Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Aek Nauli adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Siantar Selatan, Pematangsiantar, Sumatera
Utara, Indonesia.Pada akhir tahun 2016, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA)
Sumatera Utara, Balai Litbang LHK Aek Nauli, dan Lembaga Vesswec membangun Aek Nauli
Elephant Conservation Camp (ANECC) di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Hal ini merupakan upaya dalam
mewujudkan pengembangan konservasi, dan wisata ilmiah gajah di Indonesia, serta mendukung
pengembangan pariwisata Danau Toba.

Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) lingkungan hidup dan kehutanan memiliki peran
penting dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan menciptakan inovasi-inovasi yang
bermanfaat di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Melalui UU Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, Pemerintah dapat menetapkan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus
(KHDTK) untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan
pelatihan, serta religi dan budaya. Beberapa satker balai penelitian dan pengembangan
lingkungan hidup dan kehutanan yang berada langsung dibawah koordinasi Badan Litbang dan
Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah memperoleh hak pengelolaan KHDTK untuk
kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

KHDTK yang dikelola oleh Badan Litbang dan Inovasi melalui satker-satkernya yang berada di
daerah, mempunyai nilai strategis karena memiliki peran yang sangat penting sebagai media
pembelajaran untuk kegiatan-kegiatan riset dan inovasi kehutanan yang menjadi acuan atau
bahan pengambil keputusan pemerintah yang berbasis riset. Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Aek Nauli merupakan salah satu KHDTK yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 39/Menhut-II/2005 tanggal 7 Februari 2005 dengan luas
1.900 ha. Kawasan ini sebelumnya merupakan hutan lindung.

Secara geografis, KHDTK Aek Nauli terletak pada koordinat 2º41’ - 2º44’ Lintang Utara (LU)
dan 98º57’ - 98º58’ Bujur Timur (BT). Berdasarkan administrative pemerintahan, kawasan ini
termasuk dalam Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatera Utara (Kuswanda dkk, 2018).

Menurut sejarah fungsi hutan, KHDTK Aek Nauli berasal dari Hutan Lindung (HL)
Sibatuloteng. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli berfungsi sebagai
wilayah tangkapan air bagi kawasan di bawahnya, termasuk kawasan wisata Danau Toba
(Kuswanda dkk, 2018).

TINJAUAN PUSTAKA

Komunitas adalah sekumpulan populasi yang saling berinteraksi secara langsung maupun tidak
langsung. Komunitas adalah kelompok organisme yang terdiri atas sejumlah jenis yang berbeda,
yang secara bersama-sama menempati habitat atau area yang sama dan waktu secara bersamaan
serta terjadi interaksi melalui hubungan trofik dan spasial. Sedangkan komunitas tanah diartikan
sebagai kelompok-kelompok organisme yang hidup di tanah membentuk suatu system
terintegrasi(Dharmawan dkk., 2005; Suin, 2012).

Kajian komunitas berusaha mengetahui keseimbangan yang tergambarkan dalam struktur dan
komposisi populasi penyusunnya. Kajian komunitas juga berusaha mengetahui pola sebaran dan
perubahan sebagai hasil interaksi semua komponen yang bekerja dalam komunitas tersebut
(Darmawan dkk., 2005; Husamah dkk., 2017).

Komunitas merupakan bagian dari ekosistem yang kehidupannya dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Kedua faktor ini sangat menentukan
komposisi tumbuhan yang hidup. Faktor biotik meliputi kondisi vegetasi, sedangkan faktor
abiotic meliputi kondisi iklim dan kondisi tanah . Faktor biotik dan abiotik bekerja secara
bersama-sama dalam suatu ekosistem, menentukan kehadiran, kelimpahan dan penampilan
fauna. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme yaitu, iklim (curah
hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban,nsuhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang
rumput) serta cahaya matahari (Suin, 1997; Harahap , 1997; Makalew , 2001).

Suatu komunitas dapat dikenali dari keberadaan satu spesies atau lebih yang mendominansi
secara biomassa atau menyumbang ciri fisik suatu spesies. Komunitas terdiri atas sekumpulan
spesies yang kelimpahannya berkorelasi secara positif atau negatif dengan waktu atau tempat.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa komunitas berarti kesatuan
dinamik dari hubunganm fungsional saling mempengaruhi di antara populasi, di mana
anggotanya berperan pada posisinya masing-masing, menyebar dalam ruang dan tipe habitatnya
(Leksono, 2007; Husamah dkk., 2017)

Komunitas dengan segala komponen penyusunnya adalah sebuah organisasi kehidupan dan
masing-masing memiliki dinamika sendiri-sendiri, disebut struktur komunitas. Struktur
komunitas merupakan suatu konsep yang mempelajari susunan atau komposisi jenis dan
kelimpahannya dalam suatu komunitas. Secara umum ada tiga pendekatan yang dapat digunakan
untuk menggambarkan struktur komunitas yaitu keanekaragaman jenis, interaksi jenis dan
organisasi fungsional. Masing- masing pendekatan memberikan informasi sangat berguna dan
pemilihan pendekatan yang akan digunakan tergantung pada tujuan dan pertimbangan praktisnya
(Satino, 2011; Yaherwandi, 2010).

Analisis vegetasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data tentang komposisi
flora dan dan data kuantitatif mengenai penyebaran, jumlah dan dominansi masing-masing jenis
(Heddy, 2012). Pendapat lain menyatakan bahwa analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari
susunan dan komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh- tumbuhan
(Sembel, 2010). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis vegetasi
adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam
suatu area melaui pengamatan langsung.
Adapun pengertian dari struktur vegetasi yaitu suatu organisasi individu- individu di dalam ruang
yang membentuk suatu tegakan (Sebayang, 2012). Vegetasi adalah kumpulan dari tumbuh-
tumbuhan yang hidupbersama-sama pada suatu tempat, biasanya terdiri dari beberapa
jenisberbeda. Kumpulan dari berbagai jenis tumbuhan yang masing-masingtergabung dalam
populasi yang hidup dalam suatu habitat danberinteraksi antara satu dengan yang lain
(Soerianegara, 1998).

Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan memberikan dampak positif bagikeseimbangan
ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasidalam suatu ekosistem
terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida danoksigen dalam udara, perbaikan
sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara
umum kehadiran vegetasi pada suatu areamemberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya
bervariasi tergantung pada struktur dankomposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai
contoh vegetasi secara umumakan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung
struktur dan komposisitumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Arrijani
dkk.2006).

Struktur vegetasi menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) adalah suatu pengorganisasian
ruang dari individu-individu yang menyusun suatu tegakan. Dalam hal ini, elemen struktur yang
utama adalah growth form, stratifikasi dan penutupan tajuk (coverage). Dalam pengertian yang
luas, struktur vegetasi mencakup tentang pola-pola penyebaran, banyaknya jenis, dan diversitas
jenis. Menurut Odum (1993), struktur alamiah tergantung pada cara dimana tumbuhan tersebar
atau terpencar di dalamnya.

DAPUS :

Kuswanda, W, Rospita O.P Situmorang, Kaniwa Berliani, Sriyanti P. Barus dan Johansen
Silalahi. 2018. Konservasi dan Ekowisata Gajah: Sebuah Model dari KHDTK Aek
Nauli, IPB Press. Bogor.

Suin, Muhammad Nurdin. 2012. Ekologi Hewan Tanah: Bandung. Bumi Aksara

Dharmawan, A., dkk. (2005). Ekologi Hewan. Malang: IKIP

Husamah, dkk. 2017. Ekologi Hewan Tanah (Teori dan Praktik). Malang: UMM Press

Harahap, R. M. S. 1997. Uji Asal Benih Pinus merkusii di Sumatera Utara, Prosiding Seminar
Nasional Status Silvikultur. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mad

Makalew, A.D.N. 2001. Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah
(TOT). Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3.
Leksono, S. 2007. Ekologi : Pendekatan Deskriptif dan Kualitatif. Malang : Bayumedia
Publishing.

Satino. (2011). Materi Kuliah Limnologi. Yogyakarta. FMIPA UNY.

Hamdani, Trizelia, dan Yaherwandi. 2010. Karakterisasi fisiologi Beberapa Isolat cendawan
entamopatogen yang berpotensi mengendalikan hama penggerek buah kakao,
Conopomorpha cramerella Snell. J Manggaro, 11(2):71-76.

Heddy, S. 2012. Metode Analisis Vegetasi dan Komunitas. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sembel, T. 2010. Pengendalian Hayati, Hama-Hama Serangga Tropis dan Gulma. Yogyakarta :
Andi Offset.

Sebayang, Agnes Natalia. (2012). Gambaran Pola Konsumsi Makanan Mahasiswa di


Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Soerianegara, I dan Indrawan, A. (1998). Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Arrijani. 2006. Model arsitektur pohon pada Hulu DAS Cianjur Zona SubMontana Taman
Nasional gunung Gede Pangrango, Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi. Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Mueller-Dombois dan H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley
and Sons. New York.

Anda mungkin juga menyukai