Anda di halaman 1dari 2

Prosedur Permohonan Bibit

1. Pemohon bibit penghijauan lingkungan dibedakan menjadi 2 yaitu :


a. Pemohon dari instansi pemerintah, perguruan tinggi, sekolah atau TNI/POLRI.
Mengajukan permohonan melalui surat yang langsung ditujukan kepada Kepala BPTH Bali
dan Nusa Tenggara.
b. Pemohon dari dari swasta, perorangan atau kelompok tani.
Mengajukan permohonan melalui surat yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah dan ditujukan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang menangani bidang kehutanan dan ditembuskan kepada Kepala BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Selanjutnya Dinas kehutanan Kabupaten/ Kota merekap permohonan tersebut dan disampaikan kepada Kepala BPTH Bali dan
Nusa Tenggara.
2. Surat Permohonan bibit yang diajukan kepada Kepala BPTH Bali dan Nusa Tenggara harus
dilengkapi dengan kontak person penerima bibit, jenis dan jumlah bibit yang dimohon, rencana luas penanaman, pola tanam, jarak tanam serta dilengkapi sketsa calon lokasi penanaman.
3. Selanjutnya surat permohonan bibit tersebut dicek kelengkapannya oleh petugas BPTH Bali
dan Nusa Tenggara, dan setelah dinyatakan telah memenuhi persyaratan, maka pemohon bias
mengambil bibit sesuai dengan jenis dan jumlah bibit serta waktu yang telah direkomendasikan oleh petugas BPTH Bali dan Nusa Tenggara.
4. Setelah bibit didistribusikan dan ditanam, maka setahun kemudian BPTH Bali dan Nusa Tenggara akan melakukan evaluasi terhadap bibit-bibit tersebut. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanaman dan persentase hidup bibit penghijauan lingkungan yang
telah ditanam oleh masyarakat.

Standart Operasional Prosedur


Permohonan Bibit Penghijauan Lingkungan
dari Persemaian BPTH Bali Nusra

KEMENTERIAN KEHUTANAN
DIRJEN BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL

BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN


BALI DAN NUSA TENGGARA
Jl. By Pass Ngurah Rai Km. 23,5 Tuban Denpasar
Telp. 0361-751815 Fax. 0361-750195
Website : www.bpthbalinusra.net

LATAR BELAKANG
Kerusakan lingkungan yang sangat memprihatinkan mulai dirasakan dampaknya secara global,
sehingga diperlukan kerja keras untuk membangun kembali atau memperbaiki kondisi tersebut.
Berbagai upaya kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di luar kawasan hutan secara
vegetatif (penghijauan) mulai digalakkan oleh pemerintah untuk meningkatkan keinginan dan
kesadaran masyarakat dalam memperbaiki kualitas lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.
Upaya ini mulai menuai hasil, karena semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam
kegiatan penanaman tanaman kehutanan sehingga membantu mengurangi kerusakan lingkungan.
Minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap kegiatan penanaman, menyebabkan kebutuhan
bibit tanaman kehutanan pun semakin meningkat. Bertolak dari hal tersebut, BPTH Bali dan Nusa
Tenggara memfasilitasi dengan menyediakan bibit tanaman kehutanan yang berkualitas untuk
dibagikan secara gratis kepada masyarakat umum baik perorangan maupun kelompok yang secara swadaya berpartisipasi pada kegiatan penanaman.
Maksud dan Tujuan
Maksud : memfasilitasi kebutuhan bibit
tanaman hutan bagi masyarakat umum, instansi
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga pendidikan dan pihak lainnya yang ingin
ikut berpartisipasi dalam memperbaiki lingkungan
di sekitarnya melalui penanaman tanaman hutan.
Tujuan : memperbaiki lingkungan pada lahan-lahan untuk fasilitas umum baik perkantoran, taman, pemukiman dan pemakaman umum,
sekolah (umum, pesantren, kampus,), halaman
bangunan peribadatan (masjid, gereja, pura,
vihara dll.) sehingga dapat meningkatkan kualitas
iklim mikro dan kenyamanan lingkungan hidup di sekitarnya.
Sasaran
Sasaran bantuan bibit penghijauan lingkungan adalah masyarakat umum baik perorangan maupun kelompok yang terdiri atas instansi pemerintah, swasta, TNI/POLRI, pramuka/pelajar/
mahasiswa, organisasi masyarakat maupun kelompok tani yang secara swadaya ikut berpartisipasi dalam kegiatan penanaman.
Kapasitas Produksi
Luas Persemaian BPTH Bali dan Nusa Tenggara
10.000 m2 dengan kapasitas produksi sebanyak
400.000 batang bibit per tahun. Namun dalam
pelaksanaannya, produksi bibit disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Sebagaimana jumlah
anggaran dalam DIPA BA 29 Tahun 2011, maka
BPTH Bali Nusra memproduksi bibit sebanyak
250.000 batang pada tahun ini. Adapun jenis-jenis
bibit yang diproduksi adalah Mahoni (Swietenia
macrophylla), Intaran (Azadirachta indica), Jati
(Tectona grandis), Sengon (Paraseriantes falcataria), Gmelina (Gmelina arborea), Trembesi
(Samanea saman), Nyamplung (Calophyllum indica), Majegau ((Dysoxylum densiflorum), Kadimbil
(Intsia bijuga), Kenari (Canarium aspermum), Kajimas (Duabanga molucana) Glodok Tiang
(Polyalthia longifolia) dan Kayu Afrika (Maesopsis eminii).

Lokasi Penanaman
Sasaran lokasi kegiatan penanaman
adalah lahan fasilitas umum dan
fasilitas sosial serta hamparan lahan
kosong antara lain turus jalan, halaman
tempat ibadah/pelaba pura, tanah
pekarangan, halaman perkantoran,
sekolah dan pemukiman.
Pola Tanam
Penanaman bibit penghijauan lingkungan dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu sebagai berikut :
1. Tumpangsari
Tumpangsari (interplanting atau mixed
planting) merupakan suatu pola penanaman yang dilaksanakan dengan menanam tanaman
semusim sebagai tanaman sela diantara larikan tanaman pokok (kayu/MPTS). Pola ini biasanya
dilaksanakan di daerah yang pemilikan tanahnya sempit dan berpenduduk padat dengan tanah
yang masih cukup subur dan topografi datar atau landai.
2. Tanaman Tunggal
Tanaman tunggal (monokultur) merupakan pola tanaman sejenis yang mengutamakan produk
tertentu, baik kayu maupun non kayu.
Sesuai dengan kondisi lahan yang ada, maka pola tanam tersebut dapat dikembangkan menjadi :
1. Pola Tanam di Lahan Terbuka
a. Baris dan Larikan Tanaman Lurus
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan tingkat kelerengan datar tetapi tanah peka terhadap erosi. Larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur.
b. Tanam Jalur dengan Pola Tumpangsari
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan tingkat kelerengan datar s/d landai dan tanah tidak
peka terhadap erosi. Larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur, namun
karena menggunakan pola tumpangsari, maka jarak tanaman
antar jalur perlu dibuat lebih lebar.
c. Penanaman Searah Garis Kontur
Pola tanam ini sesuai untuk lahan
dengan tingkat kelerengan agak
curam s/d curam. Penanaman dilakukan dengan system cemplongan.
2. Pola Tanam di Lahan Tegalan
Pada umumnya pada lahan tegalan
sudah terdapat tanaman jenis kayukayuan atau MPTS dan dalam rangka
pengembangan lahan, maka dilakukan pengkayaan tanaman dengan
pola tanam sebagi berikut :
a. Penanaman pengkayaan pada
batas pemilikan lahan
b. Penanaman pengkayaan/sisipan

Anda mungkin juga menyukai