Anda di halaman 1dari 22

Kalender, tarikh, atau penanggalan adalah sebuah sistem untuk memberi nama pada sebuah periode

waktu (seperti hari sebagai contohnya). Nama-nama ini dikenal sebagai tanggal kalender. Tanggal ini
bisa didasarkan dari gerakan-gerakan benda angkasa seperti matahari dan bulan. Kalender juga dapat
mengacu kepada alat yang mengilustrasikan sistem tersebut (sebagai contoh, sebuah kalender dinding).

Sistem Kalender Sunting

Artikel utama: Sistem Kalender

Kalender yang digunakan secara umum ialah kalender solar, kalender lunar, kalender lunisolar, dan
kalender persetujuan.

Kalender Lunar adalah kalender yang disesuaikan dengan pergerakan Bulan (fase bulan); contohnya
ialah Hijriah.

Kalender Solar adalah kalender yang di dasarkan dari musim dan pergerakan Matahari. Contohnya ialah
Kalender Persia, dan Kalender Romawi.

Kalender Lunisolar adalah kalender yang disesuaikan dengan pergerakan bulan dan matahari, seperti
Kalender Bali, Kalender Yahudi, dan Kalender Tionghoa sebagai contohnya.

Kalender Persetujuan adalah Kalender yang tidak disesuaikan dengan Bulan dan Matahari, contohnya
adalah hari dan minggu Julian yang digunakan oleh pakar bintang.

Ada juga kalender yang tampaknya disesuaikan dengan pergerakan Venus, seperti beberapa Kalender
Mesir Kuno. Kalender ini juga tampaknya sering dipakai di peradaban dekat khatulistiwa.

Kalender Solar Sunting

Kalender yang menggunakan musim dan Revolusi Bumi mengitari Matahari disebut Kalender Solar.
Kalender Solar dipakai oleh bangsa Romawi dan sistem perhitungannya digunakan dalam Kalender
Julian.
Hari yang digunakan oleh Kalender Solar Sunting

Hari yang digunakan oleh Kalender Solar ada 7, yaitu:

Ahad

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jum'at

Sabtu

Kalender Romawi Sunting

Bulan Romulus Numa Julian I Julian II Gregorian

Indonesia Latin Lama (hari)

Januari Ianuarius 29 31 29 31

Februari Februarius 28 29 (30) 28 (23/24) 28 (29)

Interkalari Mercedonius/Intercalaris 0 (27)

Maret Martius 31 31 30 31 31

April Aprilis 30 29 30 29 30

Mei Maius 31 31 31 31 31

Juni Iunius 30 29 31 29 30

Juli Quintilis [1] 31 31 31 31 31

AgustusSextilis 30 29 30 29 31

September September[2] 30 29 30 29 30

Oktober October 31 31 30 31 31

November November 30 29 31 29 30
Desember December 30 29 30 29 31

Total 304 355 364/365 355/377-378 365/366

Kalender Julian dan Gregorian Sunting

Sejak masa pemerintahan seorang kaisar Romawi yang bernama Julius Caesar, atas saran seorang
astronom bernama Sosigenes dari Alexandria, Julius Caesar mengubah jumlah hari dalam setiap bulan
yang ada untuk memasukkan perhitungan tahun kabisat. Kalender Julius Caesar ini disebut juga sebagai
Kalender Julian. Kalender Gregorian adalah kalender Masehi yang ditetapkan Paus Gregorius XIII pada
tahun 1582. Merupakan koreksi atas Kalender Julian yang berlaku sejak 47 SM. Yang berbeda hanya
peraturan tahun kabisat-nya saja.

Perbaikan kedepan Sunting

Pelajari selengkapnya

Bagian ini memerlukan pengembangan.

Kalender Lunar Sunting

Kalender Lunar adalah kalender yang berpedoman pada revolusi Bulan terhadap Bumi. Satu putaran
kalender lunar sama dengan 12 putaran revolusi Bulan. Revolusi Bulan berlangsung selama 29 hari 12
jam 44 menit 9 detik. Sehingga 1 tahun lunar sama dengan 354 hari 10 jam 49 menit 48 detik atau
354,45125 hari (lebih singkat 10 hari 17 jam 4 menit 37 detik atau 10,711539351 hari daripada kalender
solar).

Kalender Fiskal Sunting

Pelajari selengkapnya

Bagian ini memerlukan pengembangan.

Kalender yang dipakai saat ini Sunting

Pelajari selengkapnya

Bagian artikel ini perlu dirapikan. Bantulah kami untuk melakukannya.

Kalender Kibti/Qibti Sunting

Kalender ini adalah kalender Bangsa Mesir, dan saat ini masih terpakai secara rahasia oleh
supranaturalis/paranormal Indonesia. Kalender ini punya banyak fungsi, yaitu untuk mengetahui kapan
seseorang wafat, lahir, sembuh, dsb. Contohnya, dalam kitab karangan guru besar Abu Hayillah Al-
Marzuki disebutkan bahwa jika orang Pisces atau HUT yg sakit mulai hari Sabtu bulan Kahik maka
pertanda akan wafat. Dan memang ilmu falak dalam kitab ini berlandaskan juga kepada kalender ini dan
kalender Rum atau Romawi.

Perhitungan tahun dan awal tahun Sunting

Awal tahun dimulai tanggal 12 September yang terdekat. Dan tahunnya adalah tahun masehi -283. Misal
tahun 2008. Maka 2008-283=1725. Jadi tahun 2008 M adalah tahun 1725 Qibti, yg mana awal tahun
1725 dimulai dari 12 September 2008.

Nama bulan dan hari Sunting

Jumlah bulannya 13, yaitu Tutin, Babah, Hatur, Kahik, Tubah, Amsyir, Burmahat, Burmadah, Basnas,
Buknah, Abib, Misri, Ayam Nasa'. Dari Tutin ke Misri masing-masing jumlah harinya 30 hari. Dan Ayam
Nasa' lamanya 5 atau 6 hari. Enam hari untuk tahun kabisat. Nama hari adalah Ahad sampai Sabtu (7
hari).

Kalender Julian, Kalender Gregorian, dan Hari Julian Sunting

Pada kalender Julian, satu tahun secara rata-rata didefinisikan sebagai 365,25 hari. Angka 365,25 dapat
dinyatakan dalam bentuk (3×365 + 1×366)/4. Karena itu dalam kalender Julian, terdapat tahun kabisat
setiap 4 tahun. Kalender Julian berlaku sampai dengan Kamis-4 Oktober 1582 M. Paus Gregorius XIII
mengubah kalender Julian dengan menetapkan bahwa tanggal setelah Kamis-4 Oktober 1582 M adalah
Jumat-15 Oktober 1582 M. Jadi, tidak ada tanggal 5-14 Oktober 1582. Sejak 15 Oktober 1582 M itulah
berlaku kalender Gregorian.

Banyaknya hari dalam tahun kabisat (leap year) adalah 366 hari, sedangkan dalam tahun biasa (common
year) adalah 365 hari. Pada kalender Julian, tahun kabisat di mana bulan Februari terdiri dari 29 hari
dirumuskan sebagai tahun yang habis dibagi 4. Contoh tahun kabisat pada kalender Julian adalah tahun
4, 100, 400. Untuk tahun negatif, ada perbedaan antara sejarawan dan astronom dalam penomoran
tahun. Bagi sejarawan, hitungan mundur tahun sebelum tahun 1 adalah tahun 1 SM, 2 SM, 3 SM, dan
seterusnya. Sementara menurut astronom hitungan mundur tahun sebelum tahun 1 adalah tahun 0, -1,
-2 dan seterusnya. Sebagai contoh, tahun -45 sama dengan tahun 46 SM. Adapun tahun kabisat (leap
year) yang habis dibagi 4 untuk tahun negatif dirumuskan secara astronomis. Jadi yang termasuk tahun
kabisat adalah tahun 8, 4, 0, -4, -8, -12 dan seterusnya.
Dalam kalender Gregorian, definisi tahun kabisat yang habis dibagi 4 sedikit mengalami perubahan. Jika
suatu tahun habis dibagi 4 tetapi tidak habis dibagi 100, termasuk tahun kabisat. Contohnya, tahun
1972, 2012, 2468 termasuk tahun kabisat. Jika suatu tahun habis 100, tetapi tidak habis dibagi 400,
maka tahun tersebut bukan tahun kabisat. Jika habis dibagi 400, termasuk tahun kabisat. Jadi, tahun
1700, 1800, 1900 bukan tahun kabisat, sedangkan tahun 1600, 2000, 2400 termasuk tahun kabisat.

Terjadinya perubahan kalender Julian menjadi kalender Gregorian disebabkan adanya selisih antara
panjang satu tahun dalam kalender Julian dengan panjang rata-rata tahun tropis (tropical year). Satu
tahun kalender Julian adalah 365,2500 hari. Sementara panjang rata-rata tahun tropis adalah 365,2422
[2]. Berarti dalam satu tahun terdapat selisih 0,0078 hari atau hanya 11 menit 14 detik. Namun, selisih
ini akan menjadi satu hari dalam jangka 128 tahun. Jadii dalam ratusan atau ribuan tahun, selisih ini
menjadi signifikan hingga beberapa hari. Jika dihitung dari tahun 325 M (saat Konsili Nicea menetapkan
musim semi atau ''vernal equinox'' jatuh pada 21 Maret) sampai dengan tahun 1582, terdapat selisih
sebanyak (1582-325)×0,0078 hari=9,8 hari atau hampir 10 hari. Dan ini dibuktikan dengan musim semi
pada tahun 1582 M, di mana vernal equinox jatuh pada tanggal 11 Maret, bukan sekitar tanggal 21
Maret seperti biasanya. Karena itulah, saat kalender Gregorian ditetapkan, tanggal melompat sebanyak
10 hari. Tanggal setelah 4 Oktober 1582 bukan 5 Oktober tetapi 15 Oktober 1582.

Dalam kalender Gregorian, panjang rata-rata satu tahun adalah 365,2425 hari yang mana cukup dekat
dengan rata-rata tahun tropis sebesar 365,2422 hari. Selisihnya dalam setahun adalah 0,0003 hari, yang
berarti akan terjadi perbedaan satu hari setelah sekitar 3300 tahun. Sebagai perbandingan, dalam
kalender Islam yang menggunakan peredaran bulan, rata-rata satu bulan sinodik adalah 29,530589 hari
[3]. Dalam kalender Islam secara aritmetika (bukan hasil observasi/rukyat), dalam 30 tahun (360 bulan)
terdapat 11 tahun kabisat (355 hari) dan 19 tahun biasa (354 hari). Rata-rata hari dalam satu bulan
adalah (11 X 355 + 19 X 354)/360 = 29,530556 hari. Dengan demikian dalam satu bulan, selisih antara
satu bulan sinodik dengan satu bulan aritmetik adalah 0,000033 hari. Selisih ini akan menjadi satu hari
setelah kira-kira 30000 bulan atau 2500 tahun.

Adanya perubahan dari kalender Julian menjadi Gregorian membuat kesulitan tersendiri untuk
membandingkan peristiwa astronomis yang terpisah dalam jangka waktu cukup lama. Untuk mengatasi
masalah ini, diperkenalkan Hari Julian. Hari Julian (JD) didefinisikan sebagai banyaknya hari yang telah
dilalui sejak hari Senin-1 Januari tahun 4713 SM (sebelum Masehi) pada pertengahan hari atau pukul
12:00:00 UT (Universal Time) atau GMT. Perlu diingat, tahun 4713 SM tersebut sama dengan tahun
-4712.

JD 0 = 1 Januari -4712 12:00:00 UT = 1,5 Januari -4712 (karena pukul 12 menunjukkan 0,5 hari)
JD 0,5 = 2 Januari -4712 00:00:00 UT

JD 1 = 3 Januari -4712, dan seterusnya

4 Oktober 1582 M = JD 2299159,5

15 Oktober 1582 M = JD 2299160,5

Jika JD berkaitan dengan waktu yang dihitung menurut Dynamical Time (TD, bukan DT) atau Ephemeris
Time, biasanya digunakan istilah Julian Ephemeris Day (JDE, bukan JED). Sebagai contoh

17 Agustus 1945 UT = JD 2431684,5

27 September 1974 TD = JDE 2442317,5

Dalam ilmu hisab astronomis kontemporer, pemahaman terhadap Julian Day sangat penting. Julian Day
menjadi syarat kita dapat menghitung posisi benda bulan, matahari dan planet-planet yang selanjutnya
dipakai untuk menentukan bulan baru, waktu salat, dll. Julian Day juga menjadi dasar untuk
menentukan fenomena alam seperti menentukan kemiringan orbit rotasi bumi, menghitung kapan
terjadinya ekuinoks dan solstice, dan sebagainya.

Rumus hari Julian: {\displaystyle JD=1720994,5+INT(365,25*Y)+INT(30,6001(M+1))+B+D} {\displaystyle


JD=1720994,5+INT(365,25*Y)+INT(30,6001(M+1))+B+D}

Keterangan umum:

JD = hari Julian

Y = tahun di mana Y >= -4712

M = bulan di mana M > 2

D = hari

untuk B sebagai berikut:

kalender gregorian

{\displaystyle A=INT(Y/100)danB=2+INT(A/4)-A} {\displaystyle A=INT(Y/100)danB=2+INT(A/4)-A}


kalender julian

A tidak perlu dihitung serta B = 0

Keterangan khusus:

Jika M = 1 atau 2 maka M diganti M+12 serta Y diganti Y-1

Untuk INT (diakronimkan yaitu integer) di mana bilangan pecahan dibulatkan menjadi diatas tanpa
dilihat bertanda. Contoh: INT(12) = 12, INT(3,57) = 3, INT(-4,7) = -5 (bukan -4), INT(-25,79) = -26, dsb.

Soal : Hitunglah Julian Day untuk hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945. Jawab :

D= 17. M = 8. Y = 1945.

A = INT(1945/100) = INT(19,45) = 19.

B = 2 + INT(19/4) - 19 = 2 + 4 - 19 = -13.

JD = 1720994,5 + INT(365,25 X 1945) + INT(30,6001 X 9) + (-13) + 17 = 2431684,5.

17 Agustus 1945 = JD 2431684,5.

Soal : Hitunglah Julian Day saat terjadi Nabi Muhammad SAW melakukan puasa pertama pada tanggal
26 Februari 624 M.

Jawab :

Karena M = 2, maka M diubah menjadi 14 dan Y menjadi 623.

Karena termasuk kalender Julian, B = 0.

JD = 1720994,5 + INT(365,25 X 623) + INT(30,6001 X 15) + 0 + 26 = 1949029,5.

26 Februari 624 M = JD 1949029,5.

Waktu dalam jam, menit dan detik dapat pula dimasukkan ke dalam pecahan hari. Karena 1 hari = 24
jam, 1 jam = 60 menit dan 1 menit = 60 detik, maka Pecahan hari = (jam X 3600 + menit X 60 +
detik)/86400.
Soal : Bulan baru (newmoon) terjadi pada hari Sabtu, 1 Januari 2962 SM pukul 19:47:04 TD. Carilah JDE.

Jawab : Dari data asal diketahui M = 1 dan Y = -2961. Karena itu M berubah menjadi 13 dan Y = -2962. D
= 1 + (19 X 3600 + 47 X 60 + 4)/86400 = 1,82435. B = 0. Jadi JDE = 1720994,5 + INT(365,25 X -2962) +
INT(30,6001 X 14) + 0 + 1,82435 = 1720994,5 - 1081871 + 428 + 1,82435 = 639553,32435. 1 Januari 2962
SM pukul 19:47:04 TD = JDE 639553,32435.

Nama hari dapat ditentukan dengan mudah dengan menggunakan JD. Perlu diketahui, pergantian hari
terjadi pada pukul 00:00:00 di mana JD mengandung angka xxxxxxx,5. Tambahkan JD dengan 1,5, lalu
dibagi 7. Sisanya ditambah 1 menunjukkan nomor hari, di mana nomor hari = 1 adalah hari Ahad, nomor
hari 2 hari Senin, dan seterusnya hingga nomor hari 7 menunjukkan hari Sabtu.

Soal : Tentukan hari apakah tanggal 17 Agustus 1945. Jawab : JD untuk tanggal 17 Agustus 1945 adalah
2431684,5. JD + 1,5 = 2431686, yang selanjutnya jika dibagi 7 akan bersisa 5. Nomor hari = 5 + 1 = 6. 17
Agustus 1945 adalah hari Jumat.

JD dapat pula digunakan untuk menentukan selang waktu antara 2tanggal. Soal : Tentukan selang waktu
antara 2 gerhana matahari total yang terjadi pada tanggal 11 Juli 2010 dan 13 November 2012. Jawab :
JD untuk kedua tanggal tersebut masing-masing adalah 2455388,5 dan 2456244,5. Selisih antara tanggal
11 Juli 2010 dan 13 November 2012 adalah 856 hari.

Jika paparan di atas adalah mengubah tanggal menjadi JD, maka kini akan disajikan sebaliknya. Metode
untuk mengubah JD menjadi tanggal adalah sebagai berikut.

JD1 = JD + 0,5. Z = INT(JD1). F = JD1 - Z. Jika Z < 2299161, maka A = Z. Adapun jika Z >= 2299161,
hitunglah AA = INT((Z - 1867216,25)/36524,25) dan A = Z + 1 + AA - INT(AA/4). Selanjutnya B = A + 1524.
C = INT((B - 122.1)/365,25). D = INT(365,25*C). E = INT((B - D)/30,6001).

Tanggal (termasuk juga dalam bentuk desimal) dapat dihitung dari B - D - INT(30,6001*E) + F.
Bulan M dapat dihitung sebagai berikut. Jika E = 14 atau 15, maka M = E - 13. Jika E < 14, maka M = E - 1.

Tahun Y dapat dihitung sebagai berikut. Jika M = 1 atau 2, maka Y = C - 4715. Jika M > 2, maka Y = C -
4716.

Soal : Tentukan tanggal bulan dan tahun untuk JD = 2457447,9505. Jawab : JD1 = 2457448,4505. Z =
2457448 dan F = 0,4505. Karena Z > 2299161 maka AA = INT((2457448 - 1867216,25)/36524,25) = 16. A
= 2457448 + 1 + 16 - INT(16/4) = 2457461. B = 2458985. C = INT((2458985 - 122.1)/365,25) = 6731. D =
INT(365,25 X 6731) = 2458497. E = INT((2458985 - 2458497)/30,6001) = 15. Tanggal = 2458985 -
2458497 - INT(30,6001 X 15) + 0,4505 = 29,4505.

Angka desimal pada tanggal tersebut adalah 0,4505 hari yang jika dikonversikan ke dalam waktu
menjadi pukul 10:48:43,2. Karena E = 15, maka Bulan M = 15 - 13 = 2 atau Februari. Karena M = 2, maka
Tahun Y = 6731 - 4715 = 2016. Jadi JD 2457447,9505 = 29 Februari 2016 pukul 10:48:43,2. hijriyah

Ada empat kalender yang berlaku di negara kita; kalender Masehi, Hijriyah, Tiongkok, dan Jawa. Di
antara empat kalender tersebut, yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yakni
Kalender Masehi atau yang disebut Anno Domini (AD) dalam bahasa Latin. Tak hanya di Indonesia saja,
Kalender Masehi juga digunakan sebagian besar masyarakat dunia.

Jika dihitung dengan penanggalan Masehi, saat ini kita akan memasuki tahun 2020. Berarti, 2020 yang
lalu adalah awal mula penanggalan Masehi berlaku di dunia. Medangkan masa sebelum itu disebut
Sebelum Masehi (SM) atau Before Christ (BC) di bahasa Inggris. Kira-kira bagaimana ya sejarah dan asal-
usul kalender Masehi? Berikut penjelasannya.
Sumber: heavyangloorthodox.blogspot.com

Perlu kamu tahu, kalender Masehi merupakan penanggalan atau penomoran yang mengacu pada
kalender Julian dan Gregorian. Kelahiran Yesus Kristus jadi tolak ukur penanggalan pada kalender
tersebut. Pada tahun 527 M, Kaisar Justinian yang merupakan pemimpin Romawi, memerintahkan
Rhabib Katolik Dionisius Exoguus untuk membuat perhitungan tahun berdasarkan kelahiran Yesus
Kristus. Atas perintah Justinian, Dionisius pun akhirnya membuat kalender yang masih kita pakai hingga
saat ini. Perhitungan tahun pada kalender tersebut dinamakan Masehi, merujuk pada Nabi Isa atau
Yesus Kristus atau Mesias.

Anno Domini (AD) merupakan sebutan kalender Masehi di bahasa Latin, sedangkan di bahasa Inggris
lebih dikenal dengan sebutan Common Era (CE). Penanggalan Masehi dihitung dengan ilmu astrologi,
yakni berdasarkan pergerakan benda-benda langit, terutama bulan, bumi, dan matahari. Konon katanya,
ilmu astrologi pertama kali dipelajari oleh masyarakat Mesir kuno sekitar tahun 1000 SM.

Awalnya orang Mesir Kuno menggunakan astrologi untuk meramal. Bangsa Babilonia Kuno kemudian
mengambil alih perkembangan ilmu astrologi dari Mesir. Mereka menciptakan suatu sistem astrologi
yang kini kita kenal sebagai rasi bintang. Lalu sekitar tahun 600-200 SM, bangsa Babilonia mulai
menggunakan ilmu astrologi untuk menghitung penanggalan hari.

Ilmu astrologi yang dikembangkan bangsa Mesir dan Babilonia kuno kemudian dipelajari oleh para
pendeta dan cendikiawan Romawi. Nama-nama bulan di kalender masehi sangat erat kaitannya dengan
dewa bangsa Romawi kuno. Misalnya, dewa Martius, Maius, dan dewi Juno digunakan sebagai nama
bulan Maret, Mei, dan Juni.

Kalender Masehi sangat kental dengan sejarah kaum Nasrani. Meski demikian, seiring berjalannya
waktu, masyarakat dunia memandangnya sebagai penanggalan umum, tanpa unsur religi di dalamnya.
EDUCATE AND INSPIRE

di mulai dari satu langkah kecil kita sekarang menentukan seperti apa masa depan yang akan kita raih
esok, ayo hobbi membaca !

Makalah Kalender dan penanggalan Islam

Februari 06, 2017

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kalender atau penanggalan, adalah suatu cara yang teratur dan disepakati untuk menandai unsur
rentang waktu yang tidak terbatas dalam daur dan hukum tertentu. Kegunaannya adalah untuk
menentukan daur musim, kegiatan religious, dan sebagainya. Bulan merupakan satuan waktu,
digunakan dalam kalender .

Secara umum sebuah system kalender menetapkan awal penentuan kurun dan mempunyai system
(penetapan) pembagian waktu. Misalnya kesepakatan tentang dimulainya hari baru, selang waktu satu
hari, panjang siklus satu hari dari kala satu bulan. Berikut ini diperkenalkan contoh-contoh kalender atau
penanggalan yaitu kalender Qamariyah , kalender Syamsiyah, dan kalender Gregorian.

2.2 Macam-macam Kalender

1. Kalender Qamariyah

Penanggalan Qomariah disebut juga penanggalan Hijriah (penanggalan Islam) adalah sistem
penanggalan yang didasarkan atas peredaran bulan (qomariyah). Pemberian nama yang lebih populer
adalah Kalender Hijriah. Tahun dalam penanggalan Islam atau Hijriah diawali dengan bulan Muharram
dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah. Diantaranya terdapat bulan Shafar, Rabiul Awwal, Rabiul Akhir,
Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, dan Dzulko’dah. Sistem penanggalan
Islam dihitung sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya dari Mekkah
ke Madinah, atas perintah Tuhan. Oleh karena itulah kalender Islam disebut juga sebagai kalender
Hijriah. Di barat kalender Islam biasa dituliskan dengan A.H, dari latinnya Anno Hegirae. Peristiwa hijrah
ini bertepatan dengan 15 Juli 622 Masehi. Jadi penanggalan Islam atau Hijriah (1 Muharram 1 Hijriah)
dihitung sejak terbenamnya Matahari pada hari Kamis, 15 Juli 622 M.

Walaupun demikian, penanggalan dengan tahun hijriah ini tidak langsung diberlakukan tepat pada saat
peristiwa hijrahnya nabi saat itu. Kalender Islam baru diperkenalkan 17 tahun (dalam perhitungan tahun
masehi) setelah peristiwa hijrah tersebut pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Tepatnya
pada tahun ke-empat ia berkuasa, yakni hari Kamis, 8 Rabi’ul Awwal 17 H.

Kalender dengan 12 bulan sebetulnya telah lama digunakan oleh Bangsa Arab jauh sebelum diresmikan
oleh khalifah Umar, tetapi memang belum ada pembakuan perhitungan tahun pada masa-masa
tersebut. Peristiwa-peristiwa penting biasanya hanya dicatat dalam tanggal dan bulan. Kalaupun
tahunnya disebut, biasanya sebutan tahun itu dikaitkan dengan peristiwa penting yang terjadi pada
masa itu. Misalnya tahun gajah, dan lain sebagainya. Secara umum kalender Hijriah digunakan untuk
penjadwalan hari penting umat Islam misalnya hari untuk memulai dan mengakhiri ibadah puasa
Ramadhan dan menunaikan ibadah haji.

Pada system penanggalan Hijriah pergantian bulan barunya adalah berdasarkan pada penampakan hilal,
yaitu bulan sabit terkecil yang dapat diamati dengan mata telanjang maupun dengan bantuan alat. Hal
ini tidak lain disebabkan penanggalan Hijriah adalah penanggalan yang berdasarkan pada siklus sinodis
bulan dalam sistem penanggalannya (lunar calendar), yaitu siklus dua fase bulan yang sama secara
berurutan.
Satu bulan dalam sistem penanggalan Hijriah terdiri antara 29 dan 30 hari, sesuai dengan rata-rata siklus
fase sinodis Bulan 29,53 hari. Menurut perjanjian, pada praktek penanggalan Hjriah, satu bulan biasanya
terdiri atas 29 atau 30 hari. Dan Satu tahun dalam kalender Hijriah adalah 12 x siklus sinodis bulan, yaitu
354 hari dan 355 hari untuk tahun kabisat. Itulah sebabnya kalender Islam lebih pendek sekitar sebelas
hari dibandingkan dengan kalender masehi dan kalender lainnya yang berdasarkan pada pergerakan
semu tahunan matahari (solar calendar). Karena ini pula bulan-bulan dalam sistem penanggalan Islam
tidak selalu datang pada musim yang sama.

Dalam penanggalan Hijriah, hari baru berawal setelah Matahari terbenam dan berlangsung sampai saat
terbenamnya Matahari keesokan harinya. Misalnya, hari pertama dimulai sejak matahari terbenam hari
sabtu dan berakhir sampai matahari terbenam pada hari minggu. Hari kedua dimulai sejak matahari
terbenam hari minggu sampai matahari terbenam keesokan harinya, hari senin. Begitu seterusnya.
Ketujuh hari dalam penanggalan Hijriah memang tidak dinamai, melainkan dinomori. Ketujuh hari
tersebut adalah:

· Yawm al ‘ahad : hari pertama

· Yawm al ‘ithnayn : hari kedua

· Yawm ath thalatha : hari ketiga

· Yawm al ‘arba’a : hari keempat

· Yawm al khamis : hari kelima

· Yawm al jum’a : hari keenam

· Yawm as sabt : hari ketujuh

Untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk negara-negara Islam yang memakai penanggalan Hijriah
sebagai kalender resminya, Bulan pada system penanggalan ini terdiri dari 29 dan 30 hari secara
bergantian. Dimulai dengan bulan Muharram yang terdiri dari 30 hari, disusul dengan Shafar 29 hari,
kemudian Rabiul awal 30 hari dan seterusnya secara bergantian sampai bulan Dzulhijjah. Tetapi khusus
untuk bulan terakhir ini jumlah hari bisa 29 atau 30 hari. Untuk tahun kabisat, bulan Dzulhijjah terdiri
dari 30 hari. Untuk tahun basithoh (biasa), bulan Dzulhijjah terdiri dari 29 hari. Sehingga jumlah hari
dalam tahun kabisat akan menjadi 355 hari.

Untuk keperluan keagamaan, misalnya untuk menentukan awal hari puasa atau hari raya, pergantian
bulan pada penanggalan Hijriah tetap diwajibkan dengan dasar pengamatan hilal (rukyah). Pengamatan
hilal ini pun harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan dengan sumpah suci pengamat berikut saksi.
2. Kalender Syamsiyah

Kalender masehi disebut juga kalender Syamsiah yaitu suatu sistem penanggalan yang pembuatannya
berdasarkan gerak revolusi bumi terhadap matahari. Waktu yang diperlukan bumi untuk satu kali
berevolusi terhadap matahari adalah 365 ¼ hari. Oleh karena itu satu tahun masehi rata-rata berjumlah
365 hari. Kelebihan ¼ hari oleh Kaisar Romawi yang bernama Julius Caesar dikumpulkan menjadi satu
hari setiap empat tahun sekali dan ditambahkan pada bulan Februari. Itulah sebabnya setiap empat
tahun sekali, bulan Februari berusia 29 hari. Maka setiap empat tahun sekali jumlah hari dalam setahun
366 hari dan tahun itu disebut tahun kabisat.

Untuk menentukan tahun kabisat selain melihat umur bulan Februari yang lamanya 29 hari, kita juga
dapat menghitungnya dengan menentukan jumlah tahun habis dibagi empat. Contoh Tahun 2012
adalah tahun kabisat karena jumlah tahunnya habis dibagi empat. Sedangkan tahun 2011 bukan tahun
kabisat karena jumlah tahunnya tidak habis dibagi empat.

Satu tahun surya terbagi atas 12 bulan sebagai satuan waktu. Satuan waktu lain dikenal dari terjadinya
rotasi bumi adalah hari. Satuan waktu lainnya adalah minggu yang terdiri dari 7 hari. Dalam
perkembangannya, kalender Masehi ini mengalami banyak perubahan. pada zaman Julius Caesar dan
Paus Gregorius XIII. Penetuan pergantian hari atau tanggal dalam kalender Masehi dimulai pukul 00.00
waktu setempat. Tahun masehi dimulai dari Januari sampai dengan Desember.

3. Kalender Gregorian

Penanggalan Gregorian adalah pembaruan dari kalender Julian yang berlaku sejak 47 SM. Dinamakan
kalender Gregorian karena Gregorian adalah nama pembuatnya. Tepatnya bernama Paus Gregorius XIII.
Alasan Paus Gregorius melakukan perubahan ini adalah adanya ketidaktepatan kalender Julian. Kalender
Julian mengasumsikan 1 tahun panjangnya 365 hari plus seperempat hari. Dalam perhitungan yang lebih
teliti, kalender ini terlalu panjang kurang lebih sebelas menit. Karena itu kalender Julian, menerapkan
kekeliruan berlarut-larut sampai 15 abad lebih lamanya. sehingga kalender Julian direnovasi menjadi
Gregorian dengan memperbaiki aturannya.

Pada kalender Julian , satu tahun secara rata-rata didefinisikan sebagai 365,25 hari. Dan tahun
kabisatnya dimana bulan Februari terdiri dari 29 hari dirumuskan sebagai tahun yang habis dibagi 4 dan
habis dibagi 100. Contoh tahun kabisat pada kalender Julian adalah tahun 1700, 1800, 1900 .
Terjadinya perubahan kalender Julian menjadi kalender Gregorian disebabkan adanya selisih antara
panjang satu tahun dalam kalender Julian dengan panjang rata-rata tahun tropis (tropical year ). Satu
tahun kalender Julian adalah 365,2500 hari. Sementara panjang rata-rata tahun tropis adalah 365,2422.
Berarti dalam satu tahun terdapat selisih 0,0078 hari atau hanya 11 menit 14 detik Namun, selisih ini
akan menjadi satu hari dalam jangka 128 tahun. Jadi dalam ratusan atau ribuan tahun, selisih ini menjadi
signifikan hingga beberapa hari. Dalam kalender Gregorian, panjang rata-rata satu tahun adalah
365,2425 hari yang mana cukup dekat dengan rata-rata tahun tropis sebesar 365,2422 hari. Selisihnya
dalam setahun adalah 0,0003 hari, yang berarti akan terjadi perbedaan satu hari setelah sekitar 3300
tahun. Selisih (11 menit 14 detik )inilah yang menyebabkan pergeseran tanggal penunjuk kedudukan
matahari terhadap titik aries atau titik Vernal Equinox. Kecocokan posisi matahari ke arah titik Vernal
Equinox di musim semi pada tahun 1582 M jatuh pada tanggal 11 Maret , bukan tanggal 21 Maret
seperti biasanya, atau lebih bergeser 10 hari dari tanggal 21 Maret. Karena itulah, saat kalender
Gregorian ditetapkan pada tanggal 4 Oktober 1582, tanggal melompat sebanyak 10 hari. Tanggal setelah
4 Oktober 1582 bukan 5 Oktober tetapi 15 Oktober 1582.

Dalam kalender Gregorian, definisi tahun kabisat yang habis dibagi 4 sedikit mengalami perubahan. Jika
suatu tahun habis dibagi 4 tetapi tidak habis dibagi 100, termasuk tahun kabisat. Contohnya, tahun 1972
, 2012 , 2468 termasuk tahun kabisat. Jika suatu tahun habis 100, tetapi tidak habis dibagi 400, maka
tahun tersebut bukan tahun kabisat. Dan jika habis dibagi 400, termasuk tahun kabisat. Jadi, tahun 1700,
1800, 1900 bukan tahun kabisat, sedangkan tahun 1600, 2000, 2400 termasuk tahun kabisat. Bulan
pertama pada kalender Gregorian dimulai tanggal 1 bulan Januari. Februari merupakan bulan kedua,
dan seterusnya sampai bulan Desember yang merupakan bulan ke duabelas.

2.3 Sejarah terbentuknya Kalender Hijriyah (Qomariah)

Sebelum penanggalan hijriyah ditetapkan, masyarakat Arab dahulu menjadikan peristiwa-


peristiwa besar sebagai acuan tahun. Tahun renovasi Ka’bah misalnya, karena pada tahun tersebut,
Ka’bah direnovasi ulang akibat banjir. Tahun fijar, karena saat itu terjadi perang fijar. Tahun fiil (gajah),
karena saat itu terjadi penyerbuan Ka’bah oleh pasukan bergajah. Oleh karena itu kita mengenal tahun
kelahiran Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dengan istilah tahun fiil/tahun gajah. Terkadang mereka
juga menggunakan tahun kematian seorang tokoh sebagai patokan, misal 7 tahun sepeninggal Ka’ab bin
Luai.” Untuk acuan bulan, mereka menggunakan sistem bulan qomariyah (penetapan awal bulan
berdasarkan fase-fase bulan)

Sistem penanggalan seperti ini berlanjut sampai ke masa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dan
khalifah Abu Bakr Ash-Sidiq radhiyallahu’anhu. Barulah di masa khalifah Umar bin Khatab
radhiyallahu’anhu, ditetapkan kalender hijriyah yang menjadi pedoman penanggalan bagi kaum
muslimin.

1. Latar Belakang Penanggalan


Berawal dari surat-surat tak bertanggal, yang diterima Abu Musa Al-Asy-‘Ari radhiyahullahu’anhu;
sebagai gubernur Basrah kala itu, dari khalifah Umar bin Khatab. Abu Musa mengeluhkan surat-surat
tersebut kepada Sang Khalifah melalui sepucuk surat,

‫ﺇﻧﻪ ﻳﺄﺗﻴﻨﺎ ﻣﻨﻚ ﻛﺘﺐ ﻟﻴﺲ ﻟﻬﺎ ﺗﺎﺭﻳﺦ‬

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Anda, tanpa tanggal.”

Dalam riwayat lain disebutkan,


ْ ‫ ﻭﻗﺪ‬،‫ﻱ ﻧﻌ َﻤﻞ‬
‫ ﻓﻼ ﻧﺪﺭﻱ ﺃﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻧﺤﻦ ﻓﻴﻪ ﺃﻡ ﺍﻟﻤﺎﺿﻲ‬،‫ﻗﺮﺃﻧﺎ ﻛﺘﺎﺑًﺎ ﻣﺤﻠُّﻪ ﺷﻌﺒﺎﻥ‬ ٍّ ‫ ﻓﻼ ﻧَﺪﺭﻱ ﻋﻠﻰ ﺃ‬، ٌ‫ﺇﻧَّﻪ ﻳﺄﺗﻴﻨﺎ ِﻣﻦ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ُﻛﺘﺐ‬

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, namun kami tidak tau apa yang harus
kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan
Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”

Karena kejadian inilah kemudian Umar bin Khatab mengajak para sahabat untuk bermusyawarah;
menentukan kalender yang nantinya menjadi acuan penanggalan bagi kaum muslimin.

2. Penetapan Patokan Tahun

Dalam musyawarah Khalifah Umar bin Khatab dan para sahabat, muncul beberapa usulan mengenai
patokan awal tahun. Ada yang mengusulkan penanggalan dimulai dari tahun diutus Nabi
shallallahu’alaihiwasallam. Sebagian lagi mengusulkan agar penanggalan dibuat sesuai dengan kalender
Romawi, yang mana mereka memulai hitungan penanggalan dari masa raja Iskandar (Alexander). Yang
lain mengusulkan, dimulai dari tahun hijrahnya Nabi shallallahu’alaihiwasalam ke kota Madinah. Usulan
ini disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Hati Umar bin Khatab
radhiyallahu’anhu ternyata condong kepada usulan ke dua ini,

‫ﺍﻟﻬﺠﺮﺓ ﻓﺮﻗﺖ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﺒﺎﻃﻞ ﻓﺄﺭﺧﻮﺍ ﺑﻬﺎ‬

” Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil. Jadikanlah ia sebagai patokan
penanggalan.” Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu mengutarakan alasan.

Akhirnya para sahabatpun sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun. Landasan
mereka adalah firman Allah ta’ala,

‫ﻖ ﺃَ ْﻥ ﺗَﻘُﻮ َﻡ ﻓِﻴﻪ‬ َ ‫َ ﻟَ َﻤ ْﺴ ِﺠ ٌﺪ ﺃُﺳ‬


ُّ ‫ِّﺲ َﻋﻠَﻰ ﺍﻟﺘَّ ْﻘ َﻮ ٰﻯ ِﻣ ْﻦ ﺃَﻭ َِّﻝ ﻳَﻮْ ٍﻡ ﺃَ َﺣ‬
“Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih
patut kamu sholat di dalamnya.” (QS. At-Taubah:108)

Para sahabat memahami makna “sejak hari pertama” dalam ayat, adalah hari pertama kedatangan
hijrahnya Nabi. Sehingga moment tersebut pantas dijadikan acuan awal tahun kalender hijriyah.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahillah dalam Fathul Bari menyatakan,

‫ ﻟﻤﺴﺠﺪ ﺃﺳﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻘﻮﻯ ﻣﻦ ﺃﻭﻝ ﻳﻮﻡ ﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻌﻠﻮﻡ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﺃﻭﻝ ﺍﻷﻳﺎﻡ‬: ‫ﻭﺃﻓﺎﺩ ﺍﻟﺴﻬﻴﻠﻲ ﺃﻥ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺃﺧﺬﻭﺍ ﺍﻟﺘﺎﺭﻳﺦ ﺑﺎﻟﻬﺠﺮﺓ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
‫ ﻭﺍﺑﺘﺪﺃ‬، ‫ ﻭﻋﺒﺪ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ – ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺭﺑﻪ ﺁﻣﻨﺎ‬، ‫ ﻓﺘﻌﻴﻦ ﺃﻧﻪ ﺃﺿﻴﻒ ﺇﻟﻰ ﺷﻲﺀ ﻣﻀﻤﺮ ﻭﻫﻮ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﺰﻣﻦ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﺰ ﻓﻴﻪ ﺍﻹﺳﻼﻡ‬، ‫ﻣﻄﻠﻘﺎ‬
، ‫ ﻭﻓﻬﻤﻨﺎ ﻣﻦ ﻓﻌﻠﻬﻢ ﺃﻥ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺃﻭﻝ ﻳﻮﻡ ﺃﻧﻪ ﺃﻭﻝ ﺃﻳﺎﻡ ﺍﻟﺘﺎﺭﻳﺦ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ‬، ‫ ﻓﻮﺍﻓﻖ ﺭﺃﻱ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﺍﻟﺘﺎﺭﻳﺦ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻴﻮﻡ‬، ‫ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ‬
‫ ﻣﻦ ﺃﻭﻝ ﻳﻮﻡ ﺃﻱ ﺩﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ – ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻭﻪﻠﻟﺍ ﺃﻋﻠﻢ‬: ‫ ﻭﺍﻟﻤﺘﺒﺎﺩﺭ ﺃﻥ ﻣﻌﻨﻰ ﻗﻮﻟﻪ‬، ‫ ﻛﺬﺍ ﻗﺎﻝ‬.

” Pelajaran dari As-Suhaili: para sahabat sepakat menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan
penanggalan, karena merujuk kepada firman Allah ta’ala,

‫ﻖ ﺃَ ْﻥ ﺗَﻘُﻮ َﻡ ﻓِﻴﻪ‬ َ ‫َ ﻟَ َﻤ ْﺴ ِﺠ ٌﺪ ﺃُﺳ‬


ُّ ‫ِّﺲ َﻋﻠَﻰ ﺍﻟﺘَّ ْﻘ َﻮ ٰﻯ ِﻣ ْﻦ ﺃَﻭ َِّﻝ ﻳَﻮْ ٍﻡ ﺃَ َﺣ‬

“ Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih
patut kamu sholat di dalamnya. ” (QS. At-Taubah: 108)

Sudah suatu hal yang maklum; maksud hari pertama (dalam ayat ini) bukan berarti tak menunjuk pada
hari tertentu. Nampak jelas ia dinisbatkan pada sesuatu yang tidak tersebut dalam ayat. Yaitu hari
pertama kemuliaan islam. Hari pertama Nabi shallallahu’alaihiwasallam bisa menyembah Rabnya
dengan rasa aman. Hari pertama dibangunnya masjid (red. masjid pertama dalam peradaban Islam,
yaitu masjid Quba). Karena alasan inilah, para sahabat sepakat untuk menjadikan hari tersebut sebagai
patokan penanggalan.

Dari keputusan para sahabat tersebut, kita bisa memahami, maksud “sejak hari pertama” (dalam ayat)
adalah, hari pertama dimulainya penanggalan umat Islam. Demikian kata beliau. Dan telah diketahui
bahwa makna firman Allah ta’ala: min awwali yaumin (sejak hari pertama) adalah, hari pertama
masuknya Nabi shallallahu’alaihiwasallam dan para sahabatnya ke kota Madinah, Allahua’lam. ” (Fathul
Bari, 7/335) Sebenarnya ada opsi-opsi lain mengenai acuan tahun, yaitu tahun kelahiran atau wafatnya
Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Namun mengapa dua opsi ini tidak dipilih? Ibnu Hajar rahimahullah
menjelaskan alasannya,”
، ‫ ﻭﺃﻣﺎ ﻭﻗﺖ ﺍﻟﻮﻓﺎﺓ ﻓﺄﻋﺮﺿﻮﺍ ﻋﻨﻪ ﻟﻤﺎ ﺗﻮﻗﻊ ﺑﺬﻛﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻷﺳﻒ ﻋﻠﻴﻪ‬، ‫ﻷﻥ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﻭﺍﻟﻤﺒﻌﺚ ﻻ ﻳﺨﻠﻮ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ ﻓﻲ ﺗﻌﻴﻴﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ‬
‫ ﻓﺎﻧﺤﺼﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻬﺠﺮﺓ‬،

“Karena tahun kelahiran dan tahun diutusnya beliau menjadi Nabi, belum diketahui secara pasti.
Adapun tahun wafat beliau, para sahabat tidak memilihnya karena akan menyebabkan kesedihan
manakala teringat tahun itu. Oleh karena itu ditetapkan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun.” (Fathul
Bari, 7/335)

Alasan lain mengapa tidak menjadikan tahun kelahiran Nabi shallallahu’alaihiwasallam sebagai acuan;
karena dalam hal tersebut terdapat unsur menyerupai kalender Nashrani. Yang mana mereka
menjadikan tahun kelahiran Nabi Isa sebagai acuan. Dan tidak menjadikan tahun wafatnya Nabi
shallallahu’alaihiwasallam sebagai acuan, karena dalam hal tersebut terdapat unsur tasyabuh dengan
orang Persia (majusi). Mereka menjadikan tahun kematian raja mereka sebagai acuan penanggalan.

3. Penentuan Bulan

Perbincangan berlanjut seputar penentuan awal bulan kalender hijriyah. Sebagian sahabat mengusulkan
bulan Ramadhan. Sahabat Umar bin Khatab dan Ustman bin Affan mengusulkan bulan Muharram.

‫ﺑﻞ ﺑﺎﻟﻤﺤﺮﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﻣﻨﺼﺮﻑ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺣﺠﻬﻢ‬

“Sebaiknya dimulai bulan Muharam. Karena pada bulan itu orang-orang usai melakukan ibadah haji.”
Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu. Akhirnya para sahabatpun sepakat. Alasan lain dipilihnya bulan
muharam sebagai awal bulan diutarakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah,

‫ ﻓﻜﺎﻥ ﺃﻭﻝ ﻫﻼﻝ ﺍﺳﺘﻬﻞ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ‬، ‫ﻷﻥ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﺍﻟﻌﺰﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻬﺠﺮﺓ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ؛ ﺇﺫ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ ﻭﻗﻌﺖ ﻓﻲ ﺃﺛﻨﺎﺀ ﺫﻱ ﺍﻟﺤﺠﺔ ﻭﻫﻲ ﻣﻘﺪﻣﺔ ﺍﻟﻬﺠﺮﺓ‬
‫ ﻭﻫﺬﺍ ﺃﻗﻮﻯ ﻣﺎ ﻭﻗﻔﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻣﻨﺎﺳﺒﺔ ﺍﻻﺑﺘﺪﺍﺀ ﺑﺎﻟﻤﺤﺮﻡ‬، ‫ﻭﺍﻟﻌﺰﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻬﺠﺮﺓ ﻫﻼﻝ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﻓﻨﺎﺳﺐ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻣﺒﺘﺪﺃ‬

“Karena tekad untuk melakukan hijrah terjadi pada bulan muharam. Dimana baiat terjadi dipertengahan
bulan Dzulhijah (bulan sebelum muharom) Dari peristiwa baiat itulah awal mula hijrah. Bisa dikatakan
hilal pertama setelah peristiwa bai’at adalah hilal bulan muharam, serta tekad untuk berhijrah juga
terjadi pada hilal bulan muharam (red. awal bulan muharam). Karena inilah muharam layak dijadikan
awal bulan. Ini alasan paling kuat mengapa dipilih bulan muharam.” (Fathul Bari, 7/335)

Dari musyarah tersebut, ditentukanlah sistem penanggalan untuk kaum muslimin, yang berlaku hingga
hari ini. Dengan menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun dan bulan muharam sebagai awal
bulan. Oleh karena itu kalender ini populer dengan istilah kalender hijriyah.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah penanggalan hijriyah di atas:
1. Kalender hijriyah ditetapkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para sahabat. Dan kita tahu bahwa
ijma’ merupakan dalil qot’i yang diakui dalam Islam.

2. Sistem penanggalan yang dipakai oleh para sahabat adalah bulan qomariyah. Hal ini diketahui dari
surat Umar bin Khatab yang ditulis untuk Abu Musa Al-Asy-‘ariy; di situ tertulis bulan sya’ban, hanya saja
tidak diketahui tahunnya.

3. Para sahabat menjadikan kalender hijriyah sebagai acuan penanggalan dalam segala urusan
kehidupan mereka; baik urusan ibadah maupun dunia. Sehingga memisahkan penggunaan kalender
hijriyah, antara urusan ibadah dan urusan dunia, adalah tindakan yang menyelisihi konsesus para
sahabat. Seyogyanya bagi seorang muslim, menjadikan kalender hijriyah sebagai acuan penanggalan
dalam kesehariannya.

4. Kalender hijriyah merupakan syi’ar Islam, yang menbedakannya dengan agama-agama lainnya.

2.4 SISTEM PENANGGALAN : (SYAMSIYAH DAN QOMARIYAH)

1. SYAMSIYAH

1. Pertama sekali diperkenalkan dan diproklamirkan penggunaannya pada tahun berdirinya kerajaan
ROMA tahun 753 SM, perhitungannya dibuat oleh NUMA POMPILUS.

2. Juni tahun 46 SM, dikoreksi oleh SOSIGENES. Dan dikenal dg kalender yulius

3. Januari tahun 350 M, dikoreksi dan menggunakan system penanggalan Yustinian

4. 15 Oktober 1582 menggunakan system Gregorian hingga sekarang

CATATAN:

- DASAR PERHITUNGAN KE-EMPAT SISTEM TERSEBUT, SAMA-SAMA BERDASARKAN PEREDARAN


MATAHARI ( SISTEM SYAMSIYAH).

- PERBEDAAN YANG MENDASAR dari ke-empat system tersebut adalah : MENENTUKAN UMUR TAHUN
DAN PENGARUH MUSIM

1. system NUMA POMPILUS : 1 tahun = 366 hari

2. system KALENDER YULIUS : 1tahun = 365,25 hari

3. system KALENDER YUSTINIAN : 1tahun = 365,25 hari


4. system KALENDER GREGORIAN : 1 tahun = 365, 2425 hari

- PENAMAAN MASEHI system kalender tersebut terjadi pada tahun 1582 sewaktu penentuan tanggal
wafatnya Nabi Isa a.s. dan ini sebagai upaya INFILTRASI non-Islam terhadap budaya.

- INFILTRASI tsb terus berkembang; seperti; sandal salib, sajadah salib, fon salib, buku-buku salib,
wayang, tarian, injil berbahasa daerah, baca injil dg lagu al-qur’an, dll.

- Oleh sebab itu Al-Qur’an (Yunus: 105) tsb menutup dengan kata “HISAB” mengandung makna :
PERHITUNGAN ( perhitungan WAKTU, UMUR, MUSUH, BEKAL DUNIA DAN AKHIRAT )

2. QOMARIYAH

( 354 HARI BASITHAT, 355 HARI KABISAT )

Pertama kali dipublikasikan pada bulan Sya’ban 17 Hijriyah (Agustus 638 M) dimasa khalifah Umar bin
Khaththab. Dg perhitungan yang dimulai dg hijrah Nabi ke Makkah (15 Juli 622 M )

DAFTAR PUSTAKA

Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Sistem Penganggalan dalam Kalender. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. 2000. Penentuan Tahun Qamariyah dan Syamsiyah. Jakarta : EGC

http://en.wikipedia.org/wiki/

Fathul Baari 7/ 335-336 , Bidayah wan Nihayah 3/206, Al-i’laam bi At-tauwbikh li man Dzammu At-
taarikh, karya Asy-Syakhowi hal. 78.
BERBAGI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya

Februari 07, 2017

MAKALAH Judul: Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya Mata Kuliah: Pengantar Al-
Qur’an Dosen Pengampu: Nurkholida, M.Ag

DisusunOleh :

VERA AS'ARI TBI-C Semester I

JURUSAN TADRIS IPS SEMESTER 1 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) SYEKH NUR JATI CIREBON 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehidirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah yang berjudul Guru yang Efektif dalam Pembelajaran dengan tepat waktu. Dan tidaklah saya
lupa menghaturkan sholawat serta salam kepada nabi akhiruzzaman nabi Muhammad SAW. Manusia
yang paling istimewa yang seluruh perilakunya patut untuk diteladani dan seluruh perkataan beliau
adalah sebuah kebenaran. Banyak kesulitan dan hambatan yang saya hadapi dalam menyusun makalah
ini,akan tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan dan bimbingan dari berbagai pihak
sehingga kami mampu munyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh karena itu dalam kesempatan
ini, saya mengucapkan terima…

BERBAGI

POSTING KOMENTAR

BACA SELENGKAPNYA

ISLAM DAN DUNIA KONTEMPORER

Februari 06, 2017

BAB 11 ISLAM DAN DUNIA KONTEMPORER A.PENDAHULUAN Puji syukur hanya bagi Allah SWT, dan
salam sejahtera bagi Nabi Muhammad SAW penutup para rasul. Tak lupa kami sampaikan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam suksesya penyusunan makalah yang
berjudul “ISLAM DAN DUNIA KONTEMPORER”. Islam adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari
perjalanan panjang sejarah yang terus bergulir mengikuti arus yang berjalan disekitarnya. Perjalanan
tersebut menghasilkan suatu perubahan, dimana perubahan tersebut disebabkan oleh tradisi di daerah
dimana islam berkembang. Perlahan namun pasti, islam mudah diterima oleh berbagai golongan
masyarakat di dunia. Keanekaragaman budaya di suatu daerah sangat mempengaruhi islam itu sendiri.
Oleh karena itu banyak dtemukan berbagai bentuk perkembangan islam. Sebagaimana kita ketahui
menyelami kedalaman islam tidak seperti kita menyelami lautan yang akan kita temukan dasar lautnya.
Sebagai sebuah agama islam akan menjadi menarik untuk d…

Anda mungkin juga menyukai