Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

PRAKTIKUM TATA KELOLA HUTAN

Disusun Oleh :
Nama : Dani Subakri
NIM : 1806124875
Co Ass :
Juju Juhariyah & Lord Given Brother I.E

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
I. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa kawasan hutan sebagai benteng terakhir

keberadaan hutan di Indonesia juga mengalami ancaman dan kerusakan. Faktor

penyebab kerusakan hutan terjadi secara alami seperti erupsi gunung berapi, banjir

bandang dan tsunami maupun faktor kesengajaan manusia seperti pembakaran

hutan dan lahan, penebangan liar, okupasi kawasan untuk tujuan tertentu seperti

tambang tanpa izin, pembuatan kebun, dan lain sebagainya. Rusaknya kawasan

hutan memberikan dampak besar terhadap lingkungan secara lokal maupun

global.

Kawasan hutan konservasi yang rusak atau terdegradasi perlu segera

dipulihkan agar dapat mengembalikan fungsi kawasan tersebut sebagai fungsi

ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Kegiatan pemulihan ekosistem merupakan

salah satu langkah tepat untuk memperbaiki kawasan hutan konservasi yang

terdegradasi. Kegiatan pemulihan ekosistem merupakan kegiatan jangka panjang

dan berkesinambungan sampai kawasan tersebut dapat kembali seperti semula

atau menyerupai keadaan semula sebelum terdegradasi

II. Tujuan
1. Mampu membuat rancangan persemaian efektif
2. Mengetahui kemampuan persemaian dalam memproduksi bibit
3. Mengetahui media tanam dan ukuran kontainer yang tepat untuk
pertumbuhan semai yang optimal
4. Dapat mengetahui mutu bibit siap tanam di persemaian.

III. Alat dan Bahan


Alat : Microsodt Excel
Bahan : Data persemaian dan bibit.
IV. Cara Kerja
1. Luas persemaian efektif
a. Luas sarana-prasarana = 40% x luas total
b. Luas bedeng tabur dan bedeng sapih = 60% x luas total
2. Penilaian mutu bibit
Jumlah sampel bibit didasarkan pada jumlah bibit yang akan dinilai:
Tabel 7. Jumlah sampling untuk penilaian bibit

Pada masing-masing contoh bibit tersebut dilakukan pemeriksaan terhadap:


a. Syarat umum meliputi:
1. Bibit berbatang tunggal dan lurus
2. Bibit sehat : terbebas dari serangan hama penyakit dan warna daun
normal (tidak menunjukan kekurangan nutrisi dan tidak mati
pucuk)
3. Batang bibit berkayu, diukur dari pangkal batang sampai dengan
setinggi 50% dari tinggi bibit.

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

% bibit normal =

% bibit tidak batang ganda =

% bibit sehat =
% bibit berkayu =
Dengan cara matematik : Rata – rata persyaratan umum =

b. Syarat khusus meliputi:


1. Tinggi bibit, yang diukur mulai dari pangkal batang sampai pada titik
tumbuh teratas / apikal
2. Diameter batang bibit, yang diukur pada pangkal
3. Kekompakan media, yang ditetapkan dengan cara mengangkat satu persatu
dari bebrapa jumlah contoh bibit
4. Kekompakan media diberikan ada 4 yaitu utuh, retak, patah, lepas
5. Jumlah daun sesuai dengan jumlah jenisnya sedangkan untuk jenis
tanaman yang berdaun banyak seperti pinus sp, paraserianthes sp
parameter yang digunakan adalah Leaf Crown Ratio (LCR)
6. LCR adalah nilai perbandingan tinggi tajuk dan tingi bibit dalam prosen
7. Umur sesuai dengan jenisnya

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:


% bibit yang tingginya memenuhi standar=

% bibit yang diameternya memenuhi standar=

% bibit yang medianya kompak (utuh) =

% bibit yang nilai LCR memenuhi standar =

Dengan cara matematik : Rata – rata persyaratan khusus =

Penetapan standar mutu bibit


1. Mutu pertama (P) : jika bibit memenuhi semua persyaratan umum lebih
besar 95% dan rata-rata persyaratan khusus lebih besar 90%.
2. Mutu kedua (D) : jika bibit yang memenuhi kriteria persyaratan umum 75
-95% dan rata-rata persyaratan khusus 70 – 90%
3. Mutu afkir : jika bibit memiliki nilai rerata % syarat umum <75% dan rata-
rata persyaratan khusus < 70%

V. Hasil
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai