Mitigasi Bencana
Gunung berapi atau gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan
lainnya) dipermukaan bumi yang dibangun oleh tibunan rempah letusan,
atau tempat munculnya batuan lelehan atau magma/rempah lepas/gas yang
berasal dari dalam bumi (Nurjanah dkk, 2012: 30). Dalam buku
Manajemen Bencana disebutkan upaya-upaya mitigasi bencana gunung
berapi, yaitu:
Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam
menggunakan alat pencatat gempa (seismograf).
Tanggap Darurat, yaitu mengevaluasi laporan dan data,
membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,
melakukan pemeriksaan secara terpadu.
Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat
menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan
bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana.
Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi,
Geofisika, dan Geokimia.
Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah
Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung
berapi.
Jenis-jenis Erupsi
Berdasarkan sifat
⁻ Erupsi eksplosif (letusan), terjadi apabila letak dapur
magma dalam dan volume gas besar, magma bersifat asam.
Material yang dikeluarkan adalah piroklastik
dengan kandungan S1O2 tinggi, misalnya bongkah, lapili,
bom, pasir, abu dan debu. Bentuk Volkan adalah
Sharp Cone.
⁻ Erupsi effusif (lelehan), terjadi karena letak dapur magma
dangkal, volume gas kecil, magma bersifat basa. Material
yang dikeluarkan berupa lava dengan kandungan S1O2.
Bentuk volkan rounded cone.
⁻ Erupsi campuran, terjadi karena letak variasi dapur magma,
volume gas dan sifat magma bersifat intermedier tetapi
biasanya cenderung basa. Bentuk Volkan Strato.
Berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan
⁻ Erupsi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah
retakan atau celah batuan kerak bumi. Contoh: plato dekan
di India
⁻ Erupsi areal, terjadi karena runtuhnya atap batholit
sehingga magma keluar secara melebar dan meliputi daerah
yang luas. Contoh: Gunung api Lumpur di Sumatera
selatan.
⁻ Erupsi sentral, terjadi karena magma keluar melalui pipa
kepundan.
Sumber gas
Gas yang dikeluarkan bisa berupa sumber gas belerang (solfatar), sumber
gas uap air atau zat lemas, dan sumber gas asam arang atau disebut mofet.
Gas belerang banyak ditemukan di kepundan gunung api. Sumber uap air
(fumarol) yang keluar dengan tekanan tinggi dikenal sebagai tenaga
geotermal. Sumber uap air ini bisa digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik, misalnya di Kamojang Jawa Barat, Dieng Jawa Tengah, dan lain-
lain. Sedangkan gas asam arang sangat berbahaya karena dapat mematikan
mahluk hidup. Sumber gas asam arang dapat muncul sembarang waktu di
kepundan gunung api manapun. Oleh karena itu biasanya petugas Dinas
Pengawasan Gunung Api dari posnya di sekitar gunung, bisa memantau
secara terus menerus kegiatan gunung api tersebut, sehingga dapat
memperingatkan penduduk setempat ketika gunung mengeluarkan gas
beracun tersebut. Namun ada kalanya gas racun ini keluar secara tiba-tiba ,
seperti yang terjadi tahun 1979 di kawah Timbangan dan Nila Dieng Jawa
Tengah yang menewaskan sekitar 149 jiwa.
Air tanah berasal dari hujan yang meresap ke dalam tanah. Begitu pula di
gunung api, air hujan meresap ke dalam bergerak ke bagian yang lebih
dalam dan mendekati batuan yang masih panas (sisa kegiatan vulkanis).
Akibatnya air menjadi panas, bahkan sampai mendidih. Melalui celah-
celah batuan di bagian bawah air itu keluar sebagai mata air
panas.Misalnya, sumber air panas di Garut dan Cianjur Jawa Barat,
Baturaden Jawa Tengah, Tretes Jawa Timur, dan di tempat lainnya.
Seperti halnya sumber air panas, sumber air mineral terjadi karena
pemanasan air oleh sisa kegiatan vulkanik. Namun dalam sumber air ini
terlarut zat kimia produk gunung api, sehingga air itu mengandung
belerang atau zat kimia lain. Sumber air mineral ini banyak ditemukan di
daerah sekitar gunung api yang aktif atau yang sudah istirahat, misalnya di
Maribaya dan Ciater sekitar gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat.
Geyser
Geyser adalah sumber mata air panas yang memancar secara berkala.
Geyser terjadi karena gas panas yang asalnya dari batuan magma
memanaskan bagian bawah air yang terdapat dalam celah di dalam bumi.
Uap air yang terjadi tidak dapat mengadakan sirkulasi sampai ke
permukaan bumi sehingga terjadilah akumulasi uap air setempat. Ketika
ada jalan keluar ke permukaan bumi terjadilah pancaran air dengan suhu
yang cukup tinggi. Contoh geyser yang sangat terkenal terdapat di Yellow
Stone National Park California Amerika Serikat.
Dampak Positif
Dampak Negatif
4. Hewan- hewan liar yang tinggal di gunung lari ke bawah atau turun
gunung
Tanda lainnya yang juga mencolok dan dapat dilihat oleh manusia
yang berada di kaki gunung adalah, banyak binatang liar yang tinggal di
lereng gunung berbondong- bondong turun ke bawah. Hal ini sudah dapat
dipastikan karena binatang- binatang tersebut merasa tidak nyaman berada
di atas akibat suhu yang bertambah panas, bahkan sangat panas. Binatang-
binatang tersebut turun gunung untuk menjauhi panas yang menyengat dan
menuju ke kaki gunung, bahkan ke pemukiman warga. Binatang- binatang
yang turun ini merupakan bianatang liar yang habitatnya berada di gunung
tersebut, sehingga diantara dari mereka mungkin terlihat asing. Ketika hal
ini sudah terjadi, maka manusia harus waspada, bukan hanya terhadap
turunnya binatang liar, namun juga terhadap status dari gunung berapi
tersebut.