Masyarakat seakan terpecah-belah, tidak ada lagi persatuan. Bahkan sudah
sampai pada taraf sangat benci pada perusahaan. Terbukti sewaktu ada
pertandingan sepak bola 17 agustus-an melawan perusahaan. Terjadi
perkelahian walapun tim perusahaan juga sama-sama satu desa dan masih ada
ikatan keluarga.

H.

Hasil Pertemuan bersama warga yang menjadi korban perusahaan Wilmar

H.1 Pertemuan di rumah Pak Karnedy Rt. 5 Desa Kenyala


Pertemuan di tempat Pak Karnedy dihadiri oleh Pak Karnedy sekeluarga, Pak Atmo, Sdr.
Wot, Pak Lingkai

29

Berikut beberapa pernyataan dari Bapak Karnedy, warga desa Kenyala yang memiliki
tanah ulayat yang dicaplok oleh PT. KKP 3.
Sebelum ada pembebasan lahan yang dilakukan oleh KKP 3 awal tahun
2009 melalui tim inventaris desa yang berjumlah 6 orang yang merupakan
orang yang ditugaskan oleh perusahaan untuk membebaskan lahan
masyarakat. Saya bersama keluarga pada saat itu membuka lahan seluas
120 ha di desa palangan yang sekarang telah ditanami perusahaan KKP 3.
Tahun 2010, setelah melalui proses mediasi di kecamatan dilakukan
pengukuran oleh tim inventaris desa dan diakui tanah sisa 93 ha. Sebelum
mediasi, berbagai cara dilakukan oleh tim untuk menunda-nunda dengan
banyak alasan diantaranya nanti, belum ada alat ukur, belum ada tim
pengukur, pengukuran diukur oleh pengukur lain sehingga saya tidak bisa
segera mengurus SKT. Tapi, ada surat kesepakatan bersama dengan tim
inventaris dengan isi pengakuan kepemilikan tanah ulayat.(cat.
Permintaan pengukuran sudah diajukan sejak tahun 2008).
Tim inventaris sendiri meminta bagian 50% dari total lahan sebagai
imbalan pengurusan dan saya tidak mau. Akhirnya membuat berita acara
ke perusahaan untuk melakukan pengukuran.
Tanpa sepengetahuan saya, tiba-tiba perusahaan menanami sawit di lahan
saya yang ternyata Lahan saya telah dijual oleh tim inventaris desa
seharga 123 juta(1 ha = 1 juta). Lahan saya dijual oleh tim desa dengan
diam-diam dan atas sepengetahuan perusahaan.
Seluruh perusahaan Wilmar selalu menggunakan cara-cara seperti itu
(menggunakan tim desa) untuk mengambil tanah masyarakat, walaupun
sering juga muncul cekcok dan sengketa antar tim desa soal batas desa.
Perusahaan Wilmar seperti Mentaya Sawit Mas (MSM), PT. Karunia
Kencana PermaiSejati(KKP) sekarang menggunakan aparat kepolisian
30

untuk melakukan pengawalan ketika perusahaan menanam sawit di lahan


masyarakat yang masih tumpang tindih.
Pernyataan Pak Atmo terkait pelanggaran yang dilakukan PT. KKP dan PT. MS
(sebelum tahun 1999, pak atmo tinggal di desa tanah putih dan masih memiliki tanah
ulayat di desa tanah putih)
Saya tidak mengerti apa itu konservasi, tujuan konservasi dan darimana
lahan diperoleh untuk tujuan konservasi. Tapi, setiap pembebasan lahan
yang dilakukan oleh perusahaan(PT.KKP3), setiap penggusuran lahan
selalu meng-atasnamakan konservasi. Setiap pembebebasan lahan milik
masyarakat, yang dibayar hanya 80%, yang 20% katanya untuk HCV tapi
kenyataannya ditanami sawit semua. Gak ada itu HCV, semua disikat
ditanami sawit. Perusahaan juga secara diam-diam memasang plang
Hutan Konservasi di lahan-lahan masyarakat terutama di desa Kenyala
yang lahan masyarakat berbentuk hutan masih banyak masih sekitar 30%
dari total luas lahan. Intinya, gak ada yang aturan yang betul-betul
dijalankan oleh perusahaan dengan benar. Sewaktu di tanah putih, hutan
masyarakat juga dipasangi plang Konservasi oleh PT. MS tapi saya cabut.
Tahun 99 Sungai Kenyala dan anak sungainya masih bisa dilalui klotok
karena air masih dalam tapi sekarang sudah tidak bisa lagi.
Foto Sungai dan anak Sungai Kenyala

H.2 Pertemuan Warga dirumah Bapak Sarianto Warga Desa Penyang


Pertemuan dihadiri oleh Bapak Sarianto, Bapak Gunawan, Sdr. Plathok.
Kesemuanya adalah warga desa tanah putih
Berikut beberapa kutipan pernyataan yang berhasil dicatat oleh peneliti :
Proses pembebasan dan jual beli lahan di tanahputih dimulai sejak tahun
2003, dimotori oleh tim 9 yang dibentuk oleh perusahaan(PT. MS3).
Sebagian sekarang sudah meninggal. Kompenasi yang didapatkan oleh

31

masyarakat maksimal 1 juta per ha. Kebanyakan nilainya jauh dari itu
sehingga disebut uang toleransi.
MS 3 juga melakukan pemortalan jalan sehingga menyulitkan akses
masyarakat dalam sehari-harinya. Bahkan jalan Negara juga ditutup dan
ditanami sawit pada tahun 2003. Sempat dibongkar oleh masyarakat tapi
ditanami lagi. Jalan Negara itu menghubungkan desa tanahputih dan
muara bangkal. Tidak hanya itu, lahan pasir pun juga ditanami sawit oleh
perusahaan, tepatnya di daerah padang agung(kami menyebutnya).
I.

Kesimpulan dan Rekomendasi

I.1

Kesimpulan
Prinsip dan Kriteria RSPO bagi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
bertujuan untuk menjamin Perusahaan:
Tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan hukum yang berlaku
Bertanggungjawab atas perlindungan lingkungan hidup
Bertanggungjawab terhadap Konservasi keanekaragaman hayati
Membuka akses peluang untuk kerja, perolehan upah yang layak, lembur, dan
tunjangan lainnya.
Memiliki kepedulian dan berkontribusi secara langsung dalam pengembangan
sosial ekonomi masyarakat.
Menyediakan fasilitas perumahan, kebersihan dan dukungan pendidikan bagi
pekerjanya
Bertindak sesuai prosedur, terbuka dan adil dalam proses akuisisi lahan,
terutama menyangkut penyelesaian sengketa dengan masyarakat

Berdasarkan Data dan Fakta yang berhasil didapatkan oleh peneliti melalui investigasi
lapangan dan serangkaian wawancara dengan tokoh masyarakat, perangkat desa, kontakkontak maupun pertemuan bersama warga tentang Pelanggaran Prinsip dan Kriteria RSPO
oleh Perusahaan Kelapa Sawit milik Wilmar Grup, khususnya PT. Mustika Sembuluh dan PT.
Karunia Kencana PermaiSejati menunjukkan bahwa perusahaan milik Wilmar tersebut telah
melakukan pelanggaran Prinsip dan Kriteria RSPO. Pelanggaran tersebut secara umum
terbagi dalam kategori :
1. Pelanggaran atas aturan hukum
32

Terdiri dari :
-

Pelanggaran atas Undang-undang Ketenagakerjaan (UUK) no. 13


tahun 2003 tentang Serikat Buruh dan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3)

Pelanggaran atas UU no. 21 tahun 2000 tentang Serikat Buruh.

Pelangaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Pelanggaran atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007


tentang Kewajiban bagi Perusahaan Kelapa sawit untuk membangun
kebun plasma bagi masyarakat

Pelanggaran ketentuan yang termuat dalam ijin prinsip dan ijin lokasi
yaitu tentang Aksesibilitas bagi masyarakat

Pelanggaran ketentuan yang termuat dalam ijin prinsip maupun ijin


lokasi tentang tata cara penyelesaian pembebasan lahan milik
masyarakat

2. Kejahatan Terhadap Lingkungan


Terdiri dari :
-

Pembukaan lahan seluas-luasnya bagi kepentingan perusahaan tanpa


memperhitungkan kelestarian alam

Pengelolaan limbah pabrik dan limbah perkebunan yang tidak sesuai


dengan prosedur dan standar telah mengakibatkan habitat air di
sungai sekitar desa rusak. Air sungai tidak dapat dipergunakan lagi
oleh masyarakat, sungai menjadi dangkal dan keruh.

Pembukaan lahan di area hutan telah menyebabkan habitat hewan


maupun tumbuhan yang selama ini hidup dalam hutan, tidak lagi
memiliki habitat hidupnya.

3. Dampak Sosial
Terdiri dari :
-

Kehadiran Perusahaan Kelapa Sawit tidak dapat memberikan dampak


positif, kecuali hanya membuka jalan. Dampak social yang paling
banyak mengemuka dan terjadi adalah menurunnya tingkat
33

perekonomian masyarakat karena kehilangan tanah yang diakuisisi


oleh perusahaan.
-

Punahnya nilai-nilai adat, budaya dan moral yang selama ini menjadi
pegangan hidup bagi masyarakat untuk membangun sistim kehidupan
yang lebih baik, seperti tradisi bahandep dalam membuka,
mengelola lahan.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat telah dijadikan senjata


oleh perusahaan untuk mengelabui dan memuluskan rencana-rencana
jahatnya untuk terus-menerus melakukan eksploitasi dan ekspansi
perkebunan.

Konflik sosial di kalangan masyarakat yang disebabkan oleh taktik


adu domba yang dijalankan oleh perusahaan dalam proses
pembebasan lahan sehingga masyarakat saling beradu.

Tingkat kepercayaan di kalangan masyarakat terhadap perangkat


desa, aparat pemerintah dan aparat keamanan semakin menurun
karena dianggap lebih berpihak pada perusahaan daripada membantu
masyarakat dalam menyelesaikan persoalan dengan perusahaan.

I.2

Rekomendasi
1. Meningkatkan Partisipasi aktif dan Peran serta Masyarakat dalam memperjuangkan
hak-hak masyarakat terkait kewajiban perusahaan untuk memenuhi prinsip dan
kriteria RSPO melalui proses pendidikan luas yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat.
2. Membangun sebanyak-banyaknya komunitas dan organisasi-organisasi masyarakat
desa sebagai alat perjuangan merebut haknya.
3. Meningkatkan intensitas Publikasi dan Kampanye anti Perusahaan Perkebunan Kelapa
Sawit milik Wilmar Grup karena terbukti melakukan pelanggaran atas prinsip dan
criteria RSPO yang menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan.

34

Lampiran 1
(Hasil rekap rekaman wawancara dan pertemuan dengan masyarakat)
Lampiran 2
Kliping Berita Media tentang pelanggaran ijin oleh Wilmar di Kalimantan tengah
HOME // BERITA

Ekspansi Perkebunan Sawit13 Anggota RSPO Diduga Korupsi Izin Perkebunan


12 November 2010 - 11:50 WIB

Nina Suartika/ Angga Haksoro

VHRmedia, Jakarta Indonesia Corruption Watch dan Dewan Etik Kontak Rakyat Borneo menduga 18
perusahaan perkebunan sawit melakukan korupsi izin usaha. Sebanyak 13 perusahaan yang melakukan
pelanggaran, memiliki sertifikat lestari dari Rountable Sustainable
Palm Oil (RSPO).
Ada sekitar 13 perusahaan yang melakukan pelanggaran hukum
serius. Padahal, perusahaan tersebut telah mendapat sertifikat
lestari RSPO, kata Dewan Etik Kontak Rakyat Borneo,
Hermawansyah, Kamis (11/11).
Menurut Hermawansyah, perusahaan yang melanggar adalah
Sime Darby, Wilmar International, PT Mustika Sembuluh, PT
Milano, PT Musim Mas, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk,
SIPEF, HOPL, Cargill, PT Hindoli, PT Hindoli SS, PT Bakeri Sumatera SS, PT Agrowiratama, PT Berkat Sawit
Sejati, PT Perkebunan Nusantara III, PT Sukajadi Sawit Mekar, PT Inti Indosawit Subur, dan PT First Mujur
Plantation & Industry.
"Pelanggaran melakukan penebangan tanpa izin penebangan kayu (IPK) oleh United Platation di Kalimantan
Tengah dan Cargill di Kalimantan Barat, serta pendudukan kawasan hutan secara ilegal oleh IOI di Kalbar.
Indikasi korupsi izin oleh Wilmar di Kalteng, penggusuran lokasi GERHAN oleh Sukajadi Sawit Mekar atau
Musim Mas di Kalteng, kata Hermawan.
Menurut Hermawan, ratusan perkebunan sawit belum melakukan proses sertifikasi RSPO. Kami yakin tanpa
seleksi dan evaluasi yang ketat, RSPO hanya akan menjadi arena legitimasi atau legalisasi perkebunan sawit
ilegal.
Indonesia Corruption Watch akan melaporkan kasus ini akan ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Wakil
Koordinator ICW, Emerson Junto, mengatakan banyak kasus korupsi bidang sumber daya alam belum tersentuh
hukum. Kami akan laporkan ke KPK agar mereka segera menyelidiki, kata Emerson. (E1)
Foto: VHRmedia/ Nina Suartika

35

http://www.vhrmedia.com/13-Anggota-RSPO-Diduga-Korupsi-Izin-Perkebunan-berita6520.html

Grup Bisnis Sawit Besar Diduga Terlibat


NERACA
Jakarta- Puluhan perusahaan pengolahan sawit milik berbagai grup bisnis besar diduga
terseret kasus pemanfaatan kawasan hutan secara ilegal di Provinsi Kalimantan Tengah. Para
pengusaha besar sawit itu seharusnya wajib mengantungi dulu izin pelepasan kawasan hutan
(IPKH).
Hasil penelitian Greenomics Indonesia menunjukkan beberapa perusahaan sawit milik grup
besar tersebut ternyata tidak tercantum dalam daftar perusahaan yang memiliki izin pelepasan
kawasan hutan (IPKH) di Provinsi Kalimantan Tengah versi Desember 2010. Mereka antara
lain Sinar Mas, Wilmar, BGA/IOI, Musim Mas, dan Astra Agro Lestari, kata Direktur
Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (23/2).
Hasil identifikasi Greenomics, kata Elfian, juga menunjukkan, 9 dari 10 perusahaan sawit
milik Grup Sinar Mas tidak terdapat dalam daftar perusahaan perkebunan sawit yang
memiliki IPKH, sehingga diduga kuat tidak memiliki IPK (Izin Pemanfaatan Kayu) dalam
melakukan pembersihan lahan (land-clearing).
Selain itu, lanjut dia, ternyata 7 perusahaan sawit milik Grup Wilmar yang aktif, 5 di
antaranya juga tidak tercantum dalam daftar perusahaan perkebunan sawit yang memiliki
IPKH, sehingga diduga kuat tidak memiliki IPK, termasuk 2 perusahaannya yang memiliki
IPKH, namun diduga kuat tidak memiliki IPK.
Di samping itu, menurut Elfian, 3 dari 4 perusahaan sawit Grup Musim Mas tidak terdapat
dalam daftar perusahaan yang memiliki IPKH, sehingga patut diduga juga tidak memiliki
IPK. Sedangkan, 3 perusahaan sawit Grup Astra Agro Lestari juga tidak terdapat dalam daftar
perusahaan yang memiliki IPKH, sehingga diduga kuat tidak memiliki IPK dalam kegiatan
pembersihan lahan.
Lebih jauh Elfian mengungkapkan, 4 perusahaan sawit Grup BGA/IOI tidak terdapat dalam
daftar perusahaan yang memiliki IPKH, sehingga diduga kuat juga tidak memiliki IPK dalam
kegiatan pembersihan lahan, termasuk pula 3 perusahaan lain milik grup ini yang diduga kuat
tidak memiliki IPK. Secara umum, perusahaan-perusahaan grup sawit besar tersebut tidak
memiliki IPKH, dan diduga kuat tidak memilki IPK, paparnya.
Dia mengakui, ada juga beberapa perusahaan yang memiliki IPKH. Namun diduga kuat tidak
memiliki IPK, seperti yang diduga terjadi pada 3 perusahaan sawit milik Grup Sime Derby.
Kedua praktik tersebut sama-sama terindikasi ilegal yang tentunya bisa menimbulkan
kerugian negara, jelas Elfian.
36

Lebih lanjut dia menjelaskan, hasil audit BPK RI (Februari 2009) secara jelas menyebutkan
bahwa perusahaan-perusahaan perkebunan sawit yang tidak memiliki IPKH dengan alasan
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Tengah, telah
dinyatakan tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan. Bahkan, audit BPK RI tersebut merekomendasikan kepada Menhut
agar meminta bupati menghentikan kegiatan operasional perkebunan di kawasan hutan untuk
menghindari kerugian negara dan/atau kerusakan lingkungan yang lebih besar, ujarnya.
Awal Februari 2011, Menteri Kehutanan dan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum
mengungkapkan, terdapat 352 perusahaan perkebunan sawit dengan luas setidaknya 4,6 juta
ha, namun hanya 67 perusahaan yang memiliki izin pelepasan kawasan hutan.
Sementara itu, Lektor Kepala Kebijakan Kehutanan Fakultas Kehutanan IPB, Dodik Ridho
Nurrochmat mengatakan, banyaknya perusahaan sawit yang tidak memiliki IPKH di Kalteng
kemungkinan disebabkan karena gubernur atau kepala daerah yang melepaskan kawasan
hutan tidak sesuai prosedur perundang-undangan. Banyak gubernur yang melepaskan
kawasan hutan seenaknya, terutama di wilayah Kalteng. Ini harus ditertibkan, kata Dodik
kepada Neraca, kemarin.
Menurut dia, untuk mengetahui permasalahannya harus diuraikan satu persatu duduk
perkaranya dan dimensinya. Disebutkannya, hal tersebut bisa saja karena ada dimensi
kejahatan, korban regulasi yang tumpang tindih atau ketidakakuratan peta. Kalau
dimensinya kejahatan harus diselidiki melalui jalur hukum pidana, ucap Dodik.
Sedangkan bila pelanggaran tersebut karena adanya regulasi yang tumpang tindih dan ketidak
akuran peta harus ditata ulang dan diverifikasi kembali. Memang bisa ada pengusaha yang
nakal. Tapi kan bisa juga pengusaha merasa sudah mengikuti aturan dan ternyata regulasinya
yang tumpang tindih atau petanya tidak akurat, ujarnya.
Penataan ulang dan verifikasi kembali tersebut, terang Dodik, harus dilakukan dengan cara
duduk bersama antar lintas sektor seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian,
Badan Pertanahan Nasional, pengusaha dan pemilik perkebunan rakyat dan pemda selaku
pembuat tata ruang daerah. Tata ruang ini memang jadi permasalahan di daerah, terutama
Kalteng. Di Kalteng, tata ruangnya nggak beres-beres, tandasnya.
Sedangkan ekonom FEUI, Ninasapti Triaswati mengatakan belum sampai dari sepertiga
provinsi yang ada di Indonesia menyelesaikan ratifikasi Rencana Tata Ruang Rencana
Wilayah (RTRW).
Menurut dia, memang sudah seharusnya perusahaan sawit untuk mengikuti aturan. Hanya
saja, kata dia, proses penegakan hukum tidak bisa dilakukan secara cepat. Penegakan hukum
tidak gampang. Di situ kita harus hati-hati siapa yang diuntungkan, katanya.
Terkait kontribusi industri sawit dan kehutanan terhadap perkonomian, Nina tidak
mengetahui angka pastinya. Di dalam PDB, share pertanian tidak terlalu besar, sekira 20 %.
Namun, secara spesipik per sektor lebih bervariasi lagi, tandasnya. ruhy/cahyo
http://www.neraca.co.id/2011/02/23/grup-bisnis-sawit-besar-diduga-terlibat/

37

Kemenhut Diminta Beri Kesempatan


Selasa, 12 April 2011
Pencabutan izin disayangkan pengusaha karena untuk memperolehnya
begitu sulit.

Kemenhut diminta beri kesempatan kepada perusahaan perkebunan yang


belum selesaikan pengurusan HGU. Foto: Sgp
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), Joko Supriyono,
meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk memberi kesempatan kepada 259
unit perusahaan perkebunan yang belum menyelesaikan pengurusan Hak Guna Usaha
(HGU).
"Kemenhut hendaknya bersikap bijak mengambil keputusan. Tidak langsung mengambil
tindakan pembatalan surat persetujuan izin prinsip yang telah diterima pengusaha
perkebunan tersebut," ungkap Joko, Senin (11/4).
Menurutnya, pengusaha perkebunan itu telah memperoleh izin lokasi yang dikeluarkan
para bupati. "Bupati telah mengeluarkan izin lokasi dalam kapasitasnya sebagai
Pemerintah Daerah (Pemda). Tapi, Kemenhut mengeluarkan kebijakan yang menyulitkan
posisi pengusaha dalam menyelesaikan pengurusan HGU," katanya.
Tertundanya penyelesaian pengurusan HGU di sejumlah daerah, lanjutnya, terbentur
berbagai persoalan yang dihadapi para pengusaha. Persoalan itu pernah terjadi di
Kalimantan Tengah yang terkendala dengan masalah Rencana Tata Ruang Wilayah dan
Provinsi (RTRWP). "Terkadang penyelesaian masalah HGU itu terkendala dengan masalah
peruntukkan wilayah di suatu daerah. Jadi memang persoalannya sangat kompleks,"
katanya.
Apalagi, lanjutnya, pemerintah daerah yang mengeluarkan surat keputusan
tentang penunjukan kawasan hutan telah dialihfungsikan untuk kegiatan non kehutanan.
"Jadi, banyak persoalannya jangan hanya salahkan pengusaha dengan sanksi
pembatalan persetujuan yang dikeluarkan."
Menurutnya, izin lokasi yang diterbitkan bupati tidak bisa dipindahtangankan
kepada pihak lain. "Tidak mudah mengurus izin lokasi dari bupati. Kalau dibatalkan,
merugikan pengusaha."
Joko mengatakan tidak sedikit pengusaha yang persetujuan prinsipnya dicabut itu,
ternyata sudah menyelesaikan pengurusan HGU. "Bagaimana jika pengusaha itu
ternyata sudah memiliki HGU. Jadi, jangan asal dibatalkan saja. Lihat dulu persoalannya.
Jika masih ada persyaratan yang kurang, hendaknya pengusaha diberi kesempatan atau
waktu menyelesaikan pengurusan dokumennya."

38

Pernyataan senada juga disampaikan Komisaris PT Wilmar MP Tumanggor, yang


mengatakan izin lokasi yang diterbitkan bupati hendaknya juga menjadi pertimbangan
bagi Kemenhut sebelum mengambil keputusan. "Saya jadi bertanya tentang izin lokasi
yang pernah diterbitkan bupati kepada pengusaha perkebunan, bagaimana
persoalannya."
Pekan lalu, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyatakan telah membatalkan 251
unit persetujuan izin prinsip (SP1) pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan seluas
tiga juta hektar (ha) dan akan ditawarkan kepada pengusaha yang serius mengelola
perkebunan.
Pembatalan disebabkan oleh karena ke-251 unit perusahaan tersebut dinilai
tidak memiliki kapabilitas dan keseriusan mengurus izin yang diberikan selama lima
tahun. ungkap Menhut.
Ratusan perusahaan perkebunan itu diberikan kesempatan untuk mengurus
persetujuan prinsip yang diberikan Kemenhut untuk mengurus izin pelepasan kawasan
hutan, guna memperoleh HGU dari Badan Pertanahan Nasional.
Secara hukum, pengusaha perkebunan itu tidak berhak untuk mengelola
perkebunan karena belum memperoleh izin resmi pelepasan kawasan hutan.
Menhut menguraikan, pada tahap pertama, pihaknya membatalkan 69 unit usaha
perkebunan yang mengajukan permohonan untuk mengelola areal seluas 580.000
ha. Tahap berikut 182 unit usaha yang mengajukan permohonan untuk memanfaatkan
izin pelepasan kawasan hutan yang jika dihitung seluruhnya sekitar tiga juta ha.
Sebanyak 68 perusahaan diantaranya berada di Kalimantan, baik itu Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur maupun Kalimantan Tengah juga Riau dan Sumatera.
Kemenhut, lanjutnya, tidak ragu menindak tegas pengusaha yang
menyalahgunakan persetujuan prinsip yang direkomendasikan Menhut terdahulu.
Menurutnya, perusahaan itu memang belum berhak memperoleh izin. Namun jika
perusahaan itu berupaya untuk menguasai secara fisik, berarti perusahaan itu
melanggar hukum dan akan ditindak tegas.
Sebaliknya, Zulkifli menawarkan kepada pengusaha yang serius ingin
membangun perkebunan. Baik perkebunan kelapa sawit maupun perkebunan tebu dapat
mengajukan permohonan pemanfaatan kawasan hutan itu untuk perkebunan.
Direktur Jenderal Planologi, Bambang Supijanto, mengatakan persetujuan prinisip
pelepasan kawasan hutan yang diterbitkan Menteri Kehutanan itu diberikan kepada
Direktorat Jenderal (Ditjen) Planologi.
Jadi izin prinsip yang diterbitkan Menteri Kehutanan itu diberikan kepada Ditjen
Planologi yang kemudian meminta kepada perusahaan pemohon izin untuk mengurus
tata batas kawasan hutannya. Namun sampai lima tahun ini, ke-251 perusahaan itu
belum juga menyelesaikan tata batas yang merupakan persyaratan utama sebelum
memperoleh hak pelepasan kawasan hutan.
Persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan yang diberikan kepada perusahaan
perkebunan, kata Bambang, mengacu pada UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Menurut Bambang, persetujuan prinsip itu hanya rekomendasi awal sebelum
diterbitkannya izin pelepasan kawasan hutan setelah perusahaan perkebunan itu
menyelesaikan tata batas kawasan hutannya dengan berbagai pihak yang bersinggungan
dengan konsesi perkebunan yang diberikan kepada perusahaan tersebut.

39

http://hukumonline.com/berita/baca/lt4da3c68d16244/kemenhut-diminta-beri-kesempatan

40

Anda mungkin juga menyukai