Anda di halaman 1dari 12

Judul Seminar : Resilient Cities and Communities

Topik yang Diangkat : Kebencanaan

Pemateri : Dr. Ir. Tri Mulyani Sunarharum, S.T.

Astriana Harjanti, S.T., M.M., M.Sc.

Hari, Tanggal Seminar : Jumat, 30 September 2022


Pembahasan 1
Pemateri : Dr. Ir. Tri Mulyani (Anggota Tim Ahli Transisi Otorita Ibukota
Nusantara (IKN))
Judul Materi : Kota dan Masyarakat yang Berketahanan

URBAN PROBLEM

Permasalahan perkota seperti apa yang seringkali kita rasakan sehingga kota-kota ini
menjadi rentan terjadinya bencana. Dari banyaknya kajian, ada 3 hal utama yang menjadi
akar permalasahan yaitu

a. Globalisasi
Di satu sisi globalisasi berdampak positif terhadap perekonomian di banyak
negara/kota. Tetapi ketika antara satu negara dan yang lain atau satu kota dengan
kota yang lain saling terhubung kemudian ada kemajuan teknologi atau kemajuan
transportasi, dan ketika ada kegagalan di satu lokasi maka dampaknya akan
dirasakan oleh negara/kota lain.

b. Urbanisasi
Dengan adanya pertambahan populasi penduduk menambah tantangan bagi
masing- masing pemerintah di kota yang harus memberikan layanan kepada
masyarakatnya. Tetapi dengan adanya urbanisasi yang tidak terelakkan, nantinya
akan mengalami tantangan yang lebih lagi dikemudian hari.
c. Perubahan Iklim
Perubahan iklim sudah mulai dirasakan dampaknya, banyak kota yang mulai
merasakan dampaknya. Data dari BMKG tahun 2020-2070 diperkirakan akan
mengalami peningkatan suhu sebesar 0.5 derajat yang akan memberikan dampak
ketika musim hujan yang akan semakin panas dan kering. Begitu pula saat musim
hujan, semakin banyak hari-hari yang hujannya lebat, menyebabkan peningkatan
bencana yang sifatnya hidrometeorologi.
URBAN RESILIENT

Di tahun 1973, Holling melihat resiliense dari perspektif ekologinya. Ia menjelaskan bahwa
alam sudah mengatur dan mempunyai mekanisme untuk menyerap gangguan dan
menyeimbangkan dirinya sendiri. Ilmu tersebut berkembang sampai di tahun 2006, Folke
menyatakan bahwa adanya keterhubungan antara sistem ekologi dengan sistem sosial.
Tidak hanya melihat secara alami tetapi juga adanya pengaruh dari masyarakat. Kawasan
yang sangat rentan misalnya kapasitas orang-orangnya sangat baik, maka bisa saja
mengurangi resikonya. Ketahanan lebih kepada kapasitas, elemen apapun dalam kota
tersebut baik itu masyarakat, pemerintah, bahkan sistem kota/infrastruktur adalah
kapasitas agar bisa beradaptasi terhadap tekanan dan guncangan yang akan dihadapi.
Tekanan yang bersifat kronis adalah ancaman yang berlangsung lamban dan terus
menerus yang melemahkan kota. Sedangkan guncangan akut merupakan peristiwa yang
datang tiba-tiba dan mengancam kota.

Kualitas yang harus dimiliki kota berketahanan :

1. Resourceful, kemampuan untuk mengatur sumber daya alam


2. Robust, kekuatan yang meminimalisir kegagalan
3. Redundant, mempunyai kapasitas cadangan
4. Reflective, kemampuan untuk belajar
5. Flexible, memiliki strategi alternatif
6. Inclusive, komunikasi dan konsultasi secara inklusif
7. Intergrated, sistem yang terpadu

Tujuan jangka panjang dari resilient ini adalah lebih kepada peningkatan kualitas hidup,
kesejahteraan masyarakat, keberlanjutan dan pengurangan resiko.
COLLABORATIVE PLANNING FOR BUILDING RESILIENCE

Banyak pemerintah atau akademisi yang memiliki banyak inisiatif/slusi untuk membangun
ketahanan masyarakat atau ketangguhan kota. Tetapi , antara satu dan yang lainnya masih
belum terintegrasi dan masih ada fragmentasi, sehingga diperlukannya kolaborasi atar
multi- pihak.

Collaborative Planning adalah proses interaktif yang membangun konsensus (Haeley,


2006), pengembangan rencana dan implementasi (Margerum, 2002) sebagai cara untuk
membangun jaringan dan meningkatkan transfer pengetahuan diantara para pemangku
kepentingan.

Collaborative Govermence mencakup 4 faktor penting :

1. Adanya forum musyawarah


2. Multi-pihak, termasuk pemerintah dan non-pemerintah
3. Berorientasi pada konsensus
4. Relevan dengan kebijakan publik

5 area strategi reformasi, antara lain :

1. Pembangunan satu data bencana terintegrasi


2. Penguatan sistem peringatan dini bencana terpadu
3. Penguatan ketahanan nasional melalui literasi kebencanaan, budaya sadar
bencana, dan pemberdayaan masyarakat
4. Penguatan kelembagaan yang kolaboratif
5. Peningkatan investasi dan sinergi pendanaan
Pembahasan 2

Pemateri : Astriana Harjanti, S.T., M.M., M.Sc. (Direktorat, Pengembangan


Kawasan Permukiman, Dirjen. Cipta Karya)
Judul Materi : Resilient Cities and Comunities

Kajian resiko bencana melakukan perhitunagan pada komponen bahaya, kerentanan, dan
kapasitas dimasing-masing kota/kota. Menurut The World Risk Index tahun 2021, Indonesia
berada pada peringkat 38 dari 181 negara paling rentan bencana.

Prgram kebijakan pemerintah dalam upaya membangun kota dan masyarakat yang
berketahanan :

Dasar hukum

1. UU no. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana


2. Permen PU No. 22 Tahun 2007 tentang pedoman penataan ruang kawasan rawan
bencana longsor
3. Permen PU No. 21 Tahun 2007 tentang pedoman penataan ruang kawasan rawan
letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
4. Permen PU No. 06 Tahun 2009 tentang pedoman perencanaan umum dan
pembangunan infrastruktur di kawasan rawan tsunami
5. Permen PUPR No. 13 Tahun 2015 tentang penanggulangan darurat bencana akibat
daya rusak air
6. Permen PUPR No. 27 Tahun 2015 tentang bendungan; mensyaratkan keamanan
bendungan dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan
7. Permen PUPR No. 28 Tahun 2015 tentang penetapan garis sempadan sungai dan
garis sempadan danau untuk melindungi fungsi sungai dan danau dan
mengendalikan daya rusak air sungai dan danau
8. Kepmen PUPR No. 364.I/KPTS/M/2016 Tahun 2015 tentang pembentukan tim
pemutakhiran peta bahaya bumi gempa indonesia tahun 2016 dan penyiapan pusat
studi gempa nasional.
9. SE Menteri PUPR No. 27/SE/M/2015 tentang pedoman persyaratan umum
perencanaan jembatan

Manajemen penanggulangan bencana :

1. Rehabilitasi dan konstruksi


2. Mitigasi
3. Tanggap darurat
4. Kesiapsiagaan

Keberhasilan dan pencapaian pemerintah pusat dalam implementasi program kebijakan


sebagai contoh hunian tetap pascabencana erupsi Semeru Kab. Lumajang 2022.
Pembangunan ini mendapatkan rekor muri karena berhasil menyelesaikan pembangunan
1.951 unit hunian tetap bagi masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Semeru dengan
menggunakan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) dalam waktu 135 hari.
Teknologi RISHA tipe 36 ini adalah teknologi konstruksi knok down yang dapat dibangun
dalam waktu cepat dengan menggunakan bahan betonbertulang pada struktur utamanya
yang tentunya tahan terhadap gempa. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara intensif
kepada seluruh pihak yang terlibat. Rekonstruksi pada wilayah terdampak bencana tidak
hanya membangun kembali rumah yang rusak, tetapi juga rumah yang dibangun
diharapkan memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih aman dari sebelumnya. Pemerintah
membangun rumah yang terdampak bencana bukan hanya untuk memperbaiki
kerusakannya saja namun juga mengharapkan adanya pemukiman baru yang tangguh
terhadap bencana sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman.
Penjelasan 3
Pemateri : Presly Tampubolon, SE (Kalak BPBD Mewakili Walikota Palu)

Judul Materi : Manajemen Bencana

Bencana ialah peristiwa atau rangkaian perstiwa yang mengancam dan menggangu
kehidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan faktor non alam
maupun juga faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan juga dampak psikologis.

Konsep manajemen bencana ialah upaya yang teroganisir dan sistematis untuk
penyelenggaraan penangulangan bencana. Konsep penanggulangan bencana meliputi pra
bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Konsep penanggulangan bencana harus
sistematis dalam kerangka perencanaan, pendanaan, dan pengengembangan kapasitas.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penanggulangan Bencana Daerah menurut Permendagri


101/2018 yaitu :

1. Pelayanan informasi rawan bencana


2. Pelayanan pencegahan dan kesiasiagaan
3. Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana

Adapun tujuan dari manajemen bencana ini ialah :

1. Mengurangi ataupun mencegah kerugian yang dikarenakan bencana.


2. Menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap korban
bencana.
3. Mencapai pemulihan yang cepat dan efektif. Dengan demikian, siklus
manajemen bencana memberikan gambaran bagaimana rencana dibuat untuk
mengurangi atau mencegah kerugian karena bencana. Dan bagaimana reaksi
yang dilakukan selama apa dan segera setelah setelah bencana berlangsung
serta bagaiman langkah- langkah yang diambil untuk pemulihan setelah
bencana terjadi.

Mekanisme dari manajemen bencana :

Manajemen bencana sendiri terdiri dari 2 mekanisme yaitu mekanisme internal dan
mekanisme eksternal.

Mekanisme internal yaitu mekanisme yang berasal dari unsur-unsur yang ada di masyarakat
di lokasi bencana. Secara umum, mekanisme ini yang melaksanakan fungsi pertman dan
utama dalam manajemen bencana dan juga seringkali disebt sebagai manajemen bencana
alamiah. Manajemen ini terdiri dari keluarga, organisasi sosial serta masyarakat lokal.
4. Mekanisme eksternal yaitu mekanisme yang berntuk organisasi atau lembaga yang
sengaja dibentuk dengan tujuan untuk mengarahkan dalam manajemen bencana di
suatu daerah bencana
IMPLEMENTASI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Kebijakan yang di ditetapkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Tasikmalaya lebih mengutamakan terhadap koordinasi antar unsur-unsur bahwasanya
apabila terjadi bencana alam maka seluruh masyarakat ikut serta dalam penanganan
tersebut dan BPBD merupakan komadonya. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Tasikmalaya membuat kebijakan tersebut untuk seluruh lapisan yang ada di masyarakat.
Sebagai badan yang menanggulangi bencana alam, BPBD tentunya memiliki strategi dalam
menanggulangi bencana di Kabupaten Tasikmalaya. Strategi-strategi bagi BPBD dalam
penanganan bencana alam yaitu dengan memberi penguatan di bidang mitigasi di daerah-
daerah yang mengalami bencana seperti longsor, angin puting beliung dan lainnya. Hal
tersebut dengan memberi rambu-rambu atau penanda daerah tersebut rawan akan
bencana. Kemudian strategi lainnya yaitu dengan memberikan sosialisasi kepada warga
sekitaran yang daerahnya merupakan daerah rawan bencana, hal tersebut sangat penting
bagi seluruh masyarakat yang rawan akan bencana alam. Dalam penanganan pasca
bencana alam memang sangat diperlukan penguatan di bidang mitigasi. Adapun hal
lainnya seperti rekonstruksi berkoordinasi dengan dinas Pekerjaan Umum dan rehabilitasi
bekerja sama dengan dinas sosial yang berhubungan mental masyarakat pasca terkena
bencana alam. Kemudian BPBD Kabupaten Tasikmalaya akan menanam rumput vertiver
atau akar wangi yang berguna dalam menahan tanah dari longsor. Strategi yang digunakan
oleh BPBD Tasikmalaya di fase pasca bencana ialah sebagai terapis yang berguna untuk
memperbaiki psikologis masyarakat bagi mereka yang terkena bencana. Terapis dalam hal
ini merupakan suatu pengobatan dalam bentuk dukungan moril, mengobati hati
masyarakat. Hal ini sangat diperlukan untuk memperbaiki psikologis masyarakat yang
terguncang akibat bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. BPBD
sangat berperan penting dalam hal peningkatan moril maupun Kesehatan mental
masyarakat.
KESIMPULAN

Dalam pembangunan sebuah wilayah atau kota harus memikirikan secara


matang beberapa aspek penting dan salah satunya ialah ketahanan dari kota
atau wilayah itu sendiri, baik ketahanan sosial maupun ketahanan terhadap
bencana. Untuk ketahanan sosial, ada bebearapa yang menjadi poin
pentingnya :

1. Resourceful, kemampuan untuk mengatur sumber daya alam


2. Robust, kekuatan yang meminimalisir kegagalan
3. Redundant, mempunyai kapasitas cadangan
4. Reflective, kemampuan untuk belajar
5. Flexible, memiliki strategi alternatif
6. Inclusive, komunikasi dan konsultasi secara inklusif
7. Intergrated, sistem yang terpadu

Sedangkan untuk ketahanan bencana berguna untuk :

1. Mengurangi ataupun mencegah kerugian yang dikarenakan


bencana.
2. Menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai
terhadap korban bencana.
Mencapai pemulihan yang cepat dan efektif. Dengan demikian, siklus manajemen
bencana memberikan gambaran bagaimana rencana dibuat untuk mengurangi
atau mencegah kerugian karena bencana. Dan bagaimana reaksi yang dilakukan
selama apa dan segera setelah setelah bencana berlangsung serta bagaiman
langkah- langkah yang diambil untuk pemulihan setelah bencana terjadi.

Anda mungkin juga menyukai