Namun, konflik TPL masih berlanjut higga saat ini. Konflik yang terjadi juga sama atau polanya
berulang ulang.
-kerusakan hutan alam,
-merusak tangkapan air
-mengganggu sumber kehidupan masyarakat adat, seperti hutan kemenyan, daerah
pertanian dan persawahan (kesuburan tanah berkurang)
-sengketa tanah masyarakat
-limbah yang menggangu ekosistem Danau Toba.
TPL sejatinya perusahaan ini tidak takut pemerintah. Ada banyak kebijakan
pemerintah dilanggar perusahaan hingga tak heran terjadi pelanggaran HAM, maupun
pencemaran lingkungan. Contoh di Parlilitan, tanaman masyarakat adat terbabat
habis, konflik pun terjadi.
Dia bilang, dugaan pelanggaran bukan hanya kriminalisasi, atau pelanggaran HAM,
dan perampasan wilayah adat, juga berpotensi rugikan negara. Mereka, katanya, tidak
melaporkan satu produk mereka ke negara yang menyebabkan perusahaan tak
membayar pajak cukup besar.
Dia bilang, strategi TPL mengkriminalisasi masyarakat adat dengan cara mengadu
domba dengan kelompok masyarakat yang lain.
Ketika masyarakat adat memiliki data, perusahaan tidak melakukan komunikasi untuk
penyelesaian. Bahkan, memancing emosi masyarakat adat di lapangan agar terjadi
bentrok dengan pekerja perusahaan.
Bentuk Konflik Menurut Lewis A. Coser, Konflik ini termasuk konflik realistis. Konflik
realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem atau tuntutan
dalam hubungan sosial.
PEMETAAN KONFLIK
Latar Belakang