Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KALENDER MASEHI
A. Pengertian Kalender Masehi
Kalender masehi termasuk dalam kategori kalender matahari (solar kalender)
karena dalam penentuan panjang satu tahunnya menggunkan siklus matahari, yaitu
siklus matahari saat melewati titik vernal equinok dua kali berturut-turut. Pembuatan
kalender Masehi ini juga berdasarkan pada siklus tropis matahari karna adanya
kepentingan manusia secara umum akan kalender yang seirama dengan keadaan alam.
Sehingga mereka dapat mengetahui kapan musim tanam, musim panen dan lain
sebagainya dengan melihat kalender1.
Berdasarkan pengamatan astronom barat, siklus matahari ini ternyata tidak
tetap atau bisa dikatakan bersifat variatif dalam satu tahunnya, yang mana pada
mulanya kalender ini di awali dengan munculnya rasi bintang aries pada tanggal 24
Maret, namun pada tahun 325 M rasi bintang aries sudah muncul pada tanggal 21
maret, sehingga tanda awal perhitungannya berubah menjadi tanggal 21 maret 2
kemudian pada tahun 1582 seorang astronom melihat rasi bintang aries sudah muncul
pada tanggal 11 maret, sehingga disimpulkan dari tahun 325 M sampai tahun 1582 M
terjadi keterlambatan 10 hari. sehingga pada kalender masehi ini sering terjadi
perubahan dalam penentuan tanggalnya, perubahan itu tentu berdasarkan siklus
matahari yang berubah dari awal ditentukannya. Dalam perkembangannya kalender
Masehi mengalami reformasi dua kali, reformasi pertama dilakukan pada masa Julius
caesar yang kemudian hasilnya dikenal dengan nama Kalender Julian, sedangkan
reformasi kedua dilakukan oleh Paus Gregory VIII yang kemudian hasilnya dikenal
dengan nama Kalender Gregori. Pada makalah ini akan membahas proses reformasi
mulai dari kalender julian hingga kalender Gregori.
B. Kalender Julian
Kalender Masehi yang dipakai dunia sekarang adalah kalender Gregori, tetapi
ada juga yang masih memakai kalender Julian terutama di gereja-gereja Orthodox
negara Yerussalem, Rusia dan Serbia. Bahkan untuk perayaan hari Paskah dan hari
raya yang berhubungan dengan Paskah; hampir semua gereja Orthodox masih
menggunakan kalender Julian. Sehingga berdasarkan beberapa alasan inilah kemudian
kami berinisiatif untuk menerangkan kalender Julian beserta hari-hari perayaan kristen
Orthodox.
a. Sejarah Kalender Julian

1
Muhyidin Khazin, 150 Tahun (1925-2075) Kalender Masehi Hijriyah, Buana Pustaka,
Yogyakarta, hal xx
2
H. Ilyas Asyari Nawawi, Hisab Falak, PP. Al-Ma’ruf, Grobogan Jawa Tengah, Hal 25

15
Kalender Julian ini sebenarnya merupakan pengembangan dari kalender
yang digunakan bangsa Romawi kuno yang dilakukan oleh Julius Caesar (45 SM).
Sedangkan kalender Romawi itu sendiri sebenarnya sudah digunakan sekitar abad
ke-7 SM oleh pendiri Romawi yaitu raja Romulus. Dimana pada saat itu setahun
terdiri atas 10 bulan yaitu :
1. Martius (31)
2. Aprilis (30)
3. Maius (31)
4. Junius (30)
5. Quintilis (31)
6. Sextilis (30)
7. Septalis (31)
8. Octolis (31)
9. Novelis (30)
10. Decemberis (31)
Sebenarnya, asal muasal Kalender Romawi tersebut termasuk kalender
Bulan (Lunar Calendar), dimana umur bulan rata-rata 29-30, sehingga dalam
setahun terdapat 354-355 hari yang berarti ada keterpautan antara panjang siklus
tropis matahari sebesar 10-11 hari pertahun. Setelah berlangsung cukup lama
mereka punya pemikiran bagaimana agar kalender Romawi bisa mengikuti irama
dari perubahan musim (siklus tropis), Kemudian ditetapkanlah adanya penambahan
bulan yang dilakukan setiap 2-3 tahun sekali. Sehingga kalender Romawi menjadi
lunisolar Calendar setelah diadakan penambahan bulan tersebut. Panjang bulan
tambahan ini dihitung oleh sekelompok pendeta tinggi yang disebut sebagai
Pontiffs yang diketuai oleh seorang Pontifex maximus. Para Pontiff adalah pegawai
negeri yang bertanggung jawab atas pengaturan berbagai masalah keagamaan
tertentu, termasuk penentuan tanggal untuk upacara- upacara dan pesta-pesta.
Sekalipun sudah diadakan bulan sisipan supaya kalender Romawi seirama
dengan siklus tropis matahari, tetapi masih banyak kesalahan atau ketidakcocokan,
diantaranya pada saat matahari melewati titik vernal equinok (25 Maret); itu sudah
melesat. Pada saat Juliaus Caesar berkuasa dan ditunjuk sebagai pontifex Maximus
63 SM, kemelesetan telah mencapai 3 bulan dari patokan yang seharusnya.
Ketika Julius Caesar mengadakan kunjungan ke Mesir tahun 47 SM, ia
sempat menerima anjuran dari para ahli perbintangan Mesir untuk memperpanjang
tahun 46 SM menjadi 445 hari. Sehingga dengan tambahan hari sebanyak itu

16
kalender Romawi diharapkan bisa sesuai dengan keadaan musim (Siklus tropis
matahari).
Sekembalinya ke Roma tepatnya pada tahun 45 SM Julius Caesar
mereformasi kalender Romawi tersebut dengan bantuan Sosigenes, seorang
astronom Yunani dari Alexandria. Kalender Romawi yang asalnya Lunisolar
Calendar diubah menjadi Solar Calendar, sehingga penggunaan Lunar Month dan
bulan tambahan pada Kalender Romawi tidak digunakan lagi. Satu tahun pada
kalender ini ditetapkan menjadi 365 hari kecuali pada tahun kabisat yang terjadi
setiap 4 tahun sekali memiliki jumlah hari 366 hari. Hal ini dilakukan untuk
menyesuaikan jumlah hari rata-rata dalam setahun dengan panjang siklus tropis
matahari yang dihitung oleh Sosigenes yaitu 365,25 hari. Sedangkan urutan bulan
seperti semula yaitu dimulai dari Iannarils, Februarias, Martius, Aprilis, Maius,
Iunius, Quintilis, Sextilis, September, October, November dan December.3
Untuk mengembalikan posisi titik vernal equionok ke tanggal 25 Maret
yang pada saat itu sudah bergeser, Julius menambahkan 90 hari dengan perincian;
23 hari pada bulan Pebruari dan menambah 67 hari antara bulan November dan
Desember. Rupanya ini merupakan tahun terlama dalam sejarah. Namun adanya
kekacauan selama 90 hari itu, perjalanan tahun Romawi menjadi cocok dengan
musim.
Panjang dari setiap bulan pada kalender Julian ditetapkan sebagai berikut:
Pada bulan ganjil memiliki panjang 31 hari dan bulan genap 30 hari, kecuali bulan
Pebruari memiliki panjang 29 hari pada tahun Basitoh dan 30 hari pada tahun
Kabisat. Hari tambahan tersebut ditambahkan diantara tanggal 24 dan 25. Dengan
demikian hari tambahan tersebut menjadi hari ke-25 dalam bulan Pebruari, atau 6
hari sebelum bulan Maret. Hari tambahan tersebut dikenal dengan nama Bissextum
dan tahun kabisat tersebut disebut tahun Bissextile.
Nama Bissextum tersebut berasal dari perhitungan hari dalam satu bulan
dengan titik perhitungan sebagai berikut:
1. Kalends, merupakan hari pertama dalam suatu bulan, dan rutin digunakan untuk
pembayaran hutang. Hal ini menimbulkan istilah kalendarium untuk suatu buku
keuangan. Istilah tersebut yang kemudian menghasilkan istilah kalender.
2. IIdes, Merupakan hari ke-13 dalam suatu bulan, kecuali untuk bulan Martius
(maret), Maius, Quintilis dan October merupakan hari ke-15.
3. Nones, merupakan hari ke-8 sebelum Ides, yaitu hari ke-5 atau ke-7.

3
KH. Salman Ibrahim, Ilmu Falak (cara mengetahui awal bulan, awal tahun, musim, kiblat dan perbedaan
waktu, Pustaka Progresif, Surabaya, Cet 3, 2003, hal 16

17
Perhitungan hari tersebut dilakukan berdasarkan titik perhitungan
didepannya. Dengan demikian , tanggal 25 Martius dihitung sebagai VI Kalends
Martius.
Penggunaan aturan tahun kabisat oleh Julian tidak langsung digunakan
pada masa awal penggunaan kalender tersebut. Karena kesalahan perhitungan,
setiap tahun ke-3 merupakam tahun kabisat. Berikut ini adalah urutan tahun kabisat
dimulai dari tahun 45 SM, sebagai permulaan kalender Julian ini: 45 SM, 42 SM,
39 SM, 36 SM, 33 SM, 30 SM, 27 SM, 24 SM, 21 SM, 18 SM, 15 SM,12 SM, 9
SM, 8 M. Dengan demikian, tidak ada tahun kabisat diantar 9 SM dan 8 M.
Kemudian setelah tahun 8 M, perhitungan tahun kabisat kembali normal.
Pada tahun 44 SM, Julius mengganti nama bulan Quintilis menjadi bulan
Julius (Juli) berdasarkan namanya. Kemudian pada tahun 8 SM, bulan Sextilis
diganti menjadi Agustus berdasarkan nama kaisar penerus Julius, yaitu kaisar
Augustus. Kemudian, untuk menyamakan jumlah hari pada bulan agustus tersebut
dengan bulan Juli, satu hari dari bulan Pebruari dipindahkan ke bulan Agustus,
sehingga bulan Pebruari memiliki jumlah 28 hari pada tahun Basitoh dan 29 hari
pada tahun Kabisat. Karena 3 bulan dengan jumlah 5 hari 31 hari tidak boleh
terjadi secara berurutan, maka bulan September dan November dikurangi menjadi
30 hari, dan bulan Oktober serta Desember menjadi 31 hari. Dalam
perkembangannya, hari tambahan pada bulan Pebruari dalam tahun Kabisat tidak
ditambahkan sebagai hari ke-25, akan tetapi ditambahkan sebagai hari ke-29.
Sedangkan penggunaan satu minggu pertama kali digunakan oleh kaisar
Constantine I abad ke-4 M. Tepatnya pada tahun 321 M, dia mengeluarkan
maklumat yang memperkenalakan minggu yang terdiri dari 7 hari dalam kalender,
dengan demikian menghapus sistem Kalends, Ides dan Nones. Konstantin
menetapkan hari minggu sebagai hari pertama dalam satu minggu dan
memisahkannya dari yang lain sebagai hari ibadah umat Nasrani. Penggunaan
satuan minggu tersebut tidak berdasarkan fenomena alam. Bangsa Romawi
menamakan hari dalam satu minggu sebagai penghormatan bagi matahari, bulan
dan planet-planet..
b. Peraturan dalam Kalender Julian
Permulaan kalender dihitung sejak dari kelahiran Nabi Isa as. Tahun-tahun
dalam kalender Julian dibagi 2 macam yaitu tahun Basithoh / pendek (Common
Year) dan tahun Kabisat / panjang (Leap Year). Dalam 4 tahun sekali terdiri dari
3 tahun basitoh dan 1 tahun Kabisat. Panjang tahun basithoh adalah 365 hari
sedangkan panjang tahun kabisat adalah 366 hari dengan penambahan hari

18
(Intercalary Day) pada akhir bulan Februari4. Hal ini dilakukan untuk
menyesuaikan jumlah hari rata-rata dalam satu tahun dengan panjang siklus tropis
matahari yang dihitung oleh Sosigenes yaitu 365,25 hari. Dimana setiap tahunnya
kelebihan 0,25 hari, sehingga dalam 4 tahun akan kelebihan 1 hari, Sedangkan
nama-nama bulan dalam kalender Julian beserta umurnya sebagai berikut : 1)
Januari 31 hari 7) Juli 31 hari 2) Februari 28 hari * 8) Agustus 31 hari 3) Maret 31
hari 9) September 30 hari 4) April 30 hari 10) Oktober 31 hari 5) Mei 31 hari 11)
November 30 hari 6) Juni 30 hari 12) Desember 31 hari * pada tahun kabisat bulan
Februari berumur 29 hari.
C. Kalender Gregori (Gregorian Calender)
Kalender Gregori pada saat ini merupakan kalender yang dijadikan standar
internasional untuk kehidupan sehari-hari, termasuk di Indonesia, bahkan untuk
menentukan beberapa perayaan misalnya hari proklamasi kemerdekaan RI yang
diperingati setiap tanggal 17 Agustus. Disamping untuk mengatur kehidupan sehari-
hari kalender masehi juga mengatur beberapa perayaan dan hari penting ummat
Kristen dan Katolik.4
a. Sejarah Kalender Gregori
Sistem kalender Masehi (Gregorian) yang sekarang digunakan, berakar
dari sistem kalender Julian yang merupakan perbaikan sistem kalender
(penanggalan) Romawi. Reformasi kalender ini dilakukan Julius Caesar pada
tahun 45 SM dengan bantuan seorang ahli matematika dan astronomi Alexandri
yang bernama Sosigenes, dengan mempergunakan panjang satu tahun syamsiah
= 365,25 hari. Sistem kalender ini kemudian terkenal dengan sistem kalender
Julian. Menurut konvensi dari kalender Julian, tahun yang habis di bagi 4 adalah
tahun kabisat (366 hari) dan yang lainnya adalah tahun Basithoh (365 hari).
Dalam sistem kalender Julian di temukan adanya pergeseran (semu)
sistematis kedudukan matahari terhadap titik Aries (sekarang titik Pisces) pada
tanggal yang sama setiap tahunnya, yaitu saat matahari melintasi ekuator langit
atau saat posisi matahari ke arah titik vernal equinok tidak dapat di pertahankan
pada tanggal tertentu (21 Maret). Setiap 128 tahun besarnya pergeseran itu
adalah 1 hari , hal ini di sebabkan karena perbedaan panjang 1 tahun kalender
Julian (365,25 hari) dengan panjang 1 tahun tropis rata-rata matahari (365,2422
hari) yaitu sebesar 0,0078 hari pertahun.

4
Muhyidin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, Buana Pustaka, Yogyakarta, 2004, Hal 107

19
Menurut Saaduddin Djambek dalam bukunya hisab rukyat bahwa bumi
mengilingi matahari selama 365,242199 hari atau 365 hari 5 jam 48 menit 46
detik, masa itu dinamakan satu tahun tropis5.
Pergeseran sistematik dalam kalender yang menggambarkan saat
matahari menuju titik Aries ini menyulitkan bagi yang berkeinginan mempunyai
tanggal yang tetap untuk suatu perayaan yang bersandar pada kalender matahari
dan kedudukan matahari terhadap titik Aries, terutama hari Paskah yang diatur
jatuh pada hari minggu setelah terjadinya saat oposisi urfi (Full Moon
Ecclesiastical) pada tanggal 21 Maret atau setelahnya. Hal inilah salah satu yang
melatar belakangi reformasi yang dilakukan oleh Gregorius XIII di bantu pendeta
yang ahli matematika dan astronomi, Christoper Clavius. Mereka mencanangkan
pemutusan rantai kalender Julian pada kamis 4 Oktober 1582 dan
menyambungnya dengan kalender Gregorian Jum’at 15 Oktober 1582.
Penyambungan 2 sistem kalender matahari ini menyebabkan jumlah hari pada
bulan oktober 1582 berkurang 10 hari.
Pengurangan 10 hari ini karena pada saat Konsili Nicaea pada tahun 325
M, titik vernal Equinok terjadi pada tanggal 21 Maret. Dengan demikian
pergeseran titik vernal Equinok yang terjadi pada tahun 1582 M sebesar (1582 –
325) / 128 = 10 hari, artinya titik vernal equinok pada tahun 1582 terjadinya
bukan pada tanggal 21 Maret tetapi pada tanggal 11 Maret, sehingga dengan
diadakan pemotongan 10 hari itu, diharapkan ketika matahari melintasi titik
vernal equinok pada tanggal 21 Maret lagi, Pergeseran Matahari ini dari titik
vernal equinok kembali lagi ke vernal equinok tahun berikutnya di sebut dengan
diklinasi matahari, Deklinasi positif mulai tanggal 21 Maret s/d 7 tanggal 23
september, dari tanggal 23 September sampai tanggal 21 Maret adalah deklinasif
Negatif6. Sedangkan pemotongan yang dilakukan pada bulan Oktober atas dasar
pertimbangan: pada bulan tersebut tidak ada peringatan atau Hari Raya penting
dalam agama Kristen, sehingga tidak merepotkan.
Pada reformasi kalender Julian ini, yang kemudian dikenal kalender
Gregorian meniadakan tahun kabisat untuk tahun yang habis di bagi 100 tetapi
tidak habis di bagi 400. Dengan aturan ini panjang satu tahun rata-rata kalender
Gregorian adalah 365,2425 hari, hanya saja kalender Gregorian ini tidak
langsung di terima oleh masyarakat dunia. Seperti yang terjadi di negara Jerman,
Belanda dan Denmark yang baru menerima kalender Gregori pada tahun 1700.
Di Inggris penggunaan kalender Gregori dimulai pada tahun 1752 dengan
5
Sa’adoeddin Djambek, Hisab Awal Bulan, Tintamas, Jakarta, 1976, hal 3
6
Drs. A Jamil, Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi), Amzah, Jakarta, Cet 1, Hal 15

20
meniadakan tanggal 3 – 13 September 1972 (Rabu, 2 September 1752 dan
keesokan harinya: Kamis, 14 September 1752). Kalender ini baru di terima oleh
seluruh masyarakat dunia sekitar tahun 1920-an.
b. Beberapa peraturan kalender Gregori.
Peraturan dalam kalender Gregori sama dengan peraturan dalam kalender
Julian terkecuali dalam penentuan tahun kabisat, dimana peraturan dalam
kalender dalam Gregori menyatakan : Tahun abad hanya kabisat kalau habis
dibagi 400. Sehingga tahun ke 100, 200 dan 300 yang menurut kalender Julian
merupakan tahun kabisat, kalau menurut kalender Gregori bukanlah tahun
kabisat karena tidak habis jika dibagi 400. Hal ini menyebabkan dalam 400 tahun
kalender Gregori hanya terdapat 97 tahun kabisat. Dengan demikian panjang satu
tahun kalender Gregori adalah 365,2425 hari. Asalnya dalam 400 tahun terdapat
303 tahun Basitoh dan 97 tahun Kabisat, jumlah harinya (365 x 303) + (366 x
97) = 146097 hari, sehingga jumlah hari sebanyak 146097 kalau dibagi 400
tahun akan menghasilkan panjang pertahun = 365,2425 hari. Kalau dilihat
panjang tahun Gregori tidak sama persis dengan panjang tahun tropis (siklus
tropis) pada tahun 2000 yaitu 365,2422 hari. Umpama panjang siklus tropis
tetap, keduanya akan berselisih sebesar 0,0003 hari per tahun atau 3 hari setiap
10000 tahun. Hal ini akan menjadi permasalahan lagi di kemudian hari bagi yang
berkeinginan mempunyai tanggal yang tetap untuk suatu perayaan yang
bersandar pada kalender matahari dan kedudukan matahari terhadap titik vernal
equinok, yaitu perayaan Paskah yang diatur jatuh pada hari minggu setelah
terjadinya saat oposisi urfi (Full Moon Ecclesiastical) pada tanggal 21 Maret
atau setelahnya. Jika suatu saat kalender Gregori tidak di reformasi lagi, maka
perayaan Paskah tidak akan sesuai lagi dengan peraturan (definisi) yang mereka
buat.7
Akibat adanya ketidaktepatan kalender Gregori dengan panjang satu
tahun tropis, maka bermunculanlah gagasan penyempurnaan sampai kepada
reformasi, seperti yang dilakukan oleh Astronom Delambre dari Prancis pada
tahun 1814 mengusulkan koreksi terhadap kalender Gregori dengan meniadakan
tahun kabisat pada tahun 3600, 7200, 10800 dan seterusnya. Enccyclopedia
Britanica pada tahun 1959 mengusulkan peniadaan tahun kabisat pada tahun
4000 dan tahun yang habis dibagi 4000. Pram Viet Trinh dari Departement of
Physics and Astronomy Hanoi Pedagogical Institute – Vietnam pada tahun 1993
mengusulkan jumlah tahun kabisat dalam kurun waktu 10000 tahun sebanyak

7
Muhyidin Khazin, 150 Tahun (1925-2075) Kalender Masehi Hijriyah, Buana Pustaka, Yoyakarta, hal xx

21
2422 tahun. Dengan demikian, selisih hari antara siklus tahun tropis matahari dan
panjang satu tahun rata-rata dalam kalender Matahari bisa mendekati nol,
tepatnya 0,000001 hari tiap 10000 tahun atau 1 hari setiap satu juta tahun.
365,242199 hari – [365 x (10000 – 2422)] + [366 x 2422] = 0,000001
hari. 10000
Lebih jauh lagi Pam Viet Trinh juga mengusulkan reformasi bahwa
sepekan terdiri dari 6 hari dan tiap bulan terdiri dari 30 hari ditutup dengan bulan
ke-4 terdiri dari 31 hari, tahun basitoh 365 hari dan tahun kabisat 366 hari. Usul
ini mirip dengan usul yang pernah dikemukan oleh E.R. Hope pekerja
Translation Officier dari The Defence Research Board-Ottawa, Kanada, pada
tahun 1963 dan 1964, dengan pola bulan ke-3 terdiri dari 31 hari.
Usul lainnya dari Peter A. Peck, University Computing Sytem, University
of Alberta, Edmonton, Alberta, Kanada, pada tahun 1989 menganalisa panjang
tahun tropis dalam jangka panjang, seratus ribu tahun. Sayangnya analisis itu
mendapatkan kritik, karena tidak memperhatikan batas keberlakuan rumus Simon
Newcomb.
Kalau kita lihat dari beberapa gagasan penyempurnaan diatas, terutama
gagasan dari Pram Viet Trinh, jelas bagi kita bahwa gagasan tersebut
mengabaikan variasi dari panjang tahun tropis yang menurut penelitian dan
kenyataan yang ada; panjang tahun tropis tersebut semakin pendek, misalkan
pada awal tahun masehi setahun terdiri dari 365,2431 hari ephemeris dan pada
tahun 2000 yang lalu menjadi 365,2422 hari ephemeris Dan saya
memprediksikan bahwa kalender Gregori 10000 tahun yang akan datang tidak
akan terpaut 3 hari dengan panjang tahun tropis, tetapi lebih dari 3 hari.
Oleh karena itu diharapkan gagasan penyempurnaan atau reformasi
kalender Gregori harus memperhitungkan presesi bumi dan perlambatan rotasi
bumi yang menjadi faktor utama adanya variasi panjang tahun tropis, sehingga
seluruh manusia di dunia ini tidak sering kebingungan untuk bersepakat terhadap
sistem kalender kosmos yang berlakunya bersifat universal.8
Untungnya menurut hasil telaah berdasarkan pengetahuan perlambatan
rotasi bumi dan dinamika presesi bumi oleh Kazimiers Borkowski (1991) dari
Torun Radio Astronomy Observatory, Nicolaus Copernicus University, Torun,
Polandia mengenai 1 tahun tropis yang di kaji ulang olehnya untuk jangka

8
Keterangan ini diambil dari Kitab Tarikh Umam wal Muluk, ditulis oleh Muhammad bin Jarir At Thobari,
yang dikenal dengan nama Tarikh Thobari. Kitab ini jumlahnya 12 jilid besar, setiap satu jilid tebalnya 250
halaman

22
panjang; Disimpulkan bahwa belum ada persoalan yang serius mengenai
kesalahan tahun tropis kalender Gregorian sampai tahun 4000 M.
Jadi kita patut bersyukur, karena presesi dan perlambatan rotasi bumi
tidak terlalu cepat bagi ukuran peradaban manusia, kalau tidak ummat manusia
akan sering kebingungan untuk bersepakat terhadap sistem kalender kosmos
yang bersifat universal.

D. Waktu Rata-Rata Greenwich


Greenwich Mean Time (GMT, Waktu Rata-rata Greenwich) adalah rujukan
waktu internasional yang pada mulanya didasarkan pada waktu matahari di Greenwich
yang kemudian didasarkan pada jam atom. Sistem waktu yang mapan tersebut
mempunyai sejarah panjang yang didukung konvensi internasional dan kajian ilmiah
untuk penyempurnaannya. Sampai pertengahan abad 19, masing-masing negara
menggunakan sistem jam matahari sendiri dengan menggunakan meridian masing-
masing. Meridian adalah garis hubung utara-selatan yang melalui zenit yang dilintasi
matahari saat tengah hari. Untuk jaringan transportasi kereta api jarak jauh yang mulai
berkembang saat itu, pembuatan sistem waktu baku antarwilayah diperlukan. Tanpa
sistem waktu yang baku, jadwal kereta api bisa kacau ketika memasuki wilayah yang
menggunakan sistem waktu berbeda. Hal itu terutama dirasakan oleh jaringan kereta
api di Kanada dan Amerika Serikat.
Kebutuhan sistem waktu baku tersebut yang mendorong Sir Sandford Fleming,
seorang teknisi dan perencana perjalanan kereta api Kanada mengusulkan waktu baku
internasional pada akhir 1870-an. Gagasan itu kemudian dimatangkan dalam
Konferensi Meridian Internasional di Washington DC pada Oktober 1884 yang
dihadiri perwakilan 25 negara (Austria-Hungaria, Brazil, Chile, Kolombia, Costa Rica,
Perancis, Jerman, Inggris, Guatemala, Hawii, Italia, Jepang, Liberia, Meksiko,
Belanda, Paraguay, Rusia, San Domingo, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Amerika
Serikat, Venezuela, dan Salvador).
Kesepakatan pokok (konvensi) pada konferensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bersepakat menggunakan meridian dunia yang tunggal untuk menggantikan banyak
meridian yang telah ada.
2. Meridian yang melalui teropong transit di Observatorium Greenwich ditetapkan
sebagai meridian nol.
3. Semua garis bujur dihitung ke Timur dan ke Barat dari meridian tersebut sampai
180 derajat.

23
4. Semua negara menerapkan hari universal.
5. Hari universal adalah hari matahari rata-rata, mulai dari tengah malam di Greenwich
dan dihitung 24 jam.
6. Hari nautika dan astronomi di mana pun mulai dari tengah malam.
7. Semua kajian teknis untuk mengatur dan menerapkan sistem desimal pembagian
waktu dan ruang akan dilakukan.
Butir ke-2 tidak mendapat kesepakatan bulat. San Dominggo menentang.
Perancis dan Brazil abstain.
Saat ini sistem waktu telah ditetapkan dengan 24 waktu baku, secara umum
setiap perbedaan 15 derajat garis bujur, waktunya berbeda 1 jam. Dalam
pelaksanaannya, waktu baku tersebut disesuaikan dengan batas wilayah agar tidak
memecah waktu di suatu wilayah. Pada 1928, dalam konferensi astronomi
internasional, berdasarkan kajian soal waktu, maka penamaan GMT diubah menjadi
Universal Time (UT). Rujukan waktunya tetap jam matahari, sehingga tergantung
rotasi bumi yang sebenarnya tidak konstan. Pada 1955 ditemukan jam atom Caesium
yang lebih stabil, sehingga selalu ada perbedaan dengan UT, walau dalam skala yang
sangat kecil dalam orde milisecond (seperseribu detik). Pada akhir 1960-an sampai
awal 1970-an banyak dilakukan kajian soal waktu yang sinkron antara UT dan jam
atom. Saat ini UT bukan lagi murni didasarkan pada jam matahari, tetapi berdasarkan
jam atom yang disinkronkan dengan konsep jam matahari. Namanya menjadi UTC
(Universal Time, Coordinated), nama kompromi dari usulan dua bahasa: bahasa
Inggris “CUT” untuk “coordinated universal time” dan bahasa Perancis “TUC” untuk
“temps universel coordonné”.
Dari sejarah panjang GMT tersebut, kita bisa faham bahwa konvensi waktu
baku internasional didasarkan pada kebutuhan untuk mensinkronkan jadwal aktivitas
manusia yang bersifat lintas negara. Apalagi saat ini, jadwal penerbangan memerlukan
pengaturan waktu yang sangat akurat. Sistem waktu GMT atau UTC yang sudah
mapan saat ini tidak mungkin lagi diubah, misalnya dengan MMT (Mecca Mean
Time). Tidak ada alasan fisis – teknis yang mendasarinya, selain ghirah (semangat)
keagamaan. Juga tidak ada alasan yang mendukung penyatuan waktu ibadah ummat
Islam, karena pada dasarnya waktu ibadah bersifat lokal dan sudah tercukupi dengan
menggunakan sistem waktu internasional yang telah ada.
Bayangkan, kalender Masehi sampai 19 abad untuk mencapai kemapanan yang
bersifat global. Kalender Hijriyah yang baru menapak 14 abad wajar belum mencapai
kemapanan sehingga belum bisa dijadikan sistem kalender yang memberi kepastian
untuk urusan pemerintahan dan bisnis. Namun, upaya menuju kemapanan seperti itu

24
terus dilakukan. Jangan terlalu jauh dulu mencita-citakan kalender hijriyah global.
Mulailah dari yang sudah ada di depan mata kita, kalender hijriyah nasional. Dari 3
prasyarat, sudah ada 2 prasyarat yang terpenuhi, yaitu adanya otoritas tunggal (yaitu
Pemerintah yang diwakili Menteri Agama) dan adanya batas wilayah keberlakukan
(yaitu wilayah hukum Indonesia). Tinggal selangkah lagi, mengupayakan kesepakatan
kriteria.
D. Membuat Kalender
Cara Menentukan hari pada Kalender Syamsiyah:
1. Tentukan tahun yang akan dihitung
2. Hitung tahun tam(tahun yang sudah berjalan)
3. Hitung berapa siklus selama tahun tam tersebut.
4. Hitung berapa tahun kelebihan dari jumlah siklus.
5. Hitung berapa hari selama siklus yang yang ada (siklus x 1461 hr)
6. Hitung berapa jmlah hari dari tahun kelebihan
7. Jumlahkan seluruhnya dan ditambah 1 (1januari)
8. Kurangi dengan koreksi goergian yakni 13 hariJumlah hari kemudian dibagi 7
sisanya dihitung mulai dari hari sabtu. (1= sabtu, 2 = ahad, 3 = senin, 4 = selasa, 5 =
rabu, 6 = kamis, dan 7 = jumat)
9. Untuk pasaran jumlah hari dibagi 5 sisanya dihitung dari kliwon (1 = kliwon,
2 = legi, 3 = pahing, 4 = pon, dan 5 = wage)
10. Untuk menentukan hari lebih dahulu bulan dan tahunya dijadikan hari semua
kemudian jumlah itu dibagi 7, sisinya dihitung dari hari sabtu 1 daur (windu)
= 365 hr. x 3 + 366 hr. = 1461 hr.

No BULAN HR HR PASARAN PASARAN


BSTAH KBSHT BSITHAH KABISAT
1 JANUARI 1 1 1 1
2 PEBRUARI 4 4 2 2
3 MARET 4 5 5 1
4 APRIL 7 1 1 2
5 MEI 2 3 1 2
6 JUNI 5 6 2 3
7 JULI 7 1 2 3
8 AGUSTUS 3 4 3 4
9 SEPTEMBER 6 7 4 5
10 OKTOBER 1 2 4 5
11 NOVEMBER 4 5 5 1
12 DESEMBER 6 7 5 1

25
No BULAN Tahun HR Pasaran Pasaran
kabisat Kabisat
1 JANUARI 1 Kamis 1 Pahing
2 PEBRUARI 4 Ahad 2 Pon
3 MARET 5 Senin 1 Pahing
4 APRIL 1 Kamis 2 Pon
5 MEI 3 sabtu 2 Pon
6 JUNI 6 selasa 3 Wage
7 JULI 1 kamis 3 Wage
8 AGUSTUS 4 ahad 4 Kliwon
9 SEPTEMBER 7 rabu 5 Legi
10 OKTOBER 2 jumat 5 Legi
11 NOVEMBER 5 senin 1 Pahing
12 DESEMBER 7 rabu 1 Pahing

No BULAN UMUR JMLH HR JMLH HR


BST KBST
1 JANUARI 31 31 31
2 PEBRUARI 28/29 59 60
3 MARET 31 90 91
4 APRIL 30 120 121
5 MEI 31 151 152
6 JUNI 30 181 182
7 JULI 31 212 213
8 AGUSTUS 31 243 244
9 SEPTEMBER 30 273 274
10 OKTOBER 31 304 305
11 NOVEMBER 30 334 335
12 DESEMBER 31 365 366

Untuk menentukan hari jatuhnya tanggal 1 Januari, maka lebih dahulu dari, bulan
dan tahunya + dijadikan hari semua kemudian jumlah itu dibagi 7, sisinya dihitung
dari hari sabtu. Tersebut diatas dihitung sebagai berikut :
1 daur (windu) = 365 hr. x 3 + 366 hr. = 1461 hr.
5 maret 1957 = 1950 + Djanuari + Pebruari + 5 Maret.
1956 = 4 x 489 daur = 489 x 1461 hr. = 714429 hr.
Djanuari = pebruari 57 (tahun pendek) = 59 “
5 Maret = 5 “
Djumlah = 714493 “
Karena anggaran baru maka harus dikurangi = 13 “

26
Jumlah hari mulai tahun Masehi hingga 5 Mrt = 714480
714480= 7 X 102068 sisa dihitung dari hari sabtu, yaitu 7 (tujuh) pada hari selasa.
Penjelasan.
Tahun 1957 adalah tahun pendek sebab tidak tepat dibagi 4. dijadi bulan februari’ 57
berumur 28 hari.
Dikurangi 13 hari tersebut adalah:
Oktebor dijadikan tgl. 15 oktober, berarti maju 10 hari. Menurut peraturan lama ( J.
Caesar ) th 1700. 1800 dan 1900 termasuk tahun panjang, tetapi menurut anggaran
baru tidaklah demikian . jadi selain kurang 10 hari tersebut diatas masih harus
dikurangi lagi 3 hari, berarti jumblah pengurangan ialah 10 hari + 13 hari = 13 hari
Contoh lagi:
Tgl 10 Mei th. 1956 jatuh pada hari apakah?
1955 = 4 X 488 daur + 3 th.
488 daur = 1461 hari X 488 = 712968 hr
3 th = 365 hr X 3 = 1095”
Januari, februari, maret, april’ 56 (th panjang) = 121
= 10
Di jumlah 714194
Di Kurang 13
Di jumlah hari mulai permulaan th. Masehi hingga
Tgl 10 Mei 1956 . .. . . . . . . . . . . . 714181
714181 = 7 X 102025 sisa 6 dihitung dari hari Sabtu yaitu jatuh pada hari kamis

27
DATA MEMBUAT KALENDER MASEHI
TABEL : I
ABAD HURUF YAUM ABAD
- 05 12 A G F E D C B - 16 20
- 06 13 B A G F E D C - - -
- 07 14 C B A G F E D - 17 21
01 08 15 D C B A G F E - - -
02 09 - E D C B A G F - 18 22
03 10 - F E D C B A G - - -
04 11 - G F E D C B A 15 19 23
00 01 02 03 - 04 05

06 07 - 08 09 10 11

- 12 13 14 15 - 16

17 18 19 - 20 21 22

23 - 24 25 26 27 -

28 29 30 31 - 32 33

34 35 - 36 37 38 39

- 40 41 42 43 - 44

45 46 47 - 48 49 50

51 - 52 53 54 55 -

56 57 58 58 - 60 61

62 63 - 64 65 66 67

- 68 69 70 71 - 72

73 74 75 - 76 77 78

79 - 80 81 82 83 -

84 85 86 87 - 88 89

90 91 - 92 93 94 95

- 96 97 98 99 - -

CATATAN:YANG DICETAK TEBAL ADALAH TAHUN KABISAT /PANJANG

28
TABEL ; II
HURF YAUM TARIKH YAUM HRF YAUM

A Ah Sn Sl Rb Km Jm Sb C
B Sb Ah Sn Sl Rb Km Jm D
C Jm Sb Ah Sn Sl Rb Km E
D K Jm Sb Ah Sn Sl Rb F
E m Km Jm Sb Ah Sn Sl G
F Rb Rb Km Jm Sb Ah Sn A
G Sl Sl Rb K Jm Sb Ah B
Sn m
2 3 5 6 7
JANUARI 1 9 10 4 12 13 14
PEBRUARI
8 16 17 11 19 20 21
OKTOBER 15 23 24 18 26 27 28
22 30 31 25 2 3 4
29 6 7 1 9 10 11
PEBRUARI 5 13 14 8 16 17 18 SEPTEMB
MARET 12 20 21 15 23 24 25 ER
NOPEMBER 19 27 28 22 30 31 1 DESEMBE
26 3 4 29 6 7 8 R
JANUARI
2 10 11 5 13 14 15
APRIL 9 17 18 12 20 21 22
JULI 16 24 25 19 27 28 29 MEI
23 31 1 26 3 4 5
30 7 8 2 10 11 12
AGUSTUS 6 14 15 9 17 18 19
13 21 22 16 24 25 26
20 28 29 23 31 1 2 JUNI
27 30
Contoh; Tahun 2009 yaitu lihat tabel I terletak pada abad 20 dan tahun 09 dan huruf
yaumnya D, kemudian pada tabbel II bulan Januari dan hurum yaum D ada di
Hari Kamis. Jadi tanggal 1 Januari 2009 jatuh pada hari Kamis.

29

Anda mungkin juga menyukai