Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM
UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2020/2021

MATA KULIAH : Hukum Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan


TANGGAL UJIAN: Selasa, 15 Desember 2020
WAKTU UJIAN : 10.00 s/d 11.30 WIB
DURASI : 90 menit
DOSEN : Tim Pengajar Departemen Hukum Tata Negara

IDENTITAS
NAMA : Muhammad Rikho Antasuri Arrizqy
NIM : 18/426992/HK/21649

PETUNJUK KHUSUS :
a. Sifat ujian ini adalah UJIAN TERBUKA.
b. Tuliskan identitas Anda pada kolom identitas yang disediakan.
c. Jawablah semua pertanyaan ujian pada kolom jawaban yang disediakan secara jelas dan argumentatif.
Panjang kolom jawaban dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda.
d. Kirimkan lembar ini beserta jawaban Anda melalui Simaster.
e. Jawaban yang dikirimkan di luar waktu yang telah ditentukan tidak akan diterima.
f. Pastikan Format Penamaan Dokumen sesuai dengan format sebagai berikut: Kelas_No.Presensi (sesuai
kartu ujian)_NIU (6 digit)_Nama Mahasiswa_Mata Kuliah. Contoh: A_22_483726_Suparman_HKPP.
g. Dokumen yang dikumpulkan dapat berupa format Word atau pdf.

SOAL UJIAN
1. Dalam konteks hukum perundang-undangan ada yang mengatakan bahwa Indonesia menganut civil law
system. Namun ada pula yang menyatakan bahwa Indonesia tidak secara murni mengadopsi civil law
system. Jelaskan secara terstruktur, koheren dan sistematis pendapat saudara terkait dengan dua
pendapat di atas!
Jawaban:

Indonesia memang menganut sistem civil law dilihat dari sejarah dan politik hukumnya,sumber hukum
maupun penegakkannya. Karakteristiknya adalah kodifikasi hukumnya berasal dari Romawi dan prinsip
utamanya adalah bahwa hukum itu mengikat dan tujuan hukumnya adalah kepastian hukum. Namun
dalam pembentukan peraturan perundang undangannya Indonesia tidak murni mengadopsi sistem civil
law karena perundang undangan yang berlaku di Indonesia juga dipengaruhi oleh sistem hukum adat
dan agama. Hal itu dikarenakan hukum adat dan agama sudah berlaku di Indonesia dari sebelum
kemerdekaan sedangkan sistem civil law dipengaruhi oleh Belanda pada masa penjajahan ,itulah yang
membuat Indonesia tidak murni mengadopsi sistem civil law tapi secara garis besar Indonesia adalah
Negara hukum yang mengadopsi sistem civil law.

2. Jawablah dengan jelas dan sistematis pertanyaan di bawah ini.


a. Jelaskan 3 hal yang membedakan antara peraturan perundang-undangan dan peraturan kebijakan!
b. Mengapa dalam praktik ketatanegaraan masih diterbitkan banyak peraturan kebijakan padahal
pada saat yang sama telah banyak diterbitkan berbagai peraturan perundang-undangan?

Jawaban:
A. Perbedaannya pertama adalah jika peraturan perundang undangan itu diberlakukan asas-asas
pembatasan dan pengujian sedangkan peraturan kebijakan tidak diberlakukan, yang kedua adalah jika
peraturan perundang undangan diuji secara hukum (wetmatigheid) sedangkan peraturan kebijakan
tidak diuji secara hukum karena memang peraturannya tidak termasuk dalam perundang undangan,
yang ketiga adalah jika peraturan kebijakan tidak terikat dengan apapun dan berdiri secara mandiri
sedangkan peraturan perundang undangan terikat dengan undang undang.

B. Karena dalam praktiknya peraturan perundang undangan terkadang tidak mengatur beberapa

© Departemen HTN FH UGM 2020 Halaman 1 dari 3


kepentingan yang ada sehingga dengan adanya peraturan kebijakan itulah yang menjadi sarana
pengaturan yang mengakomodir beberapa kepentingan-kepentingan yang sebelumnya belum diatur
oleh peraturan perundang undangan.

3. Dalam proses pembentukan undang-undang, kesepakatan antara Presiden dan DPR terjadi di sidang
paripurna DPR. Setelah itu Presiden akan menandatangani naskah RUU yang telah disepakati untuk
diundangkan. Terkait dengan hal ini, pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja menimbulkan pro-kontra karena terdapat beberapa perbedaan pada naskah RUU yang
ditandatangani Presiden untuk diundangkan dengan naskah RUU yang disepakati sebelumnya di sidang
paripurna DPR. Jelaskan pendapat Anda, apakah perubahan naskah RUU setelah disepakati di sidang
paripurna seperti itu dapat dibenarkan? (maksimal 150 kata).
Jawaban:
Berdasarkan Pasal 72 ayat 2 UU No 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang
undangan adalah hal yang memungkinkan dan diperbolehkan dengan tenggat waktu 7 hari sampai
dengan penandatanganan pengesahannya, tapi dengan batasan yang diubah hanya format penulisan
atau pada teknisnya saja dan bukan substansinya. Jadi jika naskah RUU Cipta kerja ini diubah dan
disunting bukan pada penulisan atau teknis melainkan pada substansinya maka ini tidak diperbolehkan.

4. Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, hanya Undang-Undang dan Peraturan Daerah
(Provinsi dan Kabupaten/Kota) yang dapat memuat sanksi pidana. Apakah Anda setuju dengan
ketentuan tersebut? Jelaskan! (maksimal 150 kata).
Jawaban:
Saya kurang setuju meskipun dalam pasal 15 UU no 12 tahun 2011 sudah disebut dengan jelas bahwa
hanya UU dan perda saja yang memuat sanksi pidana, tapi ada salah satu peraturan yang memiliki
kedudukan yang sama dengan UU yakni PERPPU yang memiliki hierarki,fungsi dan materi muatan yang
sama dengan UU hanya berbeda dalam pembentukannya saja maka menurut saya PERPPU juga dapat
memuat materi ketentuan pidana didalamnya tidak hanya dalam UU atau Perda saja.

5. Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mendefinisikan peraturan desa
sebagai peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.  Apakah mekanisme yang disediakan Undang-Undang
tersebut untuk mencegah adanya peraturan desa yang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi?
Jawaban
Ya, karena Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan bermasyarakat setempat agar
tidak ada pertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan yang lebih tinggi.

© Departemen HTN FH UGM 2020 Halaman 2 dari 3


6. Dalam praktik pengujian norma hukum, para ahli sering membedakan dua model sistem pengujian
norma hukum. Yang pertama adalah model pengujian norma hukum terkonsentrasi (concentrated
review). Yang kedua adalah model pengujian norma hukum tersebar (diffuse review). Apakah perbedaan
di antara keduanya? Apakah Indonesia menganut salah satu dari kedua model tersebut? Jelaskan
pendapat Anda!
Jawaban
• Perbedaannya adalah jika concentrated review lebih terfokus dan terkonsentrasi dalam melakukan
pengujian sedangkan diffuse review lebih tersebar dan tidak terkonsentrasi dalam melakukan
pengujian.
• Tidak, Indonesia menganut judical review dan executive review. Dimana persoalan dalam pengujian
peraturan adalah kewenangan pengujian yang tersebar di beberapa lembaga negara .

*****SELAMAT MENGERJAKAN*****

© Departemen HTN FH UGM 2020 Halaman 3 dari 3

Anda mungkin juga menyukai