Anda di halaman 1dari 4

APLIKASI GEOMORFOLOGI DALAM PEMBANGUNAN DESA

1. Definisi Desa

Desa atau kampung merupakan kata yang tidak asing lagi bagi kita. Dalam kehidupan sehari-hari
desa sering diartikan sebagai suatu wilayah yang letaknya jauh dari keramaian kota, serta dihuni oleh
sekelompok masyarakat yang sebagian besar mata pencahariannya adalah di sektor pertanian. Ada
kalanya wilayah pedesaan digambarkan sebagai daerah yang masih alami dan sebagian besar
arealnya dimanfaatkan untuk persawahan, ladang, serta kebun penduduk.

2. Unsur-Unsur Desa

Menurut R. Bintarto dalam bukunya “Pengantar Geografi Desa” paling sedikit ada tiga (3) unsur-
unsur desa yang kita ketahui, yaitu: 

 Daerah, suatu wilayah pedesaan pasti memiliki daerah tersendiri dengan berbagai aspeknya
seperti lokasi, luas, bentuk lahan, keadaan tanah, keadaan tata air, dan lain-lain.

 Penduduk, unsur penduduk yang perlu diperhatikan dalam memahami suatu desa antara
lain jumlah, tingkat kelahiran, tingkat kematian, persebaran kepadatan, pertumbuhan,
perbandingan jenis kelamin, mata pencaharian, struktur penduduk menurut umur dan
sebagainya.

 Tata kehidupan, tata kehidupan berkaitan erat dengan adat istiadat, norma-norma yang
berlaku didaerah tersebut, pola pengaturan sistem pergaulan warga masyarakat dan pola-
pola budaya daerah lainnya.

3. Ciri-Ciri Desa

Desa sebagai suatu kesatuan wilayah geografis tentu memiliki ciri-ciri khas yang dapat dibedakan
dengan daerah-daerah lain disekitarnya. Ciri khas tersebut dapat berupa kondisi alamiah ataupun
kondisi penduduknya. Menurut dirjen bangdes ciri-ciri wilayah pedesaan, antara lain:

 Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar, artinya bahwa lahan-lahan di wilayah
pedesaan masih relatif luas dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menepatinya
sehingga kepadatan penduduk masih rendah

 Lapangan kerja yang dominan adalah sektor pertanian (agraris)

 Hubungan antar warga desa masih sangat akrab,

 Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku

Berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan mengembangkan potensi-potensi yang


dimilkinya, desa yang diklasifikasikan menjadi:
 Desa Swadaya atau desa Terbelakang. Desa swadaya dapat diartikan sebagai suatu wilayah
pedesaan dimana hampir seluruh masyarakatnya memenuhi kebutuhannya dengan cara
mengadakan sendiri. Masyarakat yang tinggal di wilayah ini sangat jarang atau bahkan tidak
pernah berhubungan dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuanyang diperolah
sebagai hasil interaksi dengan wilayah lainnya berjalan sangat lamban. Jenis desa ini biasany
terletak di lokasi-lokasi yang terpencil dan belum memiliki prasarana dan sarana transportasi
yang dapat menghubungkan dengan wilayah lainnya.

 Desa Swakarya. Masyarakat desa swakarya sudah lebih maju dibandingkan dengan desa
swadaya. Selain untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, kelebihan produksi yang dihasilkan
penduduk sudah mulai dijual ke daerah lainnya. Uang yang didapat dari hasil penjualan itu
digunakan untuk membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi oleh penduduk setempat.
Jadi pada desa swakarya, masyarakatnya sudah mulai mengadakan kontak atau hubungan
dengan warga daerah lain, walaupun intensitasnya tidak terlalu sering.

 Desa Swasembada atau Desa Maju. Desa swasembada yaitu desa yang sudah mampu
mengembangkan semua potensi yang ada secara optimal. Desa jenis ini ditandai dengan
kemampuan masyarakatnya mengadakan interaksi atau hubungan dengan masyarakat luar,
melakukan tukar menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdagangan), serta
kemampuan masyarakatnya untuk saling mempengaruhi dengan penduduk yang ada
wilayah lain. Dari hasil interaksi ini, masyarakat yang tinggal di desa swasembada mampu
menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki, sehingga proses
pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Dilihat dari kedudukan desa sebagai suatu wilayah hinterland kota, daerah pedesaan berfungsi :

 Wilayah sumber bahan pangan bagi masyarakat kota, sebab sebagian besar lahan di
pedesaan dimanfaat sebagai daerah pertanian, baik pertanian sawah, pertanian lahan
kering seprti sayur mayor dan plawija maupun pertanian hortikultura seperti buah-buahan
dan bunga-bungaan. Produksi pertanian tersebut, selain dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hiupnya sehari-harijuga bisa dipasarkan ke kota.

 Sumber daya manusia pedesaan usai produktif merupakan tenaga kerja. Beraneka ragam
lapangan pekerjaan di wilayah kota banyak menyerap atau membutuhkan tenaga kerja.
Selain itu proses pembangunan fisik di kota seperti pembangunan gedung-gedung,
pembuatan jalan raya atau pembangunan lainnya banyak menyerap tenaga kerja
khususnya tenaga kerja kasar seperti tukan gaji, tukang bangunan, pekerja pabrik dan lain-
lain. Kebutuhan tenaga kerja tersebutseringkali dipenuhi penduduk yang berasal dari
wilayah pedesaan.
 Desa yang memiliki potensi keindahan alam dan kondisinya masih asri jauh dari keramain
kota dan polusi, kebudayaan masyarakat yang unik merupakan gaya tarik sektor
pariwisatayang dapat mengundang para turis dari kota untuk datang berkunjung.
 Desa juga merupakan pusat-pusat industri kecil dan industri kerajinan rakyat, seperti
industri pengelolahan minuman dan makanan khas daerah, pengolahan hasil-hasil
pertanian rakyat.
Produksi dari sector industri ini seringkali di pasarkan di wilayah kota.
Pengaruh Lingkungan Geografis Terhadap Sosialisasi Desa

Kehidupan penduduk desa sangat erat. Mereka merupakan suatu face to face group atau


saling mengenal dengan baik. Perasaan sosialnya, hubungan sosialnya sangat akrab. Dari segi
geografi dapat diajukan beberapa sebab, antara lain:

 Pengaruh hubungan fisis


 Pengaruh lingkungan sosial
 Pengaruh lingkungan kultur (bentang alam budidaya)

Pengaruh lingkungan fisis.Pengaruh kebudayaan disebabkan juga karena pengaruh-pengaruh


geografis. Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam kehidupan desa disebabkankarena adanya
bermacam-macam lokasi. Faktor lokasi ini menentukan corak  iklim: seperti daerah iklim basah,
daerah iklim panas, iklim arctik dan sebagainya. Tiap-tiap penduduk dalam daerah iklim tertentu
mempunyai habit dan aktivitas ekonomi yang dapat dikatakan sama. Lokasi morfologis sangat
mempengaruhi human behavior. Human Behavior di daerah daratan, di daerah pegunungan
ditentukan oleh topografi dan morfologi daerah itu. Bencana alam yang menimpa warga desa
dihadapi dan dialami bersama, sehingga menimbulkan pengalaman yang sama.

Irama musim yang menyimpang betul-betul mendatangkan banyak kesulitan ekonomi dan ini
dialami oleh seluruh warga desa dan harus diatasi bersama.Jadi kebahagiaan dan kesedihan yang
ditimbulkan oleh alam dirasakan bersama. Faktor-faktor ini yang menimbulkan eratnya kehidupan
bersama.

Jumlah penduduk desa yang tidak besar, transportasi yang sederhana dan jarak rumah yang agak
berjauhan menimbulkan seolah-olah adanya suatu isolasi, sehingga frekuensi kontak sosial tidak
besar. Oleh karenanya kemajuan-kemajuan tidak pesat dan ini menyebabkan stratifikasi sosial tidak
begitu rumit dan tidak menunjukkan perbedaan sosial yang menyolok.

Pengaruh lingkungan sosial.Pengaruh terhadap kehidupan sosial di desa sesudah lingkungan fisis
ialah lingkungan sosial yang timbul dari pengaruh group dan individu. Pengaruh dariprimary
group atau  face to face  group  dapat menimbulkan keseragaman atau integritas sifat-sifat
perorangan, jika dibanding dengan pengaruh dari  secondary group.

Individu dalam group itu dapat saling menghormati, saling bersimpati, saling bekerjasama.
Homogenitas dalam struktur sosialnya tidak banyak menimbulkan differensiasi sosial, di kota
berbeda keadaanya.Perasaan senasib banyak terdapat di desa sehingga menimbulkan solidaritas dan
tersebar merata. Mobilitas sosial di desa  berlaku dalam skala yang sempit dan prosesnya lambat,
sehingga perubahan-perubahan status sosial tidak cepat dan tidak menimbulkan masalah sosial yang
ekstrim. Jadi faktor-faktor lingkungan sosial ini juga berpengaruh terhadap eratnya pergaulan dan
tebalnya rasa sosial di desa.
Contoh dari Aplikasi geomorfologi dalam lingkungan yaitu pemanfaatan ilmu geomorfologi
dalam perencanaan suatu pembangunan pedesaan pada suatu wilayah agar seminim
mungkin mengalami resiko geomorfologikal. Dalam hal ini geomorfologi berperan memilih
dan menentukan suatu wilayah yang tepat untuk dijadikan sebagai lahan permukiman. Hal
tersebut dapat ditentukan dengan mempelajari terlebih dahulu bagaimana morfologi suatu
wilayah tersebut, termasuk bentukanlahan apa, hasil proses geomorfologi apa, apa proses
geomorfologi intensif yang bekerja, dan apa batuan penyusun bentuklahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai