A. Latar Belakang
Dalam pengembangan dan perencanaan wilayah tidak akan lepas dari yang
namanya perbandingan. Entah perbandingan dengan masa sebelumnya atau
berbandingan dengan sesuatu untuk menuju suatu perubahan yang lebih baik lagi.
Dengan adanya pengembangan dan perencanaan ini akan mengarah kepada adanya
perubahan pengelolaan maupun hasil dari sesuatu aspek seperti desentralisasi dan
otonomi daerah.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah/Jurnal Geografika, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
B. Pembahasan
Erupsi ini memberikan dampak langsung terhadap lingkungan di sekitar Gunung Merapi
berupa kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh lahar, awan panas dan debu vulkanik
dalam jumlah yang sangat besar (Wismaya, Anjasmara, & Sulistiyani, 2016) serta
memberikan pengaruh terhadap ekosistem hutan di daerah tersebut dan juga terjadinya
suksesi. Hutan sendiri merupakan suatu kumpulan tumbuhan, terutama tumbuhan berkayu
yang menaungi kawasan yang luas. Hutan memiliki fungsi sebagai ekosistem yaitu penyedia
sumber air, penghasil oksigen, tempat bernaung flora dan fauna, penyeimbang lingkungan,
dan mencegah pemanasan global. (Natalia & Handayani, 2013
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah/Jurnal Geografika, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
Secara umum gunung api meletus dalam rentang waktu yang panjang,
namun gunung Merapi memiliki frekuensi paling rapat dan erupsinya paling
aktif di Indonesia bahkan di dunia sehingga mendapat perhatian khusus dari
pemerintah maupun masyarakat secara umum. Secara rata-rata gunung Merapi
meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap antara 2 - 5 tahun, sedangkan
siklus menengah setiap 5 - 7 tahun. Siklus terpanjang pernah tercatat setelah
mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, terutama pada masa awal
keberadaannya sebagai gunung api.
Gunung Merapi merupakan gunung api strato yang aktif sampai hari ini.
Aktivitas gunung Merapi dimulai pada zaman Pleistosen (1,5 juta tahun yang
lalu). Gunung Merapi ini memiliki potensi untuk menimbulkan bencana alam
dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda. Aktivitas vulkanik adalah
kejadian alam yang sulit diprediksi dan dapat dianggap sebagai chaotic tanpa
bentuk yang jelas.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah/Jurnal Geografika, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
C. KESIMPULAN
Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.968 meter di atas permukaan laut
(mdpl) merupakan salah satu diantara gunung berapi aktif di Indonesia dan
merupakan dan termasuk dalam deretan Ring of Fire yang terletak di sisi
selatan kepulauan Nusantara (Pulau Jawa). Gunung merapi tergolong gunung
yang berbahaya karena mengalami erupsi dalam jangka waktu yang relatif
pendek dan disekitarnya terdapat kawasan pemukiman sehingga dapat
mengancam keselamatan penduduk. Gunung Merapi ini memiliki potensi
untuk menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang
berbeda. Aktivitas vulkanik adalah kejadian alam yang sulit diprediksi dan
dapat dianggap sebagai chaotic tanpa bentuk yang jelas.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah/Jurnal Geografika, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 6 Tahun 2022
(Perencanaan dan Pemrograman Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat)
Perencanaan dan pengemangan Wilayah; Ernan rustiadai, Sunsun Saefulhakim, dan dyah R,
Panuju; edisi kedua, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017
Rosari, T. O., Priyono, K. D., & Jumadi, S. S. (2014). Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Sleman Berdasarkan Analisis Risiko Bencana Gunung Merapi (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX