BAB III.
RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENANAMAN RHL
Berdasarkan jenis persemaian, maka persemaian secara umum dapat dibedakan menjadi:
persemaian sementara, persemaian permanen dan persemaian semi permanen (diantara
kedua jenis persemaian di atas). Secara umum, masing-masing ciri persemaian adalah
sebagai berikut:
1. Persemaian Sementara
a. Ukuran kecil
b. Dekat areal yang akan ditanami
c. Untuk beberapa periode bibit (semai) maks. 5 tahun
d. Kondisi ekologi selalu mendekati keadaan sebenarnya
e. Biaya pengangkutan bibit murah
f. Kesuburan tidak masalah (selalu berpindah)
g. Tenaga kerja sedikit (mudah pengurusan)
2. Persemaian Permanen
a. Ukuran besar
b. Lokasi menetap
c. Melayani areal tanam yang luas
d. Kesuburan dipelihara dengan pemupukan
e. Dikerjakan secara mekanis
Secara prinsip, persemaian yang dibangun dalam rangka mendukung kegiatan rehabilitasi
DAS harus dapat menjaga kuantitas dan kualitas bibit yang akan digunakan pada tahap
penanaman. Dengan demikian, kegiatan persemaian yang berkaitan dengan rehabilitasi
DAS adalah: perbenihan, persemaian, pemeliharaan dan perlindungan. Untuk tujuan
mendapatkan semai berkualitas sebagaimana tersebut di atas, maka syarat lokasi
persemaian secara umum adalah:
1. Dekat lokasi penanaman
2. Terbuka (cahaya cukup/langsung)
3. Aksesibilitas tinggi (darat/sungai) – dekat jalan angkutan
4. Areal efektif (60%-70%); areal non-efektif (30%-40%)
a. Areal efektif : bedeng tabur (12%) & bedeng sapih (48%)
b. Non-efektif : sarana-prasarana (jalan inspeksi, saluran pengairan, kantor, barak kerja,
rumah jaga)
5. Dekat dengan sumber air
6. Topografi ringan (datar-landai)
7. Dekat dengan sumber tenaga kerja
Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi persemaian adalah sebagai berikut:
1. Jalan angkutan relatif mudah
2. Dekat ke lokasi penanaman
3. Kondisi lapangan datar
4. Mempunyai areal terbuka dan areal naungan
5. Ketersediaan air dan sarana penyiraman
6. Bebas banjir dan angin kencang
7. Tersedia peralatan penanganan benih
8. Kapasitas lahan mencukupi kebutuhan dan mudah dalam penanganan benih
pembagi air. Sistem irigasi persemaian dibuat merata mengikuti tata letak/layout
persemaian.
8. Jalan dan drainase (road & drains)
Jalan pemeriksaan dan drainase bertujuan untuk memperlancar pemeliharaan bibit dan
pengangkutan ke lapangan, selain itu juga untuk mempermudah dalam
pengawasan/monitoring. jalan pemeriksaan dibuat dengan lebar 1 meter lengkap
dengan drainasenya.
9. Gubug Kerja
Pondok/Gubuk Kerja/Direksi Kit, direncanakan berfungsi sebagai pusat kegiatan
persemaian dan tempat berkoordinasi dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan.
Kualitas fisik benih merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik
(misalnya : ukuran, bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma dan dari kontaminan
lainnya.) Sedangkan kualitas fisiologis benih, yaitu dimana benih menampilkan kemampuan
daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih (bermula dari kemampuan daya hidup awal yang maksimum saat masak fisiologis dan
tercermin pula pada daya simpannya selama periode tertentu, serta bebas dari kontaminasi
hama dan penyakit benih).
1. Standar Mutu Bibit Tanaman
Kriteria dan standar mutu bibit mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian
Daerah Aliran Sungai Dan Hutan Lindung Nomor P.8/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016,
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan. Kriteria
dan standar mutu bibit tersaji dalam Tabel 3.2.
g. Penyapihan
1) Penyapihan biji
Dilakukan apabila biji tanaman mulai berkecambah dan cukup umur penyapihan
di sesuaikan dengan jenis biji yang akan di semaikan, dapat juga langsung di tabur
pada bedeng tabur yang selanjutnya dibuat larikan untuk mempermudah
penataan benih, penyapihan pada bedeng tabur atau kantong plastik perlu di
siram terlebih dahulu.
2) Penyapihan kecambah
Memindahkan kecambah dari bedeng tabur ke polybag di lakukan sebelum akar
cabang berkembang rata-rata umur kecambah sekitar 5 - 10 hari setelah
penaburan.
Ciri-ciri kecambah yang baik untuk di sapih adalah :
a) Akar kecambah tidak bengkok
b) Berumur tidak lebih dari 10 hari
c) Tinggi kecambah 4-5 cm
d) Diameter batang 2 mm
e) Jumlah daun 2 buah.
3) Teknik penyapihan
a) Polybag di siram
b) polybag di lubangi,
c) Memasukkan kecambah dengan akar tegak lurus
d) Setelah di sapih disiram lagi.
h. Pemeliharaan persemaian
Pemeliharaan dilakukan sejak bibit di persemaian hingga di lokasi penampungan
agar pertumbuhan biji optimal dan siap untuk di tanam, kegiatan pemeliharaan
meliputi:
1) Penyiraman
Pagi dan sore hari menggunakan sprayer.
2) Penyapihan
Proses pemindahan kecambah dari kotak-kotak penaburan ke polybag.
3) Penyulaman
Penggantian bibit yang rusak atau mati pada umur penyapihan kurang dari 1
bulan.
4) Penyiangan
Membersihkan polybag dari rumput atau serasah yang dapat mengganggu
pertumbuhan bibit
5) Pemberantasan hama/penyakit
Menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis serta frekuensi sesuai
kebutuhan dan dilakukan sesegera mungkin.
6) Pemupukan
Upaya merangsang pertumbuhan akar dan daun serta memperkokoh batang
dengan mempergunakan NPK. Dosis dan frekuensi sesuai dengan kebutuhan.
7) Pemotongan akar yang menembus polybag
Akar yang menembus polybag dipotong menggunakan gunting
8) Pengamanan
Dari berbagai gangguan seperti manusia atau binatang dengan cara memberi
pagar.
a. Kualitas Bibit
berkenaan dengan kualitas fisik dan fisiologis bibit.
b. Kuantitas Bibit
Menghitung kesesuaian jumlah realisasi dan rencana pembuatan bibit, analisa
kesesuaian jenis membandingkan antara hasil yang tercapai dengan rencana
kebutuhan bibit.
Dalam kegiatan ini perlu memperhatikan kapasitas angkut baik oleh manusia maupun
kendaraan serta cara-cara bongkar muat bibit. pengangkutan harus memperhatikan hal-hal
dibawah ini.
1. Penyiraman
Bibit yang akan diangkut disiram terlebih dahulu guna menghindari layu dalam
perjalanan
2. Pengantongan
Bibit dikemas dalam kantung bibit guna mempermudah bongkar muat
3. Penutupan
Tutupi bibit selama perjalanan dengan menggunakan terpal atau lainnya
4. Pembongkaran dan penyusunan kembali
Setibanya di tujuan bibit ditata kembali pada tempat yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu dan lakukan penyiraman kembali bibit apabila dianggap perlu.
Jangan membongkar bibit malam hari atau disaat hujan.
5. Penghitungan kembali
Pada saat bongkar muat bibit dilakukan penghitungan dan penataan kembali
Sesuai dengan hasil survey lapangan, maka jumlah kebutuhan dan komposisi jenis tanaman
untuk masing-masing blok disajikan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Jumlah Kebutuhan dan Komposisi Jenis Tanaman untuk Kegiatan RHL Tahun 2019
Kebutuhan Bibit (Batang)
Jumlah Penanaman Tahun Berjalan (P+1) (P+2)
Komposisi Jenis
No Bibit / (Bibit (Bibit Total
Tanaman Sulaman
Ha (Po) Jumlah Sulaman Sulaman (Batang)
10 %
20%) 10%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
BLOK I
A. Tanaman MPTS
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
5 Durian 30 6.000 600 6.600 1.200 600 8.400
Jumlah Blok I 80.000 8.000 88.000 16.000 8.000 112.000
B. Tanaman Pagar
Kelor dan Gamal 200 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
BLOK II
A. Tanaman MPTS
1 Alpokat 80 24.000 2.400 26.400 4.800 2.400 33.600
Rancangan Penanaman