Anda di halaman 1dari 13

Volume 4, Issue 3, September 2022

E-ISSN 2721-0642

Eksistensi Lembaga Lingkungan Hidup Internasional dalam


Pengelolaan Lingkungan Hidup
Gita Ayu Sartika Candra
Program Pascasarjana Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Email Korespondensi: ghietasartika@gmail.com

Abstract
This study aims to examine the role and position of international environmental institutions
in environmental management. Environmental issues are international issues that have a
broad effect, involving the exploitation of global resources such as the oceans and atmosphere,
as well as the existence of transnational environmental destruction. The United Nations
Environment Program (UNEP) is a United Nations (UN) environmental agency that
specifically deals with global environmental problems by actively promoting the enforcement
of sustainable development in the world. The research method used in this paper is a descriptive
analysis method with a historical approach and a conceptual approach. The results of this study
indicate that the United Nations through UNEP is able to emphasize government policies in
environmental protection programs globally.
Keywords: International Environmental Institute, Environmental Issues, Global

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai peran dan kedudukan lembaga
lingkungan hidup internasional dalam pengelolaan lingkungan hidup. Persoalan
lingkungan hidup merupakan isu internasional karena mempunyai efek yang luas,
menyangkut eksploitasi terhadap sumber daya global seperti lautan dan atmosfer,
serta adanya perusakan lingkungan hidup bersifat transnasional. United Nation
Environment Programme (UNEP) merupakan badan lingkungan hidup Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang secara khusus menangani masalah lingkungan global
dengan aktif menyuarakan penegakan sustainable development di dunia. Metode
penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan
pendekatan historis (historical approach) dan pendekatan konseptual. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa PBB melalui UNEP mampu menekan kebijakan
pemerintah dalam kegiatan kerja sama untuk pencapaian program perlindungan
lingkungan hidup secara global.
Kata Kunci: Lembaga Lingkungan Hidup Internasional, Persoalan Lingkungan,
Global

Pendahuluan
Persoalan lingkungan hidup merupakan isu global karena mempunyai efek
global, menyangkut eksploitasi terhadap sumber daya global seperti lautan dan
atmosfer, adanya pemanasan global, serta adanya perusakan lingkungan hidup
bersifat transnasional. Permasalahan lingkungan global ditimbulkan dari
permasalahan lingkungan yang berdampak luas dan serius bagi dunia. (Hartati,
2012) Persoalan tersebut tidak luput dari perhatian lembaga-lembaga lingkungan
hidup yang tidak hanya ada di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional.
Lembaga-lembaga lingkungan hidup internasional tersebut, diharapkan mampu
secara efektif menangani permasalahan lingkungan yang bersifat global. Adapun

927
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

lembaga lingkungan hidup internasional yang aktif dalam aktivitas pengelolaan


lingkungan hidup antara lain World Wide Fund for Nature, United Nations Environment
Programme, Intergovernmental Panel on Climate Change, Global Environment Facility, Earth
System Governance Project, dan The World Nature Organization.
Meskipun telah terdapat berbagai lembaga lingkungan hidup di dunia baik
tingkat nasional maupun internasional, namun yang menjadi permasalahan adalah
tidak semua negara di dunia menjadi anggota dari suatu lembaga lingkungan
internasional sehingga kebijakan atas pengelolaan lingkungan tidak dapat diterapkan
kepada semua negara di dunia. Oleh karena itu, diperlukan lembaga lingkungan
hidup internasional yang dalam kedudukan dan perannya memiliki kemampuan
untuk mendorong aktivitas pengelolaan lingkungan hidup seluruh negara di dunia.
Hal tersebut memerlukan adanya koordinasi antara negara dengan lembaga
lingkungan internasional untuk membangun kerja sama yang efektif dalam
menghadapi permasalahan lingkungan global.

Metode
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah disampaikan,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis.
metode deskriptif analisis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah dikumpulkan. (Sugiyono, 2014) Sementara, pendekatan penelitian yang
digunakan yaitu pertama, pendekatan historis untuk menguraikan perkembangan
lembaga lingkungan hidup internasional. Kedua, pendekatan konseptual untuk
menganalisis peran dan kedudukan lembaga lingkungan hidup internasional dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang didapatkan dari studi pustaka berupa jurnal, buku,
majalah, surat kabar, dan sebagainya.

Hasil dan Diskusi


Persoalan Lingkungan Hidup sebagai Isu Global
Awal abad XX, masyarakat dunia mulai menyadari adanya persoalan
lingkungan hidup yang dampaknya semakin lama semakin sulit untuk diatasi.
Beberapa kerusakan lingkungan hidup yang terjadi adalah emisi gas rumah kaca dan
global warming (pemanasan global) merupakan akibat dari aktivitas manusia yang
tidak mempedulikan lingkungan. Terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan
oleh pemanasan global merupakan inti permasalahan. Selain disebabkan oleh faktor
alam yang tidak dapat dihindari, pemanasan global cenderung lebih banyak
disebabkan oleh aktivitas manusia yang terus berlangsung terus menerus.
(Wardhana, 2010)
Isu mengenai lingkungan hidup muncul di tahun 1972 saat diselenggarakan
The United Nations Conference on the Human Environment di Stockholm. Isu lingkungan
hidup merupakan isu lintas batas yang terjadi karena sumber daya yang ada bergerak
di berbagai negara, aktivitas yang terjadi di lingkungan laut (pengiriman barang,
pertambangan dan pergerakan migrasi) yang dapat mempengaruhi beberapa negara,
dan laut yang merupakan media dimana polutan relatif mudah menular. Oleh karena
dampak yang terjadi melibatkan lebih dari satu negara, maka persoalan lingkungan
ini harus diselesaikan secara bersama dan menjadi agenda internasional.

928
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

Sementara masih terdapat Negara yang belum meratifikasi kesepakatan


Negara-negara anggota PBB di Kyoto, Jepang Desember 1997 yang dikenal dengan
protokol Kyoto. Hal tersebut berarti bahwa masih terdapat masyarakat di negara-
negara yang belum menyadari pentingnya dalam memelihara dan menjaga
kelestarian lingkungan serta upaya untuk tidak merusak ekosistem yang ada.
Isu lingkungan hidup merupakan isu global karena disebabkan oleh beberapa
alasan yakni masalah lingkungan hidup memiliki efek global antara lain pertama,
meningkatnya bermacam penyakit akibat dari berlubangnya lapisan ozon
dikarenakan masalah CFCs (Chlorofluorocarbons) yang berdampak global warming.
Kedua, terjadinya eksploitasi sumber daya global pada laut maupun atmosfer. Ketiga,
kerusakan lingkungan hidup yang bersifat transnasional. (Ikbar, 2014) Keempat,
terjadinya degradasi lingkungan dalam skala lokal maupun nasional yang dilakukan
di beberapa wilayah di seluruh dunia sehingga dinilai menjadi masalah global.
Lapisan ozon yang berlubang memberikan dampak pemanasan global dengan
menyebabkan peningkatan radiasi sinar UV-B yang berdampak pada kerusakan
sistem perlindungan alami makhluk hidup. Bahan perusak ozon merupakan senyawa
kimia yang sangat stabil dan tidak mudah terurai pada lapisan atmosfer, terdiri dari
unsur karbon, hidrogen, klorin dan/atau bromin. (“Perlindungan Lapisan Ozon,” n.
d.)
Eksploitasi sumber daya global pada lingkungan laut mengakibatkan
perubahan ekologi laut yaitu menjadi faktor peningkatan emisi gas karbon dioksida,
peningkatan suhu air laut, dan penurunan pH air laut. (Wernberg, 2011) Munculnya
akibat tersebut salah satunya disebabkan oleh kegiatan eksploitasi sumber daya laut
yaitu menangkap ikan dengan menggunakan bom ataupun racun yang efeknya
merusak ekosistem laut. Selain itu, menangkap jenis ikan tertentu seperti menangkap
ikan hiu untuk mendapatkan sirip yang secara nyata dilakukan untuk tujuan
ekonomis bagi manusia. (Blaber, 2009) Sementara, hal tersebut dapat mengganggu
jaring-jaring makanan dan aliran energi di ekosistem terumbu karang di laut. (Roff,
2016)
Permasalahan lingkungan hidup bersifat transnasional yaitu suatu negara
yang mengalami kerusakan lingkungan akan memberikan dampak di negara lain
yang wilayahnya berdekatan seperti masalah kebakaran hutan. Salah satu contohnya
adalah kebakaran hutan di wilayah kalimantan yang menyebabkan penerbangan ke
Singapura dibatalkan akibat kendala asap. Degradasi lingkungan yang mempunyai
jangkauan pada skala lokal atau nasional dengan dilakukan di berbagai wilayah
secara umum dinilai merupakan salah satu permasalahan global. (Santoso, 2003)
Masalah degradasi tersebut antara lain terjadinya erosi dan degradasi tanah,
penebangan hutan, dan polusi air. Degradasi lingkungan merupakan ancaman bagi
lingkungan sebagai sistem pendukung kehidupan bagi manusia, sehingga
dibutuhkan kerja sama secara global dalam mengatasi ancaman tersebut. Oleh karena
itu, permasalahan lingkungan yang semakin meningkat baik di negara maju maupun
negara berkembang melahirkan gagasan pembangunan yang berkelanjutan atau
berwawasan lingkungan, yang dapat dituangkan dalam kerja sama internasional.
(Jackson & Sorensen, 2005)

Lembaga Lingkungan Hidup Internasional dalam Konsep Kedaulatan Lingkungan


Unsur kedaulatan merupakan konsep utama yang dimaknai sebagai otonomi
yaitu kewenangan dalam menentukan kebijakan pada suatu tingkatan tertentu,

929
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

kontrol yaitu kemampuan dalam mempengaruhi dan legitimasi yaitu diakuinya hak
untuk membuat regulasi. Pada dasarnya, antara ekologi perlindungan lingkungan
internasional dan kedaulatan saling berpengaruh. Negara memiliki kekuasaan,
sumber daya dan pengawasan serta kontrol teritori wilayah untuk mendukung dan
mendorong peraturan-peraturan lingkungan. (Fadli et al, 2016)
Berdasarkan perspektif lingkungan internasional, hakikat kedaulatan
lingkungan akan dapat diwujudkan jika memiliki pemahaman institusionalis dimana
rezim internasional dan organisasi internasional membentuk Institutions for The Earth.
Pada dasarnya, sifat kedaulatan tidak menjadi penghalang terhadap kerja sama
lingkungan hidup internasional. Hal tersebut dikarenakan aktivitas kerja sama tidak
menjadi pembatas atas kedaulatan suatu negara.
Oleh karena lembaga yang dimaksud tersebut tidak memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi hukum dan peraturan negara, maka memerlukan adanya
koordinasi antara peran negara dengan lembaga untuk membangun kerja sama yang
efektif dalam menghadapi permasalahan lingkungan global. Peran serta seluruh
negara dan pemerintahannya sangat dibutuhkan dalam melakukan perlindungan
lingkungan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka diperlukan
lembaga lingkungan hidup yang dapat memfasilitasi kegiatan atau aktivitas dalam
perlindungan lingkungan secara global, baik secara nasional maupun internasional.
(Fadli et al, 2016)

Kedudukan dan Peran Lembaga Lingkungan Hidup Internasional


a. World Wide Fund for Nature (WWF)
WWF (2020) merupakan suatu organisasi internasional non-pemerintah yang
menangani masalah-masalah mengenai konservasi, penelitian dan restorasi
lingkungan yang didirikan oleh Pangeran Bernhard dari Lippe Biesterfeld Julian
Huxley, Max Nicholson, Peter Scott, Guy Mountfort, dan Godfrey A. Rockefeller pada
29 April 1961 di Swiss. Sebelumnya, WWF mempunyai nama World Wildlife Fund yang
sampai saat ini masih menjadi nama resmi di Kanada dan Amerika Serikat.
Dalam perkembangannya, WWF merupakan organisasi konservasi
independen terbesar di dunia dengan lebih dari 5 juta pendukung di seluruh dunia
yang bekerja di lebih dari 100 negara, dengan mendukung sekitar 1.300 proyek
konservasi dan lingkungan. Oleh karena berbentuk yayasan, pada 2010 WWF
memperoleh pendanaan sebesar 57% dari pihak perorangan dan warisan, 17% dari
sumber-sumber internasional (seperti Bank Dunia, DFID, dan USAID) dan 11% dari
berbagai perusahaan.
Hingga saat ini, yayasan yang dipimpin oleh Presiden Pavan Sukhdev,
sebagian besar tugasnya difokuskan pada konservasi tiga bioma yang sebagian besar
berisi keragaman hayati dunia, antara lain hutan, ekosistem air tawar, dan samudera
serta pantai. Selain itu, WWF juga menangani masalah spesies yang terancam punah,
polusi dan perubahan iklim.
b. United Nations Environment Programme (UNEP)
Didirikan pada tahun 1972 yang berkantor pusat di Nairobi, Kenya, UNEP
mempunyai peran untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas untuk membantu
negara-negara berkembang melaksanakan kebijakan terkait alam dan menggalakkan
sustainable development di dunia. Di bidang lingkungan hidup, UNEP merupakan
organisasi utama PBB yang melakukan pemantauan dan penelitian secara ilmiah di
tingkat regional dan global dengan memberikan rekomendasi kebijakan kepada

930
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

pemerintah. Organisasi ini mempunyai upaya-upaya untuk mengatasi


kecenderungan kondisi buruknya lingkungan secara nasional, regional dan global.
Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah membangun instrumen lingkungan
nasional dan internasional yang sadar akan lingkungan, dan memperkuat
kelembagaan dalam penerapan manajemen lingkungan. (”About UN Environment
Programme,” n. d.)
UNEP telah menjadi otoritas global yang menetapkan agenda lingkungan,
mempromosikan implementasi yang koheren dari dimensi lingkungan pembangunan
berkelanjutan dalam sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berfungsi sebagai
advokat otoritatif untuk global lingkungan. UNEP mempunyai misi untuk
memberikan kepemimpinan dan mendorong kerja sama dalam menjaga lingkungan
dengan menginspirasi, memberikan informasi, dan memungkinkan seluruh bangsa
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka tanpa mengorbankan generasi
mendatang.
UNEP menetapkan agenda lingkungan global berupa perjanjian lingkungan
multilateral yang bekerja sama dengan 193 negara anggota dan perwakilan dari
masyarakat sipil, bisnis, dan kelompok besar lainnya serta pemangku kepentingan
untuk mengatasi tantangan lingkungan melalui UN Environment Assembly, badan
pembuat keputusan tingkat tertinggi di dunia tentang lingkungan. UNEP
mendukung negara-negara anggota untuk memastikan bahwa kelestarian
lingkungan tercermin dalam perencanaan pembangunan dan investasi dan
menyediakan alat dan teknologi yang diperlukan bagi negara-negara untuk
melindungi dan memulihkan lingkungan. UNEP mengkategorikan kegiatan dalam
tujuh bidang tematik yang luas, antara lain: perubahan iklim, bencana dan konflik,
pengelolaan ekosistem, tata kelola lingkungan, bahan kimia dan limbah, efisiensi
sumber daya, dan lingkungan yang ditinjau.
Pertemuan UN Environment Assembly dilaksanakan dua tahunan untuk
menetapkan prioritas bagi kebijakan lingkungan global dan mengembangkan hukum
lingkungan internasional. Environment Assembly merupakan badan pembuat
keputusan terkait lingkungan tingkat tertinggi di dunia yang membahas tantangan
kritis lingkungan yang dihadapi. Dengan memahami tantangan-tantangan tersebut,
sehingga mampu melestarikan dan merehabilitasi lingkungan untuk menjadi agenda
tahun 2030 dalam Pembangunan Berkelanjutan.
c. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
Suatu panel ilmiah yang didirikan pada 1988 oleh dua organisasi PBB, yaitu
World Meteorological Organization (WMO) dan UNEP. Mengenai pembiayaan atas
kegiatan IPCC mengacu pada pendanaan lokal, nasional, atau transnasional yang
sumbernya berasal dari pendanaan publik, swasta, dan alternatif untuk mendukung
aksi mitigasi dan adaptasi yang dapat mengatasi perubahan iklim. (Mediacenter,
2021)
Tujuan didirikannya IPCC adalah untuk mengevaluasi risiko perubahan iklim
akibat aktivitas manusia, dengan melakukan penelitian seluruh aspek berdasarkan
literatur teknis ilmiah yang telah dikaji dan dipublikasikan. Laporan IPCC
merupakan masukan penting dalam negosiasi perubahan iklim internasional yang
didalamnya memberikan ringkasan komprehensif tentang apa yang diketahui
mengenai pendorong perubahan iklim, dampak dan resikonya di masa depan, dan
bagaimana adaptasi dan mitigasi dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut.

931
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

Saat ini IPCC memiliki 195 anggota yang terdiri dari perwakilan negara-
negara. Anggota IPCC terdiri dari Pemerintah, Observer Organizations nominate, dan
anggota Bureau bertugas untuk menyiapkan laporan IPCC yang didukung oleh
Sekretariat IPCC dan unit pendukung teknis dari kelompok kerja dan gugus tugas.
Perwakilan dari negara-negara anggota IPCC melakukan pertemuan satu kali atau
lebih dalam setahun dalam Sidang Panel Pleno. (”Structure of the IPCC,”n. d.)
d. Global Environment Facility (GEF)
GEF didirikan pada Konferensi Rio 1992, dengan menyatukan 184 negara
dalam kemitraan dengan lembaga internasional, civil society organizations (CSOs), dan
sektor swasta untuk mengatasi masalah lingkungan global sekaligus mendukung
inisiatif pembangunan berkelanjutan nasional. Sejak tahun 1992, GEF telah
menyediakan hampir $20,5 miliar dalam bentuk hibah dan memobilisasi tambahan
$112 miliar dalam pembiayaan bersama untuk lebih dari 4.800 proyek di 170 negara.
Melalui Small Grants Programme (SGP), GEF telah memberikan dukungan kepada
hampir 24.000 inisiatif masyarakat dan masyarakat sipil di 133 negara.
GEF melaksanakan mekanisme pendanaan yang bersifat incremental
(pembiayaan tambahan) dari pembiayaan dasar negara-negara penerima, yang
diharapkan dapat menjadi katalisator untuk mempercepat program-program yang
ada agar dapat memberikan manfaat bagi pengelolaan lingkungan hidup secara
global (global environmental benefit). Secara garis besar, GEF menyediakan pendanaan
untuk 2 kegiatan utama dalam konteks prioritas sustainable development, yaitu:
investasi yang diarahkan untuk manfaat lingkungan global dan bantuan teknis untuk
meningkatkan lingkungan yang kondusif.
Pembentukan GEF sebagai mekanisme keuangan berasal dari Konvensi
Keanekaragaman Hayati dan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim.
GEF juga berkolaborasi erat dengan Protokol Montreal untuk Konvensi Wina perihal
Zat Perusak Lapisan Ozon, Konvensi dalam Memerangi Desertifikasi, dan berbagai
kesepakatan regional dan internasional tentang perairan. Proyek yang dialiri dana
oleh GEF di bidang penipisan ozon, perairan internasional, perubahan iklim,
penurunan mutu tanah dan keanekaragaman hayati. (Horta, 1998)
Mengenai isu mitigasi perubahan iklim tertuang dalam climate change mitigation
GEF-6 Strategy dengan tujuan untuk mendukung negara berkembang bertransisi
menuju pembangunan yang rendah emisi dan berketahanan. Adapun kegiatan-
kegiatan dapat ditujukan untuk mempromosikan inovasi dan transfer teknologi,
sistem yang mampu menunjukan dampak dari aksi mitigasi serta menciptakan
keadaan pemungkin untuk memainstreamkan kegiatan dalam strategi sustainable
development.
Dalam rangka kegiatan adaptasi yang tertuang dalam Climate Change
Adaptation GEF-6 Strategy, bertujuan meningkatkan ketahanan terhadap dampak
perubahan iklim di negara berkembang melalui pengukuran adaptasi di sektor
berdampak, wilayah serta masyarakat baik dalam jangka panjang maupun pendek.
Kegiatan dilaksanakan melalui pengurangan kerentanan, peningkatan kapasitas
institusi dan teknis, serta integrasi adaptasi perubahan iklim dalam kebijakan,
perencanaan dan proses-proses pembangunan terkait.
GEF bekerja dengan 18 lembaga yaitu, United Nations Development Programme
(UNDP), United Nations Environment Programme (UNEP), World Bank, Food and
Agriculture Organization (FAO), Inter-American Development Bank (IADB), United
Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Asian Development Bank (ADB),

932
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

African Development Bank (AfDB), European Bank for Reconstruction and Development
(EBRD), International Fund for Agricultural Development (IFAD), World Wildlife Fund-US
(WWF-US), Conservation International (CI), West African Development Bank (BOAD),
Brazilian Biodiversity Fund (FUNBIO), Foreign Economic Cooperation Office, Ministry of
Environmental Protection of China (FECO), Development Bank of Southern Africa (DBSA),
Development Bank of Latin America (CAF), dan International Union for Conservation of
Nature (IUCN). (Biermann et al, 2009)
GEF merupakan sebuah organisasi keuangan yang beroperasi secara
independen, memberikan hibah untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan
keanekaragaman hayati, perubahan iklim, perairan internasional, degradasi lahan,
lapisan ozon, polutan organik persisten atau persistent organic pollutants (POPs),
merkuri, pengelolaan hutan berkelanjutan, ketahanan pangan, kota berkelanjutan.
e. Earth System Governance Project (ESGP)
ESGP adalah program penelitian ilmu sosial interdisipliner jangka panjang
yang awalnya dikembangkan di bawah naungan The International Human Dimensions
Programme on Global Environmental Change (IHDP) yang dimulai pada Januari 2009.
Aliansi penelitian global telah berkembang menjadi jaringan penelitian ilmu sosial
terbesar di bidang tata kelola dan perubahan lingkungan global. (Dryzek, 2014)
Proyek ini berupaya menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang peran dan
efektivitas lembaga, organisasi, legitimasi politik, keadilan sosial dan mekanisme tata
kelola yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. (Biermann et al, 2020)
Penyusunan ESGP Science Plan diamanatkan oleh IHDP, yang merupakan
program ilmu sosial di bawah International Council or Science, the International Social
Science Council dan United Nations University. Proyek ini dibangun berdasarkan hasil
program penelitian jangka panjang sebelumnya yaitu proyek inti Institutional
Dimensions of Global Environmental Change (IDGEC), dipimpin oleh Young (2002).
IDGEC berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan 2006, ketika IHDP menyetujui
science plan Konferensi Sintesis besar di Bali, Indonesia. Fokus penelitian IDGEC
tertuju pada tiga penelitian yaitu institusional (kausalitas, kinerja, dan desain), tiga
tema analitis (masalah kecocokan, interaksi, dan skala), serta memusatkan upaya
secara empiris pada dua wilayah, Asia Tenggara dan wilayah Kutub.
ESGP merupakan bagian dari keseluruhan Earth System Science Partnership.
Meskipun berorientasi pada ilmu sosial, tetapi juga akan relevan bagi para ilmuwan
alam dan komunitas penelitian perubahan global. Proyek ini akan menjadi kegiatan
utama dalam memulai, menyusun, dan menyebarluaskan penelitian tentang
pertanyaan-pertanyaan politik penting dalam upaya analisis sistem bumi yang lebih
luas. Selain itu, proyek ini akan berkontribusi pada kemajuan metodologis dalam
penilaian terintegrasi melalui metode penyelidikan untuk integrasi mekanisme tata
kelola.
Penelitian khusus interaksi praktis antara berbagai disiplin ilmu diharapkan
mengarah ke kemajuan metodologis umum dalam penelitian interdisipliner. Oleh
karena itu, komite ini memasukkan anggota, dan melakukan segala upaya untuk
berkolaborasi dengan, banyak proyek bersama dalam Earth System Science Partnership
yang sangat dekat adalah hubungan dengan Global Environmental Change and Food
Systems Project, the Global Water System Project, dan the Global Carbon Project. (Biermann
et al, 2009)
Earth System Governance Project mencakup aktor non-negara, mulai dari
industri dan kelompok non-pemerintah seperti ilmuwan, masyarakat adat,

933
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

pemerintah kota dan organisasi internasional. Sejak 2015, Earth System Governance
Project merupakan bagian dari platform penelitian internasional menyeluruh Future
Earth. Kantor Proyek Internasional diselenggarakan di Institut Pembangunan
Berkelanjutan Copernicus, Fakultas Geosains, Universitas Utrecht, Belanda. Konsep
Tata Kelola Sistem Bumi didefinisikan sebagai:
“... the interrelated and increasingly integrated system of formal and
informal rules, rule-making systems, and actor-networks at all levels of
human society (from local to global) that are set up to steer societies towards
preventing, mitigating, and adapting to global and local environmental
change and, in particular, earth system transformation, within the
normative context of sustainable development.”
Proyek ini memperluas mobilisasi global peneliti tata kelola sistem bumi,
merangsang dan memfasilitasi kerjasama penelitian, dan secara efektif berkomunikasi
dan terlibat dengan masyarakat. Proyek ini beroperasi di bawah arahan Komite
Pengarah Ilmiah dan agenda penelitiannya berasal dari Rencana Sains dan
Implementasi Proyek 2018. Proyek ini bertujuan untuk memeriksa masalah
lingkungan regional maupun global seperti polusi udara, pelestarian air, pengolahan
limbah atau penggurunan dan degradasi tanah.
f. The World Nature Organization (WNO)
WNO adalah sebuah organisasi antar pemerintah global yang saat ini berlokasi
di Jenewa, Swiss. Inisiatif untuk mendirikan WNO dimulai pada 2010, untuk
mengatasi tantangan kritis ancaman global terhadap tanah, lautan, hutan, air dan
udara. WNO didedikasikan untuk perlindungan lingkungan di tingkat internasional
dengan fokus utama adalah pada efisiensi energi, perlindungan iklim, pembangunan
berkelanjutan dan pasokan energi yang berkelanjutan. Sebagai platform permanen,
dalam pendirian WNO, yang merupakan organisasi antar pemerintah pertama dalam
skala global yang didedikasikan untuk perlindungan lingkungan internasional
menjadi hal penting untuk melibatkan semua negara di seluruh dunia. Tujuan dari
WNO adalah untuk melestarikan alam dan untuk mencegah kerugian, dan
kerusakan, kondisi alam untuk keberadaan manusia, hewan dan tumbuhan, di air, di
darat dan di udara yang diinisiasi oleh keinginan bahwa semua manusia memiliki
akses yang aman ke sumber daya alam, terutama air bersih dan udara.

Lembaga Lingkungan Hidup Internasional sebagai Organisasi Utama dalam


Pengelolaan Lingkungan Hidup
Berdasarkan analisis mengenai lembaga-lembaga lingkungan hidup
internasional yang aktif dalam pengelolaan lingkungan sebagaimana diuraikan
sebelumnya, maka dinilai bahwa lembaga yang mempunyai peran paling penting
dalam pengaruhnya untuk mengelola lingkungan secara global adalah UNEP.
Eksistensi UNEP dinilai sangat penting karena mempunyai tujuan utama menangani
isu lingkungan yang terjadi di dunia. Tujuan utamanya diwujudkan dengan misi
untuk melengkapi kepemimpinan dan mendorong hubungan kerja sama dalam
kepedulian terhadap lingkungan, yang dilakukan melalui inspirasi dan informasi
untuk memperbaiki kualitas hidup. Apabila dilihat dari konsep program yang
dimiliki dan aktivitas yang dilakukan, program UNEP mempunyai pengaruh penting
bagi kelangsungan dunia. (Fitrya, 2020)
Berawal dari konferensi Stockholm yang diselenggarakan pada 1972,
merupakan pertemuan internasional pertama membahas mengenai isu lingkungan.

934
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

Dalam menangani berbagai permasalahan mengenai isu lingkungan berupa


ekosistem atmosfer, darat dan laut, aktivitas PBB mempunyai peranan penting untuk
melahirkan kesepakatan lingkungan di tingkat internasional yang diimplementasikan
dalam bentuk kebijakan dan kerja sama dengan berbagai negara anggota. Pertemuan
ini telah mendorong pembentukan lembaga lingkungan di seluruh dunia salah
satunya pembentukan UNEP.
UNEP merupakan salah satu lembaga yang sangat gencar dalam penanganan
masalah lingkungan. UNEP aktif dalam menyelenggarakan konvensi-konvensi yang
melibatkan organisasi-organisasi internasional lainnya untuk menyelamatkan
lingkungan dunia. Konvensi internasional yang telah diselenggarakan yaitu
Konferensi Protokol Montreal dari Konvensi Wina pada 1987 terkait penanganan isu
lingkungan hidup mengenai Perlindungan Lapisan Ozon. Kemudian pada 1992
diselenggarakan Konferensi yang dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brazil yaitu The
Earth Summit. Berdasarkan pelaksanaan The Earth Summit dalam isu lingkungan
menghasilkan yaitu UN Framework Convention on Climate Change, Convention on
Biological Diversity, dan pendirian Komisi PBB untuk sustainable development.
Oleh karena maraknya masalah-masalah lingkungan yang terjadi di dunia,
mendorong UNEP menyelenggarakan konvensi internasional, salah satunya Protokol
Montreal 1987 yang merupakan perjanjian Internasional yang dirancang untuk
melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi zat yang dinilai dapat
merusak lapisan ozon. Pada 1992, UNEP kembali menyelenggarakan perjanjian
internasional yaitu The Earth Summit yang merupakan konferensi dengan kesepakatan
dalam mencegah dan mengatasi degradasi lingkungan dengan penguatan usaha
nasional maupun internasional untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan
pada setiap negara. Konferensi yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brazil
menghasilkan beberapa usaha baru dalam isu lingkungan melalui dua konvensi dan
komisi baru yaitu UN Framework Convention on Climate Change, dan Convention on
Biological Diversity, serta pendirian Komisi PBB untuk sustainable development. (Fitrya,
2020)
UNEP telah berkontribusi banyak dalam menangani masalah lingkungan
hidup khususnya bagi negara anggota PBB di seluruh dunia dengan melaksanakan
program berskala dunia dalam rangka menyelamatkan lingkungan. Dalam peran
aktifnya, UNEP tidak hanya menangani permasalahan lingkungan yang terjadi di
negara maju tetapi juga negara berkembang. Salah satu contohnya adalah di
Indonesia, merupakan negara berkembang yang mempunyai luas hutan peringkat
ketiga terbesar di dunia. (Fitrya, 2020)

Kesimpulan
Permasalahan lingkungan hidup tidak hanya dirasakan pada negara
berkembang, tetapi juga oleh negara maju yang merupakan isu global akibat beberapa
masalah lingkungan hidup memiliki efek global antara lain meningkatnya bermacam
penyakit akibat dari berlubangnya lapisan ozon dikarenakan masalah CFCs
(Chlorofluorocarbons) yang berdampak global warming, adanya eksploitasi sumber
daya global pada laut maupun atmosfer, munculnya kerusakan lingkungan hidup
yang bersifat transnasional, serta terjadinya degradasi lingkungan dalam skala lokal
maupun nasional yang dilakukan di beberapa wilayah di seluruh dunia sehingga
dinilai menjadi masalah global.

935
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

Akibat dari adanya permasalahan lingkungan yang semakin meningkat baik


di negara maju maupun negara berkembang tersebut melahirkan gagasan
pembangunan yang berkelanjutan atau berwawasan lingkungan, yang dapat
dituangkan dalam kerja sama internasional. Hakikat kedaulatan lingkungan dalam
perspektif lingkungan internasional, akan dapat diwujudkan jika memiliki
pemahaman institusionalis dimana rezim internasional dan organisasi internasional
membentuk Institutions for The Earth. Lembaga internasional mampu menangani
permasalahan lingkungan dengan cara memfasilitasi aktivitas dalam perlindungan
lingkungan secara global. Adapun beberapa lembaga lingkungan hidup internasional
yang aktif dalam pengelolaan lingkungan antara lain, WWF, UNEP, IPCC, GEF, Earth
System Governance Project, dan WNO.
WWF adalah organisasi internasional non-pemerintah yang menangani
masalah konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan. UNEP berperan untuk
mengkoordinasikan aktivitas negara-negara berkembang melaksanakan kebijakan
terkait alam dan menggalakkan sustainable development di dunia. IPCC bertujuan
untuk mengevaluasi risiko perubahan iklim akibat aktivitas manusia, dengan
melakukan penelitian seluruh aspek berdasarkan literatur teknis ilmiah yang telah
dikaji dan dipublikasikan. GEF merupakan sebuah organisasi keuangan yang
beroperasi secara independen, membantu mengatasi masalah lingkungan dengan
memberikan hibah untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan. Earth System Governance Project adalah program penelitian ilmu sosial
interdisipliner yang bertujuan untuk memperluas mobilisasi global peneliti tata kelola
sistem bumi, merangsang dan memfasilitasi kerjasama penelitian, dan secara efektif
berkomunikasi dan terlibat dengan masyarakat. WNO didedikasikan untuk
perlindungan lingkungan di tingkat internasional dengan fokus utama pada efisiensi
energi, perlindungan iklim, pembangunan berkelanjutan dan pasokan energi yang
berkelanjutan.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini berdasarkan analisis mengenai lembaga-
lembaga lingkungan hidup internasional yang aktif dalam pengelolaan lingkungan
yang mempunyai peran paling penting dalam menekan kebijakan dan mempelopori
kerjasama untuk mengelola lingkungan secara global adalah UNEP. UNEP
mewujudkan tujuan utama menangani isu lingkungan dunia dengan mendorong
hubungan kerja sama dalam kepedulian terhadap lingkungan, yang dilakukan
melalui inspirasi dan informasi untuk memperbaiki kualitas hidup.

Referensi
Development that meets the need of present without compromising the ability of
future generations to meet their own needs. Lihat The World Commision on
Environment and Development, Our Common Future (Oxford/New York:
Oxford University Press, 1987).
Expert Group on Environmental Law of the World Commission on Environment and
Development, Environmental Protection and Sustainable Development: Legal
Principles and Recommendations (London, Dordrecht, Boston: Graham and
Trotman, Martinus Nijhoff, 1987).
F. Biermann and P.H. Pattburg, eds., Global Environmental Governance Reconsidered
(Cambridge, MA: MIT Press, 2012).

936
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

T. Kamminga, Principles of International Environmental Law, dalam Pieter


Glasbergen dan Andrew Blower, Environmental Policy in an International
Context Perspective (Oxford: Butterworth Heinemann, 2003).
Maurice Sunkin, David M. Ong dan Robert Wigh, Sourcebook on Environmental Law,
Second Limited, (London, Sidney: Cavendish Publishing, 2002).
Rebecca M.M. Wallace, International Law, Fourth Edition, (London: Thomson Sweet
and Maxwell, 2002).
The World Commision on Environment and Development, Our Common Future
(Oxford/New York: Oxford University Press, 1987).
Wisnu Arya Wardhana, “Dampak Pemanasan Global”. (Yogyakarta: CV Andi Offset,
2010).
Yanuar Ikbar, Metodologi dan Teori Hubungan Internasional, (Bandung: Refika
Aditama, 2014).
Anna Yulia Hartati, “Global Environmental Regime : Di Tengah Perdebatan Paham
Antroposentris Versus Ekosentris”, Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Spektrum, Volume 12 Nomor 2, (Juli, 2012).
F. Biermann, P. Pattberg, H. van Asselt, and F. Zelli, “The Fragmentation of Global
Governance Architectures: A Framework for Analysis”. Global Environmental
Politics, Volume 9 Nomor 4 (2009).
G. Roff, C. Doropoulos, A. Rogers, Y.M. Bozec, N.C. Krueck, E. Aurellado, M. Priest,
C. Birrell and P.J. Mumby. The ecological role of sharks on coral reefs. Trends
in Ecology & Evolution 31 (2016).
G. Schouten and P. Glasbergen, “Creating Legitimacy in Global Private Governance:
The Case of the Roundtable on Sustainable Palm Oil,” Ecological Economics
Volume 70 Nomor 11 (2011).
John Dryzek. “Institutions for the Anthropocene: Governance in a Changing Earth System”.
British Journal of Political Science. (2014).
Korinna Horta, “Global Environment Policy”. Foreign Policy in Focus, Volume 3,
Nomor 39, (December 1998).
R. Falkner, “Private Environmental Governance and International Relations:
Exploring the Links,” Global Environmental Politics, Volume 3 Nomor 2 (2003).
Fitrya, “Peran United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Menangani Illegal
Logging di Indonesia Tahun 2014-2018”. Jurnal JOM FISIP, Volume 7, Edisi II Juli
(Desember 2020).
Purwo Santoso, “Pengelolaan Negara, Mekanisme Pasar dan Dinamika Ekosistem: Tiga
Medium interaksi Pemerintahan”. Jurnal Transformasi Volume 1 Nomor 1,
(September 2003).
Blaber, S.J.M., C.M. Dichmont, W. White, R. Buckworth, L. Sadiyah, B. Iskandar, S.
Nurhakim, R. Pillans, R. Andamari, Dharmadi and Fahmi. “Elasmobranchs in
Southern Indonesian Fisheries: The Fisheries, The Status of The Stocks and
Management Options”. Reviews in Fish Biology and Fisheries 19 (2009).
M. Ivanova, “Designing the United Nations Environment Programme: A Story of
Compromise and Confrontation,” International Environmental Agreements 7
(2007): 337-61. M. Ivanova, “Designing the United Nations Environment
Programme: A Story of Compromise and Confrontation,” International
Environmental Agreements 7 (2007).

937
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

Biermann, Frank, Michele M. Betsill, Joyeeta Gupta, Norichika Kanie, Louis Lebel,
Diana Liverman, Heike Schroeder, and Bernd Siebenhüner, with contributions
from Ken Conca, Leila da Costa Ferreira, Bharat Desai, Simon Tay, and Ruben
Zondervan. Earth System Governance: People, Places and the Planet. Science
and Implementation Plan of the Earth System Governance Project. Earth
System Governance Report 1, IHDP Report 20. Bonn, IHDP: The Earth System
Governance Project (2009).
T. Wernberg, B.D. Russell, P.J. Moore, S.D. Ling, D.A. Smale, A. Campbell, M.A.
Coleman, P.D. Steinberg, G.A. Kendrick and S.D. Connell. “Impacts of Climate
Change in a Global Hotspot for Temperate Marine Biodiversity and Ocean Warming”.
Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 400 (2011).
Umberto Pisano et.all, ESDN Conference 2012 Rio 20 and its Implication for
Sustainable Development Policy at the EU and National Level, Conference
Proceedings, Copenhagen, Denmark, (Juni 2012).
United Nations I, Report of the World Summit on Sustainable Development,
Johannesburg, South Africa, 26 August-4 September 2002, (New York: United
Nation, 2002).
United Nations II, Report of the United Nations Conference on Sustainable
Development, Rio de Janeiro, Brazil, 20-22 Juni 2012, (New York: United
Nation, 2012).
Regulation (EC) No 850/2004 of the European Parliament and of the Council of 29
April 2004 on Persistent Organic Pollutants and Amending Directive
79/117/EEC. europa.eu.
United Nations. The United Nations Framework Convention On Climate Change,
1992, Article 2.
United Nations Treaty Collection: Chapter XXVII: Environment-15. Stockholm
Convention on Persistent Organic Pollutants. Stockholm, 22 May 2001.
Marianne Bailey, Minamata Convention on Mercury. United States Environmental
Protection Agency. Diakses dari: https://www.epa.gov/international-
cooperation/minamata-convention-mercury, pada 21 Desember 2021.
Center for Humans and Nature. The Case for a World Environment Organization.
Diakses dari: https://www.humansandnature.org/the-case-for-a-world-
environment-organization, pada 20 Desember 2021.
CNN Indonesia, "Mengenal G20: Sejarah, Tujuan, dan Perannya". Diakses dari:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220110161907-537-
744798/mengenal-g20-sejarah-tujuan-dan-perannya, pada 15 Mei 2022.
Earth System Governance International Project. Diakses dari:
https://www.earthsystemgovernance.org/contact/, pada 20 Desember 2021.
Devex. “World Nature Organization (WNO)”. Diakses dari:
https://www.devex.com/organizations/world-nature-organization-wno-
31079, pada 21 Desember 2021.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perlindungan Lapisan Ozon. Diakses dari:
http://dlhk.jogjaprov.go.id/perlindungan-lapisan-ozon, pada 16 Juni 2022.
Gef. “Who We Are”. Diakses dari: https://www.thegef.org/who-we-are, pada 20
Desember 2021.

938
Volume 4, Issue 3, September 2022
E-ISSN 2721-0642

H.K., Jacobson. “United Nations Framework Convention on Climate Change: Climate Policy:
International”. Science Direct, 2001. Diakses dari:
https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-
sciences/united-nations-framework-convention-on-climate-change, pada 20
Desember 2021.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. “United Nations Enviroment
Programme (UNEP)”. Diakses dari:
https://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/apec-oi/organisasi-
perserikatan-bangsa-bangsa, pada 23 Juni 2022.
IPCC. Structure of the IPCC. Diakses dari: https://www.ipcc.ch/about/structure/,
pada 21 Desember 2021United Nations. Report of the United Nations Conference
on Environment and Development, 12 Agustus 1992. Diakses dari:
https://www.un.org/en/development/desa/population/migration/general
assembly/docs/globalcompact/A_CONF.151_26_Vol.I_Declaration.pdf, pada
21 Desember 2021.
Mimir Ensiklopedia Bahasa Indonesia. United Nations Enviroment Programme
(UNEP). Diakses dari: https://mimirbook.com/id/a034084b04f, pada 16 Juni
2022.
The Earth System Governance Project is the largest social science research network in
the area of governance and global environmental change. Diakses dari:
https://futureearth.org/networks/global-research-projects/esg-earth-
system-governance/, pada 20 Desember 2021.
UN Enviroment Programme. Rules Of Procedure Of The United Nations Environment
Assembly Of The United Nations Environment Programme. Diakses dari:
http://www.unep.org/, pada 15 Juni 2022.
United Nations Global Marketplace. United Nations Framework Convention on
Climate Change. Diakses dari:
https://www.ungm.org/Shared/KnowledgeCenter/Pages/UNFCCC, pada
21 Desember 2021.
United Nations Convention to Combat Desertification. Diakses dari:
https://en.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_to_Combat_De
sertification, pada 21 Desember 2021.
United Nations Global Compact. World Nature Organization (WNO). Diakses dari:
https://www.unglobalcompact.org/what-is-gc/participants/36591-World-
Nature-Organization-WNO, pada 21 Desember 2021.
VOX. Why the US won’t join the single most important treaty to protect nature.
Diakses dari: https://www.vox.com/22434172/us-cbd-treaty-biological-
diversity-nature-conservation, pada 20 Desember 2021.
World Health Organization (WHO). United Nations Framework Convention on
Climate Change (UNFCCC). Diakses dari:
https://www.who.int/globalchange/climate/unfccc/en/, pada 20 Desember
2021.
WWF Annual Review 2010. Diakses dari:
https://wwfeu.awsassets.panda.org/downloads/int_ar_2010.pdf, pada 21
Desember 2021.

939

Anda mungkin juga menyukai