PENGINDERAAN JAUH
Disusun oleh:
Akmal Neu
NIM
471423002
2024
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas karunia nikmatnya yang telah
memberikan kesehatan dan melimpahkan rahmatnya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Tak lupa sholawat serta salam kita ucapkan kepa
dabaginda Nabi besar Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari
zaman kegelapan yang penuh kebodohan kezaman yang kita rasakan saat ini
yang penuh ilmu pengetahuan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis hasil PISA 2006 yang dilakukan oleh OECD menunjukkan bahwa
kesadaran siswa terhadap isu-isu yang ada di lingkungan sejalan dengan
tingkat pengetahuan dan kecakapan literasi di lingkungannya. Menurut data
Badan Pusat Statistik (2018), indeks perilaku ketidakpedulian siswa terhadap
lingkungan hidup Indonesia tahun 2018 menunjukkan angka 0,51.
3. Jelaskan Citra
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor kurang disadari oleh
masyarakat pada umumnya, padahal dampak dari pembakaran bahan bakar ini
sungguh luar biasa dalam jangka panjang, seperti yang sedang dialami oleh
penduduk seluruh dunia yaitu terjadinya pemanasan global (global warming).
1. Deforestasi
3
yang dilakukan dengan tidak memperhatikan dampak lingkungan yang
menyebabkan meningkatnya temperatur di bumi pada beberapa tahun
terakhir (Prakoso, Ardita, & Murtyantoro, 2019). Kerusakan hutan yang
ada di Indonesia terus mengalami pentingkatan dan dapat diketahui bahwa
hutan di Indonesia terus mengalami pengurangan disetiap tahunnya, hal
tersebut memicu dampak buruk bagi Indonesia maupun dunia (Arif, 2016).
Data dari Greenpeace, Indonesia adalah negara penyumbang emisi gas
karbon ketiga setelah negara Amerika Serikat dan negara Tiongkok sekitar
80 % yang disebabkan oleh pembakaran hutan, pembakaran hutan juga
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia seperti dapat
menimbulkan sesak nafas berkepanjangan (Han, Goleman, Boyatzis, &
Mckee, 2019).
4
serius baik pada tingkat nasional maupun tingkat internasional, adanya
kebakaran hutan yang tidak terkendali, penebangan yang merusak,
membuka lahan yang dijadikan perkebunan, pengerukan bahan bakar, dan
pembangunan wilayah transmigrasi yang berdampak pada sosial ekonomi
bagi masyarakat dengan kehidupannya yang sangat bergantung dengan
hasil alam atau hutan, dan dapat menyebabkan timbulnya kerugian yang
besar yakni bagi seluruh
masyarakat maupun negara (Directorate of Technical Education, 2017).
Studi baru kini kian mulai menyoroti tentang permasalahan pemanasan
global yang menujukan bahwa negara Indonesia merupakan negara dengan
penyumbang utama terhadap perubahan iklim dan kian rentan terhadap
dampak-dampak yang ditimbulkan. Emisi Tahun 2000 di Indonesia dari
sektor hutan dan perubahan terhadap peruntukan tanah diperkirakan
mencapai 2.563 yang setara dengan megaton karbon dioksida (MtCO2e),
Selanjutnya adanya emisi tahunan dari sektor energi, pertanian dan limbah
yang besarnya mencapai
451 MtCO2e. Jika dibandingkan total emisi yang ada di negara Indonesia
ialah mencapai 3.014 MtCO2e, sedangkan emisi negara Cina mencapai
5.017 dan emisi Amerika Serikat mencapai hingga 6.005 MtCO2e.
Tingkat deforestasi yang tinggi tidak hanya menyebabkan kerusakan pada
alam namun dampak yang ditimbulkan akan berdampak pada kehidupan
sosial masyarakat.
5
hektarnya pertahun.
Apakah Anda sudah merasakan suhu udara saat ini semakin panas? Apakah
Anda telah mengamati sekarang ini penggantian musim yang tidak bisa diprediksi
lagi? Apakah Anda mengalami atau mengetahui bahwa bencana alam akibat angin
puting beliung sering terjadi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya sebagian dari
dampak yang diakibatkan oleh terjadinya Pemanasan Global (Global Warming),
kalau demikian apa itu pemanasan global, apa penyebabnya dan apa dampaknya?
6
perkiraan mengenai dampak pemanasan global. Dampak tersebut, antara lain
berikut ini.
7
kutub akan merugikan masyarakat pertanian di sebelum masa tanam daerah gurun.
Untuk Indonesia pengaruh dari pemanasan global ini mengakibatkan
perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, antara lain (a) menurunkan
produktivitas pertanian khususnya pada wilayah pantai; (b) terjadinya iklim
ekstrem yang meningkat menyebabkan sektor pertanian akan kehilangan
produksinya karena bencana kering dan banjir yang silih berganti yang
mengakibatkan terjadinya kekacauan pangan.
8
inklinasi dari bidang orbitalnya dikombinasikan dengan rotasi bumi di seputaran
poros kutub sehingga satelitnya dapat berpindah ke tiap titik di permukaan bumi
dalam 26 hari. Orbitnya memiliki ketingggian 832 km di atas permukaan air laut
dengan inklinasi 98,7" dan bervelosi sejumah 14 kali per hari.
9
● SPOT 5 diluncurkan tanggal 4 Mei 2002. Dibandingkan dengan
satelit obeservasi sebelumnya, SPOTS memberikan perubahan
kemajuan yang besar yang memberikan solusi citra dengan biaya
yang efektif. Resolusi pada sistem satelit obeservasi ini meningkat
hingga 5 meter dan 2,5 meter dan sudut pandang yang lebar (wide
imagin swath), dimana mencakup 60 x 60 km atau 60 x 120 km
dalam insturmen mode kembar, SPOT -5 memberikan perpaduan
yang ideal antara resolusi yang tinggi dan juga jarak pandang yang
luas. SPOT 5 dilengkapi dengan 2 buah instrumen geometrikal
yang berosolusi tinggi, High Resolution Geometric (HRG) yang
menawarkan citra beresolusi tinggi pada 2 mode, yaitu resolusi
hingga kisaran 2,5-5 meter pada mode panchromatic, dan resolusi
hingga kisaran 10 meter pada multispectral mode. SPOT 5 juga
memiliki instrumen pencitraan HRS (High Resolution
Stereoscopic), yaitu kemampuan untuk menangkap citra. stereopair
secara serentak untuk keperluan citra relief peta. Instrumen ini
dioperasikan dalam mode panchromatic, sehingga beresolusi tinggi
dengan 2 kamera yang ditempatkan pada bagian depan dan
belakang satelit. Kemampuan instrumen HRS ini sangat
menguntungkan karena dapat mencitra area yang luas hanya dalam
satu pencitraan. Pasangan stereo yang didapat dapat digunakan
dalam berbagai aplikasi 3D terrain modeling dan Computer
Environments seperti Flight Simulator Databases, Pipeline
Corridors, dan Mobile Phone Network Planning.
● SPOT 6 diluncurkan 9 September 2012. SPOT 6 merupakan seri
baru komersial SPOT misi untuk melanjutkan layanan pengamatan
resolusi tinggi. Secara resmi diumumkan pada pertengahan 2009
dan. peluncuran pertama 2012. Peningkatan satelit ini dari generasi
sebelumnya Cakupan 60 km, resolusi yang lebih baik 15 m,
penambahan band biru untuk mendapatkan gambar warna alami
asli, memungkinkan untuk mencapai efisien lebih baik dengan
koleksi cakupan besar lebih dari 3 juta km2 per hari, efisiensi
program lanjutan dengan pemrograman per hari dan per upload
satelit yang mungkin untuk memperoleh citra bebas awan,
kelangsungan 10 tahun yang menjamin kelangsungan data ke 2023.
SPOT 6 menggunakan sensor NAOMI (New AstroSat Optical
Modular Instrument). NAOMI adalah produk pencitra- resolusi
tinggi yang dirancang dan dikembangkan di EADS Astrium SAS.
Instrumen NAOMI telah dikembangkan dengan resolusi spasial 1,5
m sampai 2,5 m, dan besar sapuan dari 10 km sampai 60 km. Pada
satelit ini memiliki kualitas optik yang sama dan jauh lebih ringan.
Oleh karena itu kinerja yang lebih dapat diperoleh dari satelit yang
lebih kecil.
10
Di Indonesia penggunaan citra satelit beresolusi tinggi seperti yang
dimilki SPOT-5 dipakai dalam kepentingan kegiatan survei toponim
pulau-pulau. Selain itu citra tersebut baik dalam pembuatan profil pulau-
pulau di Indonesia. Saat ini para ahli Badan Riset Kelautan dan Perikanan
(BRKP), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), tengah mengkaji
penerapan data Shuttle Radar Topograhpy Mission (SRTM) yang diusung
oleh pesawat ulang alik (spaceshuttle) Endeavour pada tahun 2000. Citra
satelit SPOT 5 pun diterpakan dalam pembuatan citra 3 dimensi untuk
survei toponim dan profil pulau-pulau di Indonesia. Dari ketinggian 826
km SPOT-5 merekam profil tiga dimensi dengan menggunakan instrumen
High Resolution Stereoschopic (HRS) yang diopersikan dalam mode
pancromatic sehingga resolusi dapat mencapai 2.5 meter. Pasangan foto
yang didapat membentuk suatu relief peta bersifat 3 dimensi. Setiap benda
berukuran 2, 5 x 2,5 m di permukaan bumi dapat dipantau dari satelit
SPOT-5. Fungsi lain dari citra satelit SPOT adalah pemetaan dan
monitoring padang rumput, meningkatkan identifikasi tanaman.
Suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter oseanografi yang dapat
berubah-ubah, suhu permukaan laut dapat diukur secara langsung dengan cara
11
pengukuran insitu, dan juga oleh sensor satelit yang bekerja pada spektrum infra
merah termal. Suhu yang berubah-ubah dapat dideteksi oleh satelit lingkungan
dan cuaca, seperti NOAA yang memiliki sensor termal band 4 dan band 5. Band
tersebut merupakan saluran yang sensitif terhadap perubahan suhu di laut.
Pengolahan citra untuk mengetahui SPL Jawa, melalui proses pengolahan citra
dengan menggunakan
algoritma SPL hingga pembuatan peta SPL.
Satelit yang mempunyai sensor infra merah termal antara lain Landsat,
NOAA, Aqua/Terra, Fengyun, dan ERS. Suhu permukaan laut dari data
penginderaan jauh mempunyai berbagai potensi aplikasi seperti untuk
klimatologi, perubahan suhu permukaan laut global, respon atmosfer terhadap
anomali suhu permukaan laut, prediksi cuaca, pertukaran gas antara udara dengan
permukaan laut, pergerakan massa air, studi polusi, perikanan, dan dinamika
oseanografi seperti fenomena eddi, gyre, frontdan upwelling (Hartuti, 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran Suhu Permukaan
Laut Jawa menggunakan data citra satelit penginderaan jauh NOAA-17 secara
temporal.2.702 (Tb4 - Tb5) - 0.582 - 273.0 Algoritma Mc_Crosby tersebut
merupakan algoritma yang dikembangkan oleh NASA, dan merupakan algoritma
multi channel sea surface temperature (MCSST). Algoritma tersebut
menggabungkan setiap band termal satelit NOAA, yakni band 4 dan band 5 untuk
mendapatkan nilai SPL, dari data citra satelit NOAA yang telah dalam derajat
celcius dari algoritma tersebut.
Salah satu citra penginderaan jauh yang masih jarang digunakan dalam
kajian distribusi muatan padatan tersuspensi adalah citra satelit ALOS (Advanced
Land Observing Satelitte). Citra satelit ALOS merupakan citra hasil perekaman
dari satelit
penginderaan jauh milik Jepang. Penelitian dengan menggunakan ALOS AVNIR-
2 masih jarang digunakantetapi terdapat beberapa peneliti yang menghasilkan
persamaan untuk mengekstraksi nilai muatan padatan tersuspensi dari citra ALOS
AVNIR-2. Beberapa diantaranya adalah Alashloo et al. (2013), Lim et al. (2009),
Bhatti et al. (2011), Hendrawan dan Asai (2008).
12
Penelitian kali ini mencobakan tiga persamaan yang diperoleh dari penelitian-
penelitian sebelumnya untuk diujikan di daerah muara Sungai Opak. Hasil
ekstraksi dari ketiga persamaan ini akan dibandingkan dengan data in situ melalui
uji statistik. Jika hasil ekstraksi dari persamaan tersebut dan data in situ tidak ada
perbedaan, maka persamaan tersebut dapat digunakan di muara Sungai Opak.
Namun jika hasil perbandingan tersebut berbeda, maka perlu dibangun persamaan
baru melalui analisis regresi. Hasil dari persamaa yang paling sesuai dapat
dipetakan dan dianalisis dengan melihat faktor-faktor lain yang berpengaruh baik
dari darat atau laut.
Salah satu citra satelit SAR yang dapat digunakan untuk estimasi
kelembaban tanah adalah citra satelit ALOS-PALSAR. Berkaitan dengan
kebutuhan informasi kelembaban tanah dan teknik penginderaan jauh yang
mampu mengidentifikasi areal cakupan wilayah yang luas dalam waktu yang
cepat, perlu dilakukan sebuah penelitian tentang “Pemanfaatan Citra Satelit
ALOS-PALSAR untuk Pemetaan Kelembaban Tanah”.
13
2. Hasil penelitian ini, diharapkan menjadi dasar pertimbangan dalam
penelitian sejenis atau sebagai bahan rujukan dalam pembuatan peta
kelembaban tanah.
Citra ASTER adalah satu citra satelit sumberdaya bumi yang sering
dimanfaaatkan untuk kajian fisik. Citra ASTER (Advanced Spaceborne Thermal
Emission and Reflection Radiometer) yang diluncurkan pada 18 Desember 1999
yang dihasilkan oleh proyek kerja sama Jepang dan Amerika untuk memonitoring
permukaan bumi yang menyangkut sumberdaya alam. Sensor ini mengobservasi
permukaan bumi dari ketinggian 705 km dengan frekuensi band: Visible and Near
Infrared (VNIR), Short Wave Infrared (SWIR) dan Thermal Infrared (TIR).
METODE PENELITIAN
Tahap pengolahan data terdiri dari pengolahan data citra ASTER yang
diawali dengan koreksi radiometrik dan geometrik yang bertujuan agar citra yang
digunakan memiliki akurasi yang optimal. Tahap pengolahan selanjutnyaadalah
proses interpretasi penggunaan lahan dan jaringan jalan.
Tahap kerja terdiri dari pemilihan sampel dan kerja lapangan. Pemilihan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proporsional stratified random
sampling, yaitu dengan mengambil sampel secara seimbang berdasarkan tingkatan
14
atau kelas data yang ada pada satuan pemetaan yang berupa peta-peta tentatif
parameter yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi permukiman. Metode
proporsional stratified random sampling ini diharapkan mampu mewakili setiap
kelas data yang ada di lapangan secara seimbang sehingga masing-masing kelas
dapat dilakukan cek lapangan untuk menghasilkan peta tematik yang sesuai
dengan cara efisien. Kerja lapangan bertujuan untuk mencocokan hasil interpretasi
dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Adapun kerja lapangan yang dilakukan
adalah mengukur variabel yang
tidak terukur dari citra dan sekaligus cek hasil interpretasi citra ASTER.
Pengecekan dilakukan terhadap penggunaan lahan, jarak terhadap jaringan jalan
serta pengukuran terhadap daya dukung tanahdan kedalaman muka air
tanah.Jumlah sampel yang diambil sebanyak 53 titik.
Perkotaan Purwokerto berada pada lokasi strategis yang menjadi daya tarik
bagi daerah-daerah sekitar untuk melakukan kegiatan transportasi. Semakin
banyak kendaraan yang masuk, semakin besar pula potensi kemacetan yang
terjadi, karena volume lalu lintas meningkat tidak disertai kapasitas jalannya.
Penggunaan lahan di perkotaan juga dapat menjadi masalah tambahan terlebih
dampaknya pada bentuk aktivitas yang ditunjukkan dalam pembentukan gangguan
samping jalan. Intensitas dari bentuk aktivitas yang makin tinggi, berpotensi
menciptakan nilai kapasitas jalan yang diperoleh semakin kecil. Hal ini mendasari
pentingnya pemetaan kekotaan dengan fokus identifikasi tingkat kemacetan lalu
lintas melibatkan sumber data citra Pleiades, disamping pengukuran dan
perhitungan dari data sekunder dan kegiatan lapangan.
15
2.7 Citra Satelit Sentinel
Citra satelit yang digunakan untuk pemetaan habitat dasar perairan dangkal di
Teluk Humbolt adalah citra satelit Sentinel-2A level 1C akuisisi tanggal 25
Februari 2019. Citra satelit Sentinel-2A dapat diperoleh dengan cara
mendownload pada
website: https://scihub.copernicus.eu. Satelit Sentinel-2A merupakan satelit
generasi baru yang dirancang oleh European Space Agency (ESA) untuk
observasi bumi yang keseluruhan datanya dapat diakses secara gratis. Satelit
Sentinel-2A memiliki
resolusi temporal 10 hari (satelit tunggal) 5 hari (konstelasi gabungan), serta
resolusi radiometrik 12 bit.
Manfaat dari citra sentinel ini adalah untuk menyajikan data dalam rangka
memenuhi kebutuhan beberapa hal, diantaranya monitoring lahan, dan dapat
dijadikan sebagai data dasar yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti
pertanian hingga perhutana, juga monitoring lingkungan, hingga perencanaan
perkotaan. Selain itu dapat juga digunakna untuk deteksi tutupan lahan,
penggunaan
lahan, pemetaan bencana, dan aplikasi lainnya (Kawamuna et al., 2017). Untuk
melakukan analisis vegetasi menggunakan metode NDVI, komposit band yang
dibutuhkan ialah band 8 sebagai NIR dan band 4 sebagai RED pada citra sentinel-
2.
Perangkat lunak yang digunakan yaitu ArcMap 10.8 dan Qgis. Tahapan
pengolahan dan analisis citra mencakup tahapan sebagai berikut:
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
17
Suryantoro, Agus. 2003. Kemudahan Interpretasi Citra SPOT XS dan Landsat TM
Untuk Identifikasi Objek Penutup Lahan Kota Malang. Forum
Geografi Vol 17, No 1.
18