Anda di halaman 1dari 31

SEJARAH dan LATAR BELAKANG

PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN (B3) DAN LIMBAH B3

1
PENDAHULUAN
• Penggunaan kimia dalam kebudayaan manusia sudah
dimulai sejak zaman dahulu.
• Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam, yang
berkaitan dengan komposisi materi, termasuk juga perubahan
yang terjadi di dalamnya, baik secara alamiah maupun
sintetis.
• Senyawa-senyawa kimia sintetis inilah yang banyak
dihasilkan oleh peradaban modern, namun materi ini pulalah
yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang
berbahaya.
• Dengan mengetahui komposisi dan memahami bagaimana
perubahan terjadi, manusia dapat mengontrol dan
memanfaatkannya untuk kesejahteraan manusia
2
• Pelepasan bahan berbahaya pada tahun 1990-an di Indonesia,
Filipina, dan Thailand diprakirakan telah meningkat menjadi
sekitar sepuluh kali lipat.
• Intensitas atau perbandingan antara limbah bahan berbahaya
yang ditimbulkan dengan unit hasil industri secara mencolok juga
meningkat, terutama di daerah industrialisasi yang berkembang
dengan cepat seperti di negara-negara ASEAN dan China.
• Pada permulaan tahun 1970-an, lebih dari 85% hasil industri
Indonesia berasal dari kegiatan industri yang berlokasi di Pulau
Jawa.
• Sekitar 55% dari pusat-pusat industri di Pulau Jawa berlokasi di
daerah perkotaan, yang kemudian naik menjadi 60% pada tahun
1990.
3
• Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai pengganti Undang-Undang
Nomor 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (menggantikan
UU No. 4/1982), menempatkan masalah bahan dan limbah berbahaya
sebagai salah satu perhatian utama, akibat dampaknya terhadap
manusia dan lingkungan bila tidak dikelola secara baik, dengan definisi
sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3).
• Pasal 58 sampai Pasal 61 UU-32/2009 mengatur larangan membuang
dan mengatur pengelolaan B3 dan limbah B3.

4
• Masalah limbah menjadi perhatian serius dari masyarakat dan
pemerintah Indonesia, khususnya sejak dekade terakhir ini,
terutama akibat perkembangan industri yang merupakan tulang
punggung peningkatan perekonomian Indonesia.

• Penanganan limbah merupakan suatu keharusan guna


terjaganya kesehatan manusia serta lingkungan pada umumnya.

• Namun pengadaan dan pengoperasian sarana pengolah limbah


ternyata masih dianggap memberatkan bagi sebagian industri.
5
• Keanekaragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri
serta penghasil limbah lainnya.
• Mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses produksi,
pemilihan jenis mesin dan sebagainya, akan mempengaruhi
karakter limbah yang tidak terlepas dari proses industri itu sendiri.
• Sebagian dari limbah industri tersebut berkatagori hazardous waste.
• Jenis limbah ini berasal pula dari kegiatan lain, seperti dari aktivitas
pertanian (misalnya penggunaan pestisida), kegiatan enersi (seperti
limbah radioaktif PLTN), kegiatan kesehatan (seperti limbah infectious
dari rumah sakit) atau dari kegiatan rumah tangga (misalnya
penggunaan batere merkuri).
• Namun sebagian besar jenis limbah yang dihasikan, biasanya berasal
dari kegiatan industri.

6
• Revolusi industri dan penggunaan bahan kimia organik yang terus
meningkat setelah perang dunia ke 2, bukan saja mengakibatkan
kenaikan timbulan limbah secara dramatis, namun pula menimbulkan
masalah toksisitas dari limbah tersebut.
• Penemuan minyak (petroleum) pada pertengahan tahun 1880
menyebabkan meningkatnya produk kimia organik disertai limbahnya.
• Masyarakat industri menghasilkan produk mulai dari gasoline, naphta ke
kerosene.
• Manusia membutuhkan lebih banyak jenis produk baru yang
akhirnya menghasilkan limbah yang spesifik.
• Di Amerika Serikat misalnya, timbulan limbah berbahaya pada tahun
1984 diprakirakan sekitar 300 juta ton.
• Dampak negatif akibat limbah tersebut adalah kontaminasi sumber-
sumber air, terganggunya kesehataan masyarakat serta penurunan
kualitas ekologi lingkungan.
7
• Bahan pencemar berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh
industri adalah seperti logam berat, sianida, pestisida, cat dan zat
warna, minyak, pelarut, dan zat kimia berbahaya lainnya.

8
CONTOH KASUS B3

9
KASUS PENYAKIT "KUCING
MENARI" DI MINAMATA
• Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation
membuka pabrik pupuk kimia di Minamata (terletak di
pulau Kyushu, Jepang Selatan).
• Penduduk di sekitarnya adalah nelayan atau petani.
• Chisso mempekerjakan penduduk setempat (sekitar 1/3
tenaga pekerjanya), sehingga tidak menimbulkan
masalah sosial pada awal pendiriannya.
10
• Kasus Minamata ini terkenal di dunia bila membicarakan masalah
industri, limbah dan kesehatan masyarakat, yang terungkap
setelah sekitar 600 ton merkuri, yang digunakan sebagai katalis
dalam prosesnya, dibuang secara bertahap sekitar 45 tahun.
• Merkuri didapat di alam, merupakan logam warna putih-perak,
termasuk logam berat, dan berada fasa cair pada suhu biasa, dan
biasanya digunakan sebagai katalis.
• Pada tahun 1714 Gabriel Fahrenheit menggunakan merkuri ini
untuk termometer.
• Mikroorganisme dalam air mengkonversi logam ini menjadi
methylmercure, dengan prakiraan 70 - 100 tahun akan persistan
di alam
• Merkuri alamiah dapat dievakuasi oleh tubuh manusia secepatnya
melalui urin, sedang mercuri organik bersifat biokumulasi,
yang dapat menyerang syaraf dan otak.
11
• Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitu sejumlah
ikan mati tanpa diketahui sebabnya
• Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang kadangkala
berakhir dengan kematian
• Antara tahun 1953 - 1956 gejala yang dikenal sebagai "kucing
menari" ditemui pula pada manusia.
• Tetapi Chisso pada awalnya belum dicurigai sebagai penyebab,
hanya diketahui bahwa korban mengalami keracunan akibat
memakan ikan yang berasal dari laut sekitar pabrik itu.
• Asosiasi industry kimia Jepang juga membantu Chisso dalam
melacak masalah ini dengan melakukan penelitian-penelitian,
tetapi tidak mendapatkan hasil memuaskan

12
• Pencemaran mercuri tetap berlanjut
• Kasus penyakit ini juga terus berlanjut, dan terutama menyerang
anak-anak.
• Tahun 1956 masyarakat sekitarnya mengadakan aksi menentang
keberadaan Chisso.
• Kasus ini lama kelamaan terungkap, karena korban umumnya
mengandung merkuri yang berlebihan pada tubuhnya.
• Tahun 1976 sekitar 120 penduduk Minamata meninggal karena
keracunan merkuri dan 800 orang menderita sakit.
• Tahun 1978, 8100 penduduk mengklaim hal ini, dan 1500
diantaranya yang diperiksa diketahui keracunan merkuri.

13
• Akhirnya pembuangan merkuri dihentikan dengan ditutupnya
pabrik tersebut, dan pemerintah menyatakan bahwa Chisso adalah
penanggung jawab penyakit yang berjangkit di Minamata.

• 22 Maret 1979 dua pemimpin Chisso , yang pada saat itu telah
berumur 77 tahun dan 68 tahun, dihukum masing-masing 2 tahun
dan 3 tahun penjara

• Disamping itu, korban kasus ini menerima santunan yang


dibebankan pada Chisso

14
KASUS LOVE CANAL
(AMERIKA SERIKAT)
• William T. Love pada tahun 1892 merencanakan
membuat sebuah kanal yang akan dapat
menghubungkan bagian hulu dan hilir sungai Niagara,
sepanjang sekitar 7 mil.
• Direncanakan bahwa di sekitar kanal tersebut akan
dibangun kawasan industri dan pemukiman untuk
memanfaatkan tenaga listrik yang ada.
• Pembangunan dimulai tahun 1893. Namun
pembangunan kanal tersebut tidak dilanjutkan, dan
menyisakan dua bagian yang tidak terhubungkan,
masing-masing sepanjang seperempat mil.
15
• Niagara Falls menjadi pusat industri, khususnya industri kimia
• Produk kimia yang dihasilkan antara lain adalah natrium
hidroksida, yang merupakan produk elektrolisa natrium khlorida.
• Elektrolisa ini juga menghasilkan produk samping (by-product)
yang tidak diinginkan yaitu khlor, yang terproduksi dalam jumlah
besar.
• Pengembangan penelitian menghasilkan alternatif pemanfaatan
produk samping ini menjadi bahan organik berkhlor seperti plastik,
pestisida dan hasil industri antara lainnya.
• Belum seorangpun yang menyadari bahwa keuntungan dari
pestisida seperti DDT, endrin atau dari bahan organik berklor
lainnya seperti pelarut berkhlor akan mendatangkan masalah
bagi lingkungan di kemudian hari

16
• Pada tahun 1930-an, Hooker Chemical and Plastic Corporation yang
memproduksi bahan kimia di daerah tersebut mulai mengurug
limbahnya pada bagian utara Love Canal yang belum terselesaikan.
• Sampai tahun 1947 dapat dikatakan daerah tersebut menjadi lahan
pengurugan beragam jenis limbah terutama dari industri, termasuk pula
abu sisa pembakaran dari kota
• Bahkan Angkatan Darat Amerika Serikat juga mengurug sejumlah
besar residu senjata biologis walaupun secara resmi fihak Pentagon
menolak tuduhan tersebut.
• Tahun 1952 kanal tersebut ditutup oleh Hooker Chemical.
• Tahun 1953 fihak kota meminta Hooker Chemical untuk menjual
sebagian lahan kanal tersebut untuk pembangunan sekolah baru.
• Pihak Hooker menjual sebagian kanal tersebut ke pengelola kota
hanya seharga US $ 1.
17
• Pada tahun 1958 tiga anak mengalami luka bakar akibat terpapar
dengan residu yang muncul ke permukaan.
• Seorang keluarga di dekat Love Canal melahirkan anak dengan
cacat fisik dan mental, tetapi hal ini dianggap alamiah.
• tahun 1974, satu keluarga mendapatkan kolam renang mereka
menjadi lebih tinggi sekitar 60 cm
• Ketika kolam ini dibongkar, maka galiannya langsung terisi air
tanah berwarna kuning, biru dan ungu, dengan sifat yang sangat
tajam, yang dapat menghanguskan akar pohon sekitarnya.
• Tahun 1959 sebuah keluarga lain mendapat masalah di lantai
bawahnya (basement) dengan adanya lumpur hitam yang masuk
ke dalamnya.

18
• Delapan bulan setelah kejadian kolam renang di atas, dilakukan
pengambilan sampel udara di beberapa basement rumah di
daerah tersebut
• Hasilnya adalah bahwa udara di daerah tersebut mengandung
bahan-bahan toksik yang berada di atas ambang threshold-limit
value (TLV).
• Survai kesehatan juga dimulai dan dijumpai bahwa keguguran
spontan ternyata 250 kali lebih tinggi dibandingkan kondisi normal.
• Analisa lebih lanjut menemukan bahwa cemaran kimia dalam
konsentrasi tinggi telah mencemari air tanah, termasuk
diantaranya 11 jenis cemaran penyebab kanker seperti benzene,
chloform dan trichloroethylene.
• Hooker Chemical akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa
sekitar 22.000 ton limbah kimia, diantaranya 200 ton
trichlorophenol, telah diurug di lahan-urug tersebut.
19
• Dengan bantuan USEPA, 237 keluarga akhirnya diungsikan.
• Sebagian besar dari anggota keluarga ini secara rutin mengalami
gangguan fisik seperti iritasi, sakit kepala, cepat lelah, susah tidur dan
diantaranya juga cacat mental.
• Peraturan pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah negara bagian
adalah menghentikan sama sekali pelindian yang tidak terkendali,
mencegah kemungkinan pelindian di masa datang dan menutup kanal.
• Suatu rencana perbaikan dan penyembuhan (remediasi) mulai
dirancang, diantaranya pembuatan drainase untuk mengalirkan lindi
dan memompanya ke suatu tangki pengumpul untuk kemudian diolah
sebelum dialirkan kembali pada sistem penyaluran air buangan kota.
• Kanal tersebut juga ditutup setebal 2,5 meter tanah kedap untuk
menghindari masuknya air dari luar
20
• Studi pada tahun 1980 mengemukakan adanya bukti kerusakan
khromosom pada penduduk
• Kasus Love Canal menyebabkan adanya perbaikan dan
pengetatan peraturan-peraturan yang berlaku di Amerika Serikat
dalam menangani limbah B3, karena ternyata bukan hanya lahan
ini saja yang secara peraturan sebetulnya telah sesuai dengan yang
berlaku.
• Kegiatan remediasi lahan yang terkontaminasi akhirnya menjadi
salah satu program yang digalakkan di Amerika Serikat bagi lahan
yang tercemar

21
KASUS KABUT DIOXIN DI SEVESO
(ITALIA)
• Salah satu kasus limbah berbahaya yang terkenal adalah
peristiwa kabut dioxin di Seveso (Italia).
• Dioxin adalah nama umum untuk grup polychlorinated
dibenzodioxins (PCDD).
• Atom chlor pada senyawa PCDD menghasilkan sampai 75 isomer
dengan toksisitas yang sangat bervariasi.
• Isomer yang sangat aktif dan mempunyai potensi toksisitas tinggi
adalah yang mempunyai 4 sampai 6 atom chlor, terutama dalam
posisi lateral (2,3,7,8) seperti 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin
(2,3,7,8-TCDD) dengan toksisitas akut.
• Efek 2,3,7,8-TCDD ini terhadap spesies binatang ternyata berbeda,
namun semuanya sebagai penimbul agen kanker (carcinogen).
• Dioxin ini menimbulkan tumor yang berbeda untuk organ yang
berbeda, dan para peneliti baru sampai pada tahap awal dalam
memahami efek toksisitas dioksin ini pada manusia.
22
• Seveso terletak di Italia Utara. Akhir 1960-an, industri farmasi Swiss,
Hoffman-La Roche memilih Seveso sebagai lokasi pabriknya di
Italia.
• Pabrik tersebut dibangun dan dioperasikan oleh Industrie Chemiche
Meda Societe Aromia (ICMESA), didirikan di kota kecil Meda
(dekat Seveso), guna memproduksi 2,4,5- trichlorophenol untuk
disinfektan, kosmetik dan herbisida.
• Kecelakaan terjadi pada tanggal 10 Juli 1976, ketika reaktor akan
dipanaskan dan terjadi retak pada katup pengamannya.
• Sekitar 1 Kg dioxin terbuang ke udara membentuk kabut melewati
ribuan hektar sekitar bencana.
• Penduduknya dievakuasi, dan dilarang menggunakan barang-
barangnya. Ibu-ibu yang hamil dianjurkan untuk menggugurkan
kandungannya, dan prianya dihawatirkan mengalami kerusakan
pada fungsi genetiknya.
23
• Pemerintah Italia akhirnya memutuskan penggunaan teknik
insinerasi dan landfilling bagi komponen-komponen pabrik
tersebut.
• Landfilling dalam tanah dilakukan dalam 2 lubang dengan
proteksi kuat, yaitu dilapis bentonit dan lembaran polyethylene.
• Pohon-pohon terkontaminasi ditebang. Tanah terkontaminasi
dikupas sedalam rata-rata 5 cm.
• Daerah tersebut kemudian dijadikan taman.
• Pekerjaan ini membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun.
• Kasus tersebut ternyata tidak berhenti di sana, dengan timbulnya
suatu kasus yang cukup meggegerkan daratan Eropa Barat pada
tahun 1981, yaitu kasus transportasi dioxin antar negara.

24
• Ternyata penanggung jawab upaya pembersihan daerah Seveso
tersebut mengirimkan 41 drum limbahnya untuk ditimbun di luar
Italia.
• Sembilan bulan kemudian setelah dilakukan pencarian yang
melibatkan semua fihak di negara terkait, ternyata drum tersebut
tersembunyi di suatu area pejagalan hewan di Perancis.
• Pihak Hoffman-La Roche harus bertanggung jawab untuk itu, dan
harus mengeluarkannya dari Perancis, dan dibawa ke Swiss,
sebagai negara asal industri tersebut.
• Kemudian dioxin tersebut baru diinsinerasi setelah 2,5 tahun
dikeluarkan dari Seveso, yaitu pada November 1985

25
KASUS KEPONE DI HOPEWELL
(AMERIKA SERIKAT)
• Hopewell (Virginia - USA) memprolamirkan dirinya
sebagai chemical capital of the south, dan disanalah
dimulainya bencana kimiawi di USA.
• Pada tahun 1973 Allied Chemical mensubkontrakkan
pembuatan pestisida pada Life Sciences Product (LSP)
yang dikenal dengan nama kepone.
• LSP melanggar aturan-aturan kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlaku. Disamping itu, baik
Allied maupun LSP secara illegal membuang kepone ke
sungai James yang bermuara di Chesapeake Bay.
26
• Maret 1974, 2 minggu setelah produksi penuh, secara periodik
limbah dari LSP masuk ke sistem penyaluran air buangan dan
pengolahan limbah kota.
• Dalam 2 bulan, limbah ini membunuh bakteri di sistem digester
pengolah limbah. Lumpur dari pengolah limbah yang belum
terolah secara baik langsung dibuang secara illegal ke lahan-urug
• Pabrik kepone pada tahun 1975 ditutup.
• Agustus 1975 LSP didenda US$ 16500.
• Tindakan berikutnya melibatkan US EPA (US Environmental
Protection Agency); ternyata LSP telah mengeluarkan efluen
kepone sebesar 500 - 600 ppb, sedangkan standar yang berlaku
adalah 100 ppb.
• EPA kemudian melakukan sampling air minum, udara, tanaman
dan limbah kota Hopewell serta sungai.
27
• Lumpur dari pengolah limbah mengandung kepone 200 - 600
ppm. Ikan di dekat sungai James mengandung kepone 0,1 - 20
ppm, sedang sungai James sendiri mengandung kepone 0,1 - 4
ppb.
• Allied diminta untuk bertanggung jawab operasi detoksifikasi
tersebut dengan rencana biaya sebesar US $ 175000. Namun
biaya yang ditanggung Allied untuk operasi tersebut akhirnya
menjadi US $ 394000
• biaya yang ditanggung akhirnya membengkak berlipat ganda
dengan adanya tuntutan dari orang yang merasa dirugikan,
misalnya 120 pedagang ikan yang merasa dirugikan karena
mereka memperoleh ikannya dari sungai James yang tercemar.
28
KASUS LAHAN STRINGFELLOW DI
CALIFORNIA (USA)
• Lahan Stringfellow di Glen Avon (Kalifornia-USA) telah digunakan
untuk menimbun limbah cair B3 dari tahun 1956 sampai 1972
• Selama itu sekitar 30 juta galon (113.550 M3) limbah cair B3 telah
ditimbun.
• Studi geologi sebelumnya menyimpulkan bahwa lahan tersebut
berada di atas bedrock yang kedap, dan dengan membuat
penghalang beton di hilirnya, maka diprakirakan tidak akan
terjadi pencemaran air tanah
• Ternyata evaluasi berikutnya menyatakan bahwa lahan itu
sebetulnya tidak cocok untuk limbah cair B3 dan terjadilah
pencemaran air tanah.
29
• Lahan ini juga berlokasi di atas akuifer Chino Basin yang
merupakan sumber air minum bagi sekitar 500.000 penduduk.
• Interpretasi hasil analisis air tanah pada tahun 1972 ternyata juga
salah, dengan menganggap bahwa pencemaran air tanah yang
terjadi berasal dari limpasan air permukaan bukan dari lahan
tersebut.
• Hasil interpretasi yang salah juga dilakukan oleh sebuah konsultan
lain pada tahun 1977
• Prakiraan biaya untuk menyingkirkan dan mengolah seluruh
cairan dan tanah yang terkontaminasi pada tahun 1977 sekitar 3,4
juta US$.

30
• Pemerintah memilih cara yang lebih murah, yaitu :
• Meyingkirkan cairan terkontaminasi ke lahan yang lain,
• Menetralisir tanah terkontaminasi dengan abu semen kiln,
• Menempatkan lapisan clay untuk mengisolasi,
• Membangun sumur-sumur pemantauan.
• Sekitar 800.000 gallon (3028 m) air tercemar dialirkan ke area di
hilirnya, dan 4 juta gallon (15140 m) air tercemar dialirkan ke
lahan-urug West Covina, namun ternyata lahan ini juga bocor dan
akhirnya ditutup. Lahan-urug lain, Casmalia Resources, juga
menerima sekitar 70.000 gal/hari (265 m) dari Stringfellow, tetapi
dianggap belum dimonitor secara benar. Sekitar 15 juta US $ telah
dihabiskan untuk program tersebut, dan masih dibutuhkan sekitar
65 juta US $ untuk mentuntaskan permasalahan, dengan program
pengolahan in-situ terhadap air tanah yang tercemar
31

Anda mungkin juga menyukai