“Munakahat”
MKDU Agama Islam
Semester 6
Kelompok 1 Nim 1-14
Angkatan 2014 semester 6
1. Karina Zata
2. Anisa Dina
3. Ziyan Bilqis Amran
4. Safina Firdaus
5. Nadya Rasyida
6. Walida F Daulay
7. Intan Ulla
8. Nur Annisa Laras F
9. Lailatul Faizah
10.Prajna Paramitha
11.Ambar Khalida Zahra
12.Desi Tri Utami
13.Aminatuzukhruf
14.Rizki Maulana Tsani H
Learning objectives
1. Rukun dan Syarat Pernikahan
2. Cara Meminang
3. Ketentuan Perempuan yang boleh
dan tidak boleh dinikahi
4. Ketentuan umum pernikahan
1. Rukun dan Syarat Pernikahan
BAB IV (RUKUN DAN SYARAT PERKAWINAN )
Pasal 23
(1) Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah
apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin
menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya
atau gaib atau adlal atau enggan. (2) Dalam hal wali adlal
atau enggan maka wali hakim baru dapat bertindak sebagai
wali nikah setelah ada putusan Pengadilan Agama tentang
wali tersebut
Pasal 24
(1) Saksi dalam perkawinan merupakan rukun pelaksaan akad nikah (2) Setiap
perkawinan harus disaksikan oleh dua orang saksi
Pasal 25
Yang dapat ditunjuk menjadi saksi dalam akad nikah ialah seorang laki-laki
muslim, adil, akil baligh, tidak terganggu ingatan dan tidak tuna rungu atau tuli.
Pasal 26
Saksi harus hadir dan menyaksikan secara langsung akad nikah serta
menandatangani akta nikah pada waktu dan di tempat akad nikah
dilangsungkan
Pasal 27
Ijab dan kabul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak
berselang waktu.
Pasal 28
Akad nikah dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang
bersangkutan.Wali nikah dapat mewakilkan kepada orang lain.
Pasal 29
(1) Yang berhak mengucapkan kabul adalah calon mempelai pria secara pribadi
(2) Dalam hal-hal tertentu ucapan kabul nikah dapat diwakilkan kepada pria lain
dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang tegas secara tertulis
bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk mempelai pria
(3) Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai pria
diwakili, maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan
2. Cara Meminang
- Seorang wali diperbolehkan untuk menawarkan wanita
yang berada di bawah perwaliannya kepada orang yang
shalih
- Wanita yang baligh dan bijakboleh dilamar langsung
melalui dirinya
- Dianjurkan bagi seorang laki-laki yang akan melamar untuk
meminta pendapat kepada orang yang dipercaya. Dan
dimintai pendapat jujur tentang si calon mempelai
- Tak ada lafazh khusus dala melamar.
- Apabila seorang wanita telah dilamar oleh seorang laki-laki
dan keduanya telah sepakat untuk menikah, maka tidak halal
bagi laki-laki lainnya untuk melamar wanita tersebut. Kecuali
pelamar pertama yang diterima mengizinkan kepada laki-laki
lain untuk melamar maka boleh.
- Apabila belum ada kesepakatan maka diperbolehkan laki-
laki lain untuk melamarnya
- Diperbolehkan membuat perantara untuk melamar seorag
wanita.
- Setelah proses lamaran laki-laki yang melamar belum halal
untuk melakukan apapun terhadap wanita yang dilamarnya,
karena statusnya masih orang lain
- Setelah lamaran, kedua belah pihak berhak membatalkan
atau melanjutkan ke jenjang pernikakhan.
- Jika wanita telah dilamar oleh seroang laki-laki yang baik
agama dan ahlaknya maka hendaklah wanita itu
menyetujuinya dan segera menikahkan mereka
- Melamar bukan syarat sah pernikahan.
3. Wanita Yang Tidak Boleh Dinikahi