Anda di halaman 1dari 2

Contoh Kasus Konflik Agraria

Data Kasus Konflik Agraria pada tahun 2020 Menurut KPA


1. Pada 2 Maret 2020, petani penggarap di Soppeng, Natu bin Takka, 75 tahun, dipanggil
Polres Watansoppeng terkait tuduhan melanggar Pasal 82 ayat (1) huruf b Jo. Pasal 12

huruf b dan/atau pasal 82 ayat (2) Undang-Undang Nomor: 18 tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Pengerusakan Hutan (UU P3H). Ia dipanggil untuk
memberi keterangan sebagai saksi terkait dugaan tindak pidana penebangan pohon
dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin.
2. Pada 7 Maret 2020, polisi menangkap James Watt, warga Kotawaringin Timur (Kotim)
atas tuduhan pencurian sawit di lahan sebuah perusahaan. Kasus ini merupakan
dampak konflik agraria warga dengan pihak perusahaan. Hasil tinjauan lapangan
Panitia Khusus Perkebunan Besar Swasta (PBS) Kelapa Sawit dari Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Kotim menunjukkan, perusahaan ditengarai melakukan
penanaman di luar batas HGU. Dari 1.865,8 hektar total HGU perusahaan, 117 hektar
berada di tanah masyarakat Desa Peyang, Kecamatan Telawang, Kotim.

3. Pada 18 Maret 2020, PTPN XIV mengeluarkan surat edaran meminta petani di
Kampung Likudengan, Desa Uraso, Kecamatan Mappadeceng, Kabupaten Luwu Utara,
Sulawesi Selatan meninggalkan tanah pertanian dan kampung mereka. Pihak PTPN
mengklaim tanah tersebut masuk ke dalam HGU mereka.

Sebagai catatan, lokasi ini sudah diusulkan kepada pemerintah melalui Lokasi Prioritas
Reforma Agraria (LPRA) untuk segera diselesaikan dan diredistribusi kepada petani.
Tanah yang diklaim pihak PTPN tersebut dulunya merupakan tanah warga desa yang
diambil secara paksa. Setelah itu, mereka menelantarkan hingga kembali diduduki dan
ditanami warga sampai sekarang.

4. Pada 21 Maret 2020, PT AP dibantu aparat keamanan diduga menggusur warga Desa
Pagar Batu, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan. Atas
kejadian tersebut, dua orang petani, Suyadi, 40 tahun, dan Putra Bakti, 35 tahun,
meninggal akibat serangan pihak perusahaan. Dua warga lainnya kritis akibat luka
bacokan.

5. Pada 27 Maret 2020, aparat kepolisian membubarkan kemah warga Desa


Sumberagung, Kecamatan Pasanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Kemah tersebut didirikan oleh warga sebagai bentuk penolakan terhadap
aktivitas penambangan di Gungung Pitu dan Salakan oleh PT DS karena
merusak lingkungan.
6. Pada 2 April 2020, tanah pertanian warga Desa Sedang, Kecamatan Suak,
Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan diduga digusur oleh PT MA dibantu
oleh aparat kepolisian. Pihak perusahaan merobohkan pondok-pondok para
petani. Sementara padi para petani yang baru panen dibuang oleh perusahaan.

7. Pada 3 Maret - 3 April 2020, PT SND dan aparat kepolian diduga terus
melakukan intimidasi dan merusak tanaman warga Kabupaten Luwu Timur.
Dalam rentang waktu tersebut, aparat ditengarai terus menghancurkan
tanaman-tanaman warga, sawit, kopi, dan sayur-sayuran.

Puncaknya, pada tanggal 30 Maret 2020, pihak perusahaan melaporkan warga


ke polisi. Mereka menuduh warga sebagai pelaku matinya sawit pihak
perusahaan. Mereka juga mengancan akan membawa kasus ini ke ranah hukum.

Per 4 April, intimidasi dan perusahakan oleh aparat keamanan di lapangan terus
berlangsung.

8. Pada 26 Maret 2020, konflik tanah seluas 32 hektare dan penggusuran taman murni,
dan Labi-labi, Alang-alang Lebar, Kota Palembang. Sembilan orang warga dijadikan
tersangka, menyusul lima orang lainnya yang sudah ditahan pada Februari.

9. Pada 10 April 2020, PT WK ditengarai meracuni tamanan pertanian


warga Muaro Kilis dan Lubuk Mandarsah, Kecamatan Tengah Ilir,
Kabupaten Tebo, Jambi, dengan menggunakan drone. Tindakan ini
terkait konflik agraria/sengketa lahan antara perusahaan dan warga.

Sumber: https://nasional.tempo.co/read/1330772/kpa-catat-9-konflik-agraria-terjadi-
selama-masa-pandemi-covid-19

Anda mungkin juga menyukai