36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Keempat bulan yang dimaksud adalah
Dzulqa'idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab sesuai dengan hadits yang
dikisahkan Abu Barkah RA (Kitab Shohihain Bukhori & Muslim). Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri
kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan
ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
37. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah
menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan
mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun
dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat
mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka
mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan
mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Tahun masehi memiliki perjalanan yang panjang saat dibuat oleh bangsa
Romawi kuno, namun pertama kali diciptakan oleh seorang biarawan
katolik bernama Dionisius Exigus pada tahun 527 masehi. Perhitungan
tahun yang menggunakan kelahiran Nabi Isa Alaihissallam sebagai
permulaan tahunnya. Penamaan masehi diambil dari pengisbatan atas Al
Masih. penanggalan masehi tersebut dinamakan Anno Domini (AD) yang
berarti "tahun tuhan kita" yang berasal dari bahasa Latin. Sedangkan
kalender Islam (Hijriyah), biasa dinamakan Anno Hegirae / After Hijrah.
Pada awal mula kalender tersebut dibuat hanya terdiri dari 10 bulan,
tanggal pertama bukan 1 Januari, melainkan 25 Maret, karena diyakini
kelahiran Nabi Isa waktu itu terjadi saat 25 Maret. Penyempurnaannya
antara lain memangkas hari agar sesuai dengan musim serta mengubah
awal mula tanggal dari tanggal 25 ke tanggal 1 sehingga kalender masehi
yang awalnya untuk memperingati kelahiran Nabi Isa Alaihissallam
berubah menjadi mengikuti perubahan musim yang terjadi di Eropa kala
itu.
Pada masa Julius Caesar, membuat bangsa Romawi menamakan bulan
yang dikaitkan dengan nama-nama dewa yang dianutnya kala itu.
Januarius yang dikaitkan dengan dewa Janus, dewa yang bermuka dua,
yang menatap ke arah masa depan dan masa lalu sehingga ditetapkan
sebagai awal tahun. Februari dari nama dewi Febria, dewi kasih sayang
dan cinta kasih, sehingga terdapat hari valentine pada bulan tersebut.
Bulan Maret dari nama dewa Mars, yakni dewa perang. Sedangkan April
berasal dari kata Aphrodite, nama Dewi Venus dalam bahasa Yunani.
Dewa Maia, dewa Juno; sedangkan bulan juli awalnya bernama quintrilis
berubah menjadi Juli yang dinisbatkan pada Julius Caesar. Jenderal
Augustus pun diabadikan sebagai nama bulan karena pengaruh besarnya
kepada bangsa Romawi, Sextirilis diganti dengan Augustus.
Pada masa Khalifah Umar ibn Khattab (634-644) kekuasaan Islam meluas
dari Mesir sampai Persia. Pada tahun 638, Gubernur Irak Abu Musa al-
Asy’ari berkirim surat kepada khalifah Umar di Madinah. Isinya antara
lain: surat kita memiliki tanggal dan bulan, tetapi tidak berangka tahun.
Sudah saatnya umat Islam membuat tarikh sendiri dalam perhitungan
tahun.
Terbentuklah panitia yang diketuai Khalifah Umar sendiri dengan anggota
enam sahabat Nabi terkemuka, yaitu: Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib,
Abdurrahman ibn Auf, Sa’ad Bin Abi Waqqas, Thalhah ibn Ubaidillah, dan
Zubair ibn Awwam.
Mereka bermusyawarah Ada yang mengusulkan penghitungan dari tahun
kelahiran Nabi (‘Am al-Fil, 571 M.), dan ada pula yang mengusulkan tahun
turunnya wahyu Allah yang pertama (‘Am Al-Bi’tsah, 610 M.). Tetapi,
akhirnya yang disepakati panitia adalah usul dari Ali ibn Abi Thalib, yaitu
tahun berhijrahnya kaum muslimin dari Makah ke Madinah (‘Am Al-
Hijrah, 622 M). Ditetapkanlah tahun hijrah nabi sebagai tahun satu, 1
Muharam 1 H bertepatan dengan 16 Juli 622 M. Dan tahun
dikeluarkannya keputusan itu langsung ditetapkan sebagai tahun17 H.
Ali ibn Abi Thalib mengemukakan tiga argumen. Pertama, dalam al-quran
sangat banyak penghargaan Allah Ta’ala bagi orang-orang yang berhijrah.
Kedua, masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud
setelah hijrah ke Madinah. Ketiga, umat Islam sepanjang zaman
diharapkan selalu memiliki semangat Hijriah, yaitu jiwa dinamis yang
tidak terpaku pada suatu keadaan dan ingin berhijrah pada kondisi yang
lebih baik.
Nama-nama bulan hijriyah:
Jika haul menggunakan Kalender Hijriah maka zakatnya 2,5%. Tetapi jika
haul menggunakan Kalender Masehi zakatnya 2,577% (2.5 x 365,25 :
354,36756 = 2.5768 % dibulatkan = 2,577%). Dengan demikian ada selisih
0,077% (2.577 % – 2.5 % = 0.077 %). Perbedaan persentase ini
disebabkan selisih hari dalam Kalender Masehi dan Kalender Hijriyah
sebanyak 11 (365 – 354) hari. Artinya, kelebihan yang 11 hari ini tidak
terzakati.