E-ISSN 2721-0642
Abstract
This study aims to examine the role and position of international environmental institutions
in environmental management. Environmental issues are international issues that have a
broad effect, involving the exploitation of global resources such as the oceans and atmosphere,
as well as the existence of transnational environmental destruction. The United Nations
Environment Program (UNEP) is a United Nations (UN) environmental agency that
specifically deals with global environmental problems by actively promoting the enforcement
of sustainable development in the world. The research method used in this paper is a descriptive
analysis method with a historical approach and a conceptual approach. The results of this study
indicate that the United Nations through UNEP is able to emphasize government policies in
environmental protection programs globally.
Keywords: International Environmental Institute, Environmental Issues, Global
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai peran dan kedudukan lembaga
lingkungan hidup internasional dalam pengelolaan lingkungan hidup. Persoalan
lingkungan hidup merupakan isu internasional karena mempunyai efek yang luas,
menyangkut eksploitasi terhadap sumber daya global seperti lautan dan atmosfer,
serta adanya perusakan lingkungan hidup bersifat transnasional. United Nation
Environment Programme (UNEP) merupakan badan lingkungan hidup Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang secara khusus menangani masalah lingkungan global
dengan aktif menyuarakan penegakan sustainable development di dunia. Metode
penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan
pendekatan historis (historical approach) dan pendekatan konseptual. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa PBB melalui UNEP mampu menekan kebijakan
pemerintah dalam kegiatan kerja sama untuk pencapaian program perlindungan
lingkungan hidup secara global.
Kata Kunci: Lembaga Lingkungan Hidup Internasional, Persoalan Lingkungan,
Global
Pendahuluan
Persoalan lingkungan hidup merupakan isu global karena mempunyai efek
global, menyangkut eksploitasi terhadap sumber daya global seperti lautan dan
atmosfer, adanya pemanasan global, serta adanya perusakan lingkungan hidup
bersifat transnasional. Permasalahan lingkungan global ditimbulkan dari
permasalahan lingkungan yang berdampak luas dan serius bagi dunia. (Hartati,
2012) Persoalan tersebut tidak luput dari perhatian lembaga-lembaga lingkungan
hidup yang tidak hanya ada di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional.
Lembaga-lembaga lingkungan hidup internasional tersebut, diharapkan mampu
secara efektif menangani permasalahan lingkungan yang bersifat global. Adapun
927
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
Metode
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah disampaikan,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis.
metode deskriptif analisis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah dikumpulkan. (Sugiyono, 2014) Sementara, pendekatan penelitian yang
digunakan yaitu pertama, pendekatan historis untuk menguraikan perkembangan
lembaga lingkungan hidup internasional. Kedua, pendekatan konseptual untuk
menganalisis peran dan kedudukan lembaga lingkungan hidup internasional dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang didapatkan dari studi pustaka berupa jurnal, buku,
majalah, surat kabar, dan sebagainya.
928
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
929
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
kontrol yaitu kemampuan dalam mempengaruhi dan legitimasi yaitu diakuinya hak
untuk membuat regulasi. Pada dasarnya, antara ekologi perlindungan lingkungan
internasional dan kedaulatan saling berpengaruh. Negara memiliki kekuasaan,
sumber daya dan pengawasan serta kontrol teritori wilayah untuk mendukung dan
mendorong peraturan-peraturan lingkungan. (Fadli et al, 2016)
Berdasarkan perspektif lingkungan internasional, hakikat kedaulatan
lingkungan akan dapat diwujudkan jika memiliki pemahaman institusionalis dimana
rezim internasional dan organisasi internasional membentuk Institutions for The Earth.
Pada dasarnya, sifat kedaulatan tidak menjadi penghalang terhadap kerja sama
lingkungan hidup internasional. Hal tersebut dikarenakan aktivitas kerja sama tidak
menjadi pembatas atas kedaulatan suatu negara.
Oleh karena lembaga yang dimaksud tersebut tidak memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi hukum dan peraturan negara, maka memerlukan adanya
koordinasi antara peran negara dengan lembaga untuk membangun kerja sama yang
efektif dalam menghadapi permasalahan lingkungan global. Peran serta seluruh
negara dan pemerintahannya sangat dibutuhkan dalam melakukan perlindungan
lingkungan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka diperlukan
lembaga lingkungan hidup yang dapat memfasilitasi kegiatan atau aktivitas dalam
perlindungan lingkungan secara global, baik secara nasional maupun internasional.
(Fadli et al, 2016)
930
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
931
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
Saat ini IPCC memiliki 195 anggota yang terdiri dari perwakilan negara-
negara. Anggota IPCC terdiri dari Pemerintah, Observer Organizations nominate, dan
anggota Bureau bertugas untuk menyiapkan laporan IPCC yang didukung oleh
Sekretariat IPCC dan unit pendukung teknis dari kelompok kerja dan gugus tugas.
Perwakilan dari negara-negara anggota IPCC melakukan pertemuan satu kali atau
lebih dalam setahun dalam Sidang Panel Pleno. (”Structure of the IPCC,”n. d.)
d. Global Environment Facility (GEF)
GEF didirikan pada Konferensi Rio 1992, dengan menyatukan 184 negara
dalam kemitraan dengan lembaga internasional, civil society organizations (CSOs), dan
sektor swasta untuk mengatasi masalah lingkungan global sekaligus mendukung
inisiatif pembangunan berkelanjutan nasional. Sejak tahun 1992, GEF telah
menyediakan hampir $20,5 miliar dalam bentuk hibah dan memobilisasi tambahan
$112 miliar dalam pembiayaan bersama untuk lebih dari 4.800 proyek di 170 negara.
Melalui Small Grants Programme (SGP), GEF telah memberikan dukungan kepada
hampir 24.000 inisiatif masyarakat dan masyarakat sipil di 133 negara.
GEF melaksanakan mekanisme pendanaan yang bersifat incremental
(pembiayaan tambahan) dari pembiayaan dasar negara-negara penerima, yang
diharapkan dapat menjadi katalisator untuk mempercepat program-program yang
ada agar dapat memberikan manfaat bagi pengelolaan lingkungan hidup secara
global (global environmental benefit). Secara garis besar, GEF menyediakan pendanaan
untuk 2 kegiatan utama dalam konteks prioritas sustainable development, yaitu:
investasi yang diarahkan untuk manfaat lingkungan global dan bantuan teknis untuk
meningkatkan lingkungan yang kondusif.
Pembentukan GEF sebagai mekanisme keuangan berasal dari Konvensi
Keanekaragaman Hayati dan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim.
GEF juga berkolaborasi erat dengan Protokol Montreal untuk Konvensi Wina perihal
Zat Perusak Lapisan Ozon, Konvensi dalam Memerangi Desertifikasi, dan berbagai
kesepakatan regional dan internasional tentang perairan. Proyek yang dialiri dana
oleh GEF di bidang penipisan ozon, perairan internasional, perubahan iklim,
penurunan mutu tanah dan keanekaragaman hayati. (Horta, 1998)
Mengenai isu mitigasi perubahan iklim tertuang dalam climate change mitigation
GEF-6 Strategy dengan tujuan untuk mendukung negara berkembang bertransisi
menuju pembangunan yang rendah emisi dan berketahanan. Adapun kegiatan-
kegiatan dapat ditujukan untuk mempromosikan inovasi dan transfer teknologi,
sistem yang mampu menunjukan dampak dari aksi mitigasi serta menciptakan
keadaan pemungkin untuk memainstreamkan kegiatan dalam strategi sustainable
development.
Dalam rangka kegiatan adaptasi yang tertuang dalam Climate Change
Adaptation GEF-6 Strategy, bertujuan meningkatkan ketahanan terhadap dampak
perubahan iklim di negara berkembang melalui pengukuran adaptasi di sektor
berdampak, wilayah serta masyarakat baik dalam jangka panjang maupun pendek.
Kegiatan dilaksanakan melalui pengurangan kerentanan, peningkatan kapasitas
institusi dan teknis, serta integrasi adaptasi perubahan iklim dalam kebijakan,
perencanaan dan proses-proses pembangunan terkait.
GEF bekerja dengan 18 lembaga yaitu, United Nations Development Programme
(UNDP), United Nations Environment Programme (UNEP), World Bank, Food and
Agriculture Organization (FAO), Inter-American Development Bank (IADB), United
Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Asian Development Bank (ADB),
932
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
African Development Bank (AfDB), European Bank for Reconstruction and Development
(EBRD), International Fund for Agricultural Development (IFAD), World Wildlife Fund-US
(WWF-US), Conservation International (CI), West African Development Bank (BOAD),
Brazilian Biodiversity Fund (FUNBIO), Foreign Economic Cooperation Office, Ministry of
Environmental Protection of China (FECO), Development Bank of Southern Africa (DBSA),
Development Bank of Latin America (CAF), dan International Union for Conservation of
Nature (IUCN). (Biermann et al, 2009)
GEF merupakan sebuah organisasi keuangan yang beroperasi secara
independen, memberikan hibah untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan
keanekaragaman hayati, perubahan iklim, perairan internasional, degradasi lahan,
lapisan ozon, polutan organik persisten atau persistent organic pollutants (POPs),
merkuri, pengelolaan hutan berkelanjutan, ketahanan pangan, kota berkelanjutan.
e. Earth System Governance Project (ESGP)
ESGP adalah program penelitian ilmu sosial interdisipliner jangka panjang
yang awalnya dikembangkan di bawah naungan The International Human Dimensions
Programme on Global Environmental Change (IHDP) yang dimulai pada Januari 2009.
Aliansi penelitian global telah berkembang menjadi jaringan penelitian ilmu sosial
terbesar di bidang tata kelola dan perubahan lingkungan global. (Dryzek, 2014)
Proyek ini berupaya menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang peran dan
efektivitas lembaga, organisasi, legitimasi politik, keadilan sosial dan mekanisme tata
kelola yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. (Biermann et al, 2020)
Penyusunan ESGP Science Plan diamanatkan oleh IHDP, yang merupakan
program ilmu sosial di bawah International Council or Science, the International Social
Science Council dan United Nations University. Proyek ini dibangun berdasarkan hasil
program penelitian jangka panjang sebelumnya yaitu proyek inti Institutional
Dimensions of Global Environmental Change (IDGEC), dipimpin oleh Young (2002).
IDGEC berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan 2006, ketika IHDP menyetujui
science plan Konferensi Sintesis besar di Bali, Indonesia. Fokus penelitian IDGEC
tertuju pada tiga penelitian yaitu institusional (kausalitas, kinerja, dan desain), tiga
tema analitis (masalah kecocokan, interaksi, dan skala), serta memusatkan upaya
secara empiris pada dua wilayah, Asia Tenggara dan wilayah Kutub.
ESGP merupakan bagian dari keseluruhan Earth System Science Partnership.
Meskipun berorientasi pada ilmu sosial, tetapi juga akan relevan bagi para ilmuwan
alam dan komunitas penelitian perubahan global. Proyek ini akan menjadi kegiatan
utama dalam memulai, menyusun, dan menyebarluaskan penelitian tentang
pertanyaan-pertanyaan politik penting dalam upaya analisis sistem bumi yang lebih
luas. Selain itu, proyek ini akan berkontribusi pada kemajuan metodologis dalam
penilaian terintegrasi melalui metode penyelidikan untuk integrasi mekanisme tata
kelola.
Penelitian khusus interaksi praktis antara berbagai disiplin ilmu diharapkan
mengarah ke kemajuan metodologis umum dalam penelitian interdisipliner. Oleh
karena itu, komite ini memasukkan anggota, dan melakukan segala upaya untuk
berkolaborasi dengan, banyak proyek bersama dalam Earth System Science Partnership
yang sangat dekat adalah hubungan dengan Global Environmental Change and Food
Systems Project, the Global Water System Project, dan the Global Carbon Project. (Biermann
et al, 2009)
Earth System Governance Project mencakup aktor non-negara, mulai dari
industri dan kelompok non-pemerintah seperti ilmuwan, masyarakat adat,
933
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
pemerintah kota dan organisasi internasional. Sejak 2015, Earth System Governance
Project merupakan bagian dari platform penelitian internasional menyeluruh Future
Earth. Kantor Proyek Internasional diselenggarakan di Institut Pembangunan
Berkelanjutan Copernicus, Fakultas Geosains, Universitas Utrecht, Belanda. Konsep
Tata Kelola Sistem Bumi didefinisikan sebagai:
“... the interrelated and increasingly integrated system of formal and
informal rules, rule-making systems, and actor-networks at all levels of
human society (from local to global) that are set up to steer societies towards
preventing, mitigating, and adapting to global and local environmental
change and, in particular, earth system transformation, within the
normative context of sustainable development.”
Proyek ini memperluas mobilisasi global peneliti tata kelola sistem bumi,
merangsang dan memfasilitasi kerjasama penelitian, dan secara efektif berkomunikasi
dan terlibat dengan masyarakat. Proyek ini beroperasi di bawah arahan Komite
Pengarah Ilmiah dan agenda penelitiannya berasal dari Rencana Sains dan
Implementasi Proyek 2018. Proyek ini bertujuan untuk memeriksa masalah
lingkungan regional maupun global seperti polusi udara, pelestarian air, pengolahan
limbah atau penggurunan dan degradasi tanah.
f. The World Nature Organization (WNO)
WNO adalah sebuah organisasi antar pemerintah global yang saat ini berlokasi
di Jenewa, Swiss. Inisiatif untuk mendirikan WNO dimulai pada 2010, untuk
mengatasi tantangan kritis ancaman global terhadap tanah, lautan, hutan, air dan
udara. WNO didedikasikan untuk perlindungan lingkungan di tingkat internasional
dengan fokus utama adalah pada efisiensi energi, perlindungan iklim, pembangunan
berkelanjutan dan pasokan energi yang berkelanjutan. Sebagai platform permanen,
dalam pendirian WNO, yang merupakan organisasi antar pemerintah pertama dalam
skala global yang didedikasikan untuk perlindungan lingkungan internasional
menjadi hal penting untuk melibatkan semua negara di seluruh dunia. Tujuan dari
WNO adalah untuk melestarikan alam dan untuk mencegah kerugian, dan
kerusakan, kondisi alam untuk keberadaan manusia, hewan dan tumbuhan, di air, di
darat dan di udara yang diinisiasi oleh keinginan bahwa semua manusia memiliki
akses yang aman ke sumber daya alam, terutama air bersih dan udara.
934
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
Kesimpulan
Permasalahan lingkungan hidup tidak hanya dirasakan pada negara
berkembang, tetapi juga oleh negara maju yang merupakan isu global akibat beberapa
masalah lingkungan hidup memiliki efek global antara lain meningkatnya bermacam
penyakit akibat dari berlubangnya lapisan ozon dikarenakan masalah CFCs
(Chlorofluorocarbons) yang berdampak global warming, adanya eksploitasi sumber
daya global pada laut maupun atmosfer, munculnya kerusakan lingkungan hidup
yang bersifat transnasional, serta terjadinya degradasi lingkungan dalam skala lokal
maupun nasional yang dilakukan di beberapa wilayah di seluruh dunia sehingga
dinilai menjadi masalah global.
935
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
Referensi
Development that meets the need of present without compromising the ability of
future generations to meet their own needs. Lihat The World Commision on
Environment and Development, Our Common Future (Oxford/New York:
Oxford University Press, 1987).
Expert Group on Environmental Law of the World Commission on Environment and
Development, Environmental Protection and Sustainable Development: Legal
Principles and Recommendations (London, Dordrecht, Boston: Graham and
Trotman, Martinus Nijhoff, 1987).
F. Biermann and P.H. Pattburg, eds., Global Environmental Governance Reconsidered
(Cambridge, MA: MIT Press, 2012).
936
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
937
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
Biermann, Frank, Michele M. Betsill, Joyeeta Gupta, Norichika Kanie, Louis Lebel,
Diana Liverman, Heike Schroeder, and Bernd Siebenhüner, with contributions
from Ken Conca, Leila da Costa Ferreira, Bharat Desai, Simon Tay, and Ruben
Zondervan. Earth System Governance: People, Places and the Planet. Science
and Implementation Plan of the Earth System Governance Project. Earth
System Governance Report 1, IHDP Report 20. Bonn, IHDP: The Earth System
Governance Project (2009).
T. Wernberg, B.D. Russell, P.J. Moore, S.D. Ling, D.A. Smale, A. Campbell, M.A.
Coleman, P.D. Steinberg, G.A. Kendrick and S.D. Connell. “Impacts of Climate
Change in a Global Hotspot for Temperate Marine Biodiversity and Ocean Warming”.
Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 400 (2011).
Umberto Pisano et.all, ESDN Conference 2012 Rio 20 and its Implication for
Sustainable Development Policy at the EU and National Level, Conference
Proceedings, Copenhagen, Denmark, (Juni 2012).
United Nations I, Report of the World Summit on Sustainable Development,
Johannesburg, South Africa, 26 August-4 September 2002, (New York: United
Nation, 2002).
United Nations II, Report of the United Nations Conference on Sustainable
Development, Rio de Janeiro, Brazil, 20-22 Juni 2012, (New York: United
Nation, 2012).
Regulation (EC) No 850/2004 of the European Parliament and of the Council of 29
April 2004 on Persistent Organic Pollutants and Amending Directive
79/117/EEC. europa.eu.
United Nations. The United Nations Framework Convention On Climate Change,
1992, Article 2.
United Nations Treaty Collection: Chapter XXVII: Environment-15. Stockholm
Convention on Persistent Organic Pollutants. Stockholm, 22 May 2001.
Marianne Bailey, Minamata Convention on Mercury. United States Environmental
Protection Agency. Diakses dari: https://www.epa.gov/international-
cooperation/minamata-convention-mercury, pada 21 Desember 2021.
Center for Humans and Nature. The Case for a World Environment Organization.
Diakses dari: https://www.humansandnature.org/the-case-for-a-world-
environment-organization, pada 20 Desember 2021.
CNN Indonesia, "Mengenal G20: Sejarah, Tujuan, dan Perannya". Diakses dari:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220110161907-537-
744798/mengenal-g20-sejarah-tujuan-dan-perannya, pada 15 Mei 2022.
Earth System Governance International Project. Diakses dari:
https://www.earthsystemgovernance.org/contact/, pada 20 Desember 2021.
Devex. “World Nature Organization (WNO)”. Diakses dari:
https://www.devex.com/organizations/world-nature-organization-wno-
31079, pada 21 Desember 2021.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perlindungan Lapisan Ozon. Diakses dari:
http://dlhk.jogjaprov.go.id/perlindungan-lapisan-ozon, pada 16 Juni 2022.
Gef. “Who We Are”. Diakses dari: https://www.thegef.org/who-we-are, pada 20
Desember 2021.
938
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642
H.K., Jacobson. “United Nations Framework Convention on Climate Change: Climate Policy:
International”. Science Direct, 2001. Diakses dari:
https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-
sciences/united-nations-framework-convention-on-climate-change, pada 20
Desember 2021.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. “United Nations Enviroment
Programme (UNEP)”. Diakses dari:
https://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/apec-oi/organisasi-
perserikatan-bangsa-bangsa, pada 23 Juni 2022.
IPCC. Structure of the IPCC. Diakses dari: https://www.ipcc.ch/about/structure/,
pada 21 Desember 2021United Nations. Report of the United Nations Conference
on Environment and Development, 12 Agustus 1992. Diakses dari:
https://www.un.org/en/development/desa/population/migration/general
assembly/docs/globalcompact/A_CONF.151_26_Vol.I_Declaration.pdf, pada
21 Desember 2021.
Mimir Ensiklopedia Bahasa Indonesia. United Nations Enviroment Programme
(UNEP). Diakses dari: https://mimirbook.com/id/a034084b04f, pada 16 Juni
2022.
The Earth System Governance Project is the largest social science research network in
the area of governance and global environmental change. Diakses dari:
https://futureearth.org/networks/global-research-projects/esg-earth-
system-governance/, pada 20 Desember 2021.
UN Enviroment Programme. Rules Of Procedure Of The United Nations Environment
Assembly Of The United Nations Environment Programme. Diakses dari:
http://www.unep.org/, pada 15 Juni 2022.
United Nations Global Marketplace. United Nations Framework Convention on
Climate Change. Diakses dari:
https://www.ungm.org/Shared/KnowledgeCenter/Pages/UNFCCC, pada
21 Desember 2021.
United Nations Convention to Combat Desertification. Diakses dari:
https://en.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_to_Combat_De
sertification, pada 21 Desember 2021.
United Nations Global Compact. World Nature Organization (WNO). Diakses dari:
https://www.unglobalcompact.org/what-is-gc/participants/36591-World-
Nature-Organization-WNO, pada 21 Desember 2021.
VOX. Why the US won’t join the single most important treaty to protect nature.
Diakses dari: https://www.vox.com/22434172/us-cbd-treaty-biological-
diversity-nature-conservation, pada 20 Desember 2021.
World Health Organization (WHO). United Nations Framework Convention on
Climate Change (UNFCCC). Diakses dari:
https://www.who.int/globalchange/climate/unfccc/en/, pada 20 Desember
2021.
WWF Annual Review 2010. Diakses dari:
https://wwfeu.awsassets.panda.org/downloads/int_ar_2010.pdf, pada 21
Desember 2021.
939