Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

HAKIKAT BULAN MUHARRAM

DISUSUN OLEH :
NAMA : AGUNG GUNAWAN
NOMOR : 01
KELAS : VIII B

SMP MUH. 4 MOJOGEDANG


2015 / 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan
Allah. Empat bulan tersebut adalah bulan Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak
Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram (QS. At
Taubah: 36)
Kata Muharram artinya dilarang. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram
sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini
dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya.
Kemudian ketika Islam datang kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan
sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah
(Syahrullah). Beribadah pada bulan haram pahalanya dilipatgandakan dan bermaksiat di
bulan ini dosanya dilipatgandakan pula.
Muharram adalah bulan pertama dalam hitungan kalender Islam, atau lebih terkenal
dengan "tahun Hijriah". Berbeda dengan tahun Masehi yang dihitung berdasarkan perputaran
Bumi terhadap Matahari, tahun Hijrian dihitung berdasarkan perputaran Bulan terhadap
Bumi. Satu bulan terdiri atas 29 atau 30 hari, dan satu tahun terdiri atas 12 bulan.

B. Tujuan
1. Memenuhi tugas Sekolah
2. Menambah referensi tentang bulan Muharram.

C. Manfaat makalah
1. Menambah wawasan kita tentang bulan Muharram
2. Mengetahui lebih jauh tentang Agama Islam

BAB II
PEMBAHASAN

HAKIKAT BULAN MUHARRAM


Muharram adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah
berdasarkan peredaran bulan. Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang
tersebut dalam Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut
dalam Kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan
itu ada empat bulan yang disucikan."
Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua
ahli tafsir Al-Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah Saw dalam haji kesempatan
haji terakhirnya mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di
antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah,
Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab."
Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak memiliki
keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang diakui sebagai bulan paling suci dalam
satu satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan
karena ada alasan-alasan khusus pula, bahkan para penganut paganisme di Makkah mengakui
keempat bulan tersebut disucikan.
Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada
perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan- bulan lain. Ketika Allah Swt
memilih bulan khusus untuk menurunkan rahmatnya, maka Allah Swt lah yang memiliki
kebesaran itu atas kehendakNya.

Keutamaan Bulan Muharram


Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa
Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram."
Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada
bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada
tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari 'Asyura.
Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke
Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10
Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari
ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan
melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, "Kami lebih dekat
hubungannya dengan Musa daripada kalian" dan langsung menyarankan agar umat Islam
berpuasa pada hari 'Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya
berpuasa pada hari 'Asyura diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang
diwajibkan sementara puasa pada hari 'Asyura disunahkan.
Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia
berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa
bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan
saja dan kewajiban puasa pada hari 'Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada
hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau." Namun, Rasulullah Saw
biasa berpuasa pada hari 'Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan
Ramadhan.
Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada
hari 'Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan
puasa 'Asyura." (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist
bahwa puasa di hari 'Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari 'Asyura diikuti oleh puasa satu hari
sebelum atau sesudah puasa hari 'Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi
Muhammad Saw, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari 'Asyura saja dan Rasulullah ingin
membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan
umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau
satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram).
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan
lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak
disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa
hal itu boleh dilakukan.

Legenda dan Mitos Hari 'Asyura


Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat
Islam menyangkut hari 'Asyura, meskipun tidak ada sumber otentiknya dalam Islam.
Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa
pada hari'Asyura Nabi Adam diciptakan, pada hari 'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada
hari 'Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari 'Asyura Kiamat akan terjadi
dan siapa yang mandi pada hari 'Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua
legenda itu sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan
bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari 'Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari 'Asyura dengan kematian cucu Nabi
Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang
salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak bisa
dikaitkan dengan peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari 'Asyura
sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina
Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu
bersamaan dengan hari 'Asyura.
Anggapan-anggapan yang salah lainnya tentang bulan Muharram adalah
kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan,
karena Husain terbunuh pada bulan itu. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat
Islam yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara
khusus sebagai tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala,
apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada sendiri.
Nabi Muhammad sangat melarang umatnya melakukan upacara duka karena
meninggalnya seseorang dengan cara seperti itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-
orang pada zaman jahiliyah.
Rasulullah bersabda, "Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya,
merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman jahiliyah."

Bulan Pengampunan Dosa


Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Kata
Muharram artinya 'dilarang'. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah
dikenal sebagai bulan suci dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti
peperangan dan pertumpahan darah.
Seperti sudah disinggung di atas, bahwa bulan Muharram banyak memiliki
keistimewaan. Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10
Muharram antara lain Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa setahun sebelumnya dan
setahun ke depan. (Tarmizi)
BAB III
PENUTUP

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Anda mungkin juga menyukai