Anda di halaman 1dari 13

A.

Upaya Mitigasi Bencana Dan Rehabilitasi Wilayah Yang Bersumber


Dari Proses Geologi

 Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum


bencana terjadi dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
dampak bencana terhadap masyarakat dan lingkungan (King dalam
Kusumasari, 2014:22).
Tujuan mitigasi adalah pengurangan kemungkinan resiko, pengurangan
konsekuensi resiko, menghindari resiko, penerimaan resiko, serta transfer,
pembagian, atau penyebarluasan resiko (Kusumasari, 2014:22).
Ada dua jenis mitigasi, yaitu struktural dan non struktural. Mitigasi
struktural didefinisikan sebagai usaha pengurangan resiko yang dilakukan
melalui pembangunan atau perubahan fisik melalui penerapan solusi yang
dirancang. Mitigasi non struktural meliputi pengurangan kemungkinan
atau konsekuensi resiko melalui modifikasi proses-proses perilaku
manusia atau alam, tanpa membutuhkan penggunaan struktur yang
dirancang (Kusumasari, 2014:23).

 Mitigasi Bencana Gunung Berapi

Gunung berapi atau gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan
lainnya) dipermukaan bumi yang dibangun oleh tibunan rempah letusan,
atau tempat munculnya batuan lelehan atau magma/rempah lepas/gas yang
berasal dari dalam bumi (Nurjanah dkk, 2012: 30). Dalam buku
Manajemen Bencana disebutkan upaya-upaya mitigasi bencana gunung
berapi, yaitu:
 Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam
menggunakan alat pencatat gempa (seismograf).
 Tanggap Darurat, yaitu mengevaluasi laporan dan data,
membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,
melakukan pemeriksaan secara terpadu.
 Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat
menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan
bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana.
 Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi,
Geofisika, dan Geokimia.
 Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah
Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung
berapi.

 Pengembangan Wilayah Yang Terdampak Gunung Berapi

Penataan kawasan rawan retusan gunung berapi lebih dititik beratkan


kepada upaya memelihara dan meningkatkan kualitas wilayah melalui
upaya peningkatan kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan lebih
memperhatikan azas pembangunan berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan
sosial ekonomi pada zona-zona dalam kawasan berpotensi bencana lebih
bersifat lokal (zone wide), sehingga penataan wilayahnya lebih
diprioritaskan pada pengembangan sistem internal kawasan/zona yang
bersangkutan dengan tetap mempertahankan hubungan fungsional dengan
sistem wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi. Sistem internal
kawasan/zona dalam hal ini adalah struktur ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat internal kawasan/zona yang
bersangkutan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam menentukan struktur


ruang pada masing-masing zona berpotensi bencana harus didasarkan
kepada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

 Sistem internal kawasan/zona harus dipandang juga sebagai sub-


sistem dari sistem wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi,
sehingga struktur ruang kawasan/zona berpotensi bencana
mempunyai hubungan fungsional dengan struktur ruang wilayah
kabupaten/kota dan/atau provinsi. Dengan demikian dalam
penentuannya harus mengacu rencana struktur ruang pada hirarki
rencana tata ruang yang lebih tinggi.
 Harus dijaga kesesuaiannya dengan fungsi kawasan yang
ditetapkan dalam rencana tata ruangnya.
 Melarang kegiatan pemanfaatan ruang yang berdampak tinggi pada
fungsi lindung dan merelokasi kegiatan-kegiatan budi daya yang
tidak memenuhi persyaratan.
 Memperhatikan kriteria tingkat kerawanan/tingkat risiko serta
mengupayakan rekayasa untuk mengeliminir faktor-faktor
penyebab tingginya kerawanan/ risiko.
 Mengacu pada beberapa peraturan dan pedoman terkait bidang
penataan ruang serta peraturan dan pedoman yang terkait
lingkungan dan sumber daya alam.
 Menghormati hak yang dimiliki orang sesuai peraturan perundang-
undangan.
 Memperhatikan aspek aktifitas manusia yang telah ada sebelumnya
(existing condition) dan dampak yang ditimbulkannya.

Pada dasarnya rencana struktur kawasan rawan letusan gunung


berapi adalah penentuan susunan pusat-pusat hunian dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi pada kawasan rawan bencana berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagaimana disebutkan di atas.
Susunan pusat-pusat hunian dan sistem jaringan prasarana dan
sarana pendukungnya pada setiap kawasan akan berbeda tergantung
dari variasi tingkat kerawanan/tingkat risikonya dan skala/tingkat
pelayanannya. Karena itu dalam perencanaan struktur ruangnya harus
mempertimbangkan daya dukung lingkungan, tingkat kerawanan,
fungsi kawasan, dan tingkat pelayanan dari unsur-unsur pembentuk
struktur tersebut.
Pola ruang wilayah merupakan distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung.
Adapun pendekatan penentuan wilayah pada kawasan rawan letusan
gunung berapi harus dilakukan melalui:

 pendekatan kajian geologi;


 pendekatan aspek fisik dan sosial ekonomi;
 pendekatan tingkat risiko pada kawasan rawan letusan gunung
berapi; dan
 rekomendasi penentuan wilayah sesuai dengan tipe kawasan
rawan bencana dan rekomendasi tipologi jenis kegiatan yang
diperbolehkan berdasarkan tingkat kerentanan.
B. Jenis Dan Hasil Dari Proses Gunung Berapi Yang Terkait Dengan
Bentuk Lahan

 Bentuk lahan vulkanik

Tanah vulkanik merupakan tanah yang terbentuk dari material-material


letusan gunung api. Material ini kemudian lapuk dengan berjalannya
waktu sehingga menjadi tanah yang sangat tinggi unsur haranya. Tanah ini
banyak dijumpai pada wilayah-wilayah sekitar lereng gunung berapi.
Ketika sebuah gunung api meletus, ia akan memuntahkan aneka partikel
yang panas ke udara. Salah satu material yang dikeluarkan gunung api
adalah abu vulkanis. Ketika pertama kali muncul, abu yang sangat panas
dan pekat ini bisa membahayakan. Namun, begitu kondisi mendingin, abu
yang melapisi permukaan tanah tersebut bisa meningkatkan kesuburan
tanah. Lapisan tanah yang dilapisi abu vulkanik tersebut sangat kaya
mineral dan bisa menumbuhkan aneka tanaman dengan baik tanpa
memerlukan tambahan pupuk.
Lapisan tanah vulkanik gembur serta berwarna hitam. Pada lapisan
subsoil mempunyai warna kecoklatan dan terasa licin apabila di gosok di
antara jari-jari. Bulk densitnya sangatlah rendah (<0,85). Daya tahan air
sangat tinggi dan perkembangan struktur tanah baik. Dari itulah dapat kita
dlihat bahwa pada kawasan lereng-lereng gunung yang pernah terjadi
letusan gunung api, lahan pertaniannya sangatlah subur. Indonesia kaya
akan sumber daya alam . Lahan pertanian dan perkebunan luas di seluruh
pelosok negri. Tidak heran jika Negara Indonesia di sebut Negara agraris.
Hal ini tidak terlepas dari banyaknya tanah vulkanis di wilayah kepulauan
Indonesia yang terbentuk dari materi letusan gunung berapi. Materi yang
terbentuk dari abu vulkanik tersebut di muntahkan ke daratan, kemudian
mengalami pelapukan kemudian membentuk mineral dan unsure hara yang
berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah.

 Ciri-ciri tanah vulkanik :


⁻ Tanah nya subur
⁻ Mengandung unsur hara yang tinggi
⁻ Merupakan hasil materi letusan gunung berapi
⁻ Mudah menyerap air
⁻ Tanahnya berwarna lebih gelap
⁻ Terdapat disekitar gunung berapi
 Akibat yang di timbulkan oleh vulkanisme

Pengaruh kegiatan volkanisme selain menguntungkan ternyata bisa


menimbulkan masalah terutama terhadap lingkungan di sekitarnya.

Bahaya tersebut diantaranya:


 Pada waktu terjadi letusan, semburan lapili, dan pasir panas dapat
merusak bangunan,lahan pertanian, tanaman, bahkan hewan di
sekitar gunung api. Abu vulkanik yang biasanya menyebar secara
luas juga dapat mangganggu dan mebahayakan
penerbangan. Aliran lava dan lahar panas dapat merusak bangunan
dan lahan pertanian yang dilaluinya.
 Bahan yang dikeluarkan gunung berapi biasanya menumpuk
dipuncak dan lereng-lereng gunung. Pada waktu hujan bahan-
bahan ini terbawa oleh air hujan menjadi lahar dingin. Lahar dingin
akan merusak daerah yang dilaluinya seperti sungai,lahan
pertanian, rumah,dan lain-lain. Misal lahar dingin Gunung Merapi
di Jawa Tengah sering merusak daerah Magelang dan yogyakarta.
 Berubahnya bentang alam suatu wilayah akibat letusan gunung
berapi yang mengakibatkan hilangnya ekosistem yang ada pada
saat itu.

 Jenis-jenis Erupsi

 Berdasarkan sifat
⁻ Erupsi eksplosif (letusan), terjadi apabila letak dapur
magma dalam dan volume gas besar, magma bersifat asam.
Material yang dikeluarkan adalah piroklastik
dengan kandungan S1O2 tinggi, misalnya bongkah, lapili,
bom, pasir, abu dan debu. Bentuk Volkan adalah
Sharp Cone.
⁻ Erupsi effusif (lelehan), terjadi karena letak dapur magma
dangkal, volume gas kecil, magma bersifat basa. Material
yang dikeluarkan berupa lava dengan kandungan S1O2.
Bentuk volkan rounded cone.
⁻ Erupsi campuran, terjadi karena letak variasi dapur magma,
volume gas dan sifat magma bersifat intermedier tetapi
biasanya cenderung basa. Bentuk Volkan Strato.
 Berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan
⁻ Erupsi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah
retakan atau celah batuan kerak bumi. Contoh: plato dekan
di India
⁻ Erupsi areal, terjadi karena runtuhnya atap batholit
sehingga magma keluar secara melebar dan meliputi daerah
yang luas. Contoh: Gunung api Lumpur di Sumatera
selatan.
⁻ Erupsi sentral, terjadi karena magma keluar melalui pipa
kepundan.

 Gejala yang ditimbulkan

Gejala Pasca vulkanis ini dapat dibedakan dalam beberapa bentuk


gejala antara lain sumber gas, sumber air panas, sumber air mineral
(mahdani), dan geyser.

Sumber gas

Gas yang dikeluarkan bisa berupa sumber gas belerang (solfatar), sumber
gas uap air atau zat lemas, dan sumber gas asam arang atau disebut mofet.
Gas belerang banyak ditemukan di kepundan gunung api. Sumber uap air
(fumarol) yang keluar dengan tekanan tinggi dikenal sebagai tenaga
geotermal. Sumber uap air ini bisa digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik, misalnya di Kamojang Jawa Barat, Dieng Jawa Tengah, dan lain-
lain. Sedangkan gas asam arang sangat berbahaya karena dapat mematikan
mahluk hidup. Sumber gas asam arang dapat muncul sembarang waktu di
kepundan gunung api manapun. Oleh karena itu biasanya petugas Dinas
Pengawasan Gunung Api dari posnya di sekitar gunung, bisa memantau
secara terus menerus kegiatan gunung api tersebut, sehingga dapat
memperingatkan penduduk setempat ketika gunung mengeluarkan gas
beracun tersebut. Namun ada kalanya gas racun ini keluar secara tiba-tiba ,
seperti yang terjadi tahun 1979 di kawah Timbangan dan Nila Dieng Jawa
Tengah yang menewaskan sekitar 149 jiwa.

Sumber air panas

Air tanah berasal dari hujan yang meresap ke dalam tanah. Begitu pula di
gunung api, air hujan meresap ke dalam bergerak ke bagian yang lebih
dalam dan mendekati batuan yang masih panas (sisa kegiatan vulkanis).
Akibatnya air menjadi panas, bahkan sampai mendidih. Melalui celah-
celah batuan di bagian bawah air itu keluar sebagai mata air
panas.Misalnya, sumber air panas di Garut dan Cianjur Jawa Barat,
Baturaden Jawa Tengah, Tretes Jawa Timur, dan di tempat lainnya.

Sumber air mineral

Seperti halnya sumber air panas, sumber air mineral terjadi karena
pemanasan air oleh sisa kegiatan vulkanik. Namun dalam sumber air ini
terlarut zat kimia produk gunung api, sehingga air itu mengandung
belerang atau zat kimia lain. Sumber air mineral ini banyak ditemukan di
daerah sekitar gunung api yang aktif atau yang sudah istirahat, misalnya di
Maribaya dan Ciater sekitar gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat.

Geyser

Geyser adalah sumber mata air panas yang memancar secara berkala.
Geyser terjadi karena gas panas yang asalnya dari batuan magma
memanaskan bagian bawah air yang terdapat dalam celah di dalam bumi.
Uap air yang terjadi tidak dapat mengadakan sirkulasi sampai ke
permukaan bumi sehingga terjadilah akumulasi uap air setempat. Ketika
ada jalan keluar ke permukaan bumi terjadilah pancaran air dengan suhu
yang cukup tinggi. Contoh geyser yang sangat terkenal terdapat di Yellow
Stone National Park California Amerika Serikat.

C. Potensi Dampak Positif dan Negatif Terhadap Lingkungan

 Dampak Positif

 Dapat menyuburkan tanah

Ketika gunung api meletus banyak mengeluarkan


abu vulkanik. Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi daerah
pertanian dan merusak tanaman yang ada . Namun dalam jangka
waktu setahun atau dua tahun saja, tanah ini menjadi jauh lebih
subur. Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan
tahun. Selain itu tanah material dari bahan volkanik sangat banyak
mengandung unsur hara yang bisa menyuburkan tanah.
 Menghasilkan Bahan galian

Bahan galian yang sangat berharga banyak dihasilkan dari gunung


api. Pada saat gunung api masih aktif dihasilkan bahan galian
seperti : belerang, pasir, batu bangunan, tras, batu apung, dan
sebagainya. Sedangkan pada saat gunung api yang istirahat dapat
dihasilkan bahan tambang seperti : emas, perak, besi, timah,
marmer, dan lainnya. Di samping itu banyak pula batuan malihan
akibat persinggungan magma dengan mineral tertentu, sehingga
terbentuk cadangan mineral baru yang lebih berharga, seperti
tembaga, batu pualam, dan kokas.

 Dapat Dijadikan Obyek wisata

Gunung api juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata. Seperti


kawah Gunung Bromo di Jawa Timur atau Gunung Tangkuban
Perahu di Jawa Barat. Di sana dapat disaksikan kepundan yang
menarik, pemandangan yang indah, hawa yang sejuk dan segar,
aroma belerang, atau keanehan dan keindahan lain yang hanya bisa
ditemukan di sekitar gunung api. Sehingga dapat menambah
penghasilan (income) bagi penduduk yang ada di sekitarnya.

 Area penyimpan air hujan

Gunung api juga bermanfaat sebagai penyimpan air hujan yang


baik. Dengan tanahnya yang subur, maka pada area pegunungan
tumbuh suburnya berbagai tumbuhan dan menjadi hutan yang
lebat. Inilah yang dimaksud dengan gunung berapi menjadi tempat
reservoir air tanah yang sangat baik. Hutan lebat ini bisa menjadi
sumber mata air yang sangat berguna terutama sebagai cadangan
air di musim kemarau. Sedangkan pada saat musim hujan, hutan
berfungsi sebagai tempat menyerap air dan menahan erosi/longsor
sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.

 Dampak Negatif

 Pada waktu gunung meletus puluhan ribu manusia dan ternak


banyak yang menjadi korban,
 Gas beracun yang dikeluarkan dari gunung api sangat
membahayakan bagi manusia ketuka manusia menghidup gas
tersebut .
 Awan panas yang di keluarkan gunung api dapat menewaskan
makhluk dan tumbuh-tumbuhan.
 Lahar dingin dan panas dapat merusak daerah yang dilalui nya
menjadi rata dengan tanah .
 Bom lapili dan pasir vulkanik dapat merusak rumah, jembatan, dan
daerah pertanian.
 Abu vulkanik yang bertaburan diangkasa dapat mengganggu
penerbangan dan udara yang di hriup manusia akan menjadi
beracun.

D. Identifikasi Potensi SDA dan Bencana Suatu Wilayah Yang Bersifat


Alami Maupun Anthropogenic

 Identifikasi bencana gunung berapi

1. Suhu di sekitar gunung tersebut meningkat


Tanda atau ciri dari gunung api akan meletus yang pertama adalah
meningkatnya suhu udara yang ada di sekitar gunung berapi tersebut.
Peningkatan suhu ini terutama dirasakan oleh masyarakat yang berada di
sekitar lereng gunung tersebut ataupun kaki gunung. Naiknya suhu
disekitar gunung berapi disebabkan oleh aktivitas magma yang semakin
banyak atau semakin meningkat sehingga akan berkumpul di dekat
permukaan bumi. Dengan demikian, suhu panas yang dimiliki oleh magma
tersebut akan merambat hingga mempengaruhi lapisan tanah yang ada atau
yang menyusun badan gunung tersebut. Untuk penjelasan yang lebih
sederhana mengenai naiknya suhu disekitar gunung ini adalah karena
magma naik mendekati permukaan bumi, sehingga jaraknya lebih dekat
dengan permukaan bumi dan suhunya terasa semakin panas.

2. Mata air di seitar gunung mengering


Tanda atau ciri gunung akan meletus selanjutnya adalah mata air
yang ada di sekitar gunung tersebut telah mengering. Mengenai mata air
yang mengering ini, pada dasarnya alasannya adalah sama, yakni semkain
meningkatnya suhu di sekitaran gunung berapi. Apabila magma yang ada
di perut bumi mengalami kenaikan hingga mendekati permukaan bumi,
maka suhu yang kita rasakan pun semakin panas. Akibatnya sumber air
atau mata air yang berada di sekitar gunung tersebut akan kepanasan pula.
Seperti sifat air yang kepanasan, mata air tersebut akan menguap menjadi
gas- gas dan terbang ke atas. Akibatnya jumlah air manjadi semakin
sedikit karena banyak yang telah menguap, lalu mata air tersebut akan
mengering. Alasan mengapa air yang ada di dalam tanah ini menguap
karena ketika magma naik ke atas, pada lapisan tanah tertentu akan terasa
sangat panas, hingga dapat mengeringkan sumber air yang ada di dalam
tanah tersebut.

3. Tumbuhan yang berada di sekitar gunung layu


Tanda atau ciri- ciri gunung berapi akan mengalami erupsi atau
meletus yang selanjutnya adalah tumbuhan yang berada di sekitar gunung
tersbeut menjadi layu. Masih sama seperti alasan sebelumnya, bahwa
sumber dari kekeringan dan kelayuan tanaman adalah suhu panas yang
datang dari magma yang naik ke atas. Suhu panas yang ada di dalam panas
dapat membuat tanaman- tanaman menjadi layu, terlebih panasnya ini
meningkat secara signifikan. Efeknya akan lebih parah daripada layu
akibat musim kemarau. Karena ketika magma terkumpul tepat di balik
gunung, ada salah satu lokasi dimana magma dapat bergerak ke atas dekat
dengan lapisan tanah. Hal inilah yang menyebabka tumbuhan layu, bahkan
mati seketika.

4. Hewan- hewan liar yang tinggal di gunung lari ke bawah atau turun
gunung
Tanda lainnya yang juga mencolok dan dapat dilihat oleh manusia
yang berada di kaki gunung adalah, banyak binatang liar yang tinggal di
lereng gunung berbondong- bondong turun ke bawah. Hal ini sudah dapat
dipastikan karena binatang- binatang tersebut merasa tidak nyaman berada
di atas akibat suhu yang bertambah panas, bahkan sangat panas. Binatang-
binatang tersebut turun gunung untuk menjauhi panas yang menyengat dan
menuju ke kaki gunung, bahkan ke pemukiman warga. Binatang- binatang
yang turun ini merupakan bianatang liar yang habitatnya berada di gunung
tersebut, sehingga diantara dari mereka mungkin terlihat asing. Ketika hal
ini sudah terjadi, maka manusia harus waspada, bukan hanya terhadap
turunnya binatang liar, namun juga terhadap status dari gunung berapi
tersebut.

5. Sering terdengar suara gemuruh gunung


Tanda selanjutnya adalah sering terdengarnya suara gemuruh.
Suara gemuruh ini berasal dari dalam gunung. Suara gemurung ini terjadi
karena peningkatan aktivitas dari magma yang berada di perut bumi.
Biasanya, suara gemuruh ini terjadi pada waktu malam hari. maka dari
itulah rata- rata pada gunung berapi yang akan mengalami erupsi, mereka
mengeluarkan suara gemuruh yang semakin lama semakin sering. Bahkan
frekuensi keluarnya suara gemuruh tersebut bisa puluhan kali terjadi
dalam satu malam. Suara gemuruh ini semacam menandakan adanya
tanda- tanda gunung tersebut seolah- olah akan longsor.

6. Sering terjadinya gempa vulkanik


Tanda gunung akan meletus yang selanjutnya adalah sering
terjadinya gempa vulkanik. Gempa vulkanik merupakan gempa yang
berasal dari aktivitas gunung berapi. Aktivitas gunung berapi ketika akan
meletus yang paling banyak adalah berupa aktivitas magma di dalam perut
bumi. Magma yang semakin aktif di dalam perut bumi selain
menimbulkan suara yang gemuruh juga akan menimbulkan getaran-
getaran. Getaran- getaran inilah yang pada akhirnya sampai hingga ke
permukaan bumi dan kita menyebutnya sebagai gempa. Gempa yang
ditimbulkan karena aktivitas gunung berapi ini memanglah tidak terlalu
besar. Gempa vulkanik umumnya lebih kecil daripada gempa tektonik.
Gempa vulkanik ini akan sering kita rasakan, terlebih oleh masyarakat
yang ada di sekitar gunung tersebut. Semakin mendekati gunung akan
meletus maka intensitas terjadinya gempa akan semakin tinggi. gempa
vulkanik akan sering terjadi, baik yang berkekuatan sangat rendah maupun
yang besar. Semua aktivitas kegempaan vulkanik akan dicatat oleh alat
pengukur gempa bumi, yakni seismograf yang dimiliki oleh Badan
Meteorologi dan Geofisika di sekitar wilayah gunung tersebut. Gempa
vulkanik ini akan semakin kita rasakan terlebih pada malam hari, karena
mungkin aktivitas kita juga lebih tenang. Pada satu malam saja kita bisa
merasakan hingga puluhan kali gempa yang terjadi.

7. Keluarnya awan panas


Selain suara gemuruh dan gempa vulkanik, tanda dari gunung akan
meletus selanjutnya adalah terdapat awan panas. Awan panas merupakan
asap yang dikeluarkan oleh gunung berapi sebagai tanda bahwa gunung
tersebut mempunyai aktivitas magma yang tinggo dan siap untuk erupsi.
Awan panas dari gunung berapi ini berupa kepulan asap berwarna
terkadang putih dan terkadang coklat yang mana keluarnya bisa dalam
jumlah sangat besar, ataupun jumlah yang biasa. Awan panas ini
mempunyai sifat yang sangat panas. Awan panas berasal dari dalam perut
gunung atau berut bumi yang bersumber dari magma yang mempunyai
suhu yang sangat panas. Awan panas mempunyai sifat seperti asap, yakni
mudah terbawa angin sehingga awan panas pun bisa berpindah tempat
hingga membumbung tinggi ke angkasa atau terbang ke wilayah lain.
Kecepatan perpindahan awan panas ini juga sangat tinggi lho, maka dari
itulah kita harus waspada. Awan panas ini sifatnya merusak, terlebih jika
melewati tumbuhan, binatang atau bahkan manusia. Apabila jumlah
kepulan besar awan panas ini menerjang hutan, maka pohon- pohon yang
ada di hutan tersebut bisa mati. Apabila awan panas menerjang kandang
ternak, maka terna- ternak yang ada di kandang juga bisa mati. Tidak lain
apabila awan panas menerjang pemukiman manusia, pastilah juga terdapat
banyak korban jiwa. Selain bersifat panas, awan panas juga mengandung
gas- gas yang sifatnya tidak baik bagi pernafasan. Awan panas oleh
masyarakat yang berada di sekitar gunung Merapi (Yogyakarta) dijuluki
sebagai “Wedhus Gembel” yang berarti biri- biri. Dijuluki demikian
karena awan panas ini mempunyai bentuk yang menggulung- gulung
layaknya bulu kambing biri- biri.

8. Terjadinya hujan abu


Tanda yang paling ekstrim dari tanda- tanda atau ciri- ciri gunung
api akan meletus adalah terjadinya hujan abu. Apabila kita biasanya hujan
air, maka lain halnya ketika gunung berapi disekitar kita akan meletus.
Hujan yang turun biasanya adalah abu. Hujan abu menandakan bahwa
bahwa gunung sudah mengalami erupsi atau akan mengalami erupsi lebih
besar lagi. Hujan abu ini layaknya awan panas, jadi bisa terbawa oleh
angin. Abu yang turun berasal dari dalam perut bumi. Oleh karena massa
nya yang ringan, maka abu ini terbawa kemanapun angin berhembus. Jadi
tidak harus area yang dekat dengan gunung saja yang harus terkena hujan
abu ini. misalnya ketika gunung Merapi di Yogyakarta yang tengah
mengalami erupsi dan menyemburkan abu vulkanik. Pada saat itu angin
yang bertiup lebih banyak menuju ke arah barat. Maka hujan abu yang
terjadi adalah di wilayah yang berada di barat gunung Merapi. Pada waktu
itu, hujan abu bahkan sampai mengguyur Kota Bandung. Sementara di
daerah yang berada di timur gunung Merapi (bahkan yang dekat sekalipun,
seperti Kabupaten Klaten) tidak terkena hujan abu dari gunung Merapi.
Itulah beberapa tanda atau ciri- ciri dari gunung berapi yang akan
mengalami erupsi atau gunung berapi yang akan meletus. Dengan
demikian, ketika kita merasakan atau menemui beberapa dari gunung
tersebut, maka kita sudah bisa mengetahui bahwa gunung tersebut akan
mengalami erupsi, dan kita bisa lebih waspada.
 Potensi SDA

Potensi sumber daya alam gunung berapi masih menjadi permasalahan


bagi para peneliti, sehingga muncul pertanyaan dalam setiap penelitian
yaitu seberapa besarkah sumberdaya alam yang terdapat di wilayah
Gunungapai Merapi dan bagaimanakah distribusi keruangannya? Dan
seberapa besarkah sumber daya alam yang terdapat di wilayah Gunung api
dan bagaimanakah distribusi keruangannya?.
Dengan adanya permasalahan tersebut agar mengetahui potensi SDA
disekitar wilayah gunung berapi maka tujuan penelitian yaitu:
1. Mengetahui potensi sumberdaya alam di wilayah Gunungapi
Merapi dan distribusi spasialnya, yang meliputi: sumberdaya lahan,
sumberdaya galian, sumberdaya air, dan sumberdaya hutan.
2. Mengetahui kondisi sosial ekonomi penduduk yang memanfaatkan
sumberdaya alam di wilayah Gunungapi Merapi, yang mencakup:
aspek kependudukan dan kegiatannya dalam sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kepariwisataan.

Anda mungkin juga menyukai