Anda di halaman 1dari 17

KALENDER HIJRIAH

Oleh:

KELOMPOK 10

Anggita Nur Luthfiya (1806210161)

Dina Rosyida (1806210193)

Eka Anefia Safitri (1806210174)

Galang Adhi Pradipta (1906367806)

Muhammad Farhan Zaki (1806210180)

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

2020
ABSTRAK

Tulisan ini mengkaji tentang sistem kalender hijriah, mulai dari sejarah, mitologi, bangsa-bangsa yang menggunakan,
dan unsur-unsur yang terdapat pada kalender hijriah. Sistem kalender memiliki dua sistem penanggalan yaitu
penanggalan yang menggunakan matahari dan yang menggunakan bulan. Kalender hijriah menggunakan sistem
penanggalan bulan. Kajian tentang kalender hijriah ini dilakukan agar pengetahuan tentang sistem kalender hijriah
dapat terus lestari. Tujuan penulisan makalah ini adalah menjelaskan dan memberikan informasi tentang sejarah,
mitologi, bangsa yang menggunakan, dan unsur yang ada dalam kalender hijriah. Kesimpulan dari tulisan ini adalah
pengetahuan tentang kalender hijriah sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menggunakan kalender tersebut,
termasuk Indonesia.

Kata Kunci : Kalender Hijriah; Kurup


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kehidupan di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari waktu. Pengetahuan tentang waktu
sangatlah penting sebagai pengetahuan dan untuk memahami kronologi waktu suatu peristiwa.
Waktu juga sangat penting dalam sejarah. Tanpa waktu yang tepat manusia akan sulit untuk
mengetahui secara pasti kapan suatu peristiwa terjadi. Pengetahuan tentang pergantian dan
pengulangan waktu telah membuat manusia berpikir untuk menciptakan sebuah penanggalan atau
kalender sebagai acuan bagi manusia untuk melaksanakan kegiatannya.

Secara umum ada dua sistem kalender yang digunakan di dunia berdasarkan putaran benda-
benda langit pada garis lintasnya. Pertama kalender masehi yaitu penanggalan yang didasarkan
pada peredaran bumi mengelilingi matahari kedua Kalender Hijriah yaitu penanggalan yang
didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi.

Kalender Hijriah merupakan kalender yang perhitungannya didasarkan pada peredaran


Bulan mengelilingi Bumi.Menurut Susiknan Azhari kalender Hijriah merupakan kalender yang
berdasarkan sistem Kamariah, awal bulannya terjadi setelah ijtimak dengan posisi hilal di atas ufuk
dan Matahari terbenam terlebih dahulu dibandingkan Bulan.

Berbicara mengenai kalender Hijriah tidak pernah terlepas dengan problematika penetapan
awal bulan terutama berkaitan bulanbulan ibadah. Pada awalnya penetapan awal bulan Kamariah
ditentukan dengan melihat hilal (bulan muda)seperti yang dilakukan Nabi karena memang pada
saat itu ilmu astronomi modern belum berkembang dalam masyarakat. Setelah berkembangnya
ilmu pengetahuan, ada sebagian umat Islam mulai menggunakan hisab sebagai sarana menentukan
awal bulan Kamariah. Kalender hijriah adalah salah satu sistem kalender yang digunakan di
Indonesia untuk penentuan hari-hari besar agama Islam yang merupakan agama mayoritas di
Indonesia.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terciptanya kalender hijriah?
2. Mitologi apakah yang berkaitan dengan sistem kalender hijriah?
3. Bangsa apa saja yang menggunakan sistem kalender hijriah?
4. Unsur apa saja yang terdapat dalam kalender hijriah?

1.3.Tujuan penulisan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait sejarah kalender hijriah,
mitologinya, bangsa-bangsa yang menggunakan kalender tersebut, dan unsur-unsur yang ada
pada sistem kalender hijriah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kalender Hijriah

Kalender atau penanggalan adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk mengatur kronologi
waktu secara baik menurut satuan-satuan waktu dalam hari, minggu, bulan, dan tahun. Kalender
memiliki fungsi yang sangat penting dalam sebuah kehidupan sosial masyarakat. Istilah Hijriah
berasal dari bahasa arab yang artinya pindah ke negeri lain atau hijrah, karena penamaan Hijriah
mengacu pada perhitungan tahun pertama yang dimulai sejak peristiwa hijrahnya Nabi dari
Makkah ke Madinah. Sebagaimana dikutip oleh Susiknan Azhari dalam Leksikon Islam bahwa
kalender Hijriah adalah penanggalan Islam yang dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad
saw.

Kalender Hijriah juga biasa disebut dengan kalender Kamariah atau kalender Islam, yaitu
kalender yang berdasarkan pada perjalanan bulan terhadap bumi dan awal bulannya dimulai
apabila setelah terjadi ijtimak matahari tenggelam terlebih dahulu dibandingkan bulan (moonset
after sunset), pada saat itu posisi hilal di atas ufuk untuk seluruh wilayah hukum.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kalender Hijriah yang berlaku di Indonesia merupakan
penanggalan Islam yang menggunakan sistem peredaran bulan yang awal bulannya posisi hilal di
atas ufuk setelah matahari tenggelam dan berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian
bahwa kalender Hijriah berfungsi sebagai pemberi kepastian dalam kegiatan agama khususnya
yang berkaitan dalam ibadah umat Islam.

2.1.1 Sejarah Kalender Hijriah Pra Islam

Sebelum masuknya agama Islam, masyarakat Arab belum mengenal kalender Hijriah atau
kalender Bulan, pada saat itu kalender yang digunakan masyarakat Arab adalah kalender lunisolar.
Dalam The Shorter Encyclopedia of Islam disebutkan bahwa kalender Arab pra Islam sebagaimana
kalender Yahudi, dimulai pada musim gugur.Kalender lunisolar pra Islam memiliki 12 bulan yang
tiap bulannya berjumlah 29 atau 30 hari, sehingga jumlah hari dalam satu tahun kalender adalah
354 hari. Untuk menyesuaikan jumlah hari yang didasarkan pada perputaran bulan mengelilingi
bumi (lunar month) dengan jumlah hari dalam tahun matahari yang jumlahnya mencapai sekitar
11,53 hari setiap tahunnya, dibuatlah bulan sisipan12 (intercalary month) sebagai bulan ke-13 yang
dalam al-Quran disebut dengan an-nasi.

Bulan sisipan inilah yang kemudian dijadikan oleh Arab pra Islam sebagai alat untuk
mempermainkan bulan Muharam yang dilarang untuk melakukan peperangan. Jika mereka
menginginkan peperangan, maka bulan Muharam akan dirubah menjadi Safar sehingga tidak lagi
menjadikan bulan tersebut sebagai bulan yang dilarang untuk berperang.

Berikut nama-nama bulan pada kalender pra Islam dengan kalender Islam saat ini sama,
bahkan nama-namanya mirip dengan pembagian bulan dalam zaman kuno yang dihitung
berdasarkan pada tahun matahari, diantaranya adalah:

a. Muharam (bulan yang disucikan)

b. Safar (bulan yang dikosongkan)

c. Rabiul awal (musim semi pertama)

d. Rabiul akhir (musim semi kedua)

e. Jumadil ula (musim kering pertama)

f. Jumadil akhir (musim kering kedua)

g. Rajab (bulan pujian)

h. Syakban (bulan pembagian)

i. Ramadhan (bulan yang sangat panas)

j. Syawal (bulan berburu)

k. Zulkaidah (bulan istirahat)

l. Zulhijah (bulan haji)

Sejarah Kalender Hijriah Setelah Masuknya Islam

Penanggalan Hijriah ini dimulai sejak tanggungjawab kepemimpinan umat Islam berada di
tangan Umar bin Khattab yakni 2,5 tahun diangkat sebagai khalifah menggantikan kepemimpinan
khalifah Abu Bakar as-Shiddiq.
Pada suatu saat terdapat persoalan yang menyangkut sebuah dokumen pengangkatan Abu
Musa al-Asy’ari sebagai gubernur di Basrah yang terjadi pada bulan Syakban. Muncul pertanyaan
bulan Syakban yang kapan itu. Selain itu, ketika Abu Musa al-Asy’ari mejadi gubernur, ia
menerima surat dari khalifah Umar bin Khattab yang tanpa ada nomor bilangan tahunnya. Dan itu
sering terjadi setiap khalifah Umar mengirim surat hanya ada tanggal dan bulan saja tanpa ada
bilangan tahun. Sementara itu sebuah surat yang tanpa ada catatan tahunnya akan bermasalah dan
menjadi persoalan serius ketika diarsipkan ke dalam administrasi kenegaraan. Oleh sebab itu,
Umar bin Khattab memanggil beberapa orang sahabat guna membahas persoalan tersebut.
Kemudian diciptakan penanggalan Hijriah dihitung mulai tahun yang didalamnya terjadi hijrah
Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah. Dengan demikian penanggalan Hijriah itu
diberlakukan mundur sebanyak 17 tahun.

Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad beserta para pengikutnya dari Makkah ke Madinah
yang dipilih sebagai titik awal perhitungan tahun, karena petistiwa tersebut merupakan peristiwa
besar dalam sejarah awal perkembangan Islam. Peristiwa hijrah adalah pengorbanan besar pertama
yang dilakukan Nabi dan umatnya untuk keyakinan Islam, terutama dalam masa awal
perkembangannya. Tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriah ada yang berpendapat jatuh pada hari
Kamis tanggal 15 Juli 622 M. Penetapan ini kalau berdasarkan pada hisab, sebab irtifa’ hilal pada
hari Rabu 14 Juli 622 M sewaktu matahari terbenam sudah mencapai 5 derajat 57 menit.

Pendapat lain mengatakan 1 Muharam 1 Hijriah jatuh pada hari Jumat tanggal 16 Juli 622
M. Ini apabila permulaan bulan didasarkan pada rukyat, karena sekalipun posisi hilal pada
menjelang 1 Muharam 1 Hijriah sudah cukup tinggi, namun waktu itu tidak satu pun didapati
laporan hasil rukyat.

2.1.2 Sejarah Kalender Hijriah di Indonesia

Pada dasarnya kalender yang resmi dipakai di Indonesia adalah kalender masehi, yakni
sistem kalender Gregorian. Sebelum kedatangan Kolonial Belanda, sebagian besar masyarakat
Indonesia menggunakan kalender Hijriah dalam kehidupan sehari-harinya. Termasuk di sini
penggunaan kalender Jawa yang merupakan kalender Hijriah dengan modifikasi angka tahun
melanjutkan bilangan tahun Saka. Setelah Indonesia merdeka secara implisit diakui bahwa
kalender Hijriah merupakan kalender Nasional terbukti dengan pencantuman perayaan hari besar
Islam sebagai Hari Libur Nasional dan acara Kenegaraan pada event perayaan Hari Besar Islam.
Namun karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim maka kalender Hijriah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kalender Nasional.

Sejarah kalender Hijriah di Indonesia berawal dari kedatangan agama Islam di tanah Jawa
yang membawa bermacam-macam produk budaya dari pusat penyebaran Islam. Di antara produk
budaya yang dibawa Islam ketika itu adalah sistem penanggalan berdasarkan revolusi bulan
terhadap bumi (Kamariah), yang dikenal dengan penanggalan Hijriah. Masyarakat Jawa sendiri
juga sudah memiliki sistem penanggalan yang mapan, yaitu penanggalan Saka.

Pada awalnya penanggalan saka ini merupakan sistem penanggalan Hindu, yakni sistem
penanggalan yang didasarkan pada peredaran matahari mengelilingi bumi. Permulaan tahun Saka
ini ialah hari sabtu (14 Maret 78 M), yaitu satu tahun setelah penobatan Prabu Syaliwahono (Aji
Saka) sebagai raja di India. Oleh sebab itulah penanggalan ini dikenal dengan penanggalan Saka.

Menurut sejarah, munculnya kalender Jawa-Islam tidak lepas dari peran Sultan Agung
(1613-1645), sultan Mataram Islam ketiga yang bergelar Senapati Ing Alaga Sayiddin Panatagama
Kalifatullah. Sultan Agung mengakulturasikan penanggalan saka25 yang berdasarkan sistem
kalender matahari dan bulan (kalender lunisolar) dengan penanggalan Hijriah.Kemudian pada
tahun 1633 M yang bertepatan tahun 1043 H atau 1555 Saka, oleh Sri Sultan Muhammad yang
terkenal dengan nama Sultan Agung Anyokrokusumo yang bertahta di kerajaan Mataram, kedua
sistem penanggalan tersebut dipertemukan, yaitu tahunnya mengambil tahun Saka, yakni
meneruskan tahun Saka (tahun 1555), tetapi sistemnya mengambil tahun Hijriah yakni
berdasarkan peredaran bulan mengelilingi Bumi. Oleh karena itu, sistem ini dikenal dengan sistem
penenggalan Jawa Islam.

Dalam satu tahun terdapat 12 bulan, yaitu Suro, Sapar, Mulud, Bakdomulud, jumadilawal,
Jumadilakhir, rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah (Selo), dan Besar. Bulan-bulan ganjil
berumur 29 hari, sedangkan bulan-bulan genap berumur 30 hari, kecuali bulan ke-12 (Besar)
berumur 30 tahun pada tahun panjang. Satu tahun berumur 354,375 hari (354 3/8 hari), dengan
daur (siklus) 8 tahun (1 windu) yang ditetapkan bahwa pada urutan tahun ke 2, 5, dan 8 merupakan
tahun panjang (Wuntu= 355 hari), sedangkan lainnya merupakan tahun pendek (Wastu = 354 hari).
Tahun-tahun dalam satu windu (8 tahun) diberi nama dengan angka huruf jumali berdasarkan nama
hari pada tanggal satu suro tahun yang bersangkutan dihitung dari nama hari tanggal 1 suro tahun
alipnya.
Nama-nama tahun yang dimaksud adalah:

Tahun pertama = Alip ‫ا‬

Tahun kedua = Ehe ‫ه‬

Tahun ketiga = Jim Awal ‫ج‬

Tahun keempat = Ze ‫ز‬

Tahun kelima = Dal ‫د‬

Tahun keenam = Be ‫ب‬

Tahun ketujuh = Wawu ‫و‬

Tahun kedelapan = Jim Akhir ‫ج‬

Pada saat bangsa Belanda menjajah Indonesia, terjadi pergeseran penggunaan kalender
resmi pemerintahan, yang semula kalender Hijriah diubah menjadi kalender masehi (kalender
Matahari). Meskipun demikian, umat Islam tetap meggunakan kalender Hijriah terutama daerah-
daerah kerajaan Islam. Tindakan demikian tidak dilarang oleh pemerintah kolonial bahkan
penetapannya diserahkan pada penguasa kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada, terutama
penetapan terhadap hari-hari yang berkaitan dengan persoalan ibadah.

Kedua kalender tersebut memang berbeda secara prinsip. Penyusunan kalender Nasional
memakai sistem penanggalan matahari (solar calendar) dengan sistem penanggalan gregorian.
Sedangkan kalender Hijriah disusun oleh Departemen Agama Republik Indonesia yang didasarkan
pada hisab imkanur rukyat kriteria MABIMS.

Melihat peristiwa sejarah di atas, menunjukkan bahwa masuknya kalender Hijriah


beriringan dengan masuknya Islam ke nusantara melalui kerajaan-kerajaan Islam, bahkan terjadi
asimilasi antara dua kebudayaan yakni Hindu dan Islam, yang mana semula menganut sistem
kalender Saka yang bercorak Hindu hingga diubah menjadi kalender yang bercorak Islam, pada
masa kolonial pun kalender Hijriah masih tetap digunakan bahkan hingga sampai saat ini.

2.2 Mitologi Kalender Hijriyah


ۙ‫ض ﻣِ ْﻨ َﮭﺎ ٓ ا َ ْر َﺑ َﻌﺔٌ ُﺣ ُﺮ ٌم ۗ ٰذﻟِﻚَ اﻟ ِﺪّ ْﯾ ُﻦ ْاﻟﻘَ ِﯿّ ُﻢ ە‬ َ ‫اﻻ ْر‬َ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫� َﯾ ْﻮ َم َﺧﻠَﻖَ اﻟﺴﱠﻤٰ ٰﻮ‬ ِ‫ﺐ ﱣ‬ ِ ‫ﺷ ْﮭ ًﺮا ﻓِ ْﻲ ِﻛ ٰﺘ‬ َ ‫ﻋﺸ ََﺮ‬ َ ‫� اﺛْﻨَﺎ‬ ِ ‫ﺸ ُﮭ ْﻮ ِر ِﻋ ْﻨﺪَ ﱣ‬ ‫ا ﱠِن ِﻋﺪﱠة َ اﻟ ﱡ‬
َ‫� َﻣ َﻊ ْاﻟ ُﻤﺘ ﱠ ِﻘﯿْﻦ‬ َ ‫ﺴ ُﻜ ْﻢ َوﻗَﺎ ِﺗﻠُﻮا ْاﻟ ُﻤ ْﺸ ِﺮ ِﻛﯿْﻦَ ﻛ َۤﺎﻓﱠﺔً َﻛ َﻤﺎ ﯾُﻘَﺎ ِﺗﻠُ ْﻮﻧَ ُﻜ ْﻢ ﻛ َۤﺎ ﱠﻓﺔً ۗ َوا ْﻋ َﻠ ُﻤ ْٓﻮا ا َ ﱠن ﱣ‬
َ ُ‫ﻓَ َﻼ ﺗ َْﻈ ِﻠ ُﻤ ْﻮا ِﻓ ْﯿ ِﮭ ﱠﻦ ا َ ْﻧﻔ‬

inna 'iddatasy-syuhụri 'indallāhiṡnā 'asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti


wal-arḍa min-hā arba'atun ḥurum, żālikad-dīnul-qayyimu fa lā taẓlimụ fīhinna anfusakum wa
qātilul-musyrikīna kāffatang kamā yuqātilụnakum kāffah, wa'lamū annallāha ma'al-muttaqīn

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam
ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan
haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan
yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi
kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.

1. Muharram. artinya, yg diharamkan atau menjadi pantangan. Di bulan Muharram, dilarang untuk
berperang.

2. Shafar. Artinya, kosong. Di bulan ini, lelaki Arab pergi untuk merantau atau berperang.

3. Rabi’ul Awal artinya masa kembalinya kaum lelaki yg merantau (shafar).

4. Rabi’ul Akhir, artinya akhir masa menetapnya kaum lelaki.

5. Jumadil Awal artinya awal kekeringan. Maksudnya, mulai terjadi musim kering.

6. Jumadil Akhir, artinya akhir kekeringan. Dengan demikian, musim kering berakhir.

7. Rajab, artinya mulia. Jaman dulu, bangsa Arab sangat memuliakan bulan ini.

8. Sya’ban, artinya berkelompok. Biasanya bangsa Arab berkelompok mencari nafkah.

9. Ramadhan, artinya sangat panas. Bulan yg memanggang (membakar) dosa, karena di bulan ini
kaum Mukmin diharuskan berpuasa/shaum sebulan penuh.

10. Syawwal, artinya kebahagiaan.

11. Zulqaidah, artinya waktu istirahat bagi kaum lelaki Arab.

12. Zulhijjah, artinya yg menuaikan haji

2.3 Bangsa yang Resmi Beracuan Kalender Hijriyah


Pakistan

Kalender Islam digunakan untuk menentukan tanggal hari raya keagamaan dan menjadi
kalender resmi di Pakistan Penanggalan dimulai dari hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke
Madinah (622 M). Kini Chaudry membentuk komite yang terdiri atas astronom, pakar cuaca dan
teknologi. Tugas mereka adalah menentukan kalendar lima tahun untuk Pakistan dengan tanggal
pasti untuk Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha dan Muharram. Tujuannya untuk mengakhiri
kontroversi seputar penampakan bulan di negara itu yang kerap jadi bahan perdebatan para ulama

Oman

Kesultanan Oman menggunakan sistem penanggalan dan bulan berdasarkan kalender


hijriyah yang didasarkan pada perhitungan beredarnya bulan terhadap bumi atau orang Indonesia
menyebutnya kalender qomariyah. Di sana, kalender masehi tetap digunakan, namun terbatas di
kalangan kaum imigran atau pendatang dari India atau negara-negara Eropa.

Bangsa yang menggunakan kalender Hijriyah

Indonesia

Negara di kawasan Asia Tenggara yang penduduknya mayoritas Muslim ini menggunakan
sistem penanggalan dan bulan yang mengacu pada kalender masehi seperti kebanyakan negara di
dunia. Sedangkan, kalender hijriyah digunakan secara tak resmi, yakni hanya digunakan untuk
menandai peringatan hari-hari besar Islam pada kalender masehi.

2.4 Unsur Kalender Hijriyah

1. Hari : Ahad, Itsnayn, Tsalaatsa, Arba’a, Khamiis, Juma’at, Sabt

2. Bulan : Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal,


Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadan, Syawal, Zulkaidah, Zulhijah

3. Tahun : Alif, Ha’, Jim Awal, Zay, Dal, Ba’, Wau, Jim Akhir (Jawa: Alip,
Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jimakir)

4. Almanak : suatu publikasi tahunan yang mengandung informasi tabular pada


suatu atau beberapa topik yang disusun sesuai dengan kalender. Data astronomi dan berbagai jenis
statistik juga ditemukan pada almanak, seperti waktu terbit dan tenggelamnya matahari dan bulan,
gerhana, waktu pasang tinggi, perayaan keagamaan, garis waktu, dll. Asal kata bahasa Arabnya
mencerminkan tujuan awal utama almanak untuk memberikan informasi mengenai kalender dan
cuaca untuk dipergunakan bagi kepentingan pertanian. Almanak dihitung per 200 tahun dimulai
dari tahun 1700 hingga 2000.

5. Hisab : adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk


menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah. Hi

6. Rukyat : adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan


bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat
dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan
setelah Matahari terbenam. Hilal hanya tampak setelah Matahari terbenam (maghrib), karena
intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding dengan cahaya Matahari, serta ukurannya sangat
tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan
(kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib
hari berikutnya.

Perlu diketahui bahwa dalam kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya
matahari waktu setempat, bukan saat tengah malam. Sementara penentuan awal bulan (kalender)
tergantung pada penampakan (visibilitas) bulan. Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat
berumur 29 atau 30 hari.

7. Kurup : kurup adalah waktu pergantian selama 120 tahun. Macam2 kurup
ada 6 yaitu Sabtiyah, Akadiyah, Isneniyah, Jamngiyah, kamsiyah, arbangiyah

2.5 Kurup

Kurup adalah penghitungan waktu pada Kalender Jawa atau juga dapat ditemui pada Kalender
Hijriyah dengan hitungan per 120 tahun. Kurup dihitung menggunakan kombinasi semua
penghitungan waktu yang ada di jawa di antaranya Kalender Saka dan Kalender Hijriyah dan
digunakan secara umum pada Kalender Hijriyah dan dikombinasikan dengan Kalender Masehi.
Kurup selalu dimulai dari tahun Alip (urutan pertama tahun jawa per se windu). Kurup dibagi
menjadi 7 yang berasal dari jumlah hari dalam seminggu. Penghitungan kurup sendiri dimulai dari
hari/tanggal pertama, bulan pertama, tahun pertama, hingga berakhir, sehingga mengakibatkan
tiap-tiap kurup memiliki umur bulan yang berbeda.
1. Kurup Jamingiyah, dimulai pada hari Jemuwah Legi tanggal 1 Sura tahun Alip 1555, windu
Kuntara, atau pada Jum’aat, 1 Muharram 1043 Hijriyah atau Jumat, 8 Juli 1633 Masehi
dan berakhir pada hari Rebo Wage tanggal 29 Besar tahun Jimakir 1674, windu Sancaya,
wuku Langkir, atau pada Arba’a 29 Dzulhijjah 1162 Hijriyah atau Rabu ,10 Desember
1749 Masehi. Umurnya 120 tahun.

2. Kurup Kamsiyah, dimulai pada hari Kemis Kliwon tanggal 1 Sura tahun Alip 1675, windu
Adi, wuku Langkir atau pada Khamiis, 1 Muharram 1163 Hijriyah atau Kamis,11
Desember 1749 Masehi dan berakhir pada Selasa Pon tanggal 29 Besar tahun Jimakir
1746, windu Adi, wuku Kulawu atau pada Tsalaatsa, 29 Dzulhijjah 1234 Hijriyah atau pada
tanggal 19 Oktober 1819 Masehi. Berumur 72 tahun.

3. Kurup Arbangiyah, dimulai pada hari Rebo Wage tanggal 1 Sura tahun Alip 1747, windu
Kuntara, wuku Kulawu, atau pada hari Arba’a 2 Muharram 1235 Hijriyah atau 21 Oktober
1819 Masehi, dan berakhir pada Senen Pahing tanggal 29 Besar tahun Jimakir 1866, windu
Sancaya atau pada 29 Dzulhijjah 1354 Hijriyah atau Senin 23 Oktober 1936. Kurup ini
dikenal sebagai Kurup ABOGE (Alip Rebo Wage). Pada hari Aboge ini dipercaya oleh
masyarakat jawa sebagai hari dimana turunnya Wahyu Manuswa, yaitu bahwa manusia
memiliki akal pikiran dan memiliki rasa malu berbeda dengan hewan.

4. Kurup Salasiyah, dimulai pada hari Selasa Pon tanggal 1 Sura tahun Alip 1867, windu Adi,
wuku Langkir, atau Tsalaatsa 2 Muharram 1355 Hijriyah atau pada hari Selasa 25 Maret
1936, hingga berakhir pada hari Ngakat Legi tanggal 29 Besar tahun Jimakir 1986, windu
Sangara atau pada Ahad 29 Dzulhijjah 1474 Hijriyah atau pada hari Minggu 25 Agustus
2052 Masehi. Berumur 120 tahun. Kurup ini sering disebut dengan kurup ASAPON (Alip
Selasa Pon),

5. Kurup Isneniyah, dimulai pada hari Senen Pahing tanggal 1 Sura tahun Alip 1987, wuku
Kulawu, windu Sancaya, atau pada Itsnayn 1 Muharram, 1475 Hijriyah atau Senin 25
Agustus 2052 Masehi. Hingga berakhir pada hari Setu Kliwon tanggal 29 Besar tahun
Jimakir 2106, wuku Kuningan, atau pada Sabt 29 Dzulhijjah 1594 Hijriyah atau Sabtu 28
Januari 2169 Masehi.

6. Kurup Akadiyah, kurup yang dimulai pada tahun Alip tanggal 1 Sura ketika hari Minggu.
7. Kurup Sabtiyah, kurup yang dimulai pada tahun Alip tanggal 1 Sura ketika hari Sabtu.

Kurup secara umum digunakan untuk menentukan hari awal bulan puasa tiap tahun jawa.

Tabel di atas adalah penghitungan dalam kalender hijriyah yang telah diadaptasi oleh orang
jawa. Tabel tersebut digunakan untuk mencari hari awal puasa, hari raya idul fitri, maupun hari
penting lainnya dari setiap tahun jawa maupun hijriyah. Contoh tahun 2020 termasuk tahun Wawu
sehingga apabila mencari hari awal puasa dipilih dalam kolom ramadan pada tahun wawu yaitu
don pat lu yang berarti Romadon Papat Telu. Untuk angka pertama adalah hari angka kedua
adalah pasaran. Tahun 2020 masuk dalam Kurup Asapon, sehingga penghitungan dimulai dari
Selasa Pon. Angka empat yaitu empat hari setelah Selasa yaitu Jumat. Angka tiga yaitu tiga hari
setelah Pon, Kliwon. Maka, hari awal puasa menurut penghitungan adalah Jumat Kliwon Bulan
Ramadan dan akan terus terulang setiap tahun Wawu(Wau) sepanjang kurup Asapon. Itulah
mengapa terkadang terjadi perbedaan penghitungan dalam hari permulaan puasa, karena biasanya
menentukan hari awal puasa menggunakan hilal, beberapa orang masih mempercayai kurup. Hal
inilah yang membuat perbedaan penghitungan antara hari awal puasa dan idul fitri.
BAB III

KESIMPULAN

Penanggalan kalender Hijriyah awalnya hanya dikenal di Negara Arab. Kemudian dalam
perkembangan Islam yang mulai masuk dalam Pulau Jawa kalender Hijriyah mulai dipadukan
dengan penanggalan yang sudah dikenal di Pulau Jawa seperti kalender saka dan kemudian pada
jaman modern ini dipadukan dengan kalender masehi. Pada awal perkembangannya kalender
Hijriyah dipadukan dengan kalender Saka dan kalender Jawa oleh Sultan Agung, yang kemudian
penghitungannya sering disebut sebagai hisab urfi' Jawa dan pengaplikasiannya menjadi kurup
yang kita kenal selama ini. Bisa disimpulkan sebenarnya hampir semua penanggalan sebenarnya
memiliki banyak kesamaan sehingga tidak akan berbenturan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azhar, Musa. 2018. Kalender Hijriah dalam Al-Quran. Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu
Berkaitan.

Bashori, Muh. Hadi. 2013. Penanggalan Islam. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Sakirman. 2009. Konsep Kalender Islam Internasional Perspektif Mohammad Ilyas. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga.

Soembogo, Wibatsu Harianto. 1990. Kitab Primbon Qomarrulsyamsi Adammakna. Yogyakarta:


Penerbit Soemodidjojo Maha Dewa.

Jurnal dan Website

Sejarah dan Sistem Kalender Hijriah di Indonesia, eprints.walisongo.ac.id (diakses pada 19.36, 11
Februari 2020)

Chasbi, Fikri Afif. 2010. Aplikasi Metode Hisab ‘Urfi ”Khomasi” Di Pesantren Mahfilud Duror Desa
Suger Kidul Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Dalam Menentukan Awal Dan Akhir Ramadhan.
Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai