Anda di halaman 1dari 16

FISDAS III

Michael Leonardo
21110120140170
GRAVITASI
8.17 PANJANG BULAN KALENDER HIJRIYAH
KALENDER HIJRIAH

Merupakan penentuan tanggal atau bulan yang berkaitan


dengan ibadah dan hari-hari penting lain umat Islam.

Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam,


Kalender Hijriah juga digunakan sebagai sistem penanggalan
sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan
sebagai acuannya.
SISTEM KALENDER HIJRIAH
Pergerakan Bulan

Ada dua macam pergerakan bulan:

1. Siderial month : periode yang dibutuhkan bulan untuk berputar 360°

mengelilingi bumi, lamanya 27,321 hari.

2. Synodic month : periode antara satu bulan baru dengan bulan baru

lainnya, lamanya 29,53059 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik.

Ada perbedaan sekitar 2 hari dengan siderial month karena bumi juga

berevolusi terhadap matahari pada arah yang sama, sehingga untuk

mencapai konjungsi berikutnya memerlukan tambahan waktu.


Dari kedua fase tersebut, yang umum digunakan dalam penentuan Kalender Hijriah adalah
synodic month.

Arah revolusi bulan terhadap bumi sama dengan arah revolusi bumi terhadap matahari, dari
Barat ke Timur. Akibat dari revolusi bulan ini dan kombinasinya dengan revolusi bulan
mengelilingi matahari, penduduk bumi dapat menyaksikan berbagai macam fase bulan,
mulai dari bulan baru, bulan separuh, sampai klimaksnya pada fase bulan purnama
kemudian bulan mati dan akan kembali lagi ke titik awal revolusi, dimulai lagi dari fase bulan
baru.

Setiap bulan, terjadi peristiwa konjungsi (ijtimak), dimana matahari, bulan dan bumi berada
dalam satu garis bujur yang sama, dilihat dari arah timur maupun barat. Peristiwa penting
inilah yang menjadi patokan awal bulan baru, meskipun tidak semua aliran menjadikan
konjungsi sebagai tanda dimulainya awal bulan.
METODE KALENDER HIJRIAH

Menurut hisab urfi, dalam kalender hijriah ada 354 hari. Namun sebenarnya,
perputaran bulan hakiki selama satu tahun adalah 354,367 hari atau 354 hari 8
jam 44 menit 35 detik (Periode sideris 29,53059 x 12 = 354,367) Tentunya
manusia tidak mungkin menggunakan kalender dengan sisa 0,367 hari tersebut,
maka:

1. Peredaran bulan sinodis: 29 menit 12 jam 44 menit 2,8 detik. Angka 2,8 detik
diabaikan karena sangat kecil sehingga tidak berarti. Dengan demikian, rata-rata
hari dalam satu tahun adalah:
29,5 hari x 12 = 354 hari
44 menit x 12 = 528 menit
Jadi, dalam setahun ada 354 hari 528 menit
2. Berhubung manusia tidak mungkin menggunakan kalender dengan jumlah
hari 0,5 maka untuk menyiasatinya bilangan pecahan 29,5 hari tersebut dikalikan
dengan 2 sehingga menjadi 59 hari (hitungan 2 bulan). 30 hari diberikan kepada
bulan ganjil, 29 hari diberikan kepada bulan genap. Sehingga, dalam satu tahun
ada 6 bulan yang berjumlah hari 29 dan 6 bulan yang berjumlah hari 30. Apabila
dijumlahkan maka akan didapatkan angka 354 hari (jumlah hari dalam satu tahun
hisab urfi).

3. Terdapat sisa 44 menit setiap bulan yang akan menjad 528 menit setiap tahun.
Dalam waktu 3 tahun, jumlah ini akan menjadi 1 hari lebih (528 x 3 = 1548 menit,
1 hari = 1440 menit). Dalam siklus 1 daur (30 tahun) -1 daur dipilih 30 tahun
karena apabila 0,367 hari yang merupakan sisa hari setiap tahun dikalikan
dengan 30 tahun akan menghasilkan 11,01 hari (dengan angka di belakang koma
terkecil)- akan menjadi 15480 menit atau genap 11 hari (15480 : 1440 = 11). Sisa
11 hari tersebut didistribusikan ke dalam tahun-tahun selama 1 daur (30 tahun).
Masing-masing akan mendapatkan 1 tahun.
8.18 TAHUN HIJRIYAH DAN TAHUN MASEHI
PENGERTIAN

Tahun Masehi adalah tahun yang penanggalannya dimulai semenjak


kelahiran Nabi Isa Al Masih as sehingga disebut (Masehi; Masihi).
Tahun Hijriah adalah tahun orang Islam karena dihitung sejah hijrahnya
Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.
PENGERTIAN SECARA GEOGRAFIS

Tahun Masehi adalah tahun yang dasar perhitungan bilangan tahun


berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari atau revolusi bumi yaitu
365 hari 5 jam 48 menit dan 46 detik.
Tahun Hijriah adalah tahun yang dasar perhitungannya berdasarkan
peredaran bulan mengelilingi bumi atau revolusi bulan yaitu 354 hari.
PERBEDAAN

1.Penentuan tanggal. Pada kalender Masehi sebuah hari atau tanggal


dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat sedangkan pada sistem
kalender hijriah dimulai ketika matahari terbenam di daerah setempat.
2.Nama bulan. Bulan pada tahun Masehi terdiri dari Januari, Februari,
Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November dan
Desember. Sedangkan pada tahun Hijriah terdiri dari Muharram, Shafar,
Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban,
Ramadhan, Syawwal, Zulqaidah, Zulhijjah.
3.Nama hari. Hari pada tahun Masehi terdiri dari Minggu, Senin, Selasa, Rabu,
Kamis, Jumat, Sabtu. Sedangkan hari pada tahun Hijriah dinamai Ahad, Itsnayn,
Tsalaatsa’, Arba’aa, Khamsatun, Jumu’ah, Sabat.
4.Penanggalan penting. Tanggal-tanggal penting pada tahun Masehi diantaranya
1 Januari sebagai Tahun Baru Masehi, 22 April sebagai Wafatnya Isa AlMasih, 2
Juni Kenaikan Isa Al Masih dan lain-lain. Sedangkan tanggal penting pada tahun
Hijriah diantaranya 1 Muharram sebagai Tahun Baru Hijriah, 10 Muharram
sebagai Hari Asyura, 12 Rabiul Awal sebagai Maulud Nabi Muhammad SAW, 1
Syawal Hari Raya Idul Fitri dan lain-lain.
HISAB DAN RUKYAT

Rukyat yaitu aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati


penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah bulan baru
(ijtima). Rukyat bisa diterapkan dengan mata telanjang, atau dengan alat
bantu optik seperti teleskop.Apabila hilal terlihat, karenanya pada petang
tersebut telah memasuki tanggal 1.
Sedangkan Hisab yaitu memainkan perhitungan untuk menentukan posisi
bulan secara matematis dan astronomis. Hisab yaitu alat bantu untuk
mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan
baru) bisa terlihat. Hisab seringkali diterapkan untuk menolong sebelum
memainkan rukyat.
Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan
dengan ibadah, seperti bulan Ramadan (yakni umat Islam menjalankan puasa
ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri),
serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari
Raya Idul Adha). Penentuan kapan hilal bisa terlihat, menjadi motivasi ketertarikan
umat Islam dalam astronomi. Ini menjadi cela satu pendorong mengapa Islam
menjadi cela satu pengembang awal ilmu astronomi sebagai sains, lepas sama sekali
dari astrologi pada 100 tahun pertengahan.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, yaitu harus
dengan benar-benar memainkan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal).
Sebagian lainnya berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan
memainkan hisab (perhitungan matematis), tanpa harus benar-benar mengamati
hilal. Cara hisab juga mempunyai berbagai kriteria penentuan, sehingga seringkali
menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat hadirnya perbedaan
hari memainkan ibadah seperti puasa Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.

Anda mungkin juga menyukai